Anda di halaman 1dari 17

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG


Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

PROPOSAL PROYEK INOVATIF


PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) TERHADAP
KECEMASAN IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGESREP
SEMARANG

KHOLIFATUN. N. A RIZQI RACHMILIA

LULUK DWI. R ROCHMA PRATIWI. S. S

LUTHFI RESKI. P. P SANDRA ARTIKA. M

MAWARNI CITRA. P SILVIA RAHMAWATI

NISRINA ANTIKAWATI SHINTA NURAINI

NURIZA CHOIRUL F UMI FADILAH

REDHA FITRI E ZULIYATUL. F

RIZKY ERNANDA SUCI ABRELIA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKESSEMARANG
2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia angka kematian Ibu dan Bayi masih tinggi, berdasarkan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 didapatkan angka
kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Target MDGs pada tahun
2015 angka kematian ibu maksimal 102 per 100 ribu kelahiran dan angka kematian
bayi 32 per 100 ribu kelahiran (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Kehamilan
merupakan suatu proses yang dimulai sejak bertemunya sperma dan ovum di dalam
rahim wanita. Pertemuan sperma dan ovum lebih dikenal dengan nama fertilisasi
atau konsepsi yang membentuk zygote, berimplantasi ke dalam uterus dan
berkembang sampai dilahirkan menjadi bayi (Cunningham, dkk 2005).
Masa kehamilan terdiri tiga masa yang disebut dengan trimester. Trimester I
adalah minggu 1 sampai 12 minggu, trimester II adalah minggu ke 13 hingga 27
minggu, dan trimester III adalah minggu ke 28 hingga bayi lahir dalam waktu yang
cukup bulan (Prawiroharjo, 2009). Selama kehamilan ibu akan mengalami
perubahan fisik dan psikis yang terjadi akibat perubahan hormonal yang dibutuhkan
janin untuk tumbuh kembang sampai dilahirkan (Kushartanti 2004). Salah satu
hormon yang meningkat selama kehamilan adalah hormon adrenalin. Hormon
adrenalin dapat menimbulkan disregulasi biokimia tubuh sehingga muncul
ketegangan fisik pada ibu hamil seperti mudah marah, gelisah, tidak mampu
memusatkan pikiran, ragu-ragu bahkan mungkin ingin lari dari kenyataan hidup
(Dariyo, 1997 dalam Wulandari, 2006).
Menurut Pieter dan Lubis, (2010) ibu hamil akan mengalami bentuk-bentuk
perubahan psikis yaitu perubahan emosional, cenderung malas, sensitif, gampang
cemburu, minta perhatian lebih, perasaan tidak nyaman, depresi, stress, dan
mengalami kecemasan. Kecemasan yang tinggi terjadi pada ibu hamil juga
menyebabkan reaksi negatif terhadap kondisi fisiologis ibu dan yang menjadi
penyebab terjadinya angka kematian ibu. (Danuatmaja dan Meiliasari, 2008).
Faktor psikis meliputi kecemasan, kehabisan tenaga, kekhawatirannya terhadap
proses persalinan (Sumarsih.et.all., 2009). Menurut Nurdiana (2012), rasa cemas
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

yang dialami oleh ibu hamil itu juga dapat disebabkan karena meningkatnya
hormon progesteron.
Selain membuat ibu hamil merasa cemas, peningkatan hormon itu juga
menyebabkan gangguan perasaan dan membuat ibu hamil cepat lelah sehingga
terjadi perdarahan antepartum. Hormon yang meningkat selama kehamilan adalah
hormon adrenalin. Hormon adrenalin dapat menimbulkan disregulasi biokimia
tubuh sehingga muncul ketegangan fisik pada ibu hamil seperti mudah marah,
gelisah, tidak mampu memusatkan pikiran, ragu-ragu bahkan mungkin ingin lari
dari kenyataan hidup (Wulandari, 2006 cit Dariyo, 1997). Pada keadaan beban
psikologi berat yang dialami oleh wanita hamil, seringkali bisa mempengaruhi
kehidupan janin intrauterin dan kelainan yang timbul tergantung waktu terjadinya
beban psikologis tersebut, bila gangguan itu mulai timbul pada kehamilan muda
bisa mempengaruhi terhadap pertumbuhan janin intra uterin sehingga menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat atau intra uterin growth restircition (IUGR), sampai
gangguan denyut jantung janin bila kehamilan tersebut sudah mendekati untuk
melahirkan (Clapp, dkk., 2002; Bayne, 2009).
Penanganan kecemasan yang terjadi pada ibu hamil dapat dilakukan dengan
terapi farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologi tentuya memiliki
dampak yang buruk apabila digunakan secara terus menerus, salah satunya akan
memicu yang namanya ketergantungan. Pengobatan non farmakologi tentunya juga
diperlukan misalnya terapi yoga, terapi meditasi, terapi thai chi, relaksasi autogenik
dan salah satunya relaksasi otot progresif (Micah, 2011). Relaksasi otot progresif
merupakan salah satu teknik sistematik untuk mencapai keadaan relaksasi yang
dikembangkan oleh Edmund Jacobson (Supriatin, 2011). Dalam jurnal yan berjudul
Monochord sounds and progresif muscle relaxation reduce anxiety and improve
relaxation during chemotherapy A pilot EEG study (Lee, IE, 2012) didapatkan hasil
bahwa relaksasi otot progresif dapat memberikan efek relaksasi, mengurangi
kecemasan dan meningkatkan status fisik ataupun psikologi klien dengan kanker
ginekologi yang menjalani kemoterapi dengan meningkatkan posterior theta (3,5
7,5 Hz) dan menurunkan midfrontal beta-2 band (20-20,5 Hz) selama tahap akhir
dari terapi.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

Berdasarkan uraian diatas, maka didapatkan alasan untuk melakukan sebuah


desain inofatif tentang pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat
kecemasan pada ibu hamil .Tindakan tersebut dilakukan agar memberikan dampak
positif pada ibu hamil.

B. Rumusan Masalah
Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.:
1. Apa yang dimaksud dengan relaksasi otot progresif ?
2. Bagaimana kecemasan pada ibu hamil?
3. Apa pegaruh relaksasi otot progresif terhadap kecemasan ibu hamil ?

C. Tujuan
Pembuatan makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan mengenai relaksasi otot progresif.
2. Untuk mendeskripsikan kecemasan pada ibu hamil.
3. Untuk mendeskripsikan pegaruh relaksasi otot progresif terhadap kecemasan ibu
hamil.

D. Manfaat
Menambah wawasan mengenai relaksasi otot progresif, kecemasan pada ibu
hamil, dan pegaruh relaksasi otot progresif terhadap kecemasan ibu hamil. Selain
itu pula, Sebagai tolak ukur sejauh mana kemampuan mahasiswa membuat sebuah
desain inofatif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN KEHAMILAN
Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan
ketiga dari bulan ke- 7 sampai ke-9 (Adriaansz, Wiknjosastro dan Waspodo, 2007.
p. 89).

B. PERUBAHAN PSIKOLOGIS KEHAMILAN


Perubahan psikologis pada wanita hamil menurut trimester kehamilan :
1. Trimester I
a. Rasa Cemas Bercampur Bahagia
Perubahan psikologis yang paling menonjol pada usia kehamilan trimester
pertama ialah timbulnya rasa cemas dan ragu sekaligus disertai rasa bahagia.
Munculnya rasa ragu dan khawatir sangat berkaitan pada kualitas kemampuan
untuk merawat dan mengasuh bayi dan kandungannya, sedangkan rasa
bahagia dikarenakan dia merasa sudah sempurna sebagai wanita yang dapat
hamil.
b. Perubahan Emosional
Perubahan - perubahan emosi pada trimester pertama menyebabkan adanya
penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan mual, perubahan
suasana hati, cemas, depresi, kekhawatiran ibu tentang kesejahteraannya dan
bayinya, kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik dan
sebagainya.
c. Sikap Ambivalen
Sikap ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang bersifat
simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu atau kondisi.
Meskipun sikap ambivalen sebagai respon individu yang normal, tetapi ketika
memasuki fase pasca melahirkan, bisa membuat masalah baru. Penyebab
ambivalensi pada ibu hamil yaitu perubahan kondisi fisik, pengalaman hamil
yang buruk, ibu karier, tanggung jawab baru, rasa cemas atas kemampuannya
menjadi ibu, keuangan dan sikap penerimaan keluarga terdekatnya.
d. Ketidakyakinan atau Ketidakpastian
Awal minggu kehamilan, ibu sering tidak merasa tidak yakin pada
kehamilannya. Hal ini diperparah lagi jika ibu memiliki masalah emosi dan
kepribadian. Meskipun demikian pada kebanyakan ibu hamil terus berusaha
untuk mencari kepastian bahwa dirinya sedang hamil dan harus
membutuhkan perhatian dan perawatan khusus buat bayinya.
e. Perubahan Seksual
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

Selama trimester pertama keinginan seksual wanita menurun. Hal-hal yang


menyebabkannya berasal dari rasa takut terjadi keguguran sehingga
mendorong kedua pasangan menghindari aktivitas seksual.
f. Fokus pada Diri Sendiri
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran ibu lebih berfokus
kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin. Meskipun demikian
bukan berarti ibu kurang memperhatikan kondisi bayinya. Ibu lebih merasa
bahwa janin yang dikandungnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
g. Stres Kemungkinan stres yang terjadi pada masa kehamilan trimester pertama
bisa berdampak negatif dan positif, dimana kedua stres ini dapat
mempengaruhi perilaku ibu. Terkadang stres tersebut bersifat instrinsik dan
ekstrinsik. Stres ekstrinsik timbul karena faktor eksternal seperti sakit,
kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.
h. Goncangan Psikologis
Terjadinya goncangan jiwa diperkirakan lebih kecil terjadi pada trimester
pertama dan lebih tertuju pada kehamilan pertama.
2. Trimester II
a. Rasa Khawatir / Cemas
Kekhawatiran yang mendasar pada ibu ialah jika bayinya lahir sewaktu-
waktu. Keadaan ini menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap
datangnya tanda-tanda persalinan. Hal ini diperparah lagi dengan
kekhawatiran jika bayi yang dilahirkannya tidak normal. Paradigma dan
kegelisahan ini membuat kebanyakan ibu berusaha mereduksi dengan cara
melindungi bayinya dengan memakan vitamin, rajin kontrol dan konsultasi,
menghindari orang atau benda-benda yang dianggap membahayakan bayinya.
b. Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester II yang paling menonjol yaitu periode bulan
kelima kehamilan, karena bayi mulai banyak bergerak sehingga ibu mulai
memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat
atau cacat. Rasa kecemasan ini terus meningkat seiring bertambahnya usia
kehamilannya.
c. Keinginan untuk Berhubungan Seksual
Pada trimester kedua terjadi peningkatan energi libido sehingga pada
kebanyakan ibu menjadi khawatir jika dia berhubungan seksual apakah ini
dapat mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janinnya. Bentuk
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

kekhawatiran yang sering terjadi adalah apakah ada kemungkinan janinnya


cedera akibat penis, orgasme ibu, atau ejakulasi. Meskipun demikian, yang
perlu diketahui hubungan seks pada masa hamil tidak berpengaruh karena
janin dilindungi cairan amnion di dalam uterus.
3. Trimester III
a. Rasa Tidak Nyaman
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga
dan pada kebanyakan ibu merasa bentuk tubuhnya semakin jelek. Selain itu,
perasaan tidak nyaman juga berkaitan 28 dengan adanya perasaan sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang
diterima selama hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari suami,
keluarga, bidan.

b. Perubahan Emosional
Pada bulan-bulan terakhir menjelang persalinan perubahan emosi ibu semakin
berubah-ubah dan terkadang menjadi tak terkontrol. Perubahan emosi ini
bermuara dari adanya perasaan khawatir, cemas, takut, bimbang dan ragu
jangan-jangan kondisi kehamilannya saat ini lebih buruk lagi saat menjelang
persalinan atau kekhawatiran dan kecemasan akibat ketidakmampuannya
dalam menjalankan tugas-tugas sebagai ibu pasca kelahiran bayinya.

C. MEKANISME KECEMASAN PADA IBU HAMIL


Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari
-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat
diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang
spesifik. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau
identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu (Suliswati, dkk,
2005).
Mekanisme cemas dimulai dari adanya faktor pemicu cemas (rangsangan).
Membesarnya janin dalam kandungan mengakibatkan calon ibu tidak nyaman,
tidak dapat tidur nyenyak dan sering mendapat kesulitan bernapas. Semua ini
mengakibatkan timbulnya kecemasan pada calon ibu. Selain itu, adanya resiko
perdarahan, rasa sakit pada saat melahirkan, bahaya kematian pada dirinya sendiri
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

maupun bayi yang akan dilahirkan juga menambah kecemasan dan ketakutan bagi
ibu hamil (Lia, 2011)
Rangsangan cemas akan mempengaruhi sistem limbik yaitu hipotalamus.
Hipotalamus anterior akan mengaktifkan sistem saraf simpatis sebagai reaksi
fisiologis pertama yang timbul saat cemas yang dikenal dengan respon fight or
flight. Saraf simpatis membawa serabut saraf vasokontriksor akan mengeluarkan
norepinefrin yang bekerja langsung di reseptor adrenegik alfa otot polos vaskuler
untuk vasokontriksi pembuluh darah. Pengaktifan sistem saraf simpatis
mengakibatkan terjadi peningkatan tekanan arteri, aliran darah ke otot, kecepatan
metabolisme sel serta peningkatan proses glikolisis di hati dan otot menyebabkan
terjadinya peningkatan glukosa darah (Guyton & Hall, 2007).
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali
mempengaruhi aktivitas fisiologis. Kecemasan dapat mempengaruhi detak jantung,
tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam
lambung, dan lain-lain. Tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik
seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pusing, susah tidur, mual atau merasa
malas (Erlina, 2007). Berbagai keluhan dapat ditimbulkan oleh kecemasan.
Keluhan tersebut dapat berupa firasat buruk, mudah tersinggung, merasa tegang,
takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang serta gangguan konsentrasi.
Selain itu, keluhan-keluhan somatik juga dapat timbul pada seseorang yang
mengalami kecemasan. Misalnya rasa sakit pada otot, tulang, pendengaran
berdenging, dada berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, dan lain-lain (Hawari, 2004).
Suasana psikologis ibu yang tidak mendukung akan mempersulit proses
persalinan. Cemas yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab pada ibu hamil,
dapat memicu kondisi yang berujung pada stres. Kondisi stres inilah yang
mengakibatkan otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada dijalan lahir
ikut menjadi kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Emosi yang tidak stabil
juga akan membuat ibu merasakan sakit yang semakin hebat (Amalia, 2009). Ibu
hamil yang mengalami kecemasan selama kehamilan akan meningkatkan resiko
ketidak seimbangan emosional ibu setelah melahirkan. Cemas selama kehamilan
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

juga meningkatkan resiko keterlambatan perkembangan motorik dan mental janin,


serta dapat menyebabkan colic pada bayi baru lahir (Bakshi, 2008).

D. FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN PADA IBU HAMIL


Beberapa faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil antara lain :
1. Faktor internal
a. Status Kesehatan Ibu dan Bayi
Kondisi atau perkambangan janin sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibunya.
Sementara itu, perubahan hormonal diawal kehamilan menyebabkan ibu
hamil mual, muntah, kelelahan dan merasa kurang sehat (Pusdiknakes, 2003).
Kondisi tersebut membuat ibu merasa cemas akan kondisi bayi dalam
kandungannya. Mual dan kelelahan yang disertai peningkatan kecemasan
akan semakin memperburuk kondisi ibu dan janin yang dikandungnya.
b. Faktor Pendidikan
Hasil riset yang dilakukan oleh Stuart&Sundeen pada tahun 1995 menyatakan
bahwa responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu menggunakan
pemahaman mereka dalam merespon berbagai perubahan kondisi kesahatan
secara adaptif dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan rendah.
Kondisi ini menunjukkan respon kecemasan berat cenderung dapat ditemukan
pada responden yang berpendidikan rendah karena rendahnya pemahaman
mereka terhadap kondisi kesehatan.
c. Faktor Usia
Usia Ibu hamil dispesifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu: kurang dari 20
tahun (tergolong muda), 20-30 tahun (tergolong menengah), dan lebih dari 30
tahun (tergolong tua). Umur yang lebih muda, lebih mudah mengalami stress
dibandingkan dengan umur yang lebih tua (Prawirohardjo, 2008).
2. Faktor eksternal
a. Dukungan
Semakin baik dukungan yang diberikan maka kecemasan akan semakin
ringan. Keluarga maupun tenaga kesehatan dapat memberikan dukungan
kepada ibu sejak hamil sampai melahirkan. Hal tersebut akan memotivasi dan
menumbuhkan rasa percaya diri ibu untuk mengurangi kecemasan (bobak,
lowdermil, & jensen, 2005). Menurut Carpenito (2006) dukungan suami akan
meningkatkan kesejahtraan psikologis (psychologocal well being) dan
kemampuan penyesuian diri melalui perasaan memiliki, peningkatan harga
diri dan pencegahan psikologis.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

b. Lingkungan
Lingkungan menjadi faktor penentu kecemasan ibu hamil. Lingkungan yang
dimaksud adalah budaya yang mendukung kehamilan akan memberikan
pengaruh positif terhadap kecemasan (bobak, lowdermil, & jensen, 2005).
c. Pendidikan kesehatan
Menurut Steward (2006) pendidikan kesehatan atau edukasi adalah unsur
program kesehatan dan kedokteran yang di dalamnya terkandung rencana
untuk mengubah perilaku perseorangan dan masyarakat. Pada sasaran
individu dan keluarga, perawat dapat menggunakan metode ceramah, tanya
jawab, dan demonstrasi. Sedangkan pada sasaran kelompok dan masyarakat,
perawat dapat juga menggunakan metode ceramah, diskusi kelompok,
demonstrasi, role play ,film, dan interview (Achjar, 2009).

E. FISIOLOGI PROGRESIF MUSCLE RELAXATION (PMR)

Progressive Muscle Relaxation (PMR) adalah teknik relaksasi dalam yang


dianjurkan untuk digunakan pada pasien dengan stres, cemas, insomnia, dan nyeri
selain itu Progressive Muscle Relaxation (PMR) dapat digunakkan sebagai terapi
dalam managemen stres dan kecemasan serta nyeri pada gangguan fisik seperti
pasien asma, klien dengan gangguan jiwa, pasien kanker, postoperative, sakit
kepala, pasien mual muntah dan klien yang akan mendapatkan terapi medis (Tobing
2012). Agar lebih mudah dalam memahami Progresif Muscle Relaxation (PMR)
sebagai suatu terapi diperlukan pemahaman mengenai fisologi dasarnya. Tubuh
manusia mengandung lebih dari 400 otot rangka volunter atau otot yang bekerja
atas perintah otak. Otot rangka terlibat dalam beberapa fungsi fisiologis termasuk
menghasilkan tenaga (kekuatan dan kecepatan), menghasilkan panas, menjaga
postur tubuh dan membantu dalam proses pernapasan (Cooke, 2016).
Kontraksi serat otot rangka menyebabkan otot menjadi tegang, otot yang
tegang merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara sistem saraf pusat dan
perifer dengan sistem otot dan rangka (Conrar, 2007). Ketegangan otot dapat
disebabkan berbagai keadaan seperti emosional negatif, penyakit psikosomatik,
kecemasan serta kejadian tertentu seperti sakit atau nyeri dan tanpa disadari pada
saat istirahat. Otot tubuh masih tegang dan apabila otot tegang dalam jangka
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

panjang dapat menyebabkan sirkulasi darah menjadi tidak lancar, sehingga


menimbulkan peningkatan produksi hormon stres, denyut jantung, tekanan darah,
dan otot yang tegang dapat menimbulkan rasa sakit pada otot leher, bahu, dan
sebagainya (Tobing, 2012).
Pada saat melakukan Progresif Muscle Relaxation (PMR) responden
dibimbing dengan menegangkan dan melemaskan beberapa kelompok otot dan
membedakan sensasi tegang dan rileks, seseorang bisa menghilangkan kontraksi
otot dan mengalami rasa rileks. Menurut Jacobson relaksasi adalah tidak adanya
ketegangan otot yang dirasakan, dan relaksasi merupakan salah satu bentuk respon
terhadap stres terutama dalam sistem saraf dan hormone (Resti,2014). Sehingga
dengan melakukan Progresif Muscle Relaxation (PMR) dapat membantu mencegah
atau meminimalkan gejala fisik akibat stres ketika tubuh bekerja berlebihan dalam
menyelesaikan masalah sehari-hari dengan cara mengurangi ketegangan otot,
menurunkan detak jantung dan tekanan darah, selain itu ketika otot-otot dalam
keadaan relaksasi, asam laktat akan dibuang melalui aliran darah sehingga dapat
menimbulkan rasa nyaman, menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas
tidur (Tobing, 2012).

F. PELAKASANAAN PROGRESIF MUSCLE RELAXATION (PMR)

Pelaksanaan Progresif Muscle Relaxation (PMR) dilakukan dengan cara


mengencangkan kelompok-kelompok otot tertentu dan kemudian melepaskannya,
setiap kumpulan otot dapat digunakan akan tetapi pada pada PMR dibatasi pada
kelompok-kelompok otot yang paling penting, antara lain: kelompok otot tangan,
kelompok otot kaki, kelompok otot dahi, otot mata, otot bibir, otot lidah, otot rahang
dan otot dada (Soewondo,2012). Untuk hasil Progresif Muscle Relaxation (PMR)
yang maksimal dianjurkan untuk melakukan Progresif Muscle Relaxation (PMR) 25-
30 menit setiap harinya dan berdasarkan beberapa studi dengan setidaknya
melakukan Progresif Muscle Relaxation (PMR) minimal dua kali sesi latihan sudah
menunjukan efek positif dari terapi (Tobing, 2012).
Persiapan sebelum Progresif Muscle Relaxation (PMR) adalah berbaring
ditempat yang datar dapat juga ditempat tidur yang kuat atau keras, di lantai, pada
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

tempat duduk/sofa dan alternatif lain dapat duduk dengan kepala tersangga dengan
baik dan menutup mata untuk meninggkatkan kosentrasi. Gerakan-gerakan Progresif
Muscle Relaxation (PMR) dalam penelitian ini antara lain (Soewondo,2012) :
1. Gerakkan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan
cara lengan ditaruh disamping badan pada posisi berbaring dan diatas paha pada
posisi duduk lalu fokuskan perhatian pada tangan dan lengan kanan, jari-jari
dibuka lebar kemudian tangan dirapatkan ke badan sekeras mungkin dan
ditegangkan kemudian dilemaskan secara perlahan-lahan. Pelemasan tangan ini
dilakukan selama 10 detik dan responden diminta membedakan perasaan saat
tegang/kontraksi dengan saat rileks dan lakukan hal yang sama pada tangan dan
lengan kiri.
2. Gerakkan selanjutnya ditujukan untuk merelaksasikan otot kaki yang dilakukan
dengan fokus kepada kaki kanan, tumit ditekankan ke tempat tidur/lantai, jari
kaki dibuka lebar-lebar dan ditarik keatas, otot-otot paha ditegangkan kemudian
dilemaskan secara perlahan-lahan selama 10 detik dan responden diminta
membedakan perasaan saat tegang/kontraksi dengan saat rileks dan lakukan hal
yang sama pada kaki kiri.
3. Gerakkan selanjutnya responden diminta memusatkan perhatian pada otot dahi
dengan cara otot dahi dikerutkan, alis ditarik keatas lalu ditegangkan atau
dikontraksikan kemudian dilemaskan secara perlahan-lahan selama 10 detik dan
responden diminta membedakan perasaan saat tegang/kontraksi dengan saat
rileks.
4. Gerakkan selanjutnya ditujukkan untuk merelaksasikan otot mata, fokuskan
perhatian pada mata, lalu mata dipejamkan kuat-kuat dan mengarahkan bola
mata keatas, tegangkan lalu secara perlahan-lahan dilemaskan selama 10 detik
dan responden diminta membedakan perasaan saat tegang/kontraksi dengan saat
rilek.
5. Gerakkan selanjutnya bertujuan untuk meregangkan otot-otot rahang, lidah dan
bibir dengan cara gigi atas dan gigi bawah saling ditekan, lidah didorong ke
langit-langit mulut dan bibir dikatupkan sekuat mungkin kemudian tegangkan
lalu secara perlahan-lahan dilemaskan selama 10 detik dan responden diminta
membedakan perasaan saat tegang/kontraksi dengan saat rileks.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

6. Gerakkan selanjutnya ditujukkan untuk otot dada. Gerakkan ini dilakukan


dengan cara menarik nafas sedalam mungkin lalu tahan selama 3-5 detik lalu
secara perlahan-lahan dilemaskan dan dengan membuang nafas secara perlahan-
lahan, responden diminta untuk menikmati perasaan nyaman yang timbul setelah
gerakkan dan responden diminta membedakan perasaan saat tegang/kontraksi
dengan saat rileks. Dan untuk gerakkan pada otot dada dilakukan pengulangan
satu kali.
7. Gerakkan selanjutnya bertujuan agar dapat mencapai releksasi yang lebih dalam
lagi dengan cara secara perlahan-lahan menggerak-gerakkan kepala
kebelakang/menengadah dan kedepan/menurunkan kepala kearah dada sebanyak
tiga kali lalu kembali ke posisi semula dan relaksasikan, responden diminta
membedakan perasaan saat tegang/kontraksi dengan saat rileks.
8. Setiap selesai melakukkan gerakkan responden juga diminta untuk menikmati
rasa nyaman atau memberikan sugesti bahwa pasien merasa nyaman.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

BAB III
METODOLOGI

A. Waktu
Kegiatan desain inovatif akan dilaksanankan pada :
Hari/ tanggal : Minggu, 30 Juli 2017
Waktu : Pukul 09.00 - selesai

B. Sasaran
Ibu hamil Puskesmas Ngesrep

C. Tempat
Kelurahan Sumurboto

D. Langkah Kegiatan
1. Pengisian kuesioner pengukuran skala kecemasan.
2. Pengenalan relaksasi otot progresif pada kelompok ibu hamil di puskesmas
ngesrep.
3. Ibu hamil diposisikan nyaman dan tidak mengganggu ibu hamil lain.
4. LCD disesuaikan dengan tempat penyuluhan di puskesmas ngesrep.
5. Terminasi kegiatan

E. Instrumen
1. Audio dan video PMR.
2. Leaflet PMR
3. Kuesioner kecemasan HARS

F. Prosedur
1. Tim mengenalkan materi relaksasi otot progresif dan manfaatnya kepada ibu
hamil di puskesmas ngesrep.
2. Tim melakukan demonstrasi dengan ibu hamil di puskesmas ngesrep.
3. Tim memberikan audio video mengenai relaksasi otot progresif sebagai
pedoman untuk melakukan relaksasi otot progresif secara mandiri dengan
pengawasan mahasiswa.

G. Evaluasi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

Evaluasi proses dan struktural :


a. Evaluasi proses melalui pengisian kuesioner pengukuran skala kecemasan
kembali
b. Evaluasi hasil pencapaian terget sasaran, sebagai berikut :
1) 100% audience mengikuti kegiatan PMR dari awal hingga akhir acara
2) 75% audience mampu mendemonstrasikan ulang PMR
3) 60% audience terjadi penurunan tingkat kecemasan
4) Evaluasi struktural pengorganisasian oleh observer
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

DAFTAR PUSTAKA

Conrad A, Roth WT. Muscle relaxation therapy for anxiety disorders:It works but how?
Journal of Anxiety Disorders. 2007;(21): p. 243-264.
Cooke H. CAM-CANCER (Complementary and Alternative Medicine For Cancer).
[Online].; 2015 [cited 2016 Desember 9. Available from: http://www.cam-
cancer.org/The-Summaries/Mind-body-interventions/Progressive-Muscle-
Relaxation.
Psychologytools. Psychology Tools. [Online]. [cited 2016 Desember 8. Available from:
http://psychology.tools/progressive-muscle-relaxation.html.
Resti IB. Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Stres Pada Penderita
Asma. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 2014 Januari; Vol. 02(1).
Septianingrum, Yurike. Efektivitas Relaksasi Selama Kehamilan Terhadap Penurunan
Stres, Kecemasan Ibu Hamil Dan Respon Janin Dalam Kandungan. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 206-212
Soewondo S. [Audio Stres, Manajemen Stres, dan Relaksasi Progresif].; 2012.
Tobing DL. Pengaruh Progressive Muscle Relaxation dan Logoterapi terhadap
Perubahan Ansietas, Depresi, Kemampuan Relaksasi dan Kemampuan
Memaknai Hidup Klien Kanker di RS Dharmais Jakarta. Tesis. Jakarta:
Universitas Indonesia, Pasca sarjana fakultas ilmu keperawatan; 2012
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

LEMBAR PENGESAHAN

Dosen Pembimbing
Akademik

Dosen Pembimbing
praktek

Anda mungkin juga menyukai