Anda di halaman 1dari 42

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.

30 Tahun 2002 tentang Komisi


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) mempunyai tugas sebagai berikut:
a. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
b. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
e. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam hal melaksanakan tugas koordinasi sebagaimana yang dimaksud dalam tugas
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), maka KPK berwenang :
a. mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;
b. menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
c. meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang
terkait;
d. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
e. meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
Kemudian dalam hal melaksanakan tugas supervisi, Komisi Pemberantasan Korupsi
berwenang pula melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang
menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana
korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik.
Masih berkaitan dengan pelaksanaan tugas supervisi, Komisi Pemberantasan Korupsi
juga berwenang mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana
korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.
Apabila Komisi Pemberantasan Korupsi mengambil alih penyidikan atau penuntutan,
kepolisian atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan seluruh berkas perkara beserta
alat bukti dan dokumen lain yang diperlukan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja,
terhitung sejak tanggal diterimanya permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Penyerahan tersangka dan seluruh berkas perkara beserta alat bukti dan dokumen lain
yang diperlukan dilakukan dengan membuat dan menandatangani berita acara penyerahan,
sehingga segala tugas dan kewenangan kepolisian atau kejaksaan pada saat penyerahan
tersebut beralih kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.
Rabu, 29 Februari 2012

Komisi Pemberantasan Korupsi Hongkong (ICAC)

Sejarah Hongkong tidak dapat dilepaskan dari masalah candu atau


opium atau istilah yang sangat popoler saat ini narkotika. Hongkong
menjadi tempat transit opium dari segitiga emas kebagian lain
didunia melalui daratanCina sejak Abad ke-19, sehingga Kaisar Cina
melarang impor opium sejak tahun 1796 dan diulangi lagi larangan
yang sama pada tahun 1800. Kekaisaran Cina memerintahkan
untuk menyita semua opium yang dimiliki oleh orang asing yang
berada didaratan cina. Hal ini telah menimbulkan
ketegangan-ketegangan dengan orang asing dan pada akhirnya
pecah perang antara Cina dan Inggris yang sangat terkenal dengan
sebutan perang candu pada Tahun 1839-1842.
Cara hidup kapitalis diterapkan di Hongkong 50 Tahun kedepan,
sehingga cara hidup sosialis didaratan Cina tidak dilaksanakan di
Hongkong sampai 50 tahun depan sejak 1 Juli 1997. Independensi
Hongkong termasuk bidang eksekutif, legislatif, dan yudikatif sesuai
dengan Basic Law. Keputusan hakim sampai pada tingkat akhir yang
yuridiksinya atas semua kasus di wilayahnya. Sistem peradilan Jury
tetap dipertahankan sebagaimana di Inggris. Prinsip presumption of
innocence sebelum ada keputusan hakim yang berkekuatan hukum
tetap juga tetap dipertahankan.

Pasal 57 Basic law, Independent Commission Againts Corruption


juga tetap dipertahankan. Kalau dulu ICAC Hongkong bertanggung
jawab kepada Chief Executive. ICAC Hongkong diatur dalam
Independent Commission Against Corruption Ordinance, Chapter
204. Pengawasan terhadap penuntutan perkara criminal dilakukan
oleh Dapertement Kehakiman Hongkong SAR. Yang bebas dari
campur tangan atau independen. Permasalahan korupsi yang sangat
meluas di Hongkong, terutama pada Tahun 60-an dan 70-an tidak
terlepas dari masalah narkotika yang berkolusi dengan pihak
kepolisian Hongkong, yang pada puncak pimpinannya masih dijabat
oleh orang-orang inggris. Selain berkolusi dengan sindikat narkotika,
polisi, Hongkong juga menjadi the god father tempat perjudian dan
pelacuran. Pada tahun 70-an diperkirakan 50 ton candu dan 10
ton morfin masuk ke Hongkong setiap tahunnya dari kawasan
segitiga emas Thailand-laos-Burma. Di Hongkong terdapat 80.000
orang pecandu narkotika (Robert Klitgaard, 1998: 131). Sebuah
sindikat narkotika bias sukses dan berlangsung lama jika terjalin
kerja sama dengan pihak kepolisian, dan hal inilah yang terjadi di
Hongkong terutama dalam tahun 60-an dan 70-an . Terjadi
kewajiban setoran regular dari sindikat narkotika kepada kepolisian
untuk mengamankan operasi sindikat narkotikanya.

ICAC Hongkong benar-benar independen dan hanya bertanggung


jawab kepada gubernur yang waktu itu dijabat oleh Mac Lahose dan
sekarang ICAC Hongkong bertanggung jawab kepada Chief Executive
Hongkong SAR. Jika Negara lain memulai pembentukan komisi
pemberantasan korupsi karena korupsi sudah meluas dan merata di
semua pejabat public di Negara tersebut, tetapi Hongkong
membentuk Independent Commission Against Corruption dalam
keadaan para hakim masih sangat bersih dari korupsi, dan korupsi di
Hongkong hanya merajalela dikalangan kepolisian saja. Tokoh
kepolisan Hongkong yang lain yang terjaring adalah letnan kolonel
Ernest Hunt yang dijatuhi hukuman pidana penjara dan telah
mengakui bahwa dalam kurun waktu 18 tahun selama berkarir di
kepolisan Hongkong telah berhasil mengumpulkan harta hasil korupsi
sejumlah juta dolar Hongkong.

Organisasi ICAC (Independent Commission Against Corruption)


Hongkong
ICAC Hongkong dipimpin oleh seorang Commissioner dan di bantu
oleh empat kepala divisi berikut.

1. Operation Departement.

2. Corruption Prevention Dapertement.

3. Community Relations Dapartement.

4. Administration Branch.

Commissioner dan ketiga kepala divisi diangkat dan bertanggung


jawab kepada Chief Executive atau kepala Eksekutif Hongkong SAR,
yang pada saat Hongkong di bawah pemerintahan Inggris, kepala
Eksekutif ini disebut Gubernur. Integritas Commissioner dan ketiga
kepala divisi serta pejabat lain sangat tinggi melalui seleksi ketat dan
mengikuti pelatihan khusus. Begitu pula sistem penggajiannya di atas
gaji pegawai negeri. Jumlah pegawainya juga lebih banyak
dibandingkan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk Hongkong.
Ditahun 1999 jumlah pegawai ICAC Hongkong sebanyak 1.299
orang, yang terbagi dalam;943 pegawai bidang operasi, 58 pegawai
bidang prevensi, 212 pegawai bidang hubungan masyarakat, dan 86
pegawai bidang administrasi.
Ad.1. Operation Departemen (Departement Operasi)

Kepada Departement Operasi merangkap Wakil Komisioner atau


Deputy Commissioner, membawahi dua rektorat, yaitu yang
dikepalai oleh Director of Investigation untuk sektor pemerintah,dan
Director of Investigation untuk sektor swasta. Berbeda dengan
Malaysia dan Australia (New South Walse), karena ICAC Hongkong
meliputi pula sektor swasta yang tidak ditemui di BPR (Badan
Pencegah Resuah) Malaysia dan ICAC New South Wales Australia.
Director of Investigation untuk sektor pemerintah membawahi dua
cabang (branch), yaitu cabang atau Branch 2 dan cabang atau
branch 4. Kemudian masing-masing cabang atau branch
membawahi satuan satuan kerja sebagai berikut:

1. Cabang atau Branch 1, membawahi Satuan kerja A, B, C, Y

2. Cabang atau Branch 3, membawahi Satuan kerja D, E, F, Z.

3. Cabang atau Branch 2, membawahi Satuan kerja G, H, R, X.

4. Cabang atau Branch 4, membawahi Satuan kerja I, J, K, L.


Ad.2. Corruption Prevention Dapertement (Departement Prevensi
Korupsi).

Director of Corruption Prevention memiliki dua Assistanst Director,


yaitu Divisi 1 dan Divisi 2, yang masing-masing disebut Assignment
Groups.Director of Corruption Prevention membawahi Management
and Advisory Services atau Manajemen Dinas Penasihat.

Ad.3. Community Relations Departement (Departement Hubungan


Masyarakat).

Director of community membawahi dua Assistant Director yang


masing-masing merupakan Relations 1 dan Community Relations 2.
Community Relation membawahi tiga unit kerja, yaitu Education
dan Mass Communication Office: Pres Information Offices; dan
Management dan Strategy Office. Adapun Community Relations 2
membawahi dua unit kerja, yaitu Hongkong Mainland Liason Office
dan 8 Regional Offices.

Ad.4. Administrasi Branch (Cabang Administrasi).


Cabang Administrasi dikepalai oleh seorang Assistant Director yang
bertanggung jawab atas manajemen personel, keuangan, persediaan
barang dan urusan umum, adminstrasi pelatihan, hubungan staf
dan aktivitas kesejateraan komisi beroperasi berdasarkan peraturan
pemerintah, dan cabang administrasi bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa semua peraturan dan prosedur yang berlaku
dilaksanakan dan ditaati.

Tugas Commissioner.

Tugas commissioner diatur dalam Pasal 12 Ordinance, yang


meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Menerima dan memperhatikan pengaduan terjadinya praktik korupsi dan


menyelidiki setiap pengaduan yang dianggap layak.

2. Penyidikan:

1. Setiap pelanggaran yang dituduhkan atau dicurigai berdasarkan ICAC


Ordinance;

2. Setiap pelanggaran yang dituduhkan atau berdasarkan Prevention of


bribery ordinance;
3. Setiap pelanggaran yang dituduhkan atau dicurigai berdasarkan Corrupt
And Illegal Practices Ordinance.

4. Setiap pelanggaran yang dituduhkan atau curigai berdasarkan pemerasan


yang dilakukan oleh Hongkong SAR atau melalui penyalahgunaan
jabatannya;

5. Setiap kolusi yang dituduhkan atau dicurigai berdasarkan Prevention of


Bribery Ordinance (Cap.201);

6. Setiap kolusi yang dituduhkan atau dicurigai berdasarkan (oleh dua orang
atau lebih termasuk pegawai-pegawai pemerintah Hongkong SAR) untuk
melakukan pemerasan oleh atau melalui penyalahgunaan jabatan pegawai
pemerintah yang bersangkutan.

1. Menyelidiki setiap perbuatan pegawai pemerintah menurut pendapat


Commissioner, berkaitan atau mendorong praktik korupsi dan
melaporkannya kepada Chief Executive.

2. Memeriksa praktik dan prosedur masing-masing departemen dari


pemerintah dan badan umum, guna mempermudah pengungkapan praktik
korupsi serta menjamin revisi metode kerja dan prosedur yang menurut
pendapat Commissioner dapat mendorong praktik korupsi.

3. Menginstruksikan, menasihati, dan membantu setiap orang atas


permintaannya, mengenai bagaimana cara praktik korupsi dapat
ditiadakan oleh orang bersangkutan.
4. Memberi saran kepada department dari pemerintah atau badan umum
mengenai perubahan dalam praktik dan prosedur yang sesuai dengan
pelaksanaan efektif dari tugas masing-masing department atau badan
umum bersangkutan yang dianggap perlu oleh Commissioner, guna
mengurangi kemungkinan terjadinya praktik korupsi.

5. Mendidik publik untuk melawan seluruh aspek jahat korupsi.

6. Mengumpulkan dan memupuk dukungan public dalam memerangi


korupsi.

Wewenang Commissioner

Wewenang Commissioner dalam Chapter 201 Part III (ayat 13-13C,


14, 14A, 14D, 14E, 15, 16, 17A, 17B, 17C)

Ayat 13

Wewenang istimewa untuk investigasi dengan surat perintah


Commissioner.

Ayat 13A
Memberintahkan untuk menyediakan bukti dan memberi bantuan
mengkopi dan memotret.

Ayat 13B

Mengungkap informasi yang didapat pada ayat 13A

Ayat 13C

Melarang mengumumkan informasi yang diperoleh.

Ayat 14

Wewenang untuk memperoleh informasi. Akan tetapi, jika seseorang


memberi informasi palsu dapat didenda dengan HK $20.000 Dan
penjara satu tahun.

Ayat 14A-B

Pencabutan undang-undang.
Ayat 14

Perintah Penahanan.

Ayat 14D

Variasi dan pembatalan perintah penahanan.

Ayat 14E

Memohon petunjuk pengadilan mengenai kapan perkara disidangkan


dan siapa jaksa penuntut.

Ayat 15

Penasihat hukum dan informasi yang istimewa yang dapat diperluas


terhadap pembantu penasihat hukum.

Ayat 16
Wewenang untuk mendapatkan bantuan dan mengajukan petunjuk
kepada pegawai pemerintah. Jika pegawai pemerintah yang diminta
bantuan tidak memberikan bantuan dapat didenda HK $20.000
dan penjara satu tahun.

Ayat 17

Mempunyai wewenang untuk penyelidikan.

Ayat 17A

Menahan dokumen perjalanan.

Ayat 17B

Mengembalikan dokumen perjalanan.

Ayat17C

Mengenai ketentuan lebih lanjut tentang pengamanan,penampilan,


dan lain-lain.
Selanjutnya dalam Pasal 13 Chapter 204 diatur
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Untuk maksud pelaksanaan Ordinance ini, Commissioner dapat :

1. Memberi kuasa tertulis kepada stafnya untuk mengajukan pertanyaan atau


pemeriksaan;

2. Menandatangani kantor pemerintah dan bertanya kepada pejabat


pemerintah mengenai kewajiban dan peraturan tetap atau instruksi yang
berkaitan.

3. Diganti;

4. Memberi kuasa kepada seseorang yang mewakilinya menjalankan tugas


dan wewenang berdasarkan Ordinance ini dan Prevention Of Bribery (Cap
201) atau Corrup and Ilegal Practices Ordinance (cap.288) seperti yang
ditetapkan.

5. Commissioner atau setiap pejabat yang diberi kuasa yang dimaksud.

1. Commissioner atau setiap pejabat yang diberi kuasa yang dimaksudkan


dalam ayat itu secara tertulis oleh Commissioner mempunyai wewenang:
1. Seperti pelaksanaan tugas oleh Commissioner berdasarkan Ordinance ini
adalah memeriksa semua catatan, buku, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan kantor pemerintah dibawah control pejabat
pemerintah.

2. Sepanjang diperlukan dalam setiap tugas Commissioner berdasarkan ayat


(12) huruf d atau f, pencatatan dalam buku dan dokumen lain yang berada
dalam control pemerintah seperti Commissioner atau pejabat yang
menjalankan tugas dan prosedur kantor pemerintah;

3. Seperti halnya catatan pada buku-buku dan dokumen yang lain,


wewenang untuk memotret atau membuat fotocopya.

1. Dokumen di sini mempunyai arti seperti ayat (2) The Prevention of Bribery
Ordinance (Cap. 201).

Untuk menilai hasil yang telah dicapai oleh ICAC Hongkong, maka
setiap tahun diterbitkan dokumen mengenai kebijakan objektif ICAC
Hongkong. Disitu ditentukan hal-hal yang seharusnya menjadi
pegangan semua pihak:

1. Policy objectives, yaitu hasil akhir yang harus dicapai oleh kebijakan dan
program tertentu serta hasil yang telah dicapai.
2. Key result areas, yang menjelaskan unsur-unsur kunci yang diperlukan
untuk menjalankan seluruh Policy Objective dan kemajuan yang telah
dicapai selama ini.

3. Indicators, memerinci bagaimana pemerintah melakukan uraian tentang


kinerja dalam mencapai hasil yang terdapat pada key result areas.

Diperlukan waktu untuk menyusun organisasi, mengangkat pejabat


mengatur serta membuka kantor cabang, dan lain-lain sehingga
tidak serta merta dapat dilakukan kegiatan operasi secara instan.
Tenggang waktu tiga tahun bagi ICAC Hongkong cukup memadai
untuk melakukan secara optimal, barang kali Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) Indonesia perlu menelaah hal ini.

Pada tingkat pimpinan ICAC Hongkong yaitu Commissioner ada


dewan penasihat yang disebut Advisory Committee Corruption yang
diangkat oleh Chief Executive yang tugasnya, adalah sebagai berikut.

1. Memberi nasihat kepada Commissioner ICAC Hongkong mengenai setiap


aspek masalah korupsi di Hongkong, dan untuk ini:

1. Menjaga agar kebijakan operasional, staffing, dan administrative ICAC


Hongkong tetap dalam pengawasan;
2. Memberi nasihat mengenai tindakan yang dipandang perlu oleh
commissioner berdasarkan Pasal 8 ayat (2) Ordinance ICAC Hongkong;

3. Menerima laporan mengenai tindakan disiplin yang diambil oleh


Commissioner;

4. Mempertimbangkan pengeluaran yang diperkirakan per tahun oleh ICAC


Hongkong;

5. Meneliti laporan tahunan ICAC Hongkong sebelum diserahkan kepada Chief


Executive;

6. Menyerahkan laporan tahunan kepada Chief Executive.

1. Menarik perhatian Chief Executive yang dipandang perlu tentang semua


aspek pekerjaan ICAC Hongkong atau setiap masalah yang dihadapi ICAC
Hongkong.

Wewenang Bidang Operasi

Bidang operasi terdiri atas dua Sektor Pemerintah dan Penyidikan


Sektor Swasta.

Penyidikan oleh ICAC Hongkong diatur dalam Chapter 204


Independent Commission Againts Corruption Ordinance dan
Chapter 201 The Prevention of Bribery Ordinance. Pasal 10
Chapter 204 mengatur wewenang penangkapan dan penahanan:

1. Seorang pejabat yang diberi wewenang oleh Commissioner untuk


melakukan penangkapan tanpa surat perintah penangkapan terhadap
seseorang yang dicurigai melakukan pelanggaran terhadap Ordinance ini
atau The Prevention Of Bribery Ordinance (Cap 201) atau The Corrupt
And Ilegal Practices Ordinance (Cap. 288) atau pejabat pemeritah yang
bersalah melakukan pemerasan dengan menyalahgunakan jabatannya.

2. Selama penyidikan dilakukan oleh ICAC Hongkong bagi seseorang yang


dicurigai melanggar The Prevention Of Bribery Ordinance (Cap. 201) atau
pelanggaran lain (Amanded 16 of 1991s2):

1. Dia mencurigai pelanggaran lain tersebut ada hubungan langsung atau


tidak langsung melanggar The Prevention of Bribery Ordinance (Cap. 201)
atau dicurigai melanggar The Corrupt and Ilegal Practices Ordinance (Cap.
288); atau

2. Pelanggaran lain tersebut adalah salah satu yang dimaksud dalam


subsection (5).

1. Pejabat :

1. Mempergunakan wewenang dalam keadaan apa pun yang menyebabkan


suatu penangkapan berdasarkan ayat (1) atau ayat (2) dan (Amanded 18
of 1976sn 2);
2. Dengan tujuan mengadakan penangkapan tersebut masuk dan
menggeledah suatu tempat jika mempunyai alasan bahwa seseorang berada
ditempat itu.

1. Tidak boleh memasuki suatu tempat beradasarkan ayat (3) kecuali pejabat
tersebut terlebih dahulu menyatakan bahwa dia adalah pejabat ICAC
Hongkong dan maksudnya memasuki tempat tersebut memperlihatkan
kartu pengenal, tetapi dapat memasuki suatu tempat secara paksa jika
diperlukan.

2. Pelanggaran yang secara terinci seperti dimaksud pada ayat (2):

1. Penyesatan atau menghalangi selama dalam peradilan; mencuri


beradasarkan Pasal 9 Theft Ordinance (Cap. 210, Added 27 of 1980s 2);

2. Pemerasan berdasarkan Pasal 23 Theft Ordinance (Cap. 210);

3. Mendapatkan harta dengan cara penipuan berasarkan Pasal 17 Theft


Ordinance (Cap. 210);

4. Memperoleh uang dengan cara penipuan;

Mendapatkan pelayanan dengan cara penipuan beradasarkan Pasal


18A The Ordinance (Cap. 210, Added 51 of 1987 s 4):
Menghindari tanggung jawab dengan cara penipuan berdasarkan
ayat (18) D Theft Ordinance (Cap 210, Added 51 of 1987 s 4);

Melarikan diri tanpa membayar beradasarkan Pasal 18 C Theft


Ordinance (Cap. 210, Added 51 of 1987 s 4);

Mendapatkan dokumen tertentu secara tidak sah beradasarkan


Pasal 18 D Theft Ordinance (Cap. 210 Added 51 of 1987 s 4);

Melaporkan akuntansi tidak benar berdasarkan Pasal 19 Theft


Ordinance (Cap. 210 Added 27 of 1980 s 2, Amanded 51 of
1987 s 4)

1. Membantu pelanggaran beradasarkan Pasal 90 The Criminal Procedur


Ordinance (Cap. 211);

2. Berkolusi untuk menipu dan penipuan berhubungan dengan Paragraf 1), 2),
3), 4), atau 5); Replace 27 of 1980 s 2, Amanded 51 of 1987 s 4, 16 of
1991 s 2)

3. Berusaha melakukan pelanggaran yang berhubungan dengan Paragraf 1),


2), 3), 4), atau 5); Replace 27 of 1980 s 2, Amanded 51 of 1987 s 4, 16
of 1991s 2).
Proses penyelesaian perkara melalui emat tahap, yaitu sebagai
berikut.

1. Pelaporan.

2. Penyelidikan.

3. Penyidikan.

4. Penuntutan.

Sebenarnya di samping adanya laporan, ICAC Hongkong dapat


mengetahui sendiri adanya gejala korupsi melalui intelijen.

Ad.1. Pelaporan.

Ada pusat penerimaan laporan (Report Center) di markas besar


ICAC Hongkong yang terdiri atas enam seksi, yang terbuka selama
24 jam dan dilayani oleh enam seksi tersebut secara bergiliran.
Pada tanggal 21 Maret 1994 didirikan suatu Tim Tanggap Cepat
(Quick Response Team) yang tujuannya untuk melayani laporan
masyarakat secara cepat masyarakat dengan mudah dapat
melaporkan terjadinya laporan masyarakat secara cepat.

Masyarakat dengan mudah dapat melporkan terjadinya delik


korupsi, karena pusat pelaporan ini dilengkapi dengan peralatan
yang canggih . Laporan dan pertanyaan dapat diajukan melalui Hot
Line 2526 636 atau ke kotak pos 1000.

Kerahasiaan pelapor dijamin dan semua diperlukan sama. Dalam


menyelesaikan laporan ICAC Hongkong independen, tidak dapat
dicampuri oleh instansi lain, kecuali Chief Executive yang boleh
memberikan pengarahan.

Ad. 2. Penyidikan.

Suatu penyelidikan sering dilakukan berhari-hari, berbulan-bulan


bahkan bertahun-tahun. Hal ini dilakukan dengan cara pengintaian
terus-menurus atas kegiatan yang dicurigai. Dilakukan juga intelijen
taktis, yang meliputi rekrutmen dan pengendalian informan, yang
melakukan penyamaran (undercover). Nama informan dan
undercover dicatat berdasarkan nomor code yang diberikan bukan
namanya. Informan dan undercover ini mengumpulkan informasi
yang akan diserahkan kepada ICAC Hongkong. Sering mantan
tersangka atau saksi dijadikan informan.

Penggunaan informan dan undercover memerlukan biaya besar dan


berisiko, sehingga harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu

1. Bilamana cara-cara konvensional tidak membawa hasil.

2. Menyangkut korupsi besar dan sulit untuk dilacak;

3. Volume korupsi sangat besar;

4. Menyangkut orang besar besar.

Selain dilakukannya intelijen taktis, juga dilakukan intelijen


starategis, yang mengendalikan data, baik yang diperoleh sendiri
oleh ICAC Hongkong maupun yang diperoleh dari luar. Dalam
menganalisis data atau laporan ini dipergunakan sistem
komputerisasi canggih yang tidak on line dengan sistem jaringan
computer lain yang ada di ICAC Hongkong. Secara selektif dapat
pula dilakukan penyadapan telepon dan sensor surat bagi koruptor
kakap yang mendapat persetujuan dari Chief Executive setelah
mengajukan permohonan yang disertai alasan-alasan yang d ini
dapat dibenarkan. Cara pelacakan koruptor seperti ini sangat efektif
hasilnya. Unit ini juga melakukan perlindungan kepada saksi, baik
secara yuridis maupun fisik.

Diadakan juga kerja sama antara ICAC Hongkong dengan


instansi-instansi yang ada di Hongkong dan Cina daratan yang
meliputi:

1. Kerja sama dengan para penegak hukum dan dapertemen di Hongkong


dalam mencegah korupsi, seperti kerja sama dengan kepolisian, bea cukai,
imigrasi, dan pemadam kebakaran.

2. Kerja sama dengan instansi di Cina daratan untuk menanggulangi korupsi


lintas batas, yaitu kerja sama dengan Provinsi Guandong.

Disamping itu diadakan pula kerja sama dengan jaringan


internasional melalui cara:

1. Pertukaran informasi, pelatihan, dan kunjungan dengan penegak hukum


lain didunia, seperti dengan FBI, DEA, Royal Canadian Mounted Police, dan
Australian Federal Police:

2. Berkaitan dengan kerja sama internasional tersebut diterbitkan ICAC Anti


Corruption Newsletters secara berkala untuk saling memberi informasi
antar Negara.
ICAC Hongkong juga melakukan penyidikan kedalam tubuhnya
sendiri untuk menjaga integritas anggotanya. Unit ini disebut
Internal Investigation and Monitoring Grup. Dengan demikian,
secara cepat dapat dicegah terjadinya praktik korupsi di dalam
tubuh ICAC Hongkong sendiri, dan jika terjadi dapat dengan cepat
dilakukan tindakan.

Ad.3. Penyidikan.

Mirip dengan cara penyidikan di Australia ICAC New South Wales


yang disebut hearing, di ICAC Hongkong disebut Interview, yang
bersifat Tanya jawab yang direkam dengan audio-video dan
kemudian dibuat transkripnya.

Ada beberapa ruangan pemeriksaan yang dilengkapi dengan


audio-video, dilengkapi pula dengan dua buah kamere, satu dengan
lebar dan yang satunya lagi close up. Dilengkapi pula dengan
petunjuk tanggal dan jam, serta satu set perangkat perekam yang
terdiri atas tiga buah video recorder, dan satu cermin besar untuk
menunjukan pantulan gambar di dinding di belakang kamera. Setiap
rekaman terdiri atas tiga rangkap, satu untuk tersangka, satu
penyidik, dan satu lagi untuk alat bukti dipersidangan.Didalam
ruang interview, bentuk meja dan kursi dirancang secara khusus
untuk keperluan kegiatan interview. Ruangannya kepada suara dan
pada dinding ruangan terdapat daftar mengenai hak-hak tersangka
yang sedang diperiksa. Pendek kata, sistem penyidikan.

Ad.4. Penuntutan.

ICAC Hongkong tidak berwewenang melakukan penuntutan


terhadap tersangka tindak pidana korupsi. Izin penuntut diberikan
oleh Sekertaris Dapertemen Yustisi. Terhadap kasus-kasus yang
tidak dilanjuti penuntutannya akan ditinjau kembali oleh ORC
(Operations Review Committee) Kasus dibagi dua untuk kasus yang
kecil akan ditinjau oleh subcommittee yang terdiri atas tiga orang
anggota, sedangkan untuk kasus yang besar harus diputuskan oleh
rapat pleno ORC Main Committee. ORC (Operations Review
Committee) dapat meminta tim investigasi untuk mengumpulkan
bukti-bukti baru. Jika tidak dapat dianjutkan ketahap penuntutan,
dan ternyata yang ada adalah pelanggaran administratif atau
disiplin, akan diteruskan kepada department yang terkait.

Jika ternyata tidak ada bukti, baik untuk penuntutan pidana


maupun pelanggaran admistratif, dapat dikeluarkan surat yang
menyatakan bahwa kasus tersebut tidak cukup bukti dan surat ini
dapat menjadi untuk merehabilitasi nama baik dan kehormatan
tersangka. Surat ini hampir sama dengan SP 3 (Surat Perintah
Penghentian Penyidikan) di Indonesia.

Terhadap kasus yang kecil penyidik ICAC Hongkong dapat melaukan


penuntutan sendiri ke Magistrate Court, sedangkan untuk kasus
yang besar penuntutan hanya dapat dilakukan oleh penuntut umum.
Namun demikian, penuntutan kasus korupsi baik yang besar
maupun yang kecil hanya dapat dilakukan atas persetujuan Jaksa
Agung yang diberi otoritas olehnya. Pada Operations Departement
dan Operation Review Committee yang bertugas:

1. Mendapatkan informasi dari Commissioner mengenai semua pengaduan


tindak pidana korupsi yang dibuat untuk ICAC Hongkong dan bagaimana
cara ICAC Hongkong menanganinya;

2. Mendapatkan progress reports dari commissioner mengenai semua hasil


penyidikan yang berlangsung selama setahun, atau sumber-sumber
substansial;

3. Mendapatkan laporan dari Commissioner mengenai jumlah dan yustifikasi


perintah penggeledahan yang kuasakan Commissioner, serta penjelasan
tentang perlunya urgensi yang secepat mungkin dapat dilakukan;
4. Mendapatkan laporan dari Commissioner mengenai semua kasus yang
tersangka telah di- bail oleh ICAC Hongkong lebih dari enam bulan;

5. Mendapatkan laporan dari Commissioner mengenai penyidik yang telah


diselesaikan oleh komisi dan memberi nasihat tentang bagaimana cara
kasus-kasus demikian yang berdasarkan nasihat hukum tidak tunduk pada
penuntutan atau kehati-hatian yang harus ditempuh;

6. Mendapatkan laporan dari Commissioner mengenai hasil penuntut delik


yang menjadi yurisdiksi ICAC Hongkong dan appel yang mengikutinya;

7. Memberi nasihat kepada Commissioner mengenai informasi apa yang


terungkap dari penyidikan suatu delik yang menjadi yurisdiksinya. Hal itu
akan diserahkan kepada departemen dari pemerintah atau badan public
atau organisasi lain atau individu atau dalam hal kasus kekecualian, adalah
perlu untuk meneruskan informasi itu pada pertemuan komite yang akan
datang untuk meninjau tindakan tersebut pada pertemuan pertama
sesudahnya;

8. Memberi nasihat untuk hal lain yang Commissioner serahkan kepada


komite atau mengenai hal yang komite ingin memberi nasihat;

9. Menarik perhatian Chief Excutive mengenai setiap masalah yang


dikemukakan oleh komite;

10. Menyerah laporan tahunan kepada Chief Executive yang akan segera
diterbitkan.
Tugas Departemen Pencegahan Korupsi.

Tugas CPD (Corruption Prevention Departement) adalah mengambil


langkah-langkah untuk mencegah terjadinya korupsi di suatu
instansi atau kantor dengan cara mempelajari dan menelaah tata
kerja di instansi atau kantor tersebut. Berdasarkan hasil telaah
tersebut dibuat rekomendasi kepada instansi atau kantor yang
bersangkutan tentang bagaimana tata kerja yang seharusnya
dilakukan supaya tidak terjadi korupsi atau memperkecil
kemungkinan terjadinya korupsi dengan tata kerja yang
direkomendasikan tersebut.

Para petugas Corruption Prevention Departement terdiri dari para


ahli dibidang akutansi, pertanahan,arsitektur, dan lain-lain.
Disamping itu, di Corruption Prevention Departement ada panitia
tetap sebagai penasihat yang disebut Advisory Committee on
Corruption (ACC) yang terdiri atas 10 orang anggota, yaitu ketua di
tambah 4 orang berasal dari luar ICAC Hongkong, sedangkan 5
orang lainnya dari kalangan ICAC Hongkong.

ICAC Hongkong memberi bantuan juga kepada badan swasta yang


meminta bantuan. ICAC Hongkong membuka pula Grup Pelayanan
Konsultasi untuk swasta, terutama bidang usaha kecil. Untuk
melakukan tugas preventif ICAC Hongkong melakukan studi yang
meliputi banyak bidang, seperti penegakan hukum, prosedur tender,
sistem lisensi dan registrasi, manajemen kontrak, serta sistem
pengamanan informasi.

Pada Corruption Prevention Departement ada Corruption


Prevention Advisory Committee, sebagai berikut;

1. Menerima dan meminta laporan dari ICAC Hongkong mengenai praktik


dan prosedur department pemerintah, badan public, dan sektor swasta
yang mungkin kondusif bagi koruptor serta memberi nasihat kepada
Commissioner tentang daerah-daerah mana yang perlu diperiksa dan
derajat prioritas masing-masing.

2. Mempertimbangkan rekomendasi yang timbul dari pemeriksaan dan


memberi masihat kepada Commissioner mengenai langkah berikutnya yang
perlu diambil.

3. Memantau tindakan yang diambil dalam pelaksanaan rekomendasi yang


dibuat atas nasihat Corruption Prevention Advisory Committee.

Corruption Prevention Advisory Committee beranggotakan 14


orang, termasuk 2 orang yang ex officio, yaitu Director of
Administration atau yang mewakilinya dan Commissioner ICAC
Hongkong.
Tugas Departemen Hubungan Masyarakat (Community Relations
Departemen).

Departemen hubungan masyarakat ini dibentuk dengan asumsi,


bahwa tidak mungkin tuhas ICAC Hongkong dalam memberantas
korupsi dapat berhasil tanpa dukungan masyarakat . ICAC Hongkong
memanfaatkan semua jalur media yang ada untuk menyampaikan
pesan-pesannya kepada masyarakat, seperti media TV, radio, surat
kabar, majalah, iklan, poster, selebaran dan lain-lain. Dalam
kampanye anti korupsi melalui komunikasi yang ada di ICAC
Hongkong harus bersaing dengan iklan lain, dimulai dengan
menyadarkan masyarakat tentang perlunya pemberantasan korupsi
guna meningkatkan Law awarnes masyarakat, diusul dengan
bantuan atau support.

Pendekatan dilakukan pada sektor bisnis, generasi muda, guru,


sampai murid dari TK, SD, SMP. Diadakan pula program pelatihan,
survey tentang pandangan publik tentang korupsi, wawancara
telepon, quetionnaire, dan pandangan publik tentang kinerja ICAC
Hongkong, Pertemuan dengan kalangan pers secara bekerja juga
dilakukan oleh Departemen Hubungan Masyarakat ICAC Hongkong.
Berbeda dengan di Indonesia, pers dan NGO (Non Government
Organization) di Hongkong dan Malasysia dilarang menyebut nama
orang yang disangka sebelum adanya putusan pengadilan, jadi
sangat dijunjung asa praduga tak bersalah atau Presumption of
Innocence. Di Indonesia setiap orang yang diperiksa oleh aparat
hukum atau oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan
tindak pidana korupsi selalu dengan jelas disebutkan namanya,
walaupun alat-alat bukti baru dalam tahap pencarian.

Pada Community Relations Departemen ICAC Hongkong ada


Advisory Committee on Community Relations yang tugas-tugasnya
sebagai berikut:

1. Memberi nasihat kepada Commissioner ICAC Hongkong untuk mengambil


tindakan dalam menigkatkan bantuan publik dalam memberantas korupsi
dan mendidik masyarakat mengenai kejahatan korupsi.

2. Menerima dan meminta laporan mengenai tindakan yang telah dilakukan


oleh Community Relations Departemen mengenai hal sebagaimana tersebut
pada butir 1

3. Memantau tanggapan publik pada hasil kerja ICAC Hongkong dan sikap
publik terhadap kejahatan korupsi pada umumnya.

Community Relation Departemen beranggotakan 17 orang


termasuk seorang yang ex officio, yaitu Commissioner ICAC
Hongkong.

Kesimpulan.

Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pemberantasan korupsi di


Hongkong oleh ICAC Hongkong adalah disebabkan hal-hal berikut:

1. Adanya political will pemerintah, baik pada zaman colonial Inggris maupun
pada Zaman Hongkong SAR yang melanjutkan dengan sungguh-sungguh
dalam memberantas korupsi, baik melalui cara represif maupun preventif
dan pendidikan kepada masyarakat.

2. Masih terjaminnya intergritas dan kejujuran para hakim pada waktu ICAC
Hongkong dibentuk.

3. Adanya budget atau anggaran operasional ICAC Hongkong yang sangat


besar.

4. Pemanfaat teknologi canggih dalam melaksanakan semua kegiatan ICAC


Hongkong.

5. Diikutsertakannya masyarakat dalam pelaksanaan pemberantasan korupsi.


Sebagaimana telah dibahas pada bagian terdahulu, bahwa di bidang
operasi ada komite yang mengawasi yang anggotanya diambil dari
semua unsure masyarakat, begitu pula di bidang prevensi dan
hubungan masyarakat. Satu hal yang sangat menguntungkan dan
telah membawa hasil pemberantasan korupsi di Hongkong, yaitu
sebelum korupsi membawa kesemua sektor kehidupan masyarakat,
pemerintah langsung melakukan usaha yang sangat gigih, terencana,
efisien, efektif, dan menyeluruh, sehingga tidak terjadi seperti di
Indonesia yang ibarat kanker sudah pada posisi stadium akhir baru
membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi.

Ketiga gejala korupsi sudah mulai menggejala di kepolisian Hongkong


yang merupakan sistem yang terorganisir, dengan melakukan
pungutan pada sindikat narkotika, perjudian, dan pelacuran,
dengan pembagian hasil yang dilakukan secara merata kepada
semua jajaran kepolisian berdasarkan status jabatan dan
pengankatannya. Maka Gubernur Hongkong atau Chief Executive
segara membuat gagasan yang diajukan kepada dewan perwakilan
rakyat agar segera dibentuk komisi pemberantasan korupsi yaitu
ICAC Hongkong, dan arti Anti Corruption Organization yang ada
pada lembaga kepolisian Hongkong segera dibubarkan. Sebelum
keadaan menjadi parah seperti keadaan di Indonesia saat ini, komisi
pemberantasan korupsi ICAC Hongkong dibentuk dan ternyata
mendapat sukses besar, sehingga banyak dicontoh oleh
Negara-negara lain.
Praktik Perkara Korupsi dengan Beban Pembuktian Terbalik di
Hongkong. Praktik perkara tindak pidana korupsi di Indonesia
dengan beban pembuktian terbalik tidak pernah diterapkan dan
terjadi dalam praktik peradilan. Akan tetapi, lain halnya yang
terjadi di Hongkong. Putusan Pengadilan Tinggi Hongkong antara
The Attorney General of Hongkong v Hui Kin Hong dan Putusan
antara The Attorney General of Hongkong v Lee Kwong- Ku
merupakan penerapan kasus dengan beban pembuktian terbalik.
Misalnya, pada posisi secara global terdakwa Hui King Hong yang
pada pengadilan tingkat pertama (Court Of First Instance Of
Hongkong) didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana diatur
dan diancam hukuman dalam ketentuan Pasal 10 ayat (1) huruf a
Ordonansi Pencegahan Penyuapan Bab 201 (Section 10 of the
Prevention Of Bribery Ordinance Of Hongkong) yang berbunyi:

1. Any person who, being or having been a Crown servant:

1. Maintains a standard of living above that which is commensurate with is


present or past official emoluments;

2. Is in control of pecuniary resource of property disproportionate to his


present or past official emoluments, shall, unless he gives a satisfactory
explanation to the court as to how he was able to maintain such a standard
of living or how such pecuniary resources or property came under his
control, be guilty of an offence.
3. Where a court is satisfied in proceedings for an offence under subsection (1)
(b) that, having regard to the closeness of his relationship to the accused
and to other circumstances, there is reason to believe that any person was
holding pecuniary resources or property in trust for or otherwise on behalf
of the accused or acquired such resources or property a gilft from the
accused, such resources or property shall, until the contrary is proved, be
presumed to have been in the control of the accused.

Putusan Pengadilan Tingkat Pertama Hongkong pada tanggal 30


November 1994 memutus terdakwa Hui Kin Hong dengan ammar
menerima pengajuan perkara tersebut dan membatalkan dakwaan
karena ketentuan Pasal 10 ayat (1) huruf a Ordonansi Pencegahan
Penyuapan Bab 201 bertentangan dengan ketentuan Pasal 11 ayat
(1) UU HAM Hongkong (Section 11 Hongkong Bill of Rights
Ordinance No, 59 Tahun 1991). Atas putusan tersebut The
Attorney General of Hongkong menyatakan banding. Akhirnya,
terhadap kasus ini Putusan Pengadilan Tinggi Hongkong (Court of
Appeal of Hongkong) No. 52 Tahun 1995 tanggal 3 April 1995
mempertimbangkan bahwa:

1. Terdakwa diberikan perlindungan hukum selama proses persidangan


sebagaimana sistem hukum Common Law menurut ketentuan Pasal 11
ayat (1) UU HAM Hongkong yang berbunyi, setiap orang yang didakwa
melakukan suatu tindak pidana mempunyai hak untuk tetap dianggap
tidak bersalah sampai dibuktikan sebaliknya menurut hukum.

2. Bahwa, penuntut Umum kemudian diberikan beban pembuktian terlebih


dahulu untuk membuktikan status terdakwa (Seminar Estate Surveyor of
the Buildings and Lands Departemen of the Hongkong Government) adalah
sebagai pembantu kerajaan dan membuktikan total biaya hidup yang
dilakukan olehnya selama masa dakwaan, kemudian Penuntut Umum
harus membuktikan keseluruhan jumlah kekayaan selama periode tersebut
sehingga diperkirakan kekayaan yang dinikmati selama ini di luar
kewajaran dari kekayaan resminya.

3. Bahwa, pertimbangan (ratio decidendi) Putusan Pengadilan Tinggi


Hongkong menentukan beban pembuktian kepada terdakwa harus
berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (1) huruf a Ordonansi Pencegahan
Penyuapan Bab 201 yang berbunyi setiap orang menjadi atau telah
menjadi pembantu ratu menyelengarakan taraf hidup yang tidak dapat
dijelaskan dengan baik dari penugasan resminya selama ini, dan kentuan
Pasal 10 (1) huruf b Ordonansi Pencegahan Penyuapan Bab 201 tentang,
mengontrol sumber daya keuangan yang sebanding dengan penugasan
resminya selama ini, kecuali tidak dapat memberi penjelasan memuaskan
kepada pengadilan tentang taraf hidup atau sumber daya keuangan yang
berada dibawah kontrolnya dinyatakan bersalah melakukan tindak
pidana, merupakan kewajiban terdakwa memberikan penjelasan untuk
membuktikannya.

4. Bahwa, kemudian Putusan Pengadilan Tinggi Hongkong berdasarkan hasil


pemeriksaan di sidang menjatuhkan putusan bahwa hakim pada
pengadilan tingkat pertama telah melakukan kesalahan dalam
menerapkan hukum ketentuan Pasal 10 ayat (1) huruf a Ordonansi
Pencegahan Penyuapan Bab 201 sehingga putusan pengadilan tingkat
pertama dibatalkan dan perkara harus dilanjutkan.

Konklusi dasar kasus di atas memberikan deskripsi memadai bahwa


Pengadilan Tinggi Hongkong menyatakan ketentuan Pasal 10 ayat
(1) huruf a Ordonansi Pencegahan Penyuapan Bab 201 meletakkan
beban pembuktian kepada terdakwa untuk menyatakan bahwa Hui
Kin Hong tidak melakukan tindak pidana korupsi. Akan tetapi,
Pengadilan Tinggi Hongkong berpendapat bahwa sebelu terdakwa
dipanggil untuk membuktikan tentang asal-usul kekayaannya yang
jauh melebihi penghasilannya, Jaksa Penuntut Umum harus
membuktikan terlebih dahulu secara beyond reasonable doubt,
tentang status Hui Kin Hong sebagai pembantu ratu tersebut,
standar hidup yang bersangkutan selama penuntutan dan total
penghasilan resmi yang diterima selama itu, dan juga harus
membuktikan bahwa kehidupan yang bersangkutan tidak dapat
dijangkau oleh penghasilannya itu. Apabila Penuntut Umum dapat
membuktikan seluruhnya, kewajiban terdakwa untuk menjelaskan
bagaimana yang bersangkutan dapat hidup mampu dengan
kekayaan yang ada, atau bagaimana kekayaannya tersebut berada
dibawah kekuasaannya atau bagaimana terdakwa Hui Kin Hong
mendapatkan ketidakwajaran sumber keuangan atau harta
kekayaan tersebut. Pengadilan Tinggi Hongkong kemudian harus
memutuskan apakah hal-hal tersebut dapat diperhitungkan sebagai
standar hidup yang berlebihan atau sebagai sumber keuangan yang
tidak sepadan dengan harta bendanya.

Secara gradual asumsi dasar polarisasi demikian, Pengadilan Tinggi


Hongkong berpendapat bahwa, dengan proses acara seperi itu tidak
ada pertentangan dengan konstitusi ketentuan Pasal 11 ayat UU
HAM Hongkong karena yang bersangkutan sudah diberikan haknya
untuk menjelaskan tentang asal usul kepemilikan harta kekayaan
terdakwa dan juga Jaksa Umum sudah diwajibkan untuk
membuktikan hal-hal tersebut. Beban pembuktian terbalik yang
diterapkan oleh Pengadilan Tinggi Hongkong No. 52 Tahun 1995
tanggal 3 April 1995 terhadap terdakwa Hui Kin Hong, untuk itu
terlebih dahulu Jaksa Penuntut Umum membuktikan terhadap diri
terdakwa tentang status Hui Kin Hong sebagai pembantu ratu
tersebut, standar hidup yang bersangkutan selama penuntut dan
total penghasilan resmi yang diterima selama itu, dan juga harus
dapat membuktikan bahwa kehidupan yang bersangkutan tidak
dapat dijangkau oleh pengasilannya itu.

Polarisasi pemikiran Pengadilan Tinggi Hongkong ini didasarkan oleh


filosofi bahwa terhadap kesalahan orang tidak dapat dilakukan
beban pembuktian terbalik karena melanggar prinsip Due Procees of
Law, tetapi terhadap harta kepemilikan terdakwa dapat
dipergunakan beban pembuktian terbailk yang bersifat berimbang
atau balance probabilities. Teori ini secara imperative adanya
kewajiban Jaksa Penuntu Umum untuk membuktikan secara
negative tentang aspek yang bersifat menyangkut status sosial
terdakwa (person), sehingga apabila hal ini dapat dibuktikan,
berikutnya adalah kewajiban terdakwa secara positif untuk
membuktikan serta menjelaskan bagaimana yang bersangkutan
mampu dapat hidup dengan kekayaan yang ada, atau bagaimana
kekayaannya tersebut berada dibawah kekuasaannya.
Pada dasarnya, teori Beban Pembuktian Terbalik Keseimbangan
Kemungkinan (balanced probability principles) mengendapkan
keseimbangan secara proporsional antara perlindungan
kemerdekaan individu disatu sisi, dan perampasan hak individu
bersangkutan atas kepemilikan harta kekayaan yang diduga kuat
berasal dari korupsi disisi lainnya. Teori Beban Pembuktian Terbalik
Keseimbangan Kemungkinan pada hakikatnya tetap
mempertahankan prinsip pembuktian beyond reasonable doubt
yang diterapkan kepada terdakwa, tetapi secara bersamaan
sekaligus menerapkan prinsip pembuktian terbalik terhadap harta
kepemilikan harta kekayaan terdakwa. Sistem pembuktian yang
bersifat berimbang atau balance probabilities tersebut pada
pokoknya menempatkan HAM pelaku tindak pidana korupsi pada
level yang paling tinggi karena apabila tidak ditempatkan seperti itu
akan rentan terhadap pelangaran ketentuan hukum acara,
instrument hukum nasional dan hukum internasional. Kemudian,
dengan demikian pada level yang paling bawah secara bersama,
pelaku tindak pidana korupsi membuktikan beban pembuktian
terbalik terhadap asal usul mengenai harta kekayaannya yang
diduga berasal dari delik korupsi. Bertrand de Speville, dengan titik
tolak dari Putusan Pengadilan Tinggi Hongkong sebagaimana
konteks di atas secara eksplisit menyatakan beban pembuktian
terbalik secara balanced probabilities antara Jaksa dan Terdakwa
sedangkan terdakwa menjelaskan tentang asal usul kepemilikan
harta bendanya tersebut tidak bertentangan dengan HAM. Nihal
Jayawickrama, Jeremy Pope dan Oliver Stolpe.

Pada bulan Februari, 1974 didirikanlah Independent Commission Against Corruption. ICAC
memiliki komitmen untuk memberantas korupsi dengan strategi 3 ujung, yaitu pencegahan,
penindakan, dan pendidikan. Salah satu tugas awalnya adalah untuk menangkap Peter Godber.
Perkembangan ICAC Hongkong ini sangat pesat. Bahkan dijadikan role model bagi pemberantasan
korupsi di negara lain. Kunci dari keberhasilan ICAC adalah komitmen, konsistensi dan pendekatan
yang koheren antara pencegahan dan penindakan. Pencegahan termasuk pendidikan masyarakat dan
peningkatan kesadaran sikap anti korupsi merupakan aktifitas utama (core activity) dari model
Hongkong. Kegiatan pencegahan yang dilakukan oleh ICAC Hongkong ini mendapat dukungan penuh
bahkan dari penyidik yang sedang melakukan tindakan represif. Banyak KAK yang gagal mengadopsi
model Hongkong ini karena tidak mampu mensinergikan fungsi penindakan dan pencegahan sebaik
ICAC Hongkong. ICAC (Independent Commission Against Corruption) Hongkong : Model Universal
ICAC Hongkong disebut model universal karena dianggap sebagai model KAK yang ideal bagi
pemberantasan korupsi. Ideal disini dalam arti mempunyai kerangka hukum yang kuat, mendapatkan
support keuangan yang cukup besar, jumlah tenaga ahli yang mencukupi dan yang terpenting
konsistensi dukungan pemerintah yang terus-menerus selama lebih dari 30 tahun. ICAC Hongkong
didirikan dengan wewenang yang besar dalam penindakan dan pencegahan. Wewenang yang besar
seperti melakukan penyelidikan terhadap rekening bank, mengaudit harta kepemilikan dan yang
terpenting dapat melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk mencegah tersangka melarikan
diri dari proses penuntutan. Investasi modal dari pemerintah Hongkong untuk ICAC relatif besar,
untuk tahun 2001 sebesar US $ 90 juta, yang sebagian besar digunakan untuk membayar pegawainya
yang berjumlah 1200 orang. Investasi sumberdaya manusia dilakukan dengan sangat baik oleh ICAC
Hongkong, sehingga SDM ICAC tercukupi baik dari jumlah dan keahlian. Pola recruitment dan jenjang
karir di ICAC Hongkong didasarkan pada keahlian dan kinerja masing-masing staf. Turn over di ICAC
Hongkong ini terbilang sangat rendah. Ada persyaratan tertentu bagi staf ICAC yang berasal dari
lembaga pemerintah yakni, tidak diperbolehkan untuk masuk kembali ke kantor pemerintah, atau
lembaga yang terdapat16

17. kasus korupsinya dalam kurun waktu 2 tahun setelah keluar dari ICAC. ICAC Hongkong
mengkontrol korupsi di Hongkong melalui 3 departemen fungsional yakni investigasi, pencegahan dan
hubungan masyarakat. Departemen terbesar adalah departemen operasional (investigasi). 75 persen
anggaran ICAC dialokasikan untuk departemen operasional termasuk menggaji staf yang berkualitas
di departemen ini. Departemen pencegahan menginvestasikan sebagian besar dananya untuk
membiayai kegiatan study yang berkaitan dengan korupsi, menyelenggarakan seminar untuk pebisnis
dan membantu masyarakat dan organisasi swasta dalam mengidentifikasi upaya strategis untuk
mengurangi potensi korupsi. Study yang dilakukan ICAC Hongkong ini memberikan informasi yang
menarik mengenai tingkat dan modus korupsi yang dilakukan pegawai pemerintahan, sehingga dapat
dijadikan acuan dalam merubah hukum dan undang-undang anti korupsi yang berlaku. Departemen
hubungan masyarakat menginformasikan kepada publik tentang revisi dari 12 Undang Undang dan
peraturan yang berlaku. Departemen ini juga berperan dengan baik dalam meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap bahaya korupsi melalui berbagai kampanye publik yang sistematis dan
terencana. Keseluruhan fungsi-fungsi dari tiap departemen di ICAC Hongkong menjadi acuan bagi
banyak KAK di seluruh dunia, meskipun tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa mengadopsi model ini
akan sanggup menyelesaikan masalah yang dihadapi KAK di tiap-tiap negara. Lesson Learned dari
KAK di Hongkong : Kemauan politik yang kuat dari pemerintah, dengan menyediakan kerangka
hukum yang kuat dan sumberdaya yang memadai Cukup independen Pimpinan komisi mempunyai
keleluasaan yang cukup dalam mengelola manajemen Mempunyai fungsi publikasi yang baik
terutama dalam mempublikasikan proses penuntutan korupsi Hukum yang menekankan
penyelenggara negara untuk mengumumkan asetnya beserta sumber penghasilannya dilaksanakan
dengan baik Melakukan pendekatan yang menyeluruh melalui tiga strategi : investigasi, pencegahan
dan pendidikan masyarakat Dukungan publik yang kuat Rule of Law B. Thailand dan Madagascar :
KAK dengan Usia Muda Thailand Sebelum tahun 1975 penanganan kasus korupsi di Thailand
sepenuhnya menjadi wewenang kepolisian dengan mengandalkan undang-undang hukum pidana dan
undang-undang lain yang mengatur tentang pejabat publik. Namun kinerja kepolisian dalam
menanggulangi korupsi dianggap sebagian besar masyarakat jauh dari mencukupi. Korupsi semakin
merajalela di Thailand, walaupun setiap pemerintahan yang berkuasa selalu berjanji untuk menangani,
namun korupsi justru semakin menjadi. Korupsi juga menjadi salah satu pemicu jatuhnya
pemerintahan di Thailand, baik itu melalui kudeta militer maupun melalui parlemen. Keinginan untuk
memecahkan masalah korupsi semakin memuncak, tepatnya pada tanggal 14 Oktober 1973 para
pelajar dan mahasiswa menggelar aksi demonstrasi sambil memaparkan fakta kepada masyarakat dan
media bahwa banyak pejabat dan penyelenggara negara yang menyalahgunakan jabatan dan
tugasnya untuk keuntungan pribadi. Beberapa diantara mereka yang mencoba untuk menentang
korupsi tidak mampu berbuat apa-apa,17

Anda mungkin juga menyukai