Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebebkan oleh masalah yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia
setiap tahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat hamil atau bersalin. Penyebab langsung
kematian ibu adalah pendarahan 28%, eklamsi 24%,infeksi 11%, partus lama 5%, abortus
5%, dan lain-lain (SKRT 2001). Penyebab tidak langsung kematian ibu karena kondisi
masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya.Kondisi geografi serta keadaan
sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. Kondisi tersebut
mengakibatkan 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat
pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalutua,
terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran), tambah Menkes.Keterlambatan
pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu dan
keluargamengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang perlu
dilakukan untukmengatasinya di tingkat keluarga.
Angka kematian ibu (AKI) masih menjadi perhatian utama pemerintah, baik pada pemerintah
pusat maupun daerah. AKI merupakan indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa,
semakin baik pembangunan selaras dengan semakin kecil AKI. Akan tetapi berbagai upaya
yang telah dijalankan hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan, meski AKI
sempat menurun hingga 228/100 ribu KH (SDKI tahun 2007) namun berdasarkan hasil
survay terakhir AKI meningkat lagi mencapai 359/100 ribu KH (SDKI tahun 2012). Hasil
SDKI 2012 yang menunjukkan peningkatan signifikan AKI menimbulkan kekhawatiran
pemerintah gagal mencapai target MDGs tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup (KH).
Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terjadi di kabupaten Bojonegoro dimana AKI tahun
2013 mengalami peningkatan menjadi 102,5/ 100 ribu KH dari semula 95,5/ 100 ribu KH.
Oleh karena itu kabupaten Bojonegoro menjadi salah satu kabupaten uji coba program
pendampingan ibu hamil resiko tinggi yang dilakukan oleh kader.
Faktor diterminan kematian Ibu tidak hanya di sektor kesehatan, namun justru yang lebih
besar (60 %) di sektor non kesehatan, Salah satu diantaranya adalah pengetahuan Ibu.
tentang tanda tanda bahaya yang mungkin terjadi selama kehamilan dan persalinan. Masih
adanya perilaku-perilaku yang tidak menguntungkan bagi kesehatan ibu hamil serta ketidak
berdayaan ibu dalam mengambil keputusan terkait kehamilan yang dijalaninya.
Kabupaten Bojonegoro mendapatkan alokasi 100 (seratus) orang ibu hamil resiko tinggi yang
mendapat pendampingan oleh kader, sehingga kegiatan ini melibatkan 100 orang kader
kesehatan desa (Posyandu).
Tujuan utama dari kegiatan pendampingan Bumil Risti adalah untuk menurunkan angka
kematian bayi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan skreening terhadap ibu hamil yang memiliki resiko terkait dengan
kehamilannya, deteksi resiko ibu hamil menggunakan kartu skor Pudji Rochjati
(KSPR).
2. Melakukan rekruitmen kader pendamping yang berasal dari desa yang sama dengan
ibu hamil.
Kader dalam melaksanakan tugas pendampingan secara garis besar mempunyai tugas,
melapor pada bidan bila ditemukan ibu hamil baru, memotivasi ibu hamil, suami dan
keluarga agar ibu hamil melakukan pemeriksaan secara rutin dan tepat waktu, mengantar ibu
hamil untuk periksa pada petugas (bila diperlukan), melakukan deteksi dini dan memantau
perkembangan resiko kehamilan, memotivasi ibu agar bersedia dirujuk apabila diperlukan,
melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga terkait kehamilannya,
memonitor kepatuhan ibu hamil minum tablet tambah darah serta memberi penjelasan
tentang buku KIA pada ibu hamil.
Sedangkan tugas kader saat mendampingi bumil dalam mempersiapkan persalinan adalah;
momitavasi dan memastikan bumil hanya bersalin pada petugas kesehatan, membantu
mengkoordinir ambulan desa untuk merujuk ibu hmail bila perlu rujukan, membantu ibu
hamil dan keluarga dalam mempersiapkan dana persalinan baik berupa Tabulin maupun
Dasolin. Kader juga bisa melakukan pendampingan bumil di tempat persalinan (bila
diperlukan) serta memberikan laporan pada petugas terkait perkembangan proses persalinan
ibu hamil.
Kegiatan pendampingan diberikan hingga ibu selesai menjalani masa nifas. Tugas kader saat
mendampingi ibu nifas adalah mencatat dan melaporkan pada petugas tentang persalinan dan
bayi lahir, memantau kesehatan ibu dan bayi baru lahir, memotivasi ibu, suami dan keluarga
untuk melakukan rujukan bila diperlukan, memotivasi ibu melakukan pelayanan nifas pada
petugas, memotivasi ibu dan suami untuk segera ber-KB setelah melahirkan serta membantu
menyiapkan transportasi rujukan bila diperlukan.
Evaluasi program dilakukan pada akhir kegiatan dengan melaporkan jumlah ibu hamil yang
mendapat pendampingan, jumlah kader yang terlibat pendampingan serta kondisi bayi dan
ibu selama kegiatan pendampingan. Kegiatan pendampingan ibu hamil resiko tinggi apabila
memiliki dampak dan daya ungkit yang signifikan dalam mewujudkan kesehatan ibu dan bayi
akan dijadikan program replikasi yang diharapkan terdanai oleh anggaran APBD Kabupaten
Bojonegoro. (Imam Wahyudi, SKM.MPH. / Promkes).
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.PENGERTIAN
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,
perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran.
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 4 minggu s/d
36 minggu (menjelang persalinan) dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu
hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA)
secara menyeluruh dan sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan.
Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil
yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator
Kelas Ibu Hamil dan Buku senam Ibu Hamil.
B.TUJUAN
Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan,
perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,
KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit
menular dan akte kelahiran.
Tujuan Khusus :
1. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antara peserta (ibu hamil dengan ibu hamil) dan
antara ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan.
Kelas ibu hamil dapat dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, LSM dan mayarakat.
a. * Provinsi :
- Menyiapkan tenaga pelatih
- Mendukung pelaksanaan kelas ibu hamil (sarana prasarana)
- Monitoring dan eveluasi
* Kabupaten :
- Menyiapkan tenaga fasilitator
- Bertanggungjawab atas terlaksananya kelas ibu hamil (dana, sarana dan prasarana)
- Monitoring dan evaluasi
* Puskesmas :
- Kepala puskesmas sebagai penanggung jawab dan mengkoordinir pelaksanaan kelas ibu hamil di
wilayah kerjanya.
- Bidan/tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kelas ibu hamil(identifikasi calon
peserta, koordinasi dengan stake holder, fasilitasi pertemuan,monitoring, evaluasi dan pelaporan).
Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah mendapat pelatihan
dan setelah itu diperbolehkan untuk malaksanakan fasilitasi kelas ibu hamil.
Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, fasilitator dapat meminta bantuan narasumber untuk
menyampaikan materi bidang tertentu.
Nara sumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian di bidang tertentu untuk
mendukung kelas ibu hamil.
G. KEGIATAN PELAKSANAAN
1. Analisa Singkat
Melakukan analisa kebutuhan sebelum melaksanakan kelas ibu hamil bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan apa yang diperlukan untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan
kelas ibu hamil. Misalnya : siapa tim fasilitator yang akan memfasilitasi pertemuan, pakah diperlukan
nara sumber atau bagaimana persiapan materi dan alat bantu sudah lengkap atau perlu ditambah
dengan alat bantu lainnya, dll.
Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama hamil atau sesuai dengan hasil
kesepakatan fasilitator dengan peserta. Pada setiap pertemuan, materi kelas ibu hamil disampaikan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamiltetapi tetap mengutamakan materi pokok. Setiap
akhir pertemuan dilakukan senam ibu hamil, bagi ibu hamil yang mempunyai usia kehamilan > 20
minggu. Senam ibu hamil merupakan kegiatan/materi ekstra di kelas ibu hamil, jika dilaksanakan,
setelah sampai di rumah diharapkan dapat dipraktekan. Waktu pertemuan disesuaikan dengan
kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit
termasuk senam hamil 15 - 20 menit.
1. PERTEMUAN I
* Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan.
- Apa itu kehamilan?
- Perubahan tubuh ibu selama kehamilan
- Apa saja yang perlu dilakukan ibu
- Pengaturan gizi termasuk pemberian
tablet tambah darah untuk mencegah
Anemia.
* Perawatan Kehamilan.
- Kesiapan psikologis menghadapi
kehamilan.
- Hubungan suami isteri selama kehamilan.
- Obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil.
- Tanda - tanda bahaya kehamilan
- Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi.
2. PERTEMUAN II
* Persalinan
- Tanda - tanda persalinan
- Tanda bahaya pada persalinan
- Proses persalinan
- Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
* Perawatan Nifas
- Apa saja yang dilakukan ibu nifas agar
dapat menyusui eksklusif?
- Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas?
- Tanda - tanda bahaya nifas
- KB post partum
*USG
* Mitos
- Penggalian dan penelusuran mitos yang
berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
* Penyakit menular
- Infeksi Menular Seksual (IMS)
- Informasi dasar HIV/AIDS
- Pencegahan dan penanganan Malaria pada ibu hamil.
* Akte kelahir
4.SENAM HAMIL
Senam hamil bukan merupakan keharusan, namun dengan melakukan senam hamil akan
memberikan banyak manfaat dalam membantu kelancaran proses persalina, antara lain dapat
melatih cara mengedan yang benar. Kesiapan ini merupakan bakal bagi calon ibu pada saat
persalinan.
a. Memberikan dorongan serta melatih jasmani dan rohani ibu secara bertahap agar ibu dapat
menghadapi persalinan dengan tenang, sehingga proses persalinan dapat berjalan lancar dan
mudah.
b. Membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis
c. Melonggarkan persendian yang berhubungan dengan proses persalinan
d. Cara memperoleh kontraksi dan relokasi yang sempurna
e. Menguasai teknik-teknik pernapasan dalam persalinan
f. Dapat mengatur diri pada ketenangan
I. MONITORING
Monitoring dilakukan dalam rangaka melihat perkembangan dan pencapaian serta
masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil monitoring dapat dijadikan bahan untuk perbaikan
dan pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala
dan berjenjang mulai dari tingkat Desa, Kecamatan, Kbupaten / Kota dan Provinsi.
II. EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun negatif
pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai
bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil berikutnya.
Evaluasi oleh pelaksana (bidan/koordinator bidan) dilakukan setiap selesai pertemuan.Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama-sama
misalnya 1 kali setahun.
* Indikator Input :
- petugas kesehatan sebagai fasilitator kelas ibu hamil
- ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil
- suami/anggota keluarga yang hadir mengikuti kelas ibu hamil
- kader yang terlibat dalam penyelenggaraan kelas ibu hamil
* Indikator Proses
- Fasilitator :
manajemen waktu, penggunaan variasi metode pembelajaran, bahasan peyampaian, penggunaan
alat bantu, kemampuan melibatkan peserta, informasi Buku KIA.
* Indikator Output :
K. PELAPORAN
Seluruh rangakaian hasil proses pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil sebaikny dibuatkan
laporan.Pelaporan hasil pelaksanaan kelas ibu hamil dijadikan sebagai dokumen, sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan informasi dan pembelajaran bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.Pelaporan disusun pada setiap selesai melaksanakan kelas ibu hamil.
Isi laporan minimal tentan:
1. Waktu pelaksanaan
2. Jumlah peserta
3. Proses pertemuan
4. Masalah dan hasil capaian pelaksanaan
5. Hasil evaluasi
Selain rangakaian materi di atas, bahan yang penting disiapkan adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan tentang kesehatan ibu dan anak yang merupakan Pra-tes dan Post-tes.Dengan ini,
pengetahuan ibu hamil dapat diukur sebelum menerima pembelajaran dan sesudah menerima
pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam
bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,
perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran, melalui praktik dengan
menggunakan buku.
Kelas Ibu merupakan salah satu kegiatan penting dalam penerapan Buku KIA dimasyarakat sebagai
upaya pembelajaran ibu, suaminya dan keluarga agar memahami Buku KIA melalui metode kegiatan
belajar bersama dalam kelas yang di fasilitasi oleh petugas kesehatan untuk mempersiapkan ibu
hamil menghadapi persalinan yang aman dan nyaman. Beberapa kegiatan seperti senam ibu hamil,
latihan pernafasan pada persalinan dan cara menyusui bayi juga diberikan minat ibu-ibu hamil agar
datang mengikuti Kelas Ibu Hamil tersebut.
B. Saran
Sebaiknya sebagai petugas kesehatan memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada
masyarakat teutama ibu hamil harus lebih gencar karena ibu hamil merupakan bagian dari yang
mudah beresiko terkena infeksi atau pun komplikasi.
Kelas ibu hamil ini hendaknya dapat di mamfaatkan oleh ibu hamil sebagai sarana untuk menambah
pengetahuan,mulai dari penyajian nara sumber,maupun sering pengalaman dengan sesam ibu hamil
agar tujuan kesehatan nasional yaitu menurunkan AKI dan AKB dapat tercapai dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta
2. Sumber: Depkes RI dan JICA.2008. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta.Depkes RI dan
JICA
3. www.wordpress.com/2010/08/24/kelas-ibu-hamil/
4. .wordpress.com/2010/08/24/kelas-ibu-hamil/s
5. kelas-ibu-hamil-di-bulan-februari-dan-maret-2014/
6. pengertian-kelas-ibu-hamil.html