Anda di halaman 1dari 6

Menerima Segala Pemberian (dari Allah)

Khutbah Pertama


















Amma badu

Maasyirol muslimin jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat. Nikmat yang paling besar adalah
nikmat iman dan islam yang Allah anugerahkan. Begitu pula Allah masih menjaga diri kita,
istri dan anak kita dari musibah yang menimpa agama.

Kita memohon pada Allah supaya nikmat-nikmat tersebut tetap terus terjaga. Moga kita dapat
mensyukuri nikmat yang ada tadi dengan terus meningkatkan ketakwaan pada Allah.

Allah Taala memerintah untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya,





Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali
Imran: 102)

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi besar
kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, juga kepada para sahabat dan istri-istri beliau
yang tercinta serta pada setiap pengikut beliau yang mengikuti beliau dengan baik hingga
akhir zaman.
Para jamaah shalat jumat rahimani wa rahimakumullah

Narimo ing Pandum adalah sebuah falsafah Jawa, yang kalau dibahasa-Indonesia-kan secara
bebas menjadi Menerima Segala Pemberian.

Falsafah ini sebenarnya sangat dalam maknanya. Namun banyak orang salah mengartikan
falsafah ini. gimana mau kaya kalau cuma bisa nerima apa adanya?

Begitulah kira-kira orang salah mengartikannya.

Ada perumpamaan seperti ini untuk memahami konsep Menerima Segala Pemberian.

Ada seorang direktur mempunyai tiga orang karyawan. Direktur tersebut akan pergi ke luar
negeri, mungkin akan membuka bisnis baru di sana.

Dipanggillah karyawan pertama. Karyawan pertama ini seorang yang cerdas, rajin, dan jujur.
Diberilah dia 5 juta rupiah.

Kemudian dipanggilah karyawan yang kedua. Karyawan yang kedua ini rajin, jujur, namun
tidak begitu pintar. Diberilah karyawan kedua ini 3 juta rupiah.

Setelah itu, dipanggilah karyawan yang ketiga. Karyawan yang ketiga sebenarnya cukup
pintar, namun pemalas dan kurang jujur. Diberilah karyawan ketiga ini 1 juta rupiah.

Kepada karyawan-karyawan itu, si direktur itu berpesan, Kalian aku beri modal untuk usaha.
Kembangkanlah modal ini. Nanti kalau aku balik aku akan meminta pertanggungjawaban
atas modal tersebut.

Setelah si direktur pergi, karyawan pertama segera membuka usaha baru dengan modal
tersebut. Usaha tersebut berjalan lancar. Setelah sekian lama, akhirnya modal tersebut dari 5
juta rupiah menjadi 10 juta rupiah.

Karyawan kedua pun tak mau kalah, modal yang 3 juta rupiah tadi diputar dalam usahanya.
Usahanya sukses. Modal yang tadinya 3 juta rupiah menjadi 6 juta rupiah.

Namun karyawan yang ketiga malah mengeluh. Sialan pak direktur, saya cuman dikasih 1
juta. Buat apaan nih uang segini? Buat usaha mana cukup? Ya kalau usaha saya untung, kalau
rugi bagaimana? Akhirnya ditimbunlah uang 1 juta tadi ke dalam tanah.

Karyawan yang ketiga tiap harinya hanya bermalas-malasan sambil menunggu pak direktur
pulang. Nanti kalau pak direktur sudah pulang tinggal gali dan balikin uang itu, pikir
karyawan ketiga ini.

Setelah beberapa tahun di luar negeri, pulanglah pak direktur. Pak Direktur merasa senang
karena karyawan pertama dan kedua telah berhasil mengembangkan uangnya. Diberilah
kedua karyawan itu tambahan modal agar usahanya lebih maju.

Namun pak direktur sangat marah pada karyawan ketiga. Ia marah karena karyawan tersebut
tidak mengusahakan uang itu, tetapi malah menimbunnya. Dipecatlah karyawan tersebut
karena sifatnya yang malas dan jahat.
Dari cerita di atas, kira-kira siapakah yang Narimo ing Pandum? Apakah karyawan
pertama, karyawan kedua atau karyawan ketiga?

Narimo ing Pandum bukan berarti pasrah dan diam saja seperti karyawan ketiga.

Narimo ing Pandum kurang lebih seperti karyawan pertama dan kedua. Berapa pun yang
diberikan, mereka terima dengan ikhlas. Karyawan kedua tidak iri karena menerima lebih
sedikit dari karyawan pertama. Karyawan pertama pun tidak maruk dan meminta lebih karena
merasa pintar.

Kita simpulkan, narimo ing pandum berarti menyadari segala yang diberikan kepada kita
sudah sesuai dengan kemampuan kita.

Jadi Narimo ing Pandum bukan berarti pasrah dan diam saja atas segala yang diberikan.
Namun apapun yang diberikan kepada kita, terimalah dengan ikhlas dan usahakanlah agar
yang kita terima bisa berlipat ganda.

Sifat narimo ing pandum inilah yang dipuji dalam agama kita dengan istilah
QANAAH.

Keutaman sifat qanaah disebutkan dalam beberapa hadits berikut.

1- Memiliki qanaah berarti telah memiliki dunia seisinya

Dari Ubaidillah bin Mihshan Al Anshary dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau
bersabda,

Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga
dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu
di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya. (HR. Tirmidzi, no.
2346; Ibnu Majah, no. 4141. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).

Hadits di atas menunjukkan bahwa tiga nikmat di atas jika telah ada dalam diri seorang
muslim, maka itu sudah jadi nikmat yang besar. Siapa yang di pagi hari mendapatkan tiga
nikmat tersebut berarti ia telah memiliki dunia seisinya. Lihat Rossy Al-Barod Syarh Al-
Adab Al-Mufrod, hlm. 160.

2- Orang yang qanaah adalah orang yang beruntung

Hadits lainnya, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallahu anhuma, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan
qanaah (merasa cukup) dengan rizki tersebut. (HR. Ibnu Majah, no. 4138. Syaikh Al-
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

3- Kalau rajin memandang ke bawah (qanaah) akan rajin bersyukur

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,




.

Lihatlah pada orang yang berada di bawah kalian dan janganlah perhatikan orang yang
berada di atas kalian. Lebih pantas engkau berakhlak seperti itu sehingga engkau tidak
meremahkan nikmat yang telah Allah anugerahkan -kata Abu Muawiyah- padamu. (HR.
Ibnu Majah, no. 4138, shahih kata Syaikh Al-Albani).

4- Qanaah berarti telah mendapatkan kaya yang hakiki

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,







Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya
kaya adalah hati yang selalu merasa cukup. (HR. Bukhari, no. 6446; Muslim, no. 1051;
Tirmidzi, no. 2373; Ibnu Majah, no. 4137).

Semoga Allah memberi taufik dan hidayah pada kita semua.

Demikian khutbah pertama ini.






Khutbah Kedua





Amma badu

Maasyirol muslimin jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

Dengan sifat narimo ing pandum, menerima segala pemberian, ternyata punya manfaat yang
besar. Manfaat utama akan membuat kita semakin bersyukur dan jauh dari sifat hasad atau
cemburu pada rezeki yang ada pada orang lain.

Ya Allah, anugerahkanlah kami sifat yang qanaah. Moga kami menjadi hamba yang qanaah
dan kaya hati, yaitu dianugerahi hati yang selalu merasa cukup dan menerima segala
pemberian-Mu, Ya Allah.

Ada doa yang bisa diamalkan agar diberikan sifat qanaah. Dari Ibnu Masud radhiyallahu
anhu, beliau berkata,
:






Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa membaca doa: ALLAHUMMA INNI AS-
ALUKAL HUDA WAT TUQO WAL AFAF WAL GHINA (Ya Allah, aku meminta pada-Mu
petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat afaf -dijauhkan dari yang haram- dan ghinaa -sifat
kecukupan, narimo ing pandum-). (HR. Muslim, no. 2721)

Demikian khutbah kami untuk Jumat kali ini.

Anda mungkin juga menyukai