Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Kanker cerviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
cerviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker
cerviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.(Nada, 2007)
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara
epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang
disebut squamo-columnar junction (SCJ)(Wiknjosastro, Hanifa. 2005)

2. Klasifikasi
a. Klasifikasi Klinis
1) Stage 0 :Ca.Pre invasive
2) Stage I :Ca. Terbatas pada serviks
3) Stage Ia :Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secar
Histopatologis
4) Stage Ib :Semua kasus lainnya dari stage I
5) Stage II :Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
6) Stage III :Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah
vagina
7) Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

b. Klasifikasi Pertumbuhan Sel kanker Serviks


1) Mikroskopis
a) Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan
dengan karsinoma insitu.
b) Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.
c) Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis
dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis,
biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining
kanker.
d) Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan
forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
e) Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan
dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina,
bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium. Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks
yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

2) Makroskopis
a) Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b) Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c) Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d) Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah

3. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
b. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Berganti-ganti pasangan seksual
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
d. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.
e. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

4. Patofisiologi
Pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda dan keluhan,
pada pemeriksaan dengan spekulan, tampak sebagai porsio yang erosif (Metaplasia
Squamora) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh:
1) Eksofilik, mulai dari squamo columnar (SCJ) ke arah lumen vagina sebagai
masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis
2) Endofilik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma servik dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus
3) Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan
melibatkan awal fornless vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Servik yang normal secara alami mengalami proses metaplasia (erosio) akibat saling
desak mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi, dengan masuknya mutagen yang
erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik berubah menjadi patologik
(diplastik diskoriotik) melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS yang akhirnya menjadi
karsinoma invasive dan proses keganasan akan berjalan terus. Umumnya fase prainvasif
berkisar antara 3-20 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Histopatologik sebagian besar (95-97%)
berupa epidermoid atau squamor cell carsinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell
carsinoma / mesonephroid carsinoma dan yang paling jarang adalah sarkoma.
Penyebaran pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3
arah : ke arah fornless dan dinding vagina, ke arah corpus uterus dan ke arah
parametrium. Pada tingkat lanjut dapat menginfiltrasi septum rektovaginal dan kendung
kemih.
5. Pathway

Paparan Bahan Karsinogenik

Gaya Hidup:
Seksual Habit Ca Cerviks HVP Herpes
Tidak Sirkumsisi
Kotus < 16 thn
Persalinan Berulang
Personal Hygien Jelek
Manifestasi Klinik: Pembedahan: Kombinasi: Pengelolaan:
Keputihan Tdk Gatal, Pre,intra,post Pembedahan Sradium TNM
Bau busuk, contact operasi kemoterapi jenis Hitologi
bleeding,metroragi, radiasi terapi
nyeri,kehilangan BB
cepat lelah, pemeriksaan
fisik servic teraba besar, Efek samping Organ Target
ireguler, lunak, gejala
lain akibat metastase
Kecemasan,defisit
jauh
pengetahuan,
resiko komplikasi
intra & post
operasi

Pre radioterapi post radioterapi

Nyeri gangguan cemas Gangguan konsepsi


interaksi
sosial Gangguan Perubahan nutrisi < kebutuhan
pola tidur
Gangguan integritas kulit
6. Manifestasi Klinis
a. Stadium awal tidak memperlihatkan gejala
b. Vaginal discharge yg terus menerus
c. Sekret vagina/ Keputihan yang berbau
d. Pendarahan setelah sehabis senggama (pendarahan kontak) yang lama kelamaan
Perdarahan yang banyak dari vagina diluar senggama (Pendarahan spontan)
e. Haidh lebih banyak dan lama
f. Cepat lelah
g. Anemia
h. Penurunan BB
i. Nyeri punggung bagian bawah nyeri tungkai
j. Frekuensi berkemih yang sering dan mendesak
k. hematuria
l. Bone fraktur

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi
b. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
c. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya dapat memeiksa
daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar
junction dan intra servikal tidak terlihat.
d. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
e. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
f. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

8. Komplikasi
a. Berkaitan dengan intervensi pembedahan
4) Vistula Uretra
5) Disfungsi bladder
6) Emboli pulmonal
7) Infeksi pelvis
8) Obstruksi usus
b. Berkaitan dengan kemoterapi
1) Sistitis radiasi
2) Enteritis
c. Berkaitan dengan kemoterapi
1) Supresi sumsum tulang
2) Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
3) Kerusakan membrane mukosa GI
4) Mielosupresi

9. Penatalaksanaan
a. Terapi local
Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy, cauterasi,
terapi laser, konisasi, dan bedah buku.
b. Histerektomi
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status anak,
dan atau keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan
uterus, pelvis dan nodus limfa para aurtik.
c. Pembedahan dan terapi radiasi
- Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.
- Dilakukan pada kanker serviks invasive
- Pada terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi tumor serta
mengecilkan tumor
d. Radioterapi batang eksternal
- Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan itu
tegas
- Untuk terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga
tetap berada di tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat dan memakan
obat untuk mencegah defekasi, karena pada terapi ini biasanya terpasang
tampon (aplikator)
e. Eksenterasi pelvic
- Dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang
- Dapat dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung organ
yang diangkat ditambah dengan uterus dan nodus limfa disekitarnya.
f. Kolostomi dan illeustomi
Illeustomi dilakukan untuk sebagai saluran pembuangan illeus.
g. Terapi biologi
Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun
h. Kemoterapi
Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.
A. Tinjauan Teori Askep
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air.
2) Riwayat kesehatan sekarang
pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru
pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti :
perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi
kandungan, serta adanya tumor
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien

c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
Wajah : tidak ada oedema
Mata : konjunctiva tidak anemis
Hidung : simetris, tidak ada sputum
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak
terdapat lesi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjer getah bening
2) Dada
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor seluruh lap paru
Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
Auskultasi : vesikuler
3) Cardiac
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : tidak ada bising
4) Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ascites
Palapasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Auskultasi: bising usus normal
5) Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
6) Ekstremitas
Tidak oedema

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intraservikal
2) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
3) Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
4) Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan
tentang Ca. Serviks dan pengobatannya.
5) Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
terhadap pemberian sitostatika.
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra cervikal
Tujuan :
Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan
membaik :
Kriteria hasil :
1) Perdarahan intra servikal sudah berkurang
2) Konjunctiva tidak pucat
3) Mukosa bibir basah dan kemerahan
4) Ektremitas hangat
5) Hb 11-15 gr %
6) Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37
Derajat C, RR : 18 - 24 X/mnt.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
3) Cek Hb
4) Cek golongan darah
5) Beri O2 jika diperlukan
6) Pemasangan vaginal tampon.
7) Therapi IV

b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
makan.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi penurunan berat badan
2) Porsi makan yang disediakan habis.
3) Keluhan mual dan muntah kurang
Intervensi :
1) Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
2) Berika makan TKTP
3) Anjurkan makan sedikit tapi sering
4) Jaga lingkungan pada saat makan
5) Pasang NGT jika perlu
6) Beri Nutrisi parenteral jika perlu.

c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi
nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami
Kriteria hasil :
1) Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
2) Intensitas nyeri berkurangnya
3) Ekpresi muka dan tubuh rileks
Intervensi :
1) Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien
2) Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri.
3) Ajarkan teknik relasasi dan distraksi
4) Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
5) Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri

d. Cemas yang b.d terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan


tentang kanker serviks, penanganan dan prognosenya.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi
tentang penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya.
Kriteria hasil :
1) Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita
2) Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien.
3) Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah
komplikasi.
4) Sumber-sumber koping teridentifikasi
5) Ansietas berkurang
6) Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas.
Tindakan :
1) Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya.
2) Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata
cara mengentrol dirinya.
3) Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian.
( Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang
motivasi, kurangnya sistem pendukung yang positif).
4) Tunjukkan adanya harapan
5) Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik

e. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi
stabil
Kriteria hasil :
1) Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
2) Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
3) Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara
konstruktif.
4) Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
Intervensi :
1) Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap
positif.
2) Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian
tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
3) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi
tentang penyakitnya.
4) Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri
melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal,
peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta
perkembangan spiritual dan moral.
5) Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal
perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan
untuk mendiskusikan masa depan.
6) Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
7) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling
secara profesional.

Anda mungkin juga menyukai