Anda di halaman 1dari 14

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Pengukuran laju korosi logam tembaga dilakukan dengan menggunakan tiga


metode pengukuran dalam larutan aqua regia pada pH yaitu 1,79; 2,89; 4,72 dan
6,80. Pengukuran pada berbagai pH tersebut untuk melihat pengaruh keasaman
suatu media terhadap laju korosi. Penggunaan metode pengukuran hambatan dan
pengurangan berat dilakukan sebagai dasar untuk membuat praktikum sederhana
tentang pengukuran laju korosi secara kualitatif sedangkan metode polarisasi
dengan Tafel digunakan sebagai pembanding kedua metode tadi. Selain itu untuk
menunjukkan dalam pembelajaran korosi, bahwa dengan teknik Tafel pengukuran
laju korosi dapat diukur lebih kuantitatif. Teknik Tafel digunakan sebagai
pembanding dengan alasan, diantaranya: Tafel menggunakan instrumentasi yang
ketelitiannya telah dikalibrasi dan semua proses perhitungannya dilakukan oleh
suatu software sehingga kesalahan perhitungan dapat diminimalkan. Semua
pengukuran dilakukan pada suhu ruangan yaitu 24,5oC-25,5oC dengan keberadaan
oksigen yang terlarut dalam larutan aqua regia . Pada penelitian ini juga dilakukan
pengukuran laju korosi pada salah satu pH yaitu 2,89 dengan pengaruh
penambahan suatu inhibitor. Inhibitor tanin digunakan dengan variasi konsentrasi
10 ppm, 25 ppm dan 40 ppm untuk melihat pengaruh tanin dalam menghambat
laju korosi.

IV.1 Analisis Laju Korosi Menggunakan Metode Pengukuran Hambatan


Logam
Ketika logam Cu kontak dengan lingkungan yang bersifat asam yaitu aqua regia
maka akan timbul beda potensial antara logam dengan aqua regia. logam Cu
akan teroksidasi oleh asam nitrat dari aqua regia dan melarut membentuk senyawa
kompleks dengan Cl dari aqua regia. Sedangkan pada permukaan logamnya,
tembaga akan teroksidasi oleh oksigen yang terlarut dalam larutan aqua regia
membentuk CuO berupa lapisan tipis. Cara perhitungan laju korosi dengan
metode pengukuran hambatan, dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan
mengukur pengurangan diameter kawat tembaga setiap 5 menit dan menggunakan

30
nilai kemiringan grafik dari hasil pengaluran nilai R-1/2 terhadap waktu, seperti
tampak pada Gambar IV-1. Reaksi yang terjadi adalah:
Cu (s) + 2NO3- (aq) + 4H+ (aq) Cu+2 (aq) + 2NO2 (g) + 2H2O (l)
Cu+2 (aq) + 4Cl- (aq) CuCl4-2 (aq)
Cu (s) + O2 (g) CuO (s)

Gambar IV-1.Perubahan nilai hambatan kawat tembaga berdiameter 0.1 mm


terhadap waktu pada pH aqua regia 1,79 dan arus 0,37 Ampere

Arus dan tegangan yang diperoleh pada penelitian ini, diukur menggunakan
multimeter digital seperti pada Gambar IV-2.

Gambar IV-2.Tampilan pada multimeter untuk pembacaan tegangan terukur


dengan nilai arus yang dibuat relatif konstan sebesar 0,37 Ampere

31
Hasil pengukuran tidak dapat diolah lebih lanjut karena tidak diperoleh nilai
penambahan tegangan terukur selama waktu reaksi. Dengan menggunakan arus
yang relatif konstan selama reaksi seharusnya terjadi kenaikan nilai tegangan dan
hambatan sebagai akibat dari pengurangan diameter kawat sesuai dengan rumusan
R= l/A.

IV.2 Analisis Laju Korosi Menggunakan Metode Uji Berkurangnya Berat


(Corrosion Wheel Test)
Hasil uji berkurangnya berat tembaga menunjukkan bahwa laju korosi terbesar
terjadi pada pH sangat asam yaitu 1,79 dan paling kecil pada aquadest dengan pH
6,80.

Gambar IV-3.Kupon tembaga sebelum terkorosi dan yang telah terkorosi pada
beberapa pH

Berdasarkan pengamatan langsung, terlihat adanya perbedaan antara logam


tembaga sebelum dan sesudah mengalami korosi. Demikian juga tampak adanya
perbedaan warna pada beberapa pH. Secara kualitatif ini dapat digunakan untuk
menunjukkan adanya proses korosi. Sedangkan untuk pengukuran secara
kuantitatif sederhana, digunakan penimbangan berat bahan sebelum dan sesudah
terjadi korosi. Selanjutnya data pengurangan berat tersebut dikonversikan ke
dalam satuan laju korosi yaitu m.tahun-1 menggunakan perhitungan berikut:
Misal, pada pH media 2,89 terjadi pengurangan berat (m) sebesar 0,0126 gram
Massa jenis logam Cu = 8,96 gram.cm-3
Lama pengkorosian = 18 jam atau 0,75 hari atau (0,75 / 365) tahun
Dimensi kupon Cu = 2 cm x 1,05 cm x 0,04 cm
maka Luas selimut kupon:
L = 2.(2 cm x 1,05 cm) + 2.(1,05 cm x 0,04 cm) + 2.(2 cm x 0,04 cm)
= 4,444 cm2
32
Volume kupon yang hilang:
V = m /
= (0,0126 gram) / (8,96 gram.cm-3 )
= 0,00141 cm3
Ketebalan kupon yang hilang
t = V / L
= 0,00141 cm3 / 4,444 cm2
= 0,000316 cm
Laju korosi (CR) dalam m. tahun-1 adalah :
CR = 0,000316 x 104 / 0.0021
= 1540,00 m.tahun-1
Pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali untuk setiap kondisi percobaan dan laju
korosi merupakan nilai rata-ratanya. Hasil perhitungan selengkapnya laju korosi
dengan menggunakan perhitungan yang sama untuk beberapa pH, tercantum
dalam tabel IV-1.

Tabel IV-1. Pengaruh peningkatan pH terhadap jumlah kupon tembaga yang


hilang dan laju korosi

laju korosi rata-


Berat yang laju korosi
pH rata
media hilang m.tahun-
m.tahun-1
(gram) 1

0,0195 2690,25
0,0190 2589,70
1,79 2420,43
0,0161 1938,98
0,0183 2462,77
0,0126 1540,00
0,0115 1510,22
2,89 1550,24
0,0128 1635,85
0,0117 1514,88
0,0015 197,03
0,0048 621,49
4,72 296,06
0,0018 210,34
0,0012 155,37
6,80 0,0002 28,35 40,04
0,0003 40,41
0,0002 25,06

33
0,0005 66,32

Bila data dari tabel IV-1 dialurkan dalam bentuk berat kupon yang hilang terhadap
pH maka akan diperoleh grafik seperti pada Gambar IV-4.

Gambar IV-4.Grafik berat rata-rata kupon tembaga yang hilang terhadap


peningkatan pH untuk melihat pengaruh pH terhadap berat yang
hilang

Berkurangnya massa kupon tembaga yang hilang akibat kenaikan nilai pH juga
akan mengurangi nilai laju korosi karena berkurangnya jumlah H+ yang
mendepolarisasi logam. Jika dibuat dalam bentuk grafik maka akan terlihat seperti
pada gambar IV-5.

Gambar IV-5. Grafik laju korosi tembaga terhadap peningkatan pH larutan aqua
regia untuk melihat pengaruh pH terhadap laju korosi

34
Pengukuran laju korosi tembaga untuk melihat adanya pengaruh konsentrasi
inhibitor tanin pada pH 2,89 dihitung menggunakan perhitungan yang sama
seperti pengaruh pH terhadap laju korosi. Laju korosi tembaga dengan
penambahan tanin pada beberapa konsentrasi, tercantum dalam tabel IV-2.

Tabel IV-2. Pengaruh peningkatan konsentrasi tanin terhadap berat kupon yang
hilang dan laju korosi pada pH larutan aqua regia 2,89

laju korosi rata-


konsent. Berat yang laju korosi
rata
Tanin hilang (m.tahun-
(m.tahun-1)
(ppm) (gram) 1)

0,0126 1540,00
0,0115 1510,22
0 1550,24
0,0128 1635,85
0,0117 1514,88
0,0108 1318,81
0,0113 1452,35
10 1421,94
0,0112 1470,83
0,0109 1445,76
0,0107 1439,98
0,0105 1394,41
25 1388,06
0,0106 1338,94
0,0105 1378,90
0,0102 1374,05
0,0104 1434,80
40 1367,05
0,0099 1300,10
0,0101 1359,23

Hasil pengukuran tersebut bila dialurkan dalam bentuk grafik berat kupon yang
hilang terhadap variasi konsentrasi tanin akan terlihat seperti grafik IV-6. Terlihat
pada grafik adanya pengurangan berat kupon yang hilang terhadap peningkatan
konsentrasi tanin sampai konsentrasi tanin sebesar 40 ppm.

35
Gambar IV-6. Grafik berat kupon yang hilang terhadap kenaikan jumlah
inhibitor pada pH 2,89 untuk melihat pengaruh konsentrasi
tannin terhadap berat kupon tembaga yang hilang

Dengan semakin berkurangya berat kupon tembaga yang hilang maka laju korosi
nya juga semakin berkurang. Peningkatan konsentrasi tanin menyebabkan
semakin banyaknya lapisan endapan senyawa kompleks Cu-tanin sehingga
menghambat pelarutan tembaga. Jika dibuat dalam grafik aluran laju korosi
terhadap peningkatan konsentrasi tanin maka akan terlihat nilai laju korosi akan
semakin berkurang, seperti pada Gambar IV-7.

Gambar IV-7. Grafik laju korosi dengan bertambahnya konsentrasi tanin pada
pH 2,89 untuk melihat pengaruh konsentrasi tanin terhadap laju
korosi

36
IV.3 Analisis Laju Korosi Menggunakan Metode Polarisasi Teknik Tafel
Melalui teknik Tafel, dapat diperoleh beberapa parameter korosi tetapi yang
diambil pada penelitian ini hanya nilai laju korosinya. Nilai laju korosi sebanding
dengan besarnya Icorr yang diperoleh dari ekstrapolasi grafik pengukuran rapat
arus katoda dan anoda terhadap potensial. Berdasarkan pengukuran diperoleh, laju
korosi tembaga semakin berkurang dengan bertambahnya pH, hal ini dapat
terlihat dengan bergesernya nilai potensial ke arah lebih positif, seperti pada
Gambar IV-8.

Gambar IV-8. Hasil pengkuran Tafel untuk pH media 2,89 (atas) dan pH 6,80
(bawah) untuk melihat pengaruh pH terhadap nilai Icorr dan Ecorr
tembaga

37
Pengukuran ekstrapolasi Tafel untuk mengetahui pengaruh penambahan tanin
dalam beberapa konsentrasi pada pH aqua regia 2,89 menunjukkan bahwa sampai
konsentrasi tanin 40 ppm nilai Icorr semakin berkurang sedangkan Ecorr semakin
bergeser ke arah positif, seperti tampak pada Gambar IV-9.

GambarIV-9. Hasil pengukuran laju korosi pada pH 2,89 tanpa penambahan


inhibitor (atas) dan dengan penambahan inhibitor tanin sebesar 10
ppm (bawah) untuk melihat pengaruh inhibisi tanin terhadap Icorr
dan Ecorr

38
Hasil pengukuran dengan teknik ekstrapolasi Tafel, untuk berbagai pH larutan
aqua regia tercantum pada tabel IV-3.

Tabel IV-3. Pengaruh peningkatan nilai pH terhadap laju korosi dengan


pengukuran ekstrapolasi Tafel

pH Laju Korosi, m.th-1


1,790 55,22
10 39,92
25 11,77
40 1,45

Pada penambahan tanin di salah satu pH media yaitu 2,89 diperoleh hasil
pengurangan nilai Icorr sedangkan Ecorr bergeser ke arah yang lebih positif
dibandingkan tanpa penambahan inhibitor tannin. Hasil pengukuran peningkatan
konsentrasi tanin terhadap laju korosi tercantum pada tabel IV-4.

Tabel IV-4. Pengaruh peningkatan konsentrasi tanin terhadap laju korosi dengan
pengukuran ekstrapolasi Tafel

Konsentrasi tanin, ppm Laju Korosi, m.th-1


0 33,92
10 26,99
25 23,23
40 22,02

IV.4 Pengaruh pH dan Inhibitor Terhadap Laju Korosi


IV.4.1 Pengaruh pH
Dari ketiga metode yang dilakukan, metode pengurangan berat dan polarisasi
Tafel menunjukkan pengurangan laju korosi dengan bertambahnya pH. Hal ini
disebabkan berkurangnya polarisasi logam oleh ion H+ karena adanya
pembentukan lapisan tipis oksida yang melapisi permukaan logam dan bersifat
isolator. Selaput ini akan menghasilkan hambatan terukur yang semakin besar

39
seiring dengan lamanya waktu reaksi. Hal ini dapat diukur dengan bertambahnya
nilai potensial yang terukur menggunakan alat ukur tegangan (Voltmeter).

Pengukuran dengan metode pengukuran hambatan logam terkorosi seharusnya


menghasilkan bertambahnya nilai hambatan terhadap lamanya waktu reaksi.
Menurut hasil penelitian Singh (1995), adanya lapisan penghalang pada
permukaan logam akan mengakibatkan beda potensial antara logam/larutan
semakin bertambah dengan menggunakan arus konstan karena nilai hambatannya
(R) semakin besar. Tetapi, pada penelitian ini terjadi penurunan beda potensial
logam/larutan dengan bertambahnya waktu reaksi. Adanya ion Cl- yang sangat
agresif kemungkinan dapat merusak lapisan tipis oksida tersebut dengan
terbentuknya suatu senyawa kompleks Cu yang larut. Kemungkinan lain adalah
adanya diskontinuitas pembentukan lapisan endapan, mengingat lapisan oksida
tersebut sangat tipis sehingga memungkinkan lepas yang disebabkan oleh
penggunaan arus yang kurang kecil. Arus yang kurang kecil diduga merusak
permukaan kawat logam sehingga permukaannya menjadi tidak beraturan atau
menjadi lebih luas dan mengakibatkan hambatannya semakin berkurang. Hal ini
sesuai persamaan R = l/A, bahwa jika permukaan semakin bertambah maka
hambatan akan menurun.

Berdasarkan pengukuran dengan metode uji berkurangnya berat, peningkatan pH


ternyata mengurangi jumlah Cu yang terlarut. Hal ini dikarenakan berkurangnya
jumlah H+ sebagai depolarisator. sehingga selisih massanya juga berkurang.
Berkurangnya selisih massa menyebabkan laju korosi semakin berkurang dengan
bertambahnya pH.

Berdasarkan pengukuran Tafel, diperoleh laju korosi tembaga semakin berkurang


dengan bertambahnya pH, hal ini dapat terlihat dengan bergesernya nilai potensial
logam ke arah lebih positif, seperti pada Gambar IV-8. Semakin positifnya nilai
potensial logam maka semakin berkurang kecenderungannya untuk terkorosi atau
teroksidasi. Bertambahnya pH larutan aqua regia menyebabkan berkurangnya
jumlah ion H+ dalam larutan sehingga mengurangi laju korosi tembaga.

40
IV.4.2 Pengaruh Inhibitor
Pada pengukuran nilai hambatan, penambahan inhibitor menghasilkan
pengukuran tegangan yang semakin berkurang atau sama seperti tanpa
menggunakan inhibitor. Penyebabnya diduga sama yaitu masih kurang kecilnya
arus yang digunakan sehingga merusak permukaan kawat logam. Kemungkinan
lain, adanya pelarutan dari senyawa sepit antara tanin-Cu oleh arus. Pada
pengukuran dengan metode wheel test, terukur adanya pengurangan berat dari
logam terkorosi yang lebih kecil dibandingkan tanpa inhibitor. Hal ini karena
adanya pengikatan ion Cu2+ yang terlarut oleh tanin dalam bentuk kompleks sepit
yang tidak larut dan menempel pada permukaan logam sehingga laju pelarutan Cu
semakin terhalangi. Dengan metode Tafel, adanya inhibitor tanin dalam larutan,
menyebabkan berkurangnya nilai Icorr sedangkan Ecorr bergeser ke arah yang lebih
positif dibandingkan tanpa penambahan inhibitor tanin, seperti terlihat pada
Gambar IV-8. Nilai Icorr menurut Faraday sebanding dengan laju penetrasi
terhadap logam atau semakin kecil nilai Icorr maka laju korosi juga semakin
berkurang. Menurut Riggs, jika dengan teradsorpsinya molekul-molekul inhibitor
pada permukaan logam menyebabkan potensial korosi bergeser ke arah positif,
maka hal ini menunjukkan bahwa inhibitor terutama menghambat proses anodik
( Bundjali, 2005). Adsorpsi kation Cu2+ oleh tanin membuat potensial lebih positif
pada permukaan logam terhadap lapisan ion-ion dalam larutan. Proses anodik,
yaitu pelarutan Cu menjadi terhambat karena tanin akan bereaksi dengan ion Cu2+
yang terlarut dalam aqua regia membentuk senyawa sepit yang tidak larut dan
menempel pada permukaan logam sehingga menghambat pelarutan Cu
selanjutnya.

IV.5 Pembuatan Moodle Pembelajaran Korosi


Moodle pembelajaran korosi dibuat di dalam situs http://courses.fmipa.itb.ac.id.
Moodle korosi ini dapat dibuka menggunakan enrollment key: korosi.
Melalui moodle diharapkan tampilan materi pembelajaran dapat dibuat lebih
menarik dengan adanya penambahan gambar dan video. Gambar yang disisipkan
berasal dari hasil foto di laboratorium dan internet dengan menggunakan fasilitas

41
upload dan membuat tautan antara file. Berdasarkan hasil ujicoba terbatas
terhadap sesama guru, diperoleh komentar bahwa moodle mudah untuk
digunakan, memberi tampilan yang menarik dan quiz untuk siswa dapat dilihat
hasilnya dengan cepat.

Modul praktikum yang akan ditambahkan ke dalam pembelajaran korosi melalui


moodle adalah pengukuran laju korosi tembaga menggunakan metode
pengurangan berat (weight loss). Percobaan ini dapat digunakan sebagai
pelengkap dari praktikum mengenai korosi yang sudah ada sebelumnya di tingkat
sekolah menengah yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi.
Praktikum pengukuran laju korosi menggunakan metode wheel test, menggunakan
rancangan alat seperti terlihat pada Gambar IV-11 dan IV-12.

Gear 1 Dinamo Ke sumber arus AC

rak botol rantai rak botol

Gear 2

Dudukan botol Pemegang tutup Botol tempat reaksi yang


dilengkapi pegas dilengkapi dengan tutup
Logam

Gambar IV-10. Skema rancangan alat Corrosion Wheel Test

42
Gambar IV-11. Rancangan alat Corrosion Wheel test yang dimodifikasi

Rancangan alat dapat disesuaikan dengan ketersediaan bahan yang dimiliki


sekolah. Putaran tempat botol dapat diatur kecepatannya dengan menambahkan
variabel condensator (varco) yang dihubungkan ke dinamo. Data yang diperoleh
pada penelitian ini dengan metode uji berkurangnya berat menggunakan
kecepatan putaran 20 rpm.

IV.5.1 Modul Praktikum Metode Uji Berkurangnya Berat Bahan


Sebelum melaksanakan praktikum, terlebih dahulu perlu dibuat alat seperti skema
gambar IV-10, yang kecepatan putarannya di bawah 20 rpm dalam keadaan
kosong tanpa beban botol. Alat tersebut dapat menampung 4 botol reaksi dengan
posisi botol saling berlawanan sehingga putarannya seimbang. Untuk praktikum
dengan metode ini, perlu dilakukan persiapan sehari sebelum praktikum (18 jam
sebelum praktikum) sehingga dapat melihat hasilnya pada saat hari praktikum..
Rancangan modul praktikum dibuat dua macam yaitu untuk siswa (lampiran 1)
dam untuk guru (lampiran2). Pada modul praktikum untuk guru, ditambah dengan
panduan penggunaannya. Selain itu modul ini juga dilengkapi lembar pengamatan
(lampiran 3) yang harus diisi oleh siswa setelah melaksanakan praktikum.

43

Anda mungkin juga menyukai