Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari
307/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2002 menjadi 228/ 100.000 KH pada
tahun 2007 (SDKI, 2007). Namun demikian, masih diperlukan upaya keras untuk
mencapai target RPJMN 2010-2014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun 2014 dan
Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals), yaitu AKI
102/100.000 KH pada tahun 2015. Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu,
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab
tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan
dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre
eklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung
kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti
EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu
dekat jarak kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun yang
mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti
TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan,
terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan
kegawatdaruratan). Faktor berpengaruh lainnya adalah ibu hamil yang menderita
penyakit menular seperti Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis, Sifilis; penyakit tidak
menular seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus, gangguan jiwa; maupun yang
mengalami kekurangan gizi. Selain itu masih terdapat masalah dalam penggunaan
kontrasepsi. Menurut data SDKI Tahun 2007, angka unmet-need 9,1%. Kondisi ini
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
dan aborsi yang tidak aman, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu.1,2
Malaria pada kehamilan seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya
bagi ibu, janin dan bayinya. Menurut laporan GFATM Malaria periode tahun 2008 -

1
2010, di daerah endemis, prevalensi ibu hamil positif Malaria 38,2%, dan menurut
data SDKI 2007, di daerah endemis malaria, ibu hamil yang memakai kelambu hanya
29,0%. Masalah lain adalah HIV pada ibu hamil, selain mengancam keselamatan ibu
juga dapat menular kepada bayinya (mother-to-child transmission). Menurut data
Kementerian Kesehatan tahun 2009, dari 10.026 ibu hamil yang menjalani test HIV,
sebanyak 289 (2,9%) ibu hamil dinyatakan positif HIV. Sifilis merupakan salah satu
infeksi menular seksual yang juga perlu mendapat perhatian. Ibu hamil yang
menderita Sifilis berpotensi untuk melahirkan bayi dengan Sifilis kongenital. Data
terbatas dari tiga kabupaten model, dari 2.640 ibu hamil yang diperiksa, yang positif
52 ibu hamil (1,97%). Penyakit menular lain yang masih merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat adalah Tuberkulosis (TB). Pada ibu hamil TB dapat
memperburuk kesehatan dan status gizi ibu, serta mempengaruhi tumbuh kembang
janin dan risiko tertular pada bayinya.Penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes
mellitus, jantung, asma berat, dan gangguan jiwa sangat mempengaruhi kondisi
kesehatan ibu, janin dan bayi baru lahir. Penanganan penyakit kronis pada ibu hamil
masih belum seperti yang diharapkan dan datanya juga belum terekam dengan
baik.Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus. Kurang asupan zat besi pada
perempuan khususnya ibu hamil dapat menyebabkan anemia yang akan menambah
risiko perdarahan dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, prevalensi anemia
pada pada ibu hamil sekitar 40,1% (SKRT 2001). Di samping kekurangan asupan zat
besi, anemia juga dapat disebabkan karena kecacingan dan Malaria.2,3

Masalah gizi yang lain adalah kurang energi kronik (KEK) dan konsumsi
garam beryodium yang masih rendah. Wanita usia subur (WUS) yang berisiko kurang
energi kronik (KEK) sekitar 13,6% dan 62,3% rumah tangga yang mengkonsumsi
garam beryodium cukup (Riskesdas 2007).Selain penanganan masalah kehamilan dan
komplikasi yang menyertainya, perlu diupayakan peningkatan kualitas bayi yang
akan dilahirkan, melalui kegiatan brain boos termeliputi stimulasi otak janin dan
asupan gizi seimbang pada ibu hamil. Masalah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP)

2
merupakan masalah global yang terkait dengan kesehatan dan hak asasi manusia. Ibu
hamil yang mendapat kekerasan secara fisik dan psikis baik dari suami maupun
orang-orang terdekatnya dapat mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin.

Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap


pelayanan antenatal adalah cakupan K1 - kontak pertama dan K4 - kontak 4 kali
dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi,sesuai standar. Secara
nasional angka cakupan pelayanan antenatal saat ini sudah tinggi, K1 mencapai
94,24% dan K4 84,36% (data Kementerian Kesehatan tahun 2009). Walaupun
demikian, masih terdapat disparitas antar provinsi dan antar kabupaten/kota yang
variasinya cukup besar. Selain adanya kesenjangan, juga ditemukan ibu hamil yang
tidak menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontak dengan
tenaga kesehatan (missed opportunity).3

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan antenatal di


fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik perorangan/kelompok
perlu dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif,
preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA, gizi,
pengendalian penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit
menular seksual), penanganan penyakit kronis serta beberapa program lokal dan
spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program2

3
BAB II
PELAYANAN ANTENATAL TERPADU

2.1 DEFINISI
Pengawasan wanita hamil atau asuhan antenatal adalah upaya preventif
program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.Sehingga
yang diharapkan pada Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu
hamil, yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga
pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga
mendapatkan ibu dan anak yang sehat. Antenatal care meliputi:
1. Antenatal Care (ANC) adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
2. Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi
dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan
dan persalinan yang aman dan memuaskan.

2.2 KONSEP PELAYANAN


Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan
persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas
pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan
janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam pelayanan antenatal
terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung
normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,
melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
persalinan normal.Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko
mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus
dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang
berkualitas. Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi3
hal-hal sebagai berikut:

4
a) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan
berlangsung sehat;
b) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan.
Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
c) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi.
d) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat bila diperlukan
e) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan
gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:2,3,6
a) Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b) Ukur lingkar lengan atas (LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya
ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
c) Ukur tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan
dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria)

5
d) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika
tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu.

Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


12 minggu 3 jari di atas simpisis
16 minggu simpisis-pusat
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3jari di atas pusat
34 minggu pusat-prosessus xifoideus
36 minggu 3 jari di bawah prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

6
e) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari
160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
f) Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala
janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
g) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-
nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu
saat ini.Pemberian imunisasi TT lengkap6,7
a. TT1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama.
b. TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.
c. TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.
d. TT4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.
e. TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur
hidup
h) Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat Tablet zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
i) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon

7
pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi
kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak
selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses
tumbuh kembang janin dalam kandungan.
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya proteinuria pada ibu hamil.Proteinuria merupakan salah satu indikator
terjadinya pre- eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga
(terutama pada akhir trimester ketiga).
e. Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah
Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil
yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV dan
ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani

8
konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV.
j) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicuriga menderita
Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas
rujukan.
k) Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan.
l) KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya
a. Perawatan tubuh dan pakaian
Wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar, bersih dan
tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Kebersihan tubuh harus
terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomik pada perut, area genitalia/
lipat paha, dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih
lembab dan mudah terinvasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan

9
pancuran atau gayung saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam
bathtub dan melakukan vaginal touch. Gunakan pakaian yang longgar,
bersih, dan nyaman dan hindarkan sepatu berhak tinggi dan alas kaki keras
(tidak elastis) serta korset penahan perut. Lakukan gerak tubuh ringan,
misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari. Jangan melakukan
pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang
menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan. Beristirahat cukup, minimal
8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan
melakukan kebiasaan merokok selama hamil harena dapat menyebabkan
vasopasme yang berakibat anoksia janin, berat badan lahir rendah (BBLR),
prematuritas, kelainan congenital, dan solusio plasenta.
b. Perawatan Payudara
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat
segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara
untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus,
sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar karena pengurutan yang
salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim. Membasahi areola dan
puting susu secara lembut dapat mencegah retak dan lecet. Untuk sekresi
yang mongering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan
menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang,
sensitive, dan menjadi lebih berat, maka gunakan penopang payudara yang
sesuai (brassiere).
c. Perawatan Gigi
Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan,
yaitu pada trimester pertama dan ketiga. Penjadwalan pada trimester
pertama dikaitkan dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi air liur yang
berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga. Pada
trimester ketiga terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk
pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang
merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi

10
setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya caries
dan gingivitis.
d. Buang air besar,
Pada wanita hamil kemungkinan mengalami obstipasi karena kurang
gerak badan, peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon, dan tekanan
rektum oleh kepala. Akibat obstipasi, berisi penuh oleh usus yang berisi
feces dan uterus yang membesar, maka hal tersebut dapat menimbulkan
bendungan di dalam panggul. Bendungan ini memudahkan timbulnya
haemorroid dan pyelitis. Pencegahannya ialah dengan minum banyak air,
gerak badan yang cukup, makan yang banyak mengandung serat seperti
sayur dan buah.
e. Coitus, pada wanita yang mudah keguguran sebaiknya tidak melakukan
coitus
Pada hamil muda. Jika ingin melakukan coitus pada hamil muda, harus
dilakukan secara hati-hati. Coitus pada akhir kehamilan juga lebih baik
dihindarkan, karena kadang-kadang menimbulkan infeksi pada persalinan
dan nifas serta dapat memecahkan ketuban pada multipara. Selain itu
sperma mengandung prostaglandin yang dapat menimbulkan kontraksi
uterus.
f. Kesehatan jiwa, karena ketenangan jiwa sangatlah penting dalam
menghadapi persalinan sehingga bukan saja dianjurkan untuk melakukan
latihan-latihan fisik tetapi juga latihan kejiwaan.

2.3 Peran Suami/Keluarga Dalam Kehamilan Dan Perencanaan Persalinan


Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami
dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya
persalinan, kebutuhan bayi,transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini
penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera
dibawa ke fasilitas kesehatan.

11
2.4 Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Serta Kesiapan
Menghadapi Komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama
kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun
hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dan sebagainya. Mengenal
tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga
kesehtan kesehatan

2.5 Asupan gizi seimbang


Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang
cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh
kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum
Tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya
1. Makanan (diet)
ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai jumlah kalori dan
protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Jumlah kalori yang
dibutuhkan oleh ibu hamil setiap harinya adalah 2.500 kalori. Pengetahuan berbagai
jenis makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat
dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh ibu hamil dan keluarganya.
Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan
faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan
sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama hamil.
a. Protein (obstetri fisiologi)
Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram per hari. Jumlah
ini lebih banyak dari kebutuhan protein wanita tidak hamil, karena pada wanita
hamil metabolisme bertambah untuk pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim,
pertumbuhan buah dada, dan untuk pertambahan volume darah. Sumber protein
dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan,
ayam, keju, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran premature,
anemia, dan edema.2,10.11

12
b. Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan
untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber
kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat.
Defisiensi kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada
ibu.
c. Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi
jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan penghantaran oksigen melalui
hemoglobin di sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang
normal, diperlukan asupan zat besi pada ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari
terutama setekah trimester kedua. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferrosus
gluconate, ferrosus fumarate, atau ferrosus sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu
hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
d. Vitamin (obstetri fisiologi)
Pada binatang percobaan kekurangan vitamin dapat menimbulkan kelainan
bawaan dan abortus. Pada manusia pengaruh tersebut belum terbuktitetapi
bagaimanapun vitamin perlu untuk mencapai kesehatan yang optimal.
Vitamin A diperlukan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Vitamin B complex terdiri dari vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), asam
nicotin dan vitamin B6. Vitamin B1 adalah vitamin anti neuritis. Asam nikotin
bersifat anti pellagra. Sedangkan jika keurangan B2 menyebabkan cheilosis.
Ada kemungkinan bahwa kekurangan vitamin B complex dapat menyebabkan
perdarahan pada bayi, menambah kemungkinan perdarahan post partum, dan
atrofi dari ovaria.
Vitamin C penting sekali untuk pertumbuhan janin.
Vitamin D bersifat anti architis.
Vitamin E penting untuk reproduksi dan pertumbuhan embrio.
Asam folat

13
Sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel.
Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per
hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada
ibu hamil.
e. Air (obstetri fisiologi)
Wanita hamil harus minum cukup banyak air kira-kira 6-8 gelas sehari. Air
menambah keringat dan juga pengeluaran racun dari usus dan ginjal.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus dan
pendarahan pasca persalinan. Jika makan makanan berlebihan karena
beranggapan untuk porsi dua orang dapat menyebabkan komplikasi seperti
gemuk, pre-ekslamsia, janin besar dan sebagainya.8,9
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular
(misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya
hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV
Daerah tertentu (risiko tinggi).Konseling HIV menjadi salah satu komponen
standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan
tentang risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk
menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu
hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu
ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka
diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui
dan seterusnya.9,10
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera
setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting
untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

14
i. KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan
untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri
sendiri, anak, dan keluarga.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan stimulas auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit
otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.

2.6 JENIS PELAYANAN


Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu
dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.2,3
Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
a) Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan
penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda terutama pada
pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah kehamilan berumur 3 bulan.
Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat,
hingga tidak dapat makan dan berat badan menurun terus.
Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.
Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin.

15
Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan tanda
bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan janinnya.
Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan dari liang
rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada
kehamilan.
Batuk lama
Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut. Dapat
dicurigai ibu menderita TBC.
Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu masalah
pada kehamilan yang harus diwaspadai.
Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa lelah,
mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi pada sore hari.
Kemungkinan ibu menderita kurang darah.
Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak bila
bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu.Namun apabila hal ini terjadi
berlebihan maka perlu diwaspadai.
Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu hamil.
Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan ke empat.
Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan ini, gerakan yang
semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka ibu hamil harus waspada.

16
Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri, bicara
sendiri, tidak mandi, dsb.
Selama kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini
disebabkan karena perubahan hormonal. Pada kondisi yang mengganggu
kesehatan ibu dan janinnya maka akan dikonsulkan ke psikiater.
Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan
Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama ibu
hamil seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu mau
berterus terang pada kunjungan pertama, yang mungkin disebabkan oleh rasa
takut atau belum mampu mengemukakan masalahnya kepada orang lain,
termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan ini, petugas kesehatan
diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan
dukungan agar mau membuka diri.
Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat
kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita ibu. Menanyakan status
imunisasi Tetanus Toksoid.
Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,diuretika, anti
vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat pemakaian
obat Malaria
Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit pada
pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-langkah penanggulangan
penyakit menular seksual
Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,frekuensi
dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan
terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain:
1. Siapa yang akan menolong persalinan?

17
Setiap ibu hamil harus bersalin ditolong tenaga kesehatan.
2. Dimana akan bersalin?
Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas atau dirumah sakit?
3. Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau keluarga
terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun dan bidan
dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi persalinan
dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
4. Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah
yang sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk keselamatan
ibu melahirkan.
5. Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar calon ibu
bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan. Alat transportasi
tersebut dapat berupa mobil,ojek, becak, sepeda, tandu, perahu, dsb.
6. Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu
kelak. Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu
bersalin) atau dasolin (dana sosial ibu bersalin) yang dapat dipergunakan
untuk membantu pembiayaan mulai antenatal, persalinan dan
kegawatdaruratan. Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri,
suami, keluarga, kaderataupun sumber informasi lainnya yang dapat
dipercaya.Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu diinformasikan
bahwa pelayanan antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan minimal
1 kali kunjungan diantar suami.
b) Pemeriksaan
Pemeriksaan Status Present ( kondisi saat ini ): Keadaan umum, nadi, TD,
Pernafasan, Cyanose, Dyspnoe, suhu, anemis, turgor, berat badan, tinggi badan.

18
Bila ada tanda-tanda kedaruratan, maka ibu segera dikirim ke ruang rawat inap
untuk penanganan selanjutnya.Pemeriksaan status lokalis : kepala, muka, cloasma
gravidarum, mulut, gigi (apakah ada caries), tonsil / faring (apakah ada tonsilitis /
faringitis), hal ini perlu diperhatikan karena merupakan infeksi fokal yang dapat
menyebabkan gangguan pada ibu hamil dan janinnya yang lebih serius,
pemeriksaan mata, kuping, hidung, rambut, dan lain-lain.
Pemeriksaan presentasi dan posisi janin : Pasien diminta mengosongkan
kandung kemih dan kemudian diminta untuk berbaring telentang dengan lutut
semifleksi.6,12
LEOPOLD I :
o Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
o Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
o Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala
atau kosong).
LEOPOLD II
o Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping
kiri dan kanan umbilikus.
o Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut
jantung janin nantinya.
o Tentukan bagian-bagian kecil janin.
LEOPOLD III
o Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan
perasaan tak nyaman bagi pasien.
o Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
o Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah
sudah mengalami engagement atau belum.
LEOPOLD IV
o Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.
o Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
o Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.

19
Pemeriksaan genitalia eksterna ( kemaluan luar ), dan kalau perlu melakukan
pemeriksaan dalam (kalau tidak ada kontra indikasi seperti dugaan plasenta previa
untuk mengetahui keadaan panggul dan turunnya bagian bawah anak, apakah dalam
keadaan inpartu, dan lain sebagainya.
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu
hamil.2,3 . Tabel 2.1 Pelayanan Antenatal Terpadu

2.7 Pemeriksaan penunjang


Laboratorium (darah, urin, feses) rutin, bila ada indikasi, kita dapat melakukan
pemeriksaan skrining untuk Sifilis, Triponema Pallidum, VDRL, HIV. Fetal
anomalies dengan amniosintesis, USG (dapat mengetahui kelainan kongenital, jumlah
air ketuban, posisi anak, keadaan plasenta, dan lain-lain). Skrining untuk infeksi
saluran kencing dan penyakit hubungan seksual. Pemeriksaan radiologi,
kardiotokografi, amnioskopi, dan pemeriksaan penunjang lain.
Dari seluruh pemeriksaan diatas, dapat dibuat kesimpulan untuk menegakkan
diagnosa. Kehamilannya normal atau tidak. Kemudian dapat melakukan penyaringan
pasien apakah termasuk golongan Kehamilan Resiko Tinggi atau normal, atau perlu

20
segera rawat inap atas indikasi ibu dan anak. Hal tersebut penting agar kita dapat
mendeteksi kelainan sedini mungkin.
Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam
perjalanan kehamilan dan persalinannya. Ibu hamil yang tidak memeriksakan
kehamilannya pada tenaga medis akan mengalami resiko kematian 3-7 kali
dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya.

2.8 JADWAL KUNJUNGAN


a. Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 - 13 kali selama
kehamilan. Di negara berkembang pemeriksaan Antenatal Care dilakukan
sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat.7
1) Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat haidnya
satu bulan.
2) Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan bulan.
3) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan bulan
sampai terjadinya persalinan.
b. Kunjungan Antenatal Care sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu
trimester pertama 1 kali, trimester kedua 1 kali dan trimester ketiga 2 kali.
c. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila
janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknaes, 2003:45).

Pada kehamilan tanpa penyulit jadwal kunjungan cukup 4 kali selama


kehamilan. Kunjungan pertama dilakukan 1 kali hingga usia kehamilan 28 minggu,
lalu 1 kali kunjungan selama kehamilan 28-36 minggu, dan 2 kali kunjungan pada
usia kehamilan diatas 36 minggu. Tetapi bila kehamilan dengan resiko tinggi atau
dengan penyulit perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih sering.
Dari kunjungan satu ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan pencatatan:
Keluhan yang dirasakan ibu hamil
Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
Umum

21
- Tekanan darah
- Respirasi
- Nadi
- Temperatur tubuh
Abdomen
- Tinggi fundus uteri
- Letak janin (setelah 34 minggu)
- Presentasi janin
- Denyut jantung janin
Pemeriksaan tambahan
- Proteinuria
- Glukosuria
- Keton
Menilai kesejahteraan janin
Untuk menilai kesejahteraan janin pada kehamilan resiko tinggi dapat
dilakukan berbagai jenis pemeriksaan atau pengumpulan informasi, baik yang
diperoleh dari ibu hamil maupun pemeriksaan oleh petugas kesehatan.
Pemeriksaan yang memerlukan peralatan canggih umumnya dilakukan alat
pencatat denyut jantung janin (kardiotokografi) dan ultrasonografi yang
disebut dengan pemeriksaan profil biofisik janin (biophysic profile).
Berbagai jenis pemeriksaan tersebut adalah:
- Pengukuran tinggi fundus uteri terutama usia kehamialn >29 minggu yang
akan disesuaikan dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan.
Tinggi fundus yang normal sama dengan usia kehamilan.
- Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam)
- Gerakan janin
- Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan
hipoksia berat atau janin meningggal
- Denyut jantung janin
- Ultrasonografi

22
Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selain pemeriksaan diatas, juga
dilakukan pemeriksaan tentang:
- Penilaian besar janin, letak dan presentasi
- Penilaian luas panggul

2.9 BEBERAPA GEJALA DAN TANDA BAHAYA SELAMA KEHAMILAN


Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-
12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan
patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena
kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan
berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan
upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan
ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta
sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya
maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan
keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya.6
Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu,
umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12 % kehamilan akan berakhir
dengan keguguran yang umumnya 60-80 % disebabkan oelh kelainan kromosom
yang ditemui pada spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama dan
menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran pembesaran uterus
tidak sesuai dengan usia kehamilan atau lebih besar, pada umumnya disebabkan oleh
mola hidantidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji kehamilan tidak jelas,
pembesaran uterus lebih kecil dari seharusnya, dan adanya massa di adneksa biasanya
disebabkan oleh kehamilan ektopik.6
Perdarahan pada kehamilan usia lanjut atau di atas 20 minggu pada umumnya
disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait dengan luas
plasenta dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi implantasi plasenta tersebut.
Pada plasenta yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi

23
perdarahan bercak berulang dan apabila segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai
dengan sedikit penurunan bagian terbawah janin, maka perdarahan mulai meningkat
hingga tingkatan yang dapat membahayakan keselamatan ibu. Plasenta yang tebal
yang menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan perdarahan hebat tanpa
didahului oleh perdarahan bercak atau berulang sebelumnya. Plasenta previa menjadi
penyebab dari 25 % kasus perdarahan antepartum.6
Bila mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio
plasenta (40 %) atau vasa previa (5 %) dari keseluruhan perdarah anterpartum.6
Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai
dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan
preeklampsia. Data informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan
sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis dengan
preeklampsia.6
Nyeri Hebat di Daerah Abdomino pelvikum
Bila hal ini terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan disertai
dengan riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada
solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan yang keluar (revealed)
maupun tersembunyi (concealed):
- Trauma abdomen
- Preeklampsia
- Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
- Bagian-bagian janin sulit diraba
- Uterus tegang dan nyeri
- Janin mati dalam rahim
Gejala dan Tanda Lain yang Harus Diwaspadai
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama
kehamilan adalah sebagai berikut:
Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan (hiperemesis gravidarum)
Disuria

24
Menggigil atau demam
Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya
Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang sesungguhnya

Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.


Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa
banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan normal dan keadaan
bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.Berikut ini adalah penanganan dan tindak
lanjut kasus.

25
Tabel 2.2 Penangaan dan Tindak Lanjut Kasus

26
27
BAB III
KESIMPULAN

Antenatal Care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu
hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan.

Asuhan Antenatal itu sendiri penting unuk menjamin proses alamiah kelahiran
berjalan normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan.
Tujuan dari asuhan Antenatal Care adalah untuk memantau kemajuan kehamilan dan
memastikan kesehatan ibu serta tumbuh kembang bayi, juga untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu. Disamping itu Antenatal
Care juga bertujuan untuk mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.

Temu Wicara dengan dokter sangatlah penting untuk mengklasifikasikan


apakah ibu hamil dalam status kehamilan resiko tinggi, oleh karena itu, setiap ibu
hamil harus memeriksa diri secara teratur dan mendapat pelayanan kebidanan yang
optimal.

28
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. Angka Kematian Ibu, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.
Diunduh dari www.Litbang.depkes.co.id, diakses pada 26 Juli 2017.
2. Data dan Informasi untuk Pimpinan, diunduh dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Booklet/Data%20&%20Informasi%20unt
uk%20Pimpinan.pdf ,diakses pada 26 Juli 2017.
3. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu ; Kementerian Kesehatan Direktur
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat 2010, diunduh dari
www.kesehatanibu.depkes.go.id, diakses pada 26 Juli 2017.
4. Bobak, Irenne M.; Lowdermilk, Deltra Leonard; and Jensen, Margaret
Duncan. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing)
Edisi 4. Jakarta: EGC
5. Ida bagus Gde Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. EGC. Jakarta.
6. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetri
patologi. Ed 2.EGC. Jakarta.
7. Adriaansz G,Asuhan Antenatal,Buku ilmu kebidanan, Sarwono
Prawirohardjo. Penerbit Prawirohardjo. Jakarta. 2009. P278-287.
8. Reeder; Martin; Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas: kesehatan
wanita, bayi, dan keluarga volume 1 edisi 18. Jakarta : EGC
9. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2006. p278-287.
10. Salimah; Rusmiati; Maryanah; Susanti Ni Nengah. 2006. Asuhan Kebidanan
Antenatal. Jakarta: EGC
11. Sastrawinata S. obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Bandung, 2003.
12. Sherwood L., Human Physiology From Cells To Systems, 6th Edition,
Thompson Brooks/Cole, 2007.

29

Anda mungkin juga menyukai