Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelayanan Kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting yang diperlukan oleh setiap
manusia untuk melaksanakan aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu sehat
merupakan hak manusia yang paling mendasar, maka setiap manusia berhak untuk
sehat (Depkes, 2001).

Menurut UU No.23 tahun 1992 pasal 1 ayat 1, Sehat adalah suatu keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan setiap orang dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.

Menurut H.L. Blum dalam Notoatmodjo (2003), dalam upaya peningkatan


status kesehatan masyarakat ada beberapa faktor yang saling memengaruhi yaitu :
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.

Menurut Levey dan Loomba dalam Azwar (1996), pelayanan kesehatan dasar
adalah setiap upaya untuk secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.

2.1.1. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Beberapa syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik menurut Azwar


(1996) adalah sebagai berikut :

8
1. Tersedia dan Berkesinambungan

Pelayanan kesehatan harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat


berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
oleh masyarakat, tidak sulit ditemukan serta keberadaannya dalam masyarakat
ada pada setiap saat dibutuhkan.

2. Dapat Diterima dan Wajar

Pelayanan kesehatan dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat


wajar, artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan
dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar bukanlah pelayanan
kesehatan yang baik.

3. Mudah Dicapai

Pelayanan kesehatan mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian


ketercapaian yang dimaksudkan terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian
untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang
terlalu berkonsetrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan
didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan yang baik. Apabila fasilitas kesehatan ini
mudah dijangkau dengan alat transportasi yang tersedia, maka fasilitas kesehatan
tersebut akan banyak dipergunakan.

4. Mudah Dijangkau

Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari sudut biaya. Biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
harus sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah
pelayanan kesehatan yang baik.

5. Bermutu

Pengertian pelayanan kesehatan yang bermutu (quality) adalah pelayanan


kesehatan yang menunjukkan kepada tingkat kesempurnaan, disatu pihak dapat
memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

2.1.2. Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan terjadi secara bertahap (hirarkis), mulai dari kebutuhan yang


paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa keamanan dan
perlindungan, kebutuhan akan rasa kasih sayang, kebutuhan akan harga diri, dan
kebutuhan akan aktualisasi diri. Teori ini dikenal dengan Five Hierarchy of need
dari Maslow (Tjiptoherijanto dkk, 1994).

Menurut Bradshaw dalam Tjiptoherijanto (1994), mengatakan bahwa pada


prakteknya ada empat definisi yang berbeda mengenai need atau kebutuhan yang
lazimnya digunakan oleh peneliti dan pengambil kebijakan, yaitu :

1. Kebutuhan normative (normative need), terjadi manakala kebutuhan yang timbul


pada individu umumnya dipengaruhi faktor nilai, lingkungan sosial, dan hukum.
2. Kebutuhan yang dirasakan (felt need), terjadi manakala masyarakat menghendaki
pelayanan kesehatan, hal ini berkaitan dengan persepsi perorangan tentang
pelayanan kesehatan, sehingga dengan jelas akan berbeda dengan orang lain.
3. Kebutuhan yang diekspresikan (expressed need), yaitu felt need yang berubah
menjadi permintaan. Expressed need ini biasa disebut dengan demand atau
permintaan yang efektif.
4. Kebutuhan comparative need, yaitu kebutuhan yang dalam pemenuhannya
berbeda antara satu individu dengan individu lainnya atau antara daerah yang satu
dengan yang lainnya.

2.2. Utilisasi Pelayanan Kesehatan

Hakekat dasar penyelenggaraan pelayanan kesehatan menurut Aswar (1996)


adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan
kesehatan terhadap kesehatan sedemikian rupa sehingga kesehatan para pemakai jasa
pelayanan kesehatan tersebut tetap terpelihara. Bertitik tolak dari hakekat dasar
ini,
maka pelayanan kesehatan dapat dikategorikan sempurna bila memenuhi kebutuhan
dan tuntutan setiap konsumen (pasien) yang terkait dengan timbulnya rasa puas
terhadap pelayanan kesehatan.

Arrow dalam Tjiptoherijanto (1994), utilisasi pelayanan kesehatan sangat erat


kaitannya dengan waktu kapan kita memerlukan pelayanan kesehatan, dan seberapa
jauh efektifitas pelayanan tersebut. Hubungan antara keinginan sehat dan permintaan

(demand) akan pemanfaatan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana


tetapi sebenarnya sangat kompleks, penyebab utamanya adalah misalnya karena
persoalan informasi yang umumnya dilakukan oleh para ahli kesehatan kepada
masyarakat. Dari informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat kemudian
terpengaruh untuk mengambil keputusan melakukan permintaan akan pemanfaatan
pelayanan kesehatan.

2.2.1. Model Perilaku Kesehatan dalam Utilisasi Pelayanan Kesehatan

Menurut Muzaham (1995), beberapa model perilaku kesehatan dalam


pemanfaatan pelayanan kesehatan yang telah digolongkan oleh beberapa ahli, yaitu :

1. Model Suchman

Yang terpenting dalam model Suchman adalah menyangkut pola sosial dari
perilaku sakit yang tampak pada cara orang mencari, menemukan, dan melakukan
perawatan medis, dimana latar belakang budaya memengaruhi hubungan antar
kelompok sosial dengan orientasi medis. Pendekatan yang digunakan berkisar
pada empat unsur yang merupakan faktor utama dalam perilaku sakit, yaitu : 1)
perilaku itu sendiri, 2) sekuensinya, 3) tempat atau ruang lingkup, dan 4) variasi
perilaku selama tahap-tahap perawatan.

2. Model Hochbaum, Kasl dan Cobb, Rosenstock

Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model) ini berasal dari teori dalam
bidang psikologi dan ilmu perilaku. Dalam model HBM ini dapat dipahami
bahwa perbedaan faktor demografis, personal, struktural, dan sosial memengaruhi
perilaku kesehatan, namun semua variabel itu sebenarnya memengaruhi persepsi
dan motivasi individu, bukan berfungsi sebagai penyebab langsung dari suatu
tindakan.
3. Model Fabrega

Merupakan suatu teori tentang pengambilan keputusan. Model ini merupakan


hasil pendekatan antropologi, yang menitikberatkan pada proses informasi yang
diharapkan seseorang pada saat kejadian sakit dan pengambilan keputusan
pengobatan.

4. Model Mechanic

Suatu model mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan cara orang


melihat, menilai serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit.

5. Model Andersen

Model ini menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap


pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga, dan menyatakan bahwa hal itu
tergantung pada : 1) predisposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan
kesehatan, 2) kemampuan mereka untuk melaksanakannya, dan 3) kebutuhan
mereka terhadap jasa pelayanan tersebut.

6. Model Anderson dan Bartkus

Model ini memformulasikan berbagai alternatif pelayanan kesehatan setelah


terdapat keputusan seseorang untuk minta pertolongan kepada tenaga
professional. Model ini mencoba mengaitkan karakteristik sosiodemografi dengan
kebutuhan kesehatan, ekonomi, ekologi serta variabel-variabel sosiopsikologi.

7. Model Kosa dan Robertson

Dalam model ini meliputi empat komponen utama yaitu : 1) penilaian tentang
suatu gangguan kesehatan, 2) peningkatan rasa khawatir karena persepsi tentang
gejala penyakit, 3) penerapan pengetahuan sendiri terhadap kesehatan, dan 4)
bentuk tindakan untuk menghilangkan kekhawatiran dan gangguan kesehatan
tersebut.

8. Model Antonovsky dan Kats

Suatu model terpadu yang bertujuan untuk membuat kategori tentang berbagai
tipe variabel yang berbeda menurut pola tindakan tertentu, dan membuat
spesifikasi mengenai kaitan antara semua variabel tersebut, dimana ketiga
golongan variabel tersebut adalah motivasi predisposisi, variabel kendala,
variabel kondisi.

9. Model Langlie

Model perilaku pencegahan gangguan kesehatan dengan cara menggabungkan


variabel-variabel sosiopsikologi dan model kepercayaan kesehatan dengan
karakteristik kelompok sosial dari formulasi Suchman, dan juga bermanfaat untuk
mencari perbedaan antara berbagai bentuk perilaku pencegahan gangguan
kesehatan.

2.3. Beberapa Faktor dalam Utilisasi Pelayanan Kesehatan.

Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2003), dalam Behavioral Model


of Health Service Use, bahwa faktor-faktor dalam utilisasi pelayanan kesehatan
adalah faktor prediposisi (demografi, struktur sosial, kepercayaan konsumen
terhadap pelayanan kesehatan), faktor pemungkin (keluarga, masyarakat), dan
faktor kebutuhan (perceived need dan evaluated need).
1) Faktor Predisposisi, terdiri dari :

Demografi : umur, jenis kelamin, status pernikahan.


Struktur Sosial : pendidikan, ras, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, suku,
agama.
Kepercayaan konsumen terhadap pelayanan kesehatan : nilai terhadap penyakit,
sikap dan kemampuan petugas kesehatan, fasilitas kesehatan, pengetahuan
tentang penyakit.

2) Faktor Pemungkin, terdiri dari :


Keluarga : Pendapatan, asuransi kesehatan, jenis dan asset dari sumber daya
keluarga.
Masyarakat : Rasio antara jumlah pasien dengan fasilitas kesehatan yang tersedia,

harga dari setiap pelayanan kesehatan, karakter penduduk.


3) Faktor Kebutuhan

Faktor predisposisi dan faktor pemungkin untuk mencari pengobatan dapat


terwujud dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini
dibagi menjadi 2 kategori, dirasa atau perceived (subject assesment) dan
evaluated (clinical diagnosis)

Pendapat ini didukung oleh Cumming dkk (Muzaham,1995), suatu kategori


variabel utama yang muncul dari analisis terhadap model-model yang terdahulu
bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh :

1. Perihal yang menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan, seperti


kemampuan individu membayar biaya pelayanan dan pemeliharaan kesehatan,
kesadaran mereka untuk menggunakan pelayanan kesehatan dan tersedianya
fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Perihal yang menyangkut sikap individu terhadap pelayanan kesehatan seperti
kepercayaan terhadap manfaat pengobatan dan kepercayaan terhadap kualitas
pelayanan yang tersedia.
3. Perihal yang menyangkut ancaman penyakit seperti persepsi individu terhadap
gejala-gejala penyakit dan kepercayaan terhadap gangguan serta akibat-akibat
penyakit tersebut.
4. Perihal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang penyakit.
5. Perihal yang berkaitan dengan interaksi sosio individu, norma sosial dan
struktur
sosial.
6. Perihal yang berkaitan dengan karakteristik demografi (status sosial,
penghasilan
dan pendidikan).

2.4. Tujuan Penggunaan Model Pelayanan Kesehatan

Anderson dan Newman dalam Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa


model penggunaan pelayanan kesehatan ini dapat membantu/ memenuhi satu atau
lebih tujuan berikut:

1. Untuk menggambarkan hubungan kedua belah pihak antara faktor-faktor penentu


dari penggunaan pelayanan kesehatan.
2. Untuk meringankan peramalan kebutuhan-kebutuhan masa depan pelayanan
kesehatan.
3. Untuk menentukan ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian pelayanan
kesehatan yang tidak seimbang.
4. Untuk menyarankan cara-cara memanipulasi kebijaksanaan yang berhubungan
dengan variabel-variabel agar memberikan perubahan-perubahan yang
diinginkan.
5. Untuk menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-proyek pemeliharaan
atau perawatan kesehatan yang baru.

2.5. Pelayanan Persalinan

2.5.1. Persalinan

Menurut WHO dalam Depkes RI (1999), peristiwa bersalin meliputi :

1. Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian ibu hamil yang diwakili oleh terbukanya
serviks dan berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh si
ibu.

2. Persalinan normal

Persalinan normal merupakan persalinan spontan, letak belakang kepala pada


kehamilan aterem, dan berlangsung tanpa komplikasi (berlangsung maksimal 18
jam)

3. Jenis persalinan

Jenis persalinan terdiri dari a) Spontan: yaitu persalinan yang berlangsung tanpa
usaha dari luar, b) Induksi: yaitu persalinan yang dilakukan dengan cara
menimbulkan suatu rangsangan terlebih dahulu misalnya amniotomi dan
pitosin, c) Tindakan : terdiri dari 2 jenis yaitu operatif section caesaria (SC)
dan
salat-alat : yaitu forcef, vacum ekstraksi.

4. Persalinan lama

Persalinan lama merupakan persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam yang
dimulai dari tanda-tanda persalinan.

5. Faktor resiko kehamilan dan kematian ibu

Faktor resiko kehamilan dan kehamilan ibu yaitu setiap faktor yang berhubungan
dengan meningkatnya kesakitan dan kematian ibu dan bayi yaitu antara lain :
tinggi badan kurang dari 145cm, HB kurang dari 11 gr%, tingkat sosioekonomi
rendah, tekanan darah 140/90 mmHg, jarak usia anak kurang dari 2 tahun,
pendidikan ibu rendah, anak lebih dari 5 (multigravida), umur ibu kurang dari 20
tahun (primigravida), umur ibu lebih dari 35 tahun ( primitua).

Faktor penyebab kematian ibu:

a. Perdarahan 30-36%
b. Infeksi 20-25%
c. Gestosi (keracunan pada saat kehamilan) sekitar 15-17 %.

6. Masa nifas yaitu masa setelah persalinan sampai 6 minggu

7. Masa laktasi yaitu proses pembentukan dan pemberian ASI

8. Neonatus adalah bayi yang berumur 0-30 hari.

Bila seseorang ibu hendak bersalin, selalu didahului dengan gejala-gejala untuk
bersalin. Tanda-tanda persalinan benar yaitu his teratur, menimbulkan rasa nyeri
pada
panggul, dan mengeluarkan lendir bercampur darah.
Jika tanda-tanda persalinan yang benar diatas semakin jelas, maka secepatnya
diambil tindakan untuk pertolongan persalinan.

2.5.2. Kebijaksanaan Operasional dan Penatalaksanaan Pertolongan Persalinan

Menurut WHO dalam Depkes RI (1999), kebijaksanaan operasional


pertolongan persalinan terdiri dari : 1) Penanganan persalinan adalah pertolongan
persalinan yang terjadi di tingkat pelayanan kesehatan, 2) Tingkat pelayanan
kesehatan primer hanya dibenarkan menangani persalinan normal, sedangkan pasien
dengan faktor risiko termasuk risiko tinggi harus ditangani oleh tenaga
professional
dan dirujuk ke RS, 3) Setiap ada kelainan persalinan segera dilaporkan dan
dikonsultasikan kepada dokter kecuali keadaan gawat darurat. Pasien dalam keadaan
gawat darurat segera dirujuk ke RS dan sebelumnya harus diberikan pertolongan
pertama dahulu, 4) Pemeliharaan kesehatan ibu pada masa nifas yang dilakukan oleh
tenaga medis dan para medis di institusi maupun dirumah, 5) Pada persalinan normal
dianjurkan pemberian ASI sedini mungkin, 6) Pelayanan medis kontrasepsi diberikan
sedini mungkin.

Menurut WHO dalam Depkes RI (1999), penatalaksanaan pertolongan


persalinan adalah sebagai berikut :

1. Tempat persalinan

Persalinan normal yang dapat dilakukan di Puskesmas yang tersedia ruangan


untuk persalinan dan ruang rawat inap setelah persalinan.

2. Penolong Persalinan

Persalinan dapat ditolong oleh: dokter umum, bidan, pembantu bidan, perawat.
3. Pemeriksaan Pasien

a. Pemeriksaan Fisik : kesadaran, anemis, tensi darah, nadi, pernafasan, oedema


b. Pemeriksaan Obstetri : Tinggi fundus uteri, letak janin, his, denyut jantung,
cairan yang keluar pervaginum, pemeriksaan dalam : persalinan vagina touche
(keadaan vagina, tebal, pembukaan, ketuban, presentasi kepala, posisi kepala,

Kerangka Konsep

Konsep penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi dan faktor
pemungkin terhadap keinginan ibu hamil dalam memanfaatkan Rawat Inap
Khusus Bersalin Puskesmas Padang Bulan, faktor predisposisi yaitu pendidikan,
pekerjaan, kepercayaan ibu hamil terhadap pelayanan petugas kesehatan,
kepercayaan ibu hamil terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, dan faktor
pemungkin yaitu pendapatan dan asuransi kesehatan terhadap keinginan ibu hamil
dalam memanfaatkan Rawat Inap Khusus Bersalin di Puskesmas Padang Bulan
2009, dimana konsep tersebut diambil dari teori Anderson dalam Notoadmodjo
(2003).

Faktor Predisposisi:

. Pendidikan
. Pekerjaan
. Kepercayaan Ibu Hamil terhadap
Pelayanan Petugas Kesehatan
. Kepercayaan Ibu Hamil terhadap
Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Faktor Pemungkin :

. Pendapatan
. Asuransi Kesehatan

Keinginan Ibu Hamil dalam


Memanfaatkan Rawat Inap
Khusus Bersalin Puskesmas

1. Ingin Memanfaatkan
2. Tidak Ingin Memanfaatkan
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat didefinisikan konsep dari
faktor-faktor diatas yaitu :

1. Faktor Predisposisi ialah faktor-faktor yang mempermudah terwujudnya perilaku


kesehatan dan tidak bertentangan dengan keyakinan ibu hamil dalam
memanfaatkan Rawat Inap Khusus Bersalin Puskesmas sebagai tempat persalinan,
yaitu faktor predisposisi yaitu pendidikan, pekerjaan, kepercayaan ibu hamil
terhadap pelayanan petugas kesehatan, kepercayaan ibu hamil terhadap fasilitas
pelayanan kesehatan, dan faktor pemungkin yaitu pendapatan dan asuransi
kesehatan terhadap keinginan ibu hamil dalam memanfaatkan Rawat Inap Khusus
Bersalin di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2009.
2. Faktor Pemungkin ialah faktor-faktor yang mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan ibu hamil untuk menjangkau Puskesmas sebagai
tempat persalinan, yaitu : pendapatan dan asuransi kesehatan.
3. Pemanfaatan Rawat Inap Khusus Bersalin Puskesmas yaitu total jumlah ibu hamil
yang mempunyai keinginan untuk memanfaatkan Rawat Inap Khusus Bersalin
Puskesmas sebagai tempat persalinan.

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitiannya


adalah ada pengaruh faktor predisposisi yaitu faktor predisposisi yaitu pendidikan,

pekerjaan, kepercayaan ibu hamil terhadap pelayanan petugas kesehatan, kepercayaan


ibu hamil terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, dan faktor pemungkin yaitu
pendapatan dan asuransi kesehatan terhadap keinginan ibu hamil dalam
memanfaatkan Rawat Inap Khusus Bersalin di Puskesmas Padang Bulan Medan
tahun 2009.

Anda mungkin juga menyukai