Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Problematika pengembangan fasilitas jalan merupakan persoalan bersama yang


harus diselesaikan. Dalam hal ini perlu adanya koordinasi dari pemerintah daerah, dan
masyarakat. Koordinasi tersebut diwujudkan dengan adanya dialog yang
memperbincangkan persoalan-persoalan pengembangan fasilitas jalan serta bagaimana
penataan dan pengaturannya, sehingga tersedianya jalan yang layak di tiap-tiap daerah
sehingga bisa menunjang perekonomian masyarakat. Pengembangan fasilitas jalan juga
diharapkan tidak merusak atau menurunkan kualitas lingkungan hidup yang ada
disekitarnya agar dapat tercipta tata ruang yang mempertahankan ekosistem lingkungan
fisik maupun sosial yang ada di dalamnya. Oleh karena itu diperlukan adanya penataan
bagi jalan untuk mewujudkan fungsi tata ruang daerah yang optimal, dalam hal ini
menyangkut aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan itu sendiri.

Selain itu di Kabupaten Donggala Khususnya di sepanjang Jalan yang berada di


kawasan permukiman yang menjadi pusat daerah dan lalu lintas kendaraan justru di
daerah inilah banyak jalan yang tidak layak mulai dari ukuran dan kualitasnya serta,
sebagian besar peruntukan jalan berbeda antara kawasan. Sehingga para pengguna jalan
terganggu atau terenggut haknya untuk merasakan kenyamana dalam berkendara dijalan,
karena jalan-jalan yang bagus hanya dikawasan-kawasan tertentu saja. Bahkan jalan-
jalan yang berada di kawasa permukiman terutama di daerah yang padat tidak sesuai,
yang bahkan aktivitas dijalan dapat mengganggu kenyamanan lingkungam masyarakat
sekitar.
Selain permasalahan di atas, ketersedian prasaana jalan juga dapat berdampak
pada keselamatan masyarakat seperti rawannya kecelakaan lalu lintas yang juga akan
berdampak terhadap perekonomian. Sebagai contoh, perusahaan hanya akan masuk
disuatu daerah untuk berinvestasi jika daerah tersebut sudah terdapat sarana-sarana yang
layak, salah satunya jalan. Sebab dari sisi lokasi dan letak, keberadaan jalan yang kurang
tertata mengganggu eksistensi ruang lalu lintas kendaraan yang berlalu lalang. Banyak
kasus yang mendasari pengembangan fasilitas jalan terhadap fungsi tata ruang daerah
untuk segera dilaksanaka.

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 1


Di satu sisi, pemerintah harus mementingkan kepentingan umum, walaupun
dalam pelaksanaannya akan menganggu kepentingan pribadi masyarakat. Dalam hal ini
berarti diharapkan masyarakat tetap bersedia apabila rumah mereka ataupu halaman
rumah mereka digusur ataupun para pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan.
Dalam pelaksanaan pengembangan fasilitas jalan tentu akan mengganggu aktivistas lalu
lintas, tetapi untuk optimalisasi fungsi tata ruang yang ada. Sebagai contoh adanya
penutupan jalan sehingga pengguna jalan terenggut haknya tidak dapat menikmati
fasilitas umum yang ada dan keselamatannya terganggu. Selain hal tersebut terkadang
menimbulkan polusi udara dan menggangu kebersihan di sekitar jalan yang
menyebabkan lokasi tersebut terlihat kotor atau kumuh.
Banyak dari Pengembangan fasilitas jalan mengalami kondisi dilematis. Di satu
sisi, pemerintah ingin memperbaiki jalan secara keseluruhan di tempat yang strategis
sehingga akan lebih mudah mendapatkan keuntungan, tetapi loksi strategis tersebut
terdapat permukiman warga sehingga memerlukana biaya yang besar terutama dalam hal
ganti rugi. Namun dengan ketersediaan fasilitas publik yang teganggu maka seharusnya
hal tersebut mesti dilaksanakan. Oleh karena itu pihak Pemerintah Daerah harusnya
berupaya untuk menata keberadaan jalan di kabupaten donggala, meskipun banyak
problematika yang timbul akibat pengembangan fasilitas jalan. Untuk itu pemerintah
daerah harus melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya agar meminimalisir
terjadinya ketidaksesuain antara yang ada dalam rencana tata ruang wilyah dengan
kondisi yang ada di lapangan.

I.2. Rumusan dan Identifikasi Masalah


Dalam penulisan laporan ini tentulah saya memiliki beberapa perumusan masalah
terkait problematika pengembangan fasilitas jalan guna meminimalisir keraguan atau
pelebaran masalah. Perumusan masalah ini, yakni sebagai berikut :

I.2.1. Apakah terjadi ketimpangan dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten


Donggala Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Donggala Tahun 2011 2031, terkait pengembangan fasilitas jalan di
Kabupaten Donggala?
I.2.2. Dampak apa yang akan ditimbulkan dari pengembangan fasilitas jalan khususnya
di sepanjang Jalan kawasan permukiman yang tidak sesuai dengan penataan
ruang, serta kaitannya dengan peraturan lain terkait dengan jalan?

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 2


I.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan yang saya buat ini yakni, sebagai berikut :

I.3.1. Untuk mengetahui ketimpangan dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten


Donggala Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Donggala Tahun 2011 2031 terkait pengembangan fasilitas jalan di
Kabupaten Donggala yang timpang.
I.3.2. Untuk mengetahui Dampak apa yang akan ditimbulkan dari pengembangan jalan
khususnya di sepanjang Jalan kawasan permukiman di kabupaten donggala yang
tidak sesuai dengan penataan ruang, serta kaitannya dengan peraturan lain terkait
dengan jalan.

I.4. Manfaat Penulisan


Dengan diselesaikannya laporan ini, penulisan laporan ini diharapkan hasilnya
dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :

I.4.1. Kegunaan teoritis


Semoga laporan ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan masukan yang
sangat penting bagi saya selaku penyusun laporan ini, terutama dalam
pembentukan asumsi khususnya dala ruang lingkup tata ruang terkait pelaksanaan
pengembangan fasilitas jalan.
I.4.2. Kegunaan praktis
Semoga laporan ini dapat dijadikan sebagai acuan yang penting bagi pihak-pihak
yang terkait dengan permasalahan yang menyangkut tentang peran pemerintah
khususnya dinas PU Bagian tata ruang dalam mengatasi problematika
pengembangan fasilitas jalan untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten
Donggala Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Donggala Tahun 2011 2031.

I.5. Metode Penulisan


Dalam penyusunan laporan ini, saya menggunakan metode yuridis normatif yang
berbentuk studi pustaka. Yaitu tekhnik pengambilan data yang didasarkan pada sumber-
sumber primer dan sekunder, serta melakukan penelitian maupun wawancara.

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 3


I.6. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam laporan ini adalah :

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

Bab I : pendahuluan, yang terdiri dari : latar belakang masalah, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.

Bab II : tinjauan pustaka, yang terdiri dari : teori hukum, asas hukum, dan landasan
hukum.

Bab III : pembahasan, yang terdiri dari : pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten
Donggala Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Donggala Tahun 2011 2031 terkait pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten
Donggala, dampak apa yang akan ditimbulkan dari pengembangan jalan khususnya di
sepanjang Jalan kawasan permukiman, yang tidak sesuai dengan penataan ruang, serta
kaitannya dengan peraturan lain terkait dengan jalan?

Bab IV : penutup, yang terdiri dari : kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSATAKA

LAMPIRAN

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 4


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Hukum

A. Teori Penegakan Hukum

Menurut Blacks Law Dictionary, penegakan hukum (law enforcement),


diartikan sebagai the act of putting something such as a law into effect; the
execution of a law; the carrying out of a mandate or command. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa penegakan hukum merupakan usaha untuk menegakkan
norma-norma dan kaidah-kaidah hukum sekaligus nilai-nilai yang ada di
belakangnya. Aparat penegak hukum hendaknya memahami benar-benar jiwa
hukum (legal spirit) yang mendasari peraturan hukum yang harus ditegakkan,
terkait dengan berbagai dinamika yang terjadi dalam proses pembuatan
perundang-undangan (law making process).1

B. Teori Efektifitas Hukum


Berdasarkan teori efektivitas hukum yang dikemukakan Soerjono
Soekanto, efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor.
Pertama; faktor hukumnya sendiri (undang-undang). Kedua; faktor penegak
hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Ketiga;
faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Keempat; faktor
masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.
Kelima; faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.1

Menurut Mochtar Koesoemaatmadja bahwa tujuan pokok penerapan


hokum apabila hendak direduksi pada satu hal saja adalah ketertiban (order).
Ketertiban adalah tujuan pokok dan merupakan syarat pokok (fundamental) bagi
adanya mesyarakat yang teratur ; di samping itu tujuan lainnya adalah tercapainya

1 Yusep,Ius.2015. Makalah Penataan Ruang Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kabupaten Garut tugas hukum
tanah dan tata ruang. http://iusyusephukum.blogspot.co.id/2015/11/makalah-penataan-ruang-pedagang-
kaki.html.

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 5


keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya,menurut masyarakat pada
zamannya.1

II.2. Asas Hukum


Sesuai dengan hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara
hukum. Dalam pelaksaanaan perencanaan tata ruang oleh Dinas PU bagian tata ruang
dalam menertibkan pembagunan, salah satunya terkait pengembangan fasilitas jalan
khususnya di Jalan yang berada di sekitar permukiman warga harus berlandaskan
dasar hukum yang jelas, tegas dan menyeluruh guna menjamin kepastian hukum bagi
upaya pelaksanaan Peraturan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 1 Tahun
2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Donggala Tahun 2011
2031, yang sekaligus berhubungan dengan penataan ruang kota di Kabupaten
Donggala.

Dasar Hukum itu dilandasi oleh asas penataan ruang sebagaimana disebutkan
dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang :2

A. Asas Keterpaduan
Asas Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah,
dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan, antara lain, adalah
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
B. Asas Keserasian, Keselarasan, dan Keseimbangan
Asas Keserasian, Keselarasan, dan Keseimbangan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola
ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingungannya,
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara kawasan
perkotaan dan kawasan pedesaan.
C. Asas Keberlanjutan
Asas Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tamping
lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
D. Asas Keberdayagunaan dan Keberhasilgunaan

2 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang : bagian penjelasan pasal 2

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 6


Asas Keberdayagunaan dan Keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang
disellenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang
terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas..
E. Asas Keterbukaan
Asas Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
F. Asas Kebersamaan dan Kemitraan
Asas Kebersamaan dan Kemitraan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
G. Asas Perlindungan Kepentingan Hukum
Asas Perlindungan Kepentingan Hukum adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
H. Asas Kepastian Hukum dan Keadilan
Asas Kepaastian Hukum dan Keadilan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan peraturan perundang-
undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan
rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara
adli dengan jaminan kepastian hukum.
I. Asas Akuntabilitas
Asas Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat
dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaanya.

II.3 Dasar Hukum

Regulasi mengenai pengembangan fasilitas jalan yang terdapat dalam peta


sistem jaringan transportasi dan pusat kegiatan yang termuat pada tabel 1.1
tentang indikasi program pembangunan kabupaten donggala tahun 2011-2031
yang menjadi kewenangan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsinya
berdasarkan :3

A. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

3 Peraturan Daerah Kabupaten Donggala No. 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Donggala Tahun 2011 2031: bagian menimbang dalam konsiderans

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 7


B. Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Donggala Tahun 2011 2031
C. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan,
D. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Umum
E. Undang-undang No. 28 Tahun 2002 Mengenai Bangunan Gedung

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 8


BAB III

PEMBAHASAN

III.1. Ketimpangan dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Donggala No. 1


Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Donggala Tahun
2011 2031, terkait pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala

Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan


ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah
penataan ruang sehingga diharapkan dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang
berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan
hidup yang berkelanjutan tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang dan tidak
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang. Hal itu berarti perlu adanya suatu
kebijakan tentang penataan ruang yang dapat memadukan berbagai kebijakan
pemanfaatan ruang. Seiring dengan maksud tersebut, maka hendaknya dalam
pelaksanaan pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala yang dilaksanakan
oleh Dinas PU bidang Tata Ruang Kab. Donggala, harus dilakukan sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan. 4

Berkaitan dengan hal tersebut dalam PERDA No. 1 Tahun 20011 tentang
RTRW tahun 2011-2031 Kab. Donggala Pasal 1 ayat (42) Jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapan-nya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Sedangkan berdasarkan pasal 1 ayat (67) Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan
ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan
dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan
hierarkis.

4 Peraturan Daerah Kabupaten Donggala No. 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Donggala Tahun 2011 2031 : bagian penjelasan umum

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 9


Dapat disimpulkan bahwa jalan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu daerah, sehingga jalan menjadi kebutuhan mutlak yang harus ada
untuk menunjang kehidupan masyarakatnya. Namun, dari hasil penilitian terjadi
ketimpangan antara pembangunan jalan di bagian desa dengan kota di kabupaten
donggala, tidak hanya itu terdapat perbedaan jalan di tiap kawasan. Hal ini terlihat
jelas perbedaanya untuk kawasan perkantoran dengan permukiman. Jalan di kawasan
perkantoran luas dan bisa di bilang mengelilingi tiap-tiap kantor. Berbeda halnya
dengan kawasan permukim yang keci, serta ada kawasan yang terdapat permukiman
warga dengan tokoh-tokoh yang jalannya selalu dilalui kendaraan besar dengan
kondisi tersebut, bukan tidak mungkin dapat menimbulkan kecelakaan. Seharusnya
dalam merencanakan pembangunan harus mendahuluan yang lebih penting, karena
dapat menjadi tolak ukur.5

Adanya artikel yang memberitakan bahwa sudah puluhan tahun pembangunan


jalan di Kabupaten Donggala berjalan, namun pembangunan belum merata karena
hanya terfokus di wilayah ibu kota kabupaten dan beberapa kecamatan terdekat,
sementara pembangunan di kawasan pinggiran, terabaikan. Kesenjangan
pembangunan antara ibu kota kabupaten, kecamatan terdekat, dan kawasan pinggiran,
tentunya berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan hal-
hal mendasar lainya. Seperti Di Kecamatan Rio Pakava misalnya, sudah 70 tahun
Indonesia merdeka sampai hari ini tidak memiliki jalan daerah. Akses jalan menuju
kecamatan tersebut harus melewati empat kecamatan di Provinsi Sulawesi Barat.
Jalan menuju kesana adalah jalan yang dibangun oleh perusahaan perkebunan sawit
PT Pasangkayu dan PT Lestari Tani Teladan. infrastruktur jalan di Kecamatan Rio
Pakava, sangat tertinggal jauh dari kecamatan lainya di Kabupaten Donggala. Padahal
di kecamatan tersebut potensi pertanian sangat besar, seperti padi dan kelapa sawit.
Malah salah satu perusahaan perkebunan PT Lestari Tani Teladan sudah membangun
pabrik sawit dengan kapasitas 45 ton perjam. Sulitnya akses jalan ke kecamatan
pinggiran seperti Kecamatan Rio Pakava dan Balaesang Tanjung seharusnya menjadi

5 Hasil penelitian padatanggal 16 November 2016

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 10


perhatian khusus pemerintah Kabupaten Donggala, karena itu berimplikasi pada
pelayanan dasar masyarakat.6

Selain itu, artikel lain menuliskan banyak masalah-masalah terkait tidak


maksimalnya pembangunan jalan, misalnya antara Tanjung Padang ke Sipi,
Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala yang pengerjaannya amburadul yang proyek
tersebut diduga dikerjakan asal-asalan, akibatnya jalan mulai rusak. Sudah
dikomplain warga karena bergelombang, padahal pembangunan jalan yang hanya
sekitar 2 kilometer lebih dengan hamparan yang tidak rata, bahkan sudah
bergelombang dan ada beberapa titik sudah terbongkar saat dilintasi kendaraan berat.
Sehingga diberhentikan untuk dibicarakan dan diperoleh kesepakatan untuk akan
diselesaikan terlebih dahulu dari Tanjung Padang ke Sipi, selanjutnya akan di aspal
kembali. Tapi ternyata sampai sekarang tidak diulangi (aspalannya) hanya beberapa
meter saja diperbaiki.7

Lain halnya dengan artikel terkait kekesalan warga terhadap pemerintah,


dikarenakan beberapa jalan di desa mereka sudah hampir sepuluh tahun rusak dan
tidak pernah diperbaiki padahal banyak anggaran. Saat ini beberapa akses jalan rusak
dan kondisinya semakin parah, membuat ratusan warga Desa Labuan Induk,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, menumpahkan kekesalannya dengan
menanam pohon pisang di tengah jalan dan menimbun jalan tersebut dengan material
pasir dan batu. Adapun beberapa jalan yang ditanami pohon pisang dan ditimbun
warga tersebut antara lain Jalan Kramat Raya. Jalan ini adalah akses menuju ke
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK 1) sekaligus jalan menuju rumah kediaman
Camat Labuan. Warga menegaskan, agar pihak pemerintah Kabupten Donggala
segera melakukan perbaikan jalan di Desa Labuan Induk dan meminta kepada Bupati
Donggala, Kasman Lassa untuk segera mencopot Camat Labuan dan Kepala Desa

6 Rizal,Joze.2015.Pembangunan Di Donggala Timpang.


http://www.metrosulawesi.com/article/pembangunan-di-donggala-timpang .
7 Admin sultengpost.2016.Jalan Senilai Rp 1,6 M Amburadul.
https://sultengpostnews.com/2016/12/29/jalan-senilai-rp-16-m-amburadul-wabup-saya-serahkan-ke-kejari/

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 11


Labuan Induk, karena dianggap tidak mampu mendorong dan meningkatkan
pembangunan di Kecamatan dan desa tersebut.8

Kemudian adanya artikel yang menuliskan, Sejumlah ruas jalan di Kabupaten


Donggala dan Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, yang kondisinya buruk karena
tidak mampu ditangani pemerintah daerah setempat, diusulkan alihstatus menjadi
wewenang pemerintah provinsi agar pembangunannya lebih cepat. Seperti, Jalan
poros Desa Sibayu, Budi Mukti, Parisan Agung dan Desa Karyamukti di wilayah
Donggala utara kini kondisinya rusak berat, kondisinya tidak pernah baik karena
kabupaten tidak mampu membiayai perbaikan, dimana ruas jalan tersebut
menghubungkan kantong produksi pertanian dan perkebunan sehingga perlu
mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah.9

Jika sampai hal ini terealisasi maka ini akan menjadi kegagalan signifikan bagi
pemerintah daerah kabupaten donggala yang gagal merealisasikakan PERDA No. 1
Thn. 2011 tenatng RTRW kabupaten Donggala Tahun 2011-2031. Padahal dari
banyak artikel yang menuliskan salah satu alasan pertambangan di kabupaten
donggala tetap diberikan izin walaupun berdampak beasar pada lingkungan dengan
alasan untuk menambah pemasukan daerah. Jadi seharusnya hal ini dapat diatasi
sebab kebanyakan jalan rusak di kabupaten donggala terutama dikarenakan aktivitas
pertambangan.

Namun ada artikel yang menuliskan bahwa Pemerintah Kabupaten Donggala,


Sulawesi Tengah, berupaya membangun dan meningkatkan jalan hingga ke daerah-
daerah terisolasi untuk membuka akses ekonomi dan mempercepat peningkatan
kesejahteraan rakyat dengan menyediakan sejumlah anggaran. Sebab dari 16
kecamatan dan 100 desa lebih, masih banyak permukiman yang terletak di desa-desa
pinggiran yang terisolasi, dikarenakan minimnya infastruktur berupa jalan dan
jembatan sebagai akses untuk masuk atau berkunjung atau keluar dari desa tersebut.

8 Aliansi,jurnalis,independen.2015.Warga Donggala dan Buol Tanam Pisang di Jalan.


http://palu.aji.or.id/2015/09/27/warga-donggala-dan-buol-tanam-pisang-di-jalan/ .
9 Malaha,Rolex.2016.Sejumlah Ruas Jalan Kabupaten Diusulkan Alihstatus .
http://sulteng.antaranews.com/berita/24753/sejumlah-ruas-jalan-kabupaten-diusulkan-alihstatus .

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 12


Pembangunan akan dilakukan dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketersediaan
dana. 10

Namun, adanya artikel yang menuliskan Skandal dugaan sejumlah pelaksanaan


kegiatan proyek fiktif pada beberapa SKPD di Kabupaten Donggala kembali
menyeruak dan tercium dipublik yang membuat masalah ketimpanagn pembangunan
di kabupaten donggala khususnya terkait pengembangan fasilitas jalan sulit untuk
diatasi. Sebab ratusan juta bahkan sampai milyaran dana APBD digelontorkan pada
setiap SKPD untuk membiayai kegiatan setiap Tahun Anggaran terus mengucur akan
tetapi tidak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Salah satu contohnya, di Tahun
Anggaran 2015 Pelaksanaan proyek Jalan Usaha Tani (JUT) di Desa Dampal
Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, tidak selesai namun celakanya,
anggarannya mengucur 100 persen. Proyek yang dikerjakan oleh CV. Banawa Lestari
dengan nilai Rp.145 juta itu kini menjadi saksi betapa buruknya pengelolaan,
pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Peternakan dan
Kesehatan Hewan selaku SKPD yang bertanggung jawab pada proyek tersebut.11

Sehingga hal yang perlu dilakukan pemerinah daerah, terutama Dinas PU


bidang tata ruang adalah meminimalisir hal tersebuat dapat terjadi. Sebab hal yang
dimuat dalam berbagai artikel yang menyebabkan banyaknya permasalahan dalam
pelaksanaan pengembangan fasilitas jalan yakni terkait pihak yang melaksanakan hal
tersebut. Sehingga pemerintah daerah tidak begitu saja memberika izin kepada
instansi lain ataupu pihak kontaraktor untuk menanangii masalah pengemabangan
fasilitas jalan.

III.2. Dampak yang ditimbulkan dari pengembangan fasilitas jalan khususnya di


sepanjang Jalan kawasan permukiman yang tidak sesuai dengan penataan
ruang, serta kaitannya dengan peraturan lain terkait dengan jalan.

Pembangunan yang dilakukan pemerintah sudah pasti menimbulkan pro dan


kontra ditengah masyarakat, tetapi perlu dipahami bahwa hal tersebut untuk

10 Malaha,Rolex.2016.Donggala Berupaya Bangun Jalan Ke Daerah Terisolir.


http://www.antarasulteng.com/berita/23338/donggala-berupaya-bangun-jalan-ke-daerah-terisolir
11 Tehardjo,Jemmy.2016. Ada Proyek Fiktif Distanakeswan Donggala ?.http://www.kabartoday.com/ada-
proyek-fiktif

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 13


kepentingan umum. Namun pelaksanaannya akan merugikan masyarakat yang
terdapat di sekitar wilayah yang akan dibangun. Sama halnya dalam pengembangan
fasilitas jalan untuk kepentingan umum sebagi akses untuk menghubungkan daerah
yang satu dengan yang lain. Adapun Pengembangan Fasilitas Jalan yang akan
dilaksanakan di kabupaten donggala berdasarkan RTRW yakni :12

Perbaikan dan pelebaran jalan


Perkerasan jalan, pengaspalan jalan
Pembuatan bahu jalan
Pembangunan dinding-dinding penahan longsor, baik yang berada di atas
bangunan jalan maupun di bawah jalan
Peningkatan kualitas perkerasan jalan dan pengaspalan jalan
Pembuatan rambu dan penunjuk arah jalan menuju obyek wisata
Perbaikan dan pelebaran jalan
Perkerasan jalan, pengaspalan jalan
Perencanaan dan pembangunan ulang tikungan-tikungan yang mempunyai
manuver membahayakan
Pembangunan dinding-dinding penahan longsor, baik yang berada di atas
bangunan jalan maupun di bawah jalan
Pemberian guard rill terutama pada tikungan berbahaya
Pembuatan rambu dan penunjuk arah jalan menuju obyek wisata

Berdasarkan hasil penelitian terkait pelebaran jalan banyak rumah-rumah


warga sudah bersinggungan dengan bahu jalan, yang seharusnya berdasarkan
peraturan bahwa rumah warga harus memiliki jarak dengan jalan berdasarkan Garis
Sempadan Bangunan.13 GSB atau Garis Sempadan Bangunan, dibuat supaya setiap
orang tak semaunya membangun sebuah bangunan. Selain itu GSB tersebut nantinya
juga bergunan untuk terciptanya pemukiman yang nyaman, rapi dan aman. Banyak
aspek yang perlu di perhatikan, segala persyaratan tersebut sudah tertuang dalam
aturan mengenai tata bangunan serta lingkungan yang telah ditetapkan pemerintah

12 Peraturan Daerah Kabupaten Donggala No. 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Donggala Tahun 2011 2031 : bagian program utama no. 07 hal. 95 Tabel 1.Error! Main
Document Only. Indikasi Program Pembangunan Kabupaten Donggala Tahun 2011-2031
13 Ibid, Page 9

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 14


atau pemerintah daerah. Dengan banyaknya persyaratan yang mesti dipenuhi oleh
masyarakat yang hendak membangun, kadang membuat orang memilih untuk
mengabaikan peraturan tersebut, juga termasuk aturan tentang Garis Sempadan
Bangunan atau GSB.14

Di dalam Pasal 13 Undang-undang No. 28 Th 2002 mengenai Bangunan


Gedung telah menyebutkan bahwasanya sebuah bangunan haruslah memiliki berbagai
persyaratan jarak bebas bangunan yg di dalamnya meliputi GSB serta jarak antar
bangunan. Selain itu juga dalam membangun sebuah rumah, perlu sudah mendapatkan
standarisasi dari pihak pemerintah yg tercantum dalam SNI No. 03-1728-1989.
Standar tersebut isinya mengatur setiap orang yang akan mendirikan bangunan
haruslah memenuhi berbagai persyaratan lingkungan di sekitar bangunan, di
antaranya adalah larangan untuk membangun di luar batas GSB.14

Dalam penjelasan di Pasal 13 Undang-undang No. 28 Thn 2002, Garis


Sempadan Bangunan atau GSB tersebut memiliki arti sebuah garis yg membataskan
jarak bebas minimum dari sisi terluar sebuah massa bangunan terhdap batas lahan yg
dikuasai. Pengertian ini dapat disimpulkan bahwa GSB ialah batas bangunan yg
diperbolehkan untuk dibangun rumah atau gedung. Patokan serta batasan untuk
cara mengukur luas GSB (Garis Sempadan Bangunan) ialah as atau garis tengah
jalan, tepi pantai, tepi sungai, rel kereta api, dan/atau juga jaringan tegangan tinggi.
Hingga kalau sebuah rumah kebetulan berada di pinggir sebuah jalan, maka garis
sempadannya diukur dari garis tengah jalan tersebut sampai sisi terluar dari bangunan
di tanah yang dikuasai si pemilik. Untuk faktor yang menentukan GSB ialah letak atau
tempat dari lokasi bangunan tersebut berdiri. Rumah yang letaknya di pinggiran jalan,
GSB-nya ditentukan oleh fungsi serta kelas jalan. Untuk lingkungan pemukiman
standardnya ialah berkisar antara 3 sampai dengan 5 m.14

Pandangan tentang sisi bangunan terluar masih rancu oleh masyarakat.


Beberapa menyebutkan bahwa sisi bangunan terluar ialah pagar rumah itu sendiri.
Tapi sebenarnya adalah dari sisi luar fisik bangunan itu sendiri dengan komposisi
lengkap dimulai dari sloof, pondasi, pasangan bata, jendela, pintu, atap dan plafond.

14 Arsindo.com.2014. GSB Garis Sempadan Bangunan. http://www.arsindo.com/artikel/gsb-garis-


sempadan-bangunan/

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 15


Kalau melakukan renovasi sebuah rumah, menambah bangunan melewati batas GSB
atau Garis Sempadan Bangunan masih ditolerir. Tetapi tak boleh juga dengan
semrono melakukannya. Terdapat beberapa hal yang ditolerir yang masih dapat
dibenarkan. Toleransi ini berlaku bagi bangunan sifatnya struktur, dan bukan14

bangunan ruang. Contohnya adalah elemen pergola yang berfungsi sebagai penyangga
atap carport. Tetapi dalam membuat pergola tersebut juga tidak boleh sesuka Anda.
Atap pergola itu tidak diperbolehkan menjorok ke lahan atau keluar pagar. Dan satu
lagi, jika merubah fungsi carport itu sendiri dengan ruang tidur atau gudang misalnya,
maka Anda akan dikenakan sangsi oleh pemerintah.14

Undang-undang serta peraturan mengenai GSB ini dibuat agar pemukiman


disekitar rumah jadi teratur dan aman. Bisa Anda bayangkan kalau pemukiman rumah
bisa menjadi semrawut disebabkan para penghuninya yang sesukanya dalam
membangun dan mengembangkan rumah. Penghuninya dengan sesuka hati
mengembangkan rumah serta memaksimalkan lahan disekitarnya. Seperti membuat
kamar baru atau ruangan lainnya melewati batas GSB hingga terlalu dekat dengan
pagar. Dan ada penghuni yang membuat jalan menuju carport melebih batas pagar,
sampai melewati batas jalan walau sedikit. Hasilnya sebuah pemukiman akan tidak
sedap untuk dipandang, serta semrawut. Selain dari faktor estetika, GSB ini dibuat
juga untk kepentingan kemanan para pengendara kendaraan bermotor atau sepeda
yang depan sebuah rumah. Apabila Sebuah rumah berada di simpang jalan atau biasa
disebut rumah hook, rumah seperti ini membuat jalan akan rawan dengan kecelakaan.
Kecelakan tersebut terjadi dikarenakan sipengendara tak melihat pengendara lain dari
arah yang berlawanan berlawanan. Jarak lepas bebas pandang sipengendara akan
terganggu, sebab akan tertutup oleh bangunan di hook tersebut yang terlalu menjorok
keluar batas GSB.14

Untuk bangunan yang di persimpangan sebuah jalan, ada dua ketentuan GSB,
yaitu dari sisi muka bangunan tersebut serta dari samping bangunan itu. Ini sering
dilupakan atau sengaja dilupakan oleh pemilik rumah. Mereka akan membangun
berdasarkan satu GSB saja. Beberapa orang dengan sengaja merapatkan bangunannya
salah satu sisi batas lahan, hingga melewati GSB samping. Perlu diketahui bahwa
sebenarnya tidak hanya rumah yang berada di simpang jalan yang memiliki ketentuan

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 16


GSB samping. Tapi semua rumah harus memiliki GSB (Garis Sempadan Bangunan)
dan samping.14

Menurut Putusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 441 Th 1998 mengenai


Pesyaratan Teknis Bangunan, GSB dari belakang dan samping bangunan juga perlu
diperhatikan. Terdapat beberapa persyaratan dalam memenuhi GSB samping dan
belakang. Persyaratan tersebut ialah:

Struktur serta pondasi bangunan terluar haruslah berjarak paling kurang 10 cm ke


arah dalam di hitung dari batas terluar lahan yang dikuasai.

Untuk renovasi ataupun perbaikan bangunan yang pada mulanya menggunakan


dinding pembatas bersama dgn bangunan yang ada di sebelahnya, harus membuat
dinding batas baru tepat disebelah dinding pembatas yang sudah ada.

Sisi dinding paling luar tidak dibolehkan melewati batas dari pekarangan.
Contohnya pagar.

Untuk bangunan hunian rumah tinggal yang rapat, tidak ada jarak untuk bebas
samping, tapi jarak bebas belakang harus minimal 1/2 dari panjang GSB muka.

Selain perhitungan GSB, dalam pembangunan sebuah rumah juga perlu diperhatikan
faktor estetika yang berhubungan dengan peletakan elemen struktur. Penerapan
bukaan jendela dlm bentuk apapun pd dinding batas dari pekarangan adalah tidak
diperbolehkan, juga termasuk pemasangan elemen glass block.14

Pastilah setiap aturan mempunyai sanksi bagi pelanggarnya. Begitu juga


dengan peraturan GSB ini. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Th 2002
mengenai Bangunan Gedung, untuk sanksi administratif-nya akan dikenakan pada
pemilik bangunan. Sanksi itu berupa peringatan pembatasan kegiatan pembangunan,
sangsi tertulis, penghentian pelaksanaan pembangunan sementara waktu, pencabutan
dari izin membuat bangunan sampai perintah untuk pembongkaran paksa bagi
bangunan tersebut. Selain itu juga kalau kita ketahuan membangun melebihi GSB,
akan dikenakan sanksi lain. Sanksi itu berupa denda sebanyak-banyaknya 10%
(sepuluh persen) dihitung dari nilai bangunan tersebut yang telah atau sedang
dibangun.14

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 17


Tetapi terkait yang terjadi di Kab. Donggala dari hasil penelitian ditemukan
bahwa kebanyakan dari warga sebelum ada pelebaran jalan rumah mereka jaraknya
jauh dari jalan, bahkan mereka juga memiliki IMB. Untuk itu, saat wawancara dengan
kepala bidang tata ruang untuk mengkonfirmasi kondisi tersebut, mengatakankan
bahwa kondisi tersebut terjadi karean ketidak tersediaan dana, sebab jika ingin
menggusur rumah warga taupun bagunan yang lain tentu harus ada ganti rugi dimana
pemnda tidak mampu menyediakan anggaran.15

Kemungkinan penundaan putusan juga salah satu yang menyebabkan hal


tersebut, karena adanya unsur kepentingan pribadi yang mendesak meskipun ada
unsur kepentingan umum dalam rangka pembangunan. Untuk itu dalam menyetujui
permohonan penundaan harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan prinsip
kemanusiaan. Sehingga pernyataan yang diberikan oleh kepala bidan tata ruang itu
bisa menjadi alasan mengapa sampai sekarang banyak bangunan terutama rumah
warga yang tidak memiliki jarak dari bahu jalan.16

Sebab banyak dari masyarakat yang rumahnya tidak memiliki jarak dengan
bahu jalan memiliki IMB, maka penggusuran atau pembongkaran memerlukan ganti
rugi meskipun untuk kepentingan umum, sebab kondisi tersebut terjadi bukan kareana
kesalahan masyarakat tetapi pihak yang mengeluarkan izin. Dalam pengawasan
pemanfatan ruang dilaksanakan melalui pemantauan, pelaporan dan evaluasi mengacu
kepada ketetapan rencana kota. Evaluasi kesesuaian rencana tata ruang terhadap
pemanfaatan ruang dilakukan dengan cara menelaah bentuk pemanfaatan ruang dan
perizinan yang dimiliki.16

Salah satu hasil evaluasi adalah rumusan rekomendasi, yakni saran tindak
lanjut terhadap kegiatan pembangunan yang tidak sesuai denagn rencana tata ruang.
Perizinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang terutama adalah IMB.
Penerbitan izin sebagaimana dimaksud diatas didukung oleh rekomendasi yang
diterbitkan oleh instansi terkait, terutama rekomendasi yang diterbitkan oleh instansi
yang bertanggung jawab di bidang tata kota dalam bentuk ketetapan rencana kota dan

15 Hasil wawancara dengan Kabid Tata Ruang Pu Kab. Donggala Tanggal 17 November 2016
16 Sutedi,Adrian. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Hal.220-221

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 18


rencana tata letak bangunan, rekomendasi dari instansi pertanahan, rekomendasi
komisi AMDAL, rekomendasi manajemen lalu lintas.17

Adanya IMB berfungsi supaya pemerintah daerah dapat mengontrol dalam


rangka pendataan fisik kota sebagai dasar yang sangat penting bagi perencanaan,
pengawasan dan penertiban pembangunan kota yang terarah dan sangat bermanfaat
pula bagi pemilik bangunan karena memberikan kepastian hukum atas berdirinya
bangunan yang bersangkutan dan akan memudahkan bagi pemilik bangunan untuk
suatu keperluan, misalnya mencegah tindakan penertiban salah satunya jika ada
pelebaran jalan maka yang bersangkutan akan memperoleh ganti rugi . Tetapi apabila
terjadi izin membangun yang melanggar rencana tata ruang akan dikenakan tindakan,
antara lain berupa pencabutan IMB dan termasuk sanksi administrasi yang di berikan
kepada pegawai yang mengeluarkan hal tersebut jika izin itu diberikan setelah ada
rencana tata ruang.17

Bukan hanya itu dalam perbaikan jalan, khususnya pelebaran dan pengaspalan
jalan yang tentu saja mengganggu aktivitas jalan, disebabakan pengguna jalan hanya
dapat menggunakan sebelah jalan saja, yang diperpara jika tidak adanya aparat
pemerintah yang mengatur jalannya lalu lintas. Berdasarkan informasi yang
didapatkan bawah dalam kegiatan perbaikan jalan, yang mengatur jalannya lalu lintas
hanya warga setempat serta, sering kita dapatkan dimana jalan beralih fungsi karena
ditutup oleh warga jika ada kegiatan yang membuat terjadi kemacetan. Permasalahan
yang terjadi dalam pelaksanaan pengembangan fasilitas jalan ini dapat teratasi jika
ada kesadaran dari masyarakat untuk ikut berperan dalam hal tesebut sebab dampak
yang ditimbulkan dapat diatasi secepat mungkin dan bahkan mungkin bisa di cegah
sebelum terjadi.18

Dalam penataan ruang wilayah kabupaten/kota, bentuk peran masyarakat


dalam penataan ruang diatur dalam pasal 15 pasal 20 PPPMPR, yang lebih
terperinci sampai pada rencana rincian tata ruang (RRTR/RDRT). Berdasarkan pasal
61 UUPR yang menegaskan bahwa dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib :19

17 Sutedi,Adrian. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Hal.212-213


18 Hasil wawancara dengan warga dan penelitian tanggal 16 November 2016
19 Yunus,Wahid. Pengantar Hukum Tata Ruang. Hal. 243-246

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 19


a. Menaati RTR yang telah ditetapkan
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfatan ruang dari pejabat yang
berwenang
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruan
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundan-
undangan dinyatakan sebagai milik umum

Berdasarkan pasal 55 UUPR, Menunjukkan bahwa peran serta masyarakat


merupakan satu kesatuan dengan hak dan kewajiban lainnya. Ini berarti peran serta
masyarakat merupakan hak-hak dan kewajiban masayarakat dalam penataan ruan,
dan merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tujuan penataan ruang. Artinya,
diperlukan adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam semua tahapan mulai
dari perencanaan, penetapan, pemananfaatan, dan pengendalian dalam pemanfaatan
ruang. Hal ini sangat diperlukan untuk memperbaiki mutu perencanaan,
membantuterwujudnya pemanfaatan ruang sesuai dengan rancangan tata ruang yang
telah ditetapkan, dan menaati keputusan dalam rangka penertiban pemanfaatan
ruang.20

Namun, hal ini Tidak hanya cukup siapa yang akan menjalakan apa, tapi juga
bagaimana ia harus melakukan dan kapan harus dilaksanakan. Sebagai masyarakat
tentunya adalah menjalankan hukum posistif dalam hal ini UU Nomor 22 Tahun
2009, namun perlu diterjemahkan lagi bagaimana situasi dan kondisi dilapangan dapat
menunjang masyarakat dapat melaksanakannya. Keharusan yang diterjemahkan
sebagai kewajiban harus di dukung oleh seberapa besar dan seberapa banyak
petunjuk-petunjuk dilapangan.21 Terkait dengan UU Nomor 22 Tahun 2009 ini maka
kita bisa mempertanyakan seberapa banyak rambu-rambu dan fasilita-fasiitas
penunjang di jalan raya. Harus diingat, pemberlakuan UU tidak hanya pada satu
wilayah saja namun berlaku bagi seluruh wilayah Indonesia, apa yang akan terjadi
nantinya jika diterapkan di wilayah kabupaten Donggala. Struktur itu harus mampu
menunjang masyarakat agar dapat melaksanakannya. Sepanjang alat-alat penunjang

20 Yunus,Wahid. Pengantar Hukum Tata Ruang. Hal. 224-230


21 LBH Jakarta.2014.Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Raya. http://www.bantuanhukum.or.id/web/implementasi-undang-undang-nomor-22-tahun-
2009-tentang-lalu-lintas-dan-angkutan-jalan-raya/

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 20


seperti rambu-rambu serta fasilitas-fasilitas umum di jalan belum terpenuhi
kebutuhannya maka pelaksanaan UU juga akan tidak efektif dan efisien.

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 21


BAB IV

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

IV.1.1. Pelaksanaan pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala yang


dilaksanakan oleh Dinas PU bidang Tata Ruang Kab. Donggala, harus
dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan hal tersebut dalam maka dapat dikatakan bahwa jalan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan suatuh daerah, sehingga jalan menjadi
kebutuhan mutlak suatu daerah yang harus ada utuk menunjang kehidupan
masyarakatnya. Namun, hasil penelitian didapatkan terjadi ketimpangan antara
pembangunan jalan untuk kawasan perkantoran dengan permukiman.
Sehubungan itu banyak dimuat dalam berbagai artikel tentang problematika
dalam pelaksananan pembangunan jalan di Kab. Donggala. Dalam
pelaksanananya banyak oknum-oknum pemerintah yang memanfaatkan hal
tersebut untuk keuntugan pribadi mereka masing-masing. Kemudian
diperburuk lagi dengan banyaknya permasalahan yang terjadi yang tidak
ditangani dengan tuntas.

IV.1.2. Pembangunan yang dilakukan pemerintah sudah pasti menimbulkan pro dan
kontra ditengah masyarakat, tetapi untuk kepentingan umum. Adapun
Pengembangan Fasilitas Jalan yang akan dilaksanakan di kabupaten donggala
yakni : Perbaikan dan pelebaran jalan, Perkerasan jalan, pengaspalan jalan,
Pembuatan bahu jalan, Pembangunan dinding-dinding penahan longsor, baik
yang berada di atas bangunan jalan maupun di bawah jalan, Peningkatan
kualitas perkerasan jalan dan pengaspalan jalan, Pembuatan rambu dan
penunjuk arah jalan menuju obyek wisata, Perbaikan dan pelebaran jalan,
Perkerasan jalan, pengaspalan jalan, Perencanaan dan pembangunan ulang
tikungan-tikungan yang mempunyai manuver membahayakan, Pembangunan
dinding-dinding penahan longsor, baik yang berada di atas bangunan jalan
maupun di bawah jalan, Pemberian guard rill terutama pada tikungan
berbahaya, Pembuatan rambu dan penunjuk arah jalan menuju obyek wisata.
Dampak yang ditimbulkan dari pengembangan fasilitas jalan khususnya di

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 22


sepanjang Jalan kawasan permukiman, yang tidak sesuai dengan penataan
ruang di Kabupaten Donggala. Berdasarkan hasil penelitian, terkait pelebaran
jalan dimana rumah warga sudah bersinggungan dengan jalan, yang
seharusnya berdasarkan peraturan bahwa rumah warga harus memiliki jarak
dari jalan berdasarkan garis sempadan bangunan (GSB). Namun kebanyakan
dari mereka sebelum ada pelebaran jalan rumah mereka jaraknya jauh dari
bahu jalan, bahkan mereka juga memiliki IMB. Namun, kondisi tersebut
terjadi karena ketidak tersediaan dana, sebab jika ingin menggusur rumah
warga taupun bagunan yang lain tentu harus ada ganti rugi. Bukan hanya itu
dalam perbaikan jalan, khususnya pelebaran dan pengaspalan jalan yang tentu
saja mengganggu aktivitas jalan, disebabakan pengguna jalan hanya dapat
menggunakan sebelah jalan saja, hal ini dapat diperpara jika tidak adanya
aparat pemerintah yang mengatur jalannya lalu lintas. Maka peran masyarakat
sangat diperlukan, meskipun pemerintah daerah mengupayakan pelaksanaan
pengemabangan fasilitas jalan tetapi masyarakat mematuhi aturan, maka hanya
akan percuma saja.

IV.2. Saran

Dalam pengambang fasilitas jalan hendaknya pemerintah lebih mengutamakan


pengemabangan fasilitas jalan yang lebih di butuhkan masyarakat bukan berdasarkan
apa yang menurut pemerintah daerah yang penting. Sebab banyaknya daerah yang
pembangunan jalannya tertinggal adalah daerah yang jauh dari kota, untuk itu
pemerintah seharusnya turun langsung kemasyarakat untuk melihat kondisi jalan yang
ada. Sehingga dapat mencegah terjadinya pengeluaran anggaran yang percuma, serta
meninjau langsung jika ada pengembangan fasilitas jalan yang sedang dilaksanakan
untuk menghindari pengerjaan yang asal-asalan oleh kontraktor.

Untuk masyarakat di Kab. Donggla seharusnya ikut berperan serta dalam


mewujudkan pengembangan fasilitas jalan dengan mematuhi peraturan-peratuan yang
ada, sehingga perencanaan tata ruang yang disusun dapat berjalan dengan semestinya.
Dan yang paling penting Pemerintah daerah mampu menlaksanakan pengembangan
fasilitas jalan berdasarkan RTRW yang telah disusun.

Problematika pengembangan fasilitas jalan di Kabupaten Donggala Page 23

Anda mungkin juga menyukai