Makalah Kelompok 2 Antropologi Hukum
Makalah Kelompok 2 Antropologi Hukum
Dosen Pengampuh :
CITRA NASIR, SH., MH
Disusun Oleh :
Christofer Sutanto H21.09022
Muh. Risno H21.09017
Ansar H21.09019
Aisyah Pasindang H21.09021
Yutri Pradita H21.09009
Nuraeni Al-Hidayat H21.09023
Khusnul Atiqa H21.09012
Pertama-tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Antropologi hukum. Semoga dengan
hukum bagi para pembaca dan juga bagi kami selaku penulis. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pross
Kami selaku penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun diharapkan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Perumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pengaruh dari kebudayaan dimana hukum itu lahir dan berlaku. Kebudayaan yang
dihasilkan oleh suatu masyarakat dipengaruhi juga oleh bentuk atau corak dari
kebudayaan yang dihasilkan, maka semakin kompleks juga hukum yang timbul dari
kebudayaan tersebut.
yang sederhana pula. Hukum yang dihasilkan pun sederhana dalam artian tidak
selengkap atau sekomplek hukum pada masyarakat yang pluralis. Namun kita tidak
dapat memungkiri bahwa Masyarakat yang pluralis tidaklah langsung menjadi plural,
melainkan berawal dari masyarakat yang sederhana. Dan awal dari munculnya
pada masyarakat sederhana sebagaimana dengan apa yang dihasilkan oleh para
Dari paparan di atas, pemakalah dapat merumuskan beberapa masalah yang akan
C. Tujuan Penelitian
masyarakat sederhana
PEMBAHASAN
Di sini, kita akan mencoba membahas dua kelompok kata yang menjadi tema
besar kita yaitu konsep hukum dan masyarakat sederhana.Kata “Konsep” dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan rancangan, ide atau pengertian
Sehingga bila kita menggabungkan arti dari kedua kata tersebut menjadi
“rancangan atau ide tentang peraturan yang berlaku bagi suatu kelompok masyarakat
baik timbul dari penguasa atau adat istiadat.”Sedangkan kelompok kata yang kedua
hidup bersama pada suatu tempat atau wilayah dng ikatan aturan tertentu Sedangkan
kata sederhana memiliki arti bersahaja, tidak berlebih-lebihan, sedang (dalam arti
pertengahan, tidak tinggi, tidak rendah, dsb), tidak banyak seluk-beluknya , tidak
banyak pernik.
Sehingga maksud dari kelompok kata masyarakat sederhana bila kita melihat arti
homogen.”Bila kita melihat pengertian dari kata sederhana, maka penilaian sederhana
ini sangat mungkin bersifat relatif; tergantung siapa yang memandangnya. Sesuatu itu
mungkin sederhana bagi seseorang namun belum tentu dipandang sederhana oleh
orang yang lainnya. Maka dari itu, disini kita hanya akan membahas apa yang telah
dipaparkan oleh para ahli serta masyarakat yang mungkin bisa dimasukkan ke dalam
Namun sebelumnya kita akan membahas sedikit pandangan ahli mengenai bentuk
2) Organi sosial pada pokoknya didasarkan atas adat istiadat yang terbentuk
menurut tradisi.
serta didasari pengalaman dan tindak dari hasil pemikiran atau eksperimen.
sudah diketahui dan dimengerti secara umum oleh semua anggota dewasa dari
masyarakat.
6) Pemenuhan ekonomi terbatas untuk diri sendiri dan keluarga atau untuk
konsep hukum yang ada pada masyarakat sederhana, Leopold Pospisil telah
diperluas melalui survey 63 kebudayaan yang lain dan kemudian diuji dengan 3
Kapauku di Irian (suku-suku berkebun) dan petani Tirol dari Austria. Dari
penelitiannya tersebut Pospisil mengkritik para ahli hukum yang yang menganggap
berorientasi pada hukum Eropa Barat dan negara-negara yang pernah dijajahnya.
2. prinsip teritorial dan prinsip personal dari hukum. Dalam prinsip teritorial
familia dalam arti ius civile dan hukum waris tidak berlaku bagi
3. Dikotomi yang ketiga adalah perbedaan antara ius dan lex. Ius adalah hukum
dalam arti prinsip-prinsip atau azas-azas yang secara tersirat termaktub dalam
preseden dan aturan-aturan (rules) sedangkan lex ialah suatu aturan abstrak
(peraturan).
Selain ketiga dikotomi dalam istilah hukum, Pospisil juga merumuskan 4 kriteria
hukum.
1. Kriteria pertama adalah bahwa hukum berwujud dalam keputusan yang dibuat
hukum.
dan peradilan. Tokoh dari tradisi ini antara lain Hartland dan rivers dalam
II. Tradisi kedua dalam usaha merumuskan hukum ia mengajukan kriteria yang
ketat, yang menjadikan prasyarat hukum adalah interpretasi dari aturan yang
barat. Tokoh dari tradisi ini antara lain; Radcliffe Brown, Van den Steenhoven
III. Tradisi ketiga mendefinisikan hukum yang hanya berlaku untuk setiap
Tokoh dalam pemikiran ini adalah bohannan dan muridnya, S.J.L. Zake.
Selain itu Pospisil menyoroti masalah metodologi yang mendasar dalam
mendefinisikan hukum yaitu bentuk manifestasi dari hukum. Dalam hal ini, ia
mengutip identifikasi tiga “jalan utama” yang dirumuskan oleh Karl Liewellyn dan
Adamson Hoebel dalam bukunya “The Cheyenne Way”. Ketiga “jalan utama” itu
dapat dianggap sebagai sebagai cara untuk mengungkapkan tiga bentuk manifestasi
hukum yaitu :
1) Sebagai aturan abstrak yang mencakup isi dari kodifikasi hukum dalam
primitive.
2) Berupa pola-pola kelakuan yang aktual dari para warga suatu masyarakat
konflik yang terjadi di berbagai suku yang ditelitinya, Pospisil menyimpulkan bahwa
bentuk manifestasi ketigalah yang paling tepat, yakni bahwa konsep hukum adalah
yang tercermin dalam keputusan-keputusan hukum. Jadi bidang hukum terdiri dari
Misalnya adalah penyelesaian konflik atau mana koto dalam istilah suku Kapauku
dari lembah Kamu di Irian Jaya. Ketika Mana koto tidak terkendalikan dan
tokoh-tokoh adat datang sebagai penengah dan memulainya denga boko petai yaitu
proses pencarian bukti-bukti untuk menunjukkan siapa yang salah dan mana yang
tersebut diketahui pihak mana yang salah dan yang benar, selanjutnya tokoh adat
tersebut melakaukan boko duwai yaitu proses membuat keputusan dan mendorong
kedua pihak untuk mengikuti atau melaksanakan keputusan itu. Dalam proses itu
tokoh adah tersebut menyampaikan pidato yang panjang di mana dia merangkum
bukti-bukti yang ditemukan, kemudian mengutip suatu aturan di masyarakat itu, dan
akhirnya menyatakan pada kedua belah pihak apa saja yang harus dilakukan untuk
mengaikhiri perselisihan itu. Kalau kedua pihak tidak mau menerima, pemimpinnya
pemimpin yang sampai menarikan wainai atau tari gila, atau yang tiba-tiba merubah
taktik dengan menangis menunjukkan kepahitan hatinya, karena kelakuan pihak yang
tidak mau menerima yang tidak pantas dan tidak mau menurut itu.(WordPress, 2015)
itu dengan menemukan ciri-ciri yang akan dapat memisahkan sebagian dari
dari pernyataan dan keputusan lainnya yang tidak meliputi soal hukum. Sehubungan
dengan hal itu, Pospisil membedakan dua basis kategori yang luas dari definisi-
1) Kategori definisi yang pertama adalah bersifat filosofis dan tidak ilmiah,
2) Kategori kedua adalah definisi yang menggunakan bahasa yang jelas, dan
adalah definisi hukum yang dirumuskan oleh Radcliffe Brown dan Malinowsky.
teroganisir secara politis. Disini, Radcliffe Brown menekankan sebagai ciri hakiki,
sanksi fisik, yang pelaksanaannya diatur oleh masyarakat yang diorganisir secara
politis. Meski Pospisil tidak sependapat bahwa hanya sanksi fisik dan
menambahkannya sanksi non fisik sebagai ciri dari hukum, namun demikian dia
menjadikan “sanksi” sebagai atribut atau ciri-ciri dari hukum yang pertama.
Ciri dari hukum yang kedua adalah obligatio. Pospisil membedakannya dengan
“obligation” dalam istilah bahasa Inggeris yang mengandung arti satu segi yaitu
kewajiban dari pelanggar. Istilah obligatio dalam bahasa latin menurutnya lebih tepat
karena mengandung iuris vanculum, yaitu suatu ikatan hukum diantara dua pihak,
suatu ikatan yang memanifestikan diri dalam bentuk kewajiban pada satu pihak dan
hak pada pihak yang lain.Selain kedua ciri-ciri hukum di atas, Pospisil kembali
menguti Karl Liewellyn dan Adam Hoebel dalam “Cheyenne Way” yang lebih dulu
3. “Unsur sistem” (berarti bahwa yang bersifat hukum itu adalah bagian dari
Dari 4 unsur tersebut di atas Karl Liewellyn dan Adam Hoebel menyimpulkan
dinamakan otoritas di dalam kelompok atau suatu kebudayaan. Dan menurut Popisil
“otoritas” ini adalah ciri ketiga dari hukum. Namun demikian Popisil tidak
sependapat dengan para ahli ilmu sosial yang mengharuskan adanya “formalitas”
Atribut dari hukum yang terakhir menurut Popisil adalah “tujuan agar hukum
masyarakat modern ditentukan oleh tokoh yang sama yaitu kepala adat, kepala suku
atau suatu dewan. Karena itu perlu diidentifikasi suatu kriterium yang bisa
memisahkan bidang hukum dari bidang politik. Sehingga apabila ada masalah-
masalah di kemudian hari, maka hal itu akan diputuskan dengan prinsip-prinsip yang
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai makhluk sosial, mengingat manusia tidak dilahirkan dalam keadaaan yang
suku di berbagai negara yang dilakukan oleh Pospisil, ia membuat suatu analisa
B. Saran
sehingga diharapkan kepada kita semua untuk selalu mengembangkan wawasan dan
memperdalam pemahaman tentang kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan
antropologi.
DAFTAR PUSTAKA
https://lalurijal.blogspot.com/2013/11/makalah-konsep-hukum-dalam
https://lilicin.wordpress.com/2015/10/12/hukum-dalam-masyarakat/.