Infertilitas Wanita
Disusun oleh :
Kharisma Fatwasari
3010126651
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
2
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil. Infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas primer bila
pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.
Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak
menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.
II. Klasifikasi
3
III. Etiologi
4
berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap
kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua
kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan
operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom
ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism
(pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak
normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini
disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
6. Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan
sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat
adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan
rntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
7. Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya
merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium
polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid.
Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid
80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di
luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
8. Gangguan sstem hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan
(immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
9. Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses pengeluaran
sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan hormonal. Salah satunya
adalah polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah satu penyebab utama
kegagalan proses ovulasi yang normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh
kadar hormon androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang
berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel sel
5
telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga
akan terganggu.
10. Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka
perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan
adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel
telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon
prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan
pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma.
Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak bisa
membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit
salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit
infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.Kelainan pada uterus, misalnya
diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus,
mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai
darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang.Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba
falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
11. Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.Setelah sel telur dibuahi oleh
sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio, selanjutnya terjadi proses
nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan yang memiliki kadar
hormon progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan pembuahan.
Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan
endometrium tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai.
12. Gangguan pada hubungan seksual.Kesalahan teknik sanggama dapat
menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks,
vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti hipospadia,
epispadia, penyakit Peyronie.
13. Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri).
IV. Patofisiologi
6
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan
FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan
folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yang mengakibatkan
gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga
penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba
sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan
sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang
normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium,
mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses
pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi
genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ
genitalia tidak berkembang dengan baik.
V. Manifestasi Klinis
1. Terjadi kelainan system endokrin
2. Hipomenore dan amenore
3. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau
aberasi genetic
4. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang
tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
5. Wanita infertil dapat memiliki uterus
6. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor
7. Traktus reproduksi internal yang abnormal
VI. Pemeriksaan Diagnostik
7
Setiap pasangan infertil harus diperlakukan secara satu kesatuan. Itu berarti,
kalau istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan itu
tidak diperiksa. Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah
sebagai berikut:
1. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha
untuk mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan
lebih dini apabila:
2. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan
pertama pasangan itu datang ke dokter.
3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan
pemeriksaan infertilitas kalau belum punya anak dari perkawinan ini.
4. Pemeriksaan infertiitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah
satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan
kesehatan istri dan anaknya.
Pemeriksaan penunjang
a. Deteksi ovulasi :
Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus
ovulatoar
Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah ovulasi :
Bifasik
Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir
serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran
daun pakis dan terjadi Estradiol meningkat
b. Biopsi Endometrium
8
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus
ovulatoar, Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus
Anovulatoar
c. Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
FSH serum : 10 - 60 mIU/ml
LH serum : 15 - 60 mIU/ml
Estradiol : 200 - 600 pg/ml
Progesteron : 5 - 20 mg/ml
Prolaktin : 2 - 20 mg/ml
d. USG transvaginal
Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m
e. Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini
dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan
parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal. Menilai
Faktor tuba : lumen, mukosa, oklusi, perlengketan
Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus,
Duplex), mioma, polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)
Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum
perkiraan ovulasi
1. Keterbatasan : tidak bisa menilai
2. Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
3. Fimbria : Fimosis fimbria
4. Perlengketan genitalia Int.
5. Endometriosis
6. Kista ovarium
7. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas
CO2)
f. Pemeriksaan pelvis ultrasound
9
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi
kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan
intra uterin.
g. Uji paska sanggama (UPS)
Syarat :
Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama. Waktu
sanggama sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat
seperti daun pakis.
Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks.
Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB
h. Laparoskopi :
Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyulurun
Menilai faktor :
Peritoneum/endometriosis
Perlengketan genitalia Interna
Tuba : patensi, dinding, fimbria
Uterus : mioma
Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum
Keterbatasan:
Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
Bersifat invasif dan operatif
a. Medikasi
1. Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)
Klomifen sitrat
Epimestrol
Bromokriptin
Terapi hormonal pada endometriosis
10
Danazol
Progesteron
GnRH agonis
o Kelainan Uterus
o Kelainan Tuba : tuba plasti
o Miomektomi
o Kistektomi
o Salpingolisis
o Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus
endometriosis + infertilitas
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13