Anda di halaman 1dari 9

Modul 5

DIMENSI SOCIAL RESPONSIBILITY


(Tanggung-jawab Sosial)

Para pemimpin harus bertindak dengan integritasi, kejujuran, dan


berkeadilan. Mereka harus bekerja sebagai daya tarik terbaik bagi orang lain,
memerlihatkan hormat dan empati untuk individu dan menerima perbedaan
budaya. Para pemimpin yang baik haruslah bisa menciptakan satu budaya
dengan standar tinggi serta etika seiring dengan kepribadian, organisasi dan
tanggung jawab kewarganegaraan. Para pemimpin haruslah secara etis menge-
nali dan mengendalikan diri mereka sendiri di dalam suatu kelompok dengan
prinsip moral yang universal seperti nilai nilai , norma spesifik, hukum, dan etika
yang sesuai dengan kelompok atau organisasi mereka.

KOMPETENSI.
1. Tanggung Jawab Sosial (Civic Resposibility)
Organisasi memainkan peran besar dalam kehidupan sosial. Keputu-
san dan tindakan dari manajemen organisasi memberikan dampak yang
meningkat kepada individu, organisasi lain dan masyarakat. Kekuatan dan
pengaruh yang bisa menimbulkan kemarahan banyak organisasi bisnis lain.
Oleh karena itu, perlu suatu sikap yang bertanggung-jawab dari manajemen,
karena dalam upaya keras untuk mencapai tujuannya, organisasi tidak dapat
mencapainya dengan cara mengisolasi diri dari masyarakat disekitarnya.
Sesungguhnya, masyarakat merupakan stakeholder dari setiap orga-
nisasi atau perusahaan, karena organisasi beroperasi dan berbisnis di
tengah masyarakat, mereka adalah pelanggan, mereka punya kepentingan
dengan organisasi, dan sebaliknya organisasi punya kepentingan dengan
masyarakat sebagai pelanggan. Ini merupakan hubungan timbal balik, yang
seharusnya saling memberikan kepuasan.
Oleh karena itu, tanggung-jawab sosial penting diaplikasikan kepada
masyarakat di sekitar perusahaan, dalam bentuk memberikan kontribusi
dalam hal-hal yang diperlukan oleh masyarakat, guna menghindari rasa
kecewa dan kecemburuan sosial masyarakat akan keberadaan organisasi
atau perusahaan.

1
2. Berkomunikasi dengan Masyarakat :
Salah satu bentuk social responsibility yang paling utama dan paling
penting adalah membangun komunikasi dengan masyarakat, guna men-
sosialisasikan tujuan keberadaan organisasi, antara lain mengenai visi, misi
dan strategi organisasi dengan berbagai kegiatannya kepada public, missal-
nya melalui surat kabar lokal, radio, televise atau pertemuan-pertemuan de-
ngan tokoh-tokoh masyarakat, dan mewakili urusan dalam komunitas organi-
sasi dan aktivitas umum. Hal ini penting guna meningkatkan kesadaran akan
keberadaan organisasi dengan peran-peran sosialnya, serta membantu per-
kembangan kehidupan masyarakat. Kesemuanya ini dilakukan untuk meng-
hilangkan kecemburuan sosial dan kecurigaan yang mungkin.

3. Membantu Masyarakat :
Setelah terbentuk situasi komunikatif dengan masyarakat di sekitar,
langkah berikutnya dari manajemen organisasi adalah menunaikan kewajiban
sosial bagi organisasi atau perusahaan, yaitu memberikan bantuan kepada
masyarakat di sekitar tempat keberadaannya dalam batas kemampuan orga-
nisasi, berupa apa-apa saja yang diperlukan, sesuai dengan apa yang men-
jadi kebutuhan masyarakat, melalui sumber daya keuangan dan kemanu-
siaan. Bisa berupa modal vantura, berupa dana pinjaman bergulir yang bisa
dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat kecil yang membutuhkan modal
kerja guna membuka usaha kecil dan menengah, serta bimbingan manajerial
untuk pengelolaan keuangan usaha kecil masyarakat.

4. Aksi Kewarganegaraan (Civic Action) :


Pimpinan organisasi, dituntut untuk memiliki kompetensi lain, berupa
kemampuan menggerakkan secara aktif keterlibatan organisasi berpartisi-
pasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, guna mengatasi dan meri-
ngankan beban masyarakat menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan
hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik, seperti mengatasi
dampak menumpuknya sampah, keamanan dan ketertiban masyarakat. Men-
dukung keikutsertaan dalam tugas kewarganegaraan dengan menganjur-kan
orang lain untuk menggunakan hak pilihnya dan terlibat dalam sistem politik.

5. Mengadopsi Nilai yang menguntungkan Masyarakat:


Seorang pimpinan perlu melakukan penggalian (eksplorasi) dan
identifikasi nilai-nilai (values) budaya dan norma-norma berinteraksi sosial
yang hidup atau pernah hidup di tengah-tengah masyarakat, yang mungkin
sudah tidak disadari dan tidak lagi dipegang oleh sebagian besar warga
masyarakat, disamping itu mengidentifikasi nilai-nilai dari luar sistem sosial-
budaya masyarakat setempat, yang bermanfaat bagi pengembangan kinerja
2
warga masyarakat. Nilai-nilai yang baik dan bermanfaat bagi kemajuan
masyarakat bisa diadopsi dan disosialisasikan kepada warga masyarakat,
agar menjadi pegangan setiap individu. Yang penting, pimpinan harus
mampu menjadikan dirinya sebagai contoh hidup dalam penghayatan dan
pengaplikasian nilai-nilai dan norma-norma tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Warga masyarakatMencari dan memegang erat-erat nilai-nilai
(values) yang berharga, dan bermanfaat bagi masyarakat dibandingkan bagi
organisasi sendiri. Seorang pimpinan hendaknya hendaknya secara aktif
mengajak warganya

6. Memberikan Contoh Teladan yang Baik:


Seorang pimpinan harus mampu menjadikan dirinya sebagai model,
sebagai contoh teladan hidup dari sikap dan perilaku yang baik dalam banyak
segi kehidupan. Dia juga hendaknya selalu berupaya menyesuaikan diri
dengan lingkungan, berperilku sesuai dengan ketentuan peraturan dan
norma-norma kemasyarakatan, adat-istiadat dan sopan santun yang berlaku
di masyarakat, serta hukum organisasi.

7. Aksi Sosial (Social Action)


Seorang pimpinan organisasi hendaknya memahami betul konsep
Social Action, yang mencoba memandang organisasi dari sudut pandang
individual anggotanya, dimana setiap anggota sesungguhnya mempunyai
tujuan sendiri-sendiri dan interpretasi sendiri mengenai kepuasan yang dicari
di lingkungan kerjanya, dan memaknai pekerjaan sebagai milik mereka
(Sheldrake, 1996 dalam Mullins, 2005, p.85).
Tujuan secara individual, makna yang dipilih dan tindakan yang
diambil untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dipengaruhi oleh persepsi
individu terhadap situasi. Social action, mengharapkan definisi individual ter-
hadap situasi sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku. Konflik kepenting-
an dilihat sebagai perilaku normal dan merupakan bagian dari kehidupan
organisasi.
Dengan pemahaman ini, apabila kelompok masyarakat dipandang
sebagai sebuah organisasi, maka seorang pimpinan diharapkan aktif men-
ciptakan berbagai perubahan yang diperlukan dalam masyarakat setempat,
untuk membangun sebuah situasi yang, disamping berorientasi pada pen-
capaian tujuannya sendiri-sendri, menyadari bahwa mereka secara ber-
sama-sama dengan memberikan dukungan dan keberpihakan kepada
kelompok kaum dhuafa dan fakir miskin.

3
8. Memerkaya Pengetahuan Sosial
Agar tetap dapat mengikuti perubahan sosial yang begitu cepat,
seorang pemimpin organisasi dalam era globalisasi sekarang ini, seharus-
nya memiliki berbagai pemahaman yang memadai mengenai pengetahuan
sosial-budaya kemasyarakatan, politik pemerintahan dan pengetahun sosial
budaya serta ekonomi lainnya. Untuk itu, pemimpin di era globalisasi ini
berusaha memelajari dan mendalami pengetahuan sosial kemasyarakatan,
pengetahuan mengenai sistem politik, nilai, kepercayaan, praktek ekonomi,
dan kepemimpinan, pola-pola pemerintahan, selain dari situs awalnya
sebuah negara, seperti pengetahuan tentang ilmu dinamika kelompok ilmu
perilaku, dan riwayat sosial-budaya sebuah e6tnis tertentu :

Sosiologi, merupakan studi tentang sistem sosial, seperti perilaku sosial,


hubungan-hubungan diantara kelompok sosial dan para ilmu-
wan dan pemeliharaan tata-tertib di masyarakat.

Antropologi, adalah sebuah bidang studi mengenai sistem budaya ma-


syarakat, seperti human behaviour sebagai satu keseluruhan
dan ilmu pengetahuan tentang manusia.

Sejarah dan Geografi: Pengetahuan dari lokasi fisik dan hubungan di


antara darat berbeda dan daerah laut dan peristiwa historis
yang membentuk budaya dari orang setempat dari daerah ini.
Pengetahuan Bahasa asing: Berusaha memahami satu bahasa ter-
tentu yang bukan bahasa negeri asal, agar berhubungan di
lisan dan bentuk tertulis dengan orang-orang yang mengu-
capkan bahasa itu (native speaker).
Pengetahuan filsafat dan Teologi: Pengetahuan dari etika dan sudut
pandang filosofis di belakang berbagai model etis dan
pemahaman betapa filosofis yang berbeda dan sistem
religius mempengaruhi perilaku dari group dan individu pada
satu hubungan kalimat budaya.
Pengetahuan dengan Prinsip Keadilan Organisatoris: Mengetahui
dan memahami keadilan distributif, keadilan informational,
keadilan hubungan antar pribadi, dan keadilan prosedur dan
mampu untuk menerapkan prinsip itu untuk memastikan
orang bawahan diperlakukan secara adil dan wajar.
Legal Regulation: Seorang pimpinan organisasi/perusahaan dengan pe-
nuh kesadaran harus mengikuti peraturan resmi pemerintah (legal regula-
tion), baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, artinya mentaati

4
segala apa yang diatur oleh pemerintah, termasuk kewajiban membayar
pajak perusahaan, peraturan gajih menimum karyawan dsb.

9. Proses Etis
Etika merupakan bagian dari tata nilai dan norma yang disepakati
dan dianut oleh sekelompok masyarakat tertentu (bisa dalam organisasi
kecil, bisa juga dalam kelompok masyarakat luas dari sebuah etnis tertentu),
untuk dijadikan acuan bersikap dan berperilaku tertentu di dalam
kelompoknya. Ketika dia berkerja dan berperilaku berdasarkan etika yang
berlaku dan yang dianutnya, maka dikatakan bahwa dia bekerja secara etis.
Seorang pemimpin organisasi, dituntut untuk selalu bekerja secara etis,
dalam setiap tindakan-nya memimpin organisasi.

10. Mengembangkan Kebijakan Pintu Terbuka:


Globalisasi sudah melanda seluruh segi-segi kehidupan manusia,
sebagai akibat dari kemajuan yang luar biasa dalam bidang teknologi infor-
masi. Nilai dan norma masyarakat pun sudah sangat permisif, tak ada lagi
kecanggungan ketika urusannya yang sangat pribadi terbuka di tengah
umum. Organisasi pun sekarang ini berada dalam situasi keterbukaan yang
luar biasa. Hampir tak ada lagi rahasia organisasi yang bisa disimpan dalam
peti terkunci. Data administrasi dan manajemen perusahaan yang tersimpan
dalam file-file komputer suatu saat bisa dibuka melalui teknologi informasi
yang canggih. Kondisi ini harus disadari oleh seorang pimpinan organisasi,
bahwa dia tidak bisa menutup-nutupi segala sesuatu mengenai organisai
atau perusahaan, dan harus sudah beralih kepada kebijakan pintu terbuka,
administrai perusaan termasuk administrasi keuangan harus dikelola secara
transparan dengan sejujur-jujurnya dan amanah, disertai kesiapan mental
untuk menerima kritik dan masukan-masukan, baik dari staf organisasasi
maupun dari stakeholder lainnya, demi kemajuan organisasi/perusahaan.
Dengan meningkatnya iklim keterbukaan dan amanah, pimpinan
organisasi atau perusahaan mengizinkan perorangan untuk menggali dan
mempertanyakan tentang suatu aspek dari organisasi dan berhak untuk ber-
suara menyampaikan rasa kecewa dan kejengkelannya atas pengelolaan
organisasi/perusahaan dimana dia sebagai stakeholder berada di dalamnya.

11. Menegakkan dan Mengikuti Prosedur secara Adil:


Begitu segala peraturan dan prosedur kerja telah ditetapkan dan di-
sosialisasikan, maka pimpinnan organisasi/perusahaan wajib mentaatinya
dan melaksanakannya secara akurat, konsisten dan konsekwen, tanpa pan-
dang bulu, tidak memihak, berlaku untuk siapa saja.

12. Memastikan Perilaku Etis dari Bawahan:


5
Menyelenggarakan pelatihan bagi seluruh staf/karyawan organisasi,
dan menguatkan kebijakan organisasi untuk memastikan perlakuan yang
wajar, adil dan dengan cara terhormat. Memberikan pencerahan yang sejelas
-jelasnya sekitar hukum dan peraturan ke seluruh staf/karyawan dan me-
mastikan bahwa mereka akan mengikuti hukum dan peraturan yang berlaku,
serta selalu memonitor pelaksanaan peraturan termasuk mengaudit pengelo-
laan keuangan perusahaan. Tindakan tegas harus diambil terhadap mereka
yang melanggar dan tidak mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.

13. Menegakkan Etika Kepemimpinan


Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya harus me-
negakkan etika kepemimpinan, antara lain:
a. Selalu menjaga diri agar tetap berakhlak mulia, tidak pernah dan tidak
akan pernah melakukan perbuatan tercela yang dapat dinilai tidak ber-
akhlak mulia.
b. Selalu tepat janji, tidak pernah menganggap enteng janji yang telah diucapkan,
termasuk sumpah dan janji kepada rakyat yang harus dilayani denga sebaik-
baiknya dan sejujurnya.
c. Berlaku arif dan bijaksana, dalam menjalankan tugas melayani masyara-
kat, untuk tidak pernah merugikan kepentingan masyarakat yang dilayani,
selama kepentingan masyarakat itu berada dalam koridor peraturan yang
berlaku.
d. Menegakkan disiplin, untuk tetap melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan
yang berlaku, terutama bagi diri sendiri, bawahan dan seluruh lapisan masyakarat
yang dilayani.
e. Taat hukum, bekerja dalam koridor hukum yang berlaku, baik untuk orang
yang dilayani maupun untuk diri sendiri.
f. Bertanggung jawab dan akuntable, selalu tuntas dan bertanggung-jawab
dalam melaksanakan seluruh pekerjaan dengan sejujur-jujurnya dan dapat
dipertanggung-jawabkan.
g. Sopan santun, selalu berbicara dan berbuat dengan penuh sopan santun,
baik kepada jajaran sendiri maupun kepada pelanggan yang dilayani.
h. Hati-hati dalam bertindak, selalu berbicara dan berbuat dengan penuh
kehati-hatian, tidak bekerja semberono yang dapat menimbulkan bahaya
dan kerugian bagi organisasi dan individu.
i. Menegakkan dan menjaga kesetaraan, selalu berpikir, berbicara dan ber-
buat atas dasar kesetaraan Hak Asasi Manusia sebagai sesama makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

6
j. Memberikan Pelayanan dengan Cinta Kasih, yaitu cinta pengorbanan,
cinta kepada sesama hamba Tuhan yang dipimpinnya. Cinta kasih meru-
pakan dasar dari segala macam kebajikan: rela berkorban, sabar, ramah
tamah, berani bersusah payah untuk keperluan orang yang dipimpinnya.
Sifat cinta kasih itu, tampak dalam tutur kata yang lemah lembut dan belas
kasih.
k. Bekerja dengan penuh Kejujuran, adalah memberi kepuasan kepada se-
mua pihak atas dasar keadilan. Bawahan adalah pihak yang relatif lemah,
haknya adalah memeroleh bantuan dan bimbingan dari pemimpinnya,
yang berada pada posisi kuat, dan harus memberikan keadilan. Pemimpin
harus berusaha menimbulkan simpati dari bawahan, perasaan simpati ini
menciptakan rasa percaya dari bawahan, yang menyebabkan dia mudah
menyerahkan dirinya kepada kewenangan sang pemimpin. Sikap jujur
akan nampak dari perilaku yang, antara lain:
Berpegang teguh pada kebenaran, baik dalam kata maupun perbuatan.
Bersedia dan tidak ragu-ragu mengakui kekeliruan atau kesalahannya.
Tidak melakukan kecurangan/kebohongan (korupsi/manipulasi), berpura
- pura dan melalaikan kewajiban.
Mengemukakan pendapat dengan cara yang sederhana.
Jujur terhadap Tuhan dan terhadap sesama manusia
l. Melaksanakan peran kepemimpinan dengan penuh Kesetiaan, berupa
kejujuran terhadap apa yang telah disanggupi, yaitu melaksanakan tugas-
tugas kepemimpinan, melayani kepentingan orang yang dipimpinnya serta
segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas kepemimpinan itu. Sikap
setia ini akan nampak dari perilaku yang, antara lain:
Menjaga nama baik diri dan organisasinya.
Menjunjung tinggi nama organisasi tempat
kerjanya
Melaksanakan tugas kepemimpinan dengan
sebaik-baiknya, sekalipun menghadapi rintangan, demi kepentingan
pengabdian tugasnya.
m.Berani bertindak atas dasar kebenaran, keberanian yang didasari oleh ke-
dewasaan berpikir, pengetahuan dan pengalaman yang luas dalam bidang
tugasnya, sehingga tahu membedakan mana yang penting dan mendesak
untuk diprioritaskan dan mana yang bisa dilakukan kemudian.
n. Tegas dan Ramah tamah dalam bertindak, suatu ketegasan yang penuh
keramah-tamahan, dan akan menimbulkan kontak bathin, perasaan diper-
hatikan dan rasa percaya, sehingga lebih mudah menanamkan pengertian
kepada bawahan.

7
o. Bekerja dengan Integritas tinggi (ketulusan dan keteguhan hati), yang
membuatnya tidak mudah terpengaruh oleh perasaan dan oleh situasi
lingkungan tugas yang akan berdampak kepada perilaku melalaikan tugas
dan SOP yang telah diatur oleh etika kepemimpinan.
p. Taat Azas dan bijaksana, ketaatan terhadap tugas sesuai dengan peran
kepemimpinan dan SOP yang harus ditegakkan, agar tidak terjadi kesala-
han. Keputusan yang akan diambil dan dikerjakan, memertimbangkan
keuntungan yang akan diperoleh, tanpa menimbulkan kerugian yang lebih
besar bagi orang lain.
q. Sabar dan Tabah Menghadapi Kesulitan, suatu kemampuan untuk dapat
mengendalikan diri dari rasa marah (bagian dari kecerdasan emosional
EQ) Ketabahan merupakan sikap berani menahan penderitaan, mengatasi
percobaan dan kekecewaan, setia terhadap hati nurani meskipun dalam
keadaan yang sangat sukar, bahkan selalu memerlihatkan keceriahan da-
lam melaksanakan tugas kepemimpinannya, meskipun ia sedang berhada-
pan dengan situasi tugas yang sangat mengecewakannya.
r. Bekerja dan bertindak dengan Adil, yaitu memberikan kepada orang lain,
apa yang menjadi haknya. Pemimpin yang memiliki keadilan seharusnya
menghormati hak-hak orang lain, utamanya hak orang yang dipimpinnya
dan orang yang harus dilayaninya, serta menghindari diri dari perlakuan
yang tidak adil.
s. Bekerja penuh Dedikasi kepada sistem dan kepada bangsa. Dedikasi
adalah sifat yang penuh tanggung-jawab dalam melaksanakan tugasnya.
Dia tahu betul akan tugasnya dan menjalankan tugas dengan sebaik-
baiknya, meskipun tidak diawasi oleh siapapun. Pemimpin yang berdedi-
kasi tinggi, dalam menjalankan tugasnya, merasa bertanggung jawab ke-
pada Tuhan, kepada dirinya sendiri dan kepada sesama manusia.

14. Aksi Sosial (Social Action)


Seorang pimpinan organisasi hendaknya memahmi betul konsep
Social Action, Social action, merupakan sumbangan dari para ahli sosiologi,
untuk bidang studi organisasi yang mencoba memandang organisasi dari
sudut pandang anggotanya secara individual, dimana setiap mereka mem-
punyai tujuan sendiri-sendiri dan interpretasi sendiri-sendiri mengenai
kepuasan yang dicari di lingkungan situasi kerjanya, dan memaknakan
bahwa pekerjaan adalah milik mereka. Tujuan secara individual dan makna
yang dipilih dan tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan-tujuan ter-
sebut dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap situasi. Social action,
mengharapkan definisi individual terhadap situasi sebagai dasar untuk

8
menjelaskan perilaku. Konflik kepentingan dilihat sebagai perilaku normal
dan bagian dari kehidupan organisasi.

Menurut Silverman:

Pendekatan tindakan (the action approach) - tidak dalam dirinya


sendiri, memberikan sebuah teori organisasi. Ini malahan pengertian terbaik
sebagai sebuah metoda analisis hubungan sosial dalamorganisasi.
Dengan aktif menciptakan berbagai perubahan yang diperlukan
dalam masyarakat setempat, dengan menunjukkan dukungan dan keber-
pihakan kepada kelompok kaum dhuafa dan fakir miskin.

Anda mungkin juga menyukai