Kuat Tekan
(kg/cm2) 78 120
C. PENGANGKUTAN
Cement Treated Base (CTB) harus diangkut dengan Dump Truck yang disetujui
oleh pengawas lapangan dan konsultan. Jumlah dan kapasitas Dump Truck harus
berdasarkan jadwal proyek dan kapasitas produksi alat pencampur (Mixer Plant).
cm)
cm)
Untuk pemilihan agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari
pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan dengan ukuran
minimal 2,36 mm.
Agar hasil pekerjaan yang didapat sesuai dengan mutu pekerjaan konstruksi
seperti yang menjadi maksud dan tujuan, maka agregat halus harus
merupakan bahan yang bersih, keras, dan bebas dari lempung, atau bahan
yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu
yang memenuhi ketentuan mutu. Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh
dari hasil pemecah batu tahap pertama (primary crusher), tidak memenuhi
pengujian Standar Setara Pasir, maka fraksi agregat harus dipisahkan sebelum
masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) dan tidak diperkenankan
untuk campuran aspal jenis apapun.
Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin
5. Sumber Pasokan
Sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) harus disetujui terlebih
dahulu oleh konsultan pengawas sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis bahan
harus diserahkan, seperti yang diperintahkan Konsultan, paling sedikit 60 hari
sebelum usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan.
4) Pemadatan
Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan,permukaan tersebut
harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki.
Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus
dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas aspal. Pemadatan
campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut ini :
1. Pemadatan Awal
2. Pemadatan Antara
3. Pemadatan Akhir
Pemadatan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik dengan alat
pemadat roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak
berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima
minimum dua lintasan pengilasan awal.
Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet
sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Pemadatan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar
(vibrasi). Bila hamparan aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan
setelah pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan.
Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada sambungan melintang yang
telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan
pergerakan campuran beraspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang
dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal
harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek
5) Sambungan
Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus
diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris
yang lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar
sambungan pada lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu
lintas.
Studi terdahulu
Semua data yang akan dijadikan dasar/pegangan pelaksanaan pengawasan
konstruksi adalah berupa gambar-gambar rencana dan spesifikasi-spesifikasi, baik
teknis maupun umum yang akan dikumpulkan/dicari konsultan pengawas untuk
dipelajari dan kemudian dilaksanakan. Data tersebut umumnya dapat diperoleh
dari Pengguna Jasa.
Koordinasi
Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan melakukan
koordinasi secara rutin dengan Pemimpin Pekerjaan, unsur pekerjaan, instansi
terkait dan koordinasi intern konsultan.
1. Pemimpin Pekerjaan
Koordinasi dengan Pemimpin Pekerjaan perlu dilakukan secara rutin dan dengan
frekwensi yang cukup.
2. Unsur Pekerjaan
Selama waktu pelaksanaan, akan diadakan Monthly Project Meeting antara
Konsultan, Penyedia Jasa Pemborongan dan Pemimpin Pekerjaan, di sini bisa
dievaluasi, dimonitor dan dibahas hal-hal antara lain :
Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan, agar tidak terjadi keragu-raguan
atau kesalahan dalam pelaksanaan.
Management/pengaturan/penempatan alat berat oleh Penyedia Jasa
Pemborongan.
Kemajuan pekerjaan.
Bila terjadi hal-hal khusus misal kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang perlu
dilaksanakan dengan crash-program dan lain-lain, dalam hal ini perlu diadakan
pertemuan khusus.
Project meeting antara Konsultan dan Penyedia Jasa Pemborongan dilakukan
secara periodik (mingguan), untuk kondisi khusus dapat dilakukan dalam rentang
2 3 harian.
3. Instansi Terkait
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, konsultan perlu
melakukan koordinasi dengan instansi dan konsultan lain terkait yang berhubungan
dengan scope pekerjaan.
4. Intern Konsultan
Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan tugasnya
sesuai dengan job description, juga perlu ada koordinasi antara Team Leader
dengan stafnya, seperti antara lain dan tidak terbatas pada :
a) Rapat bulanan antara Team Leader dan staff, membahas :
Laporan bulanan.
Aktivitas yang sudah dan akan dilaksanakan.
Masalah lapangan dan pemecahannya.
Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran pekerjaan.
b) Profesional staf Konsultan akan melakukan kunjungan setiap hari atau secara
berkala ke lapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk meyakinkan bahwa
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak.
Tahap Pengawasan
Konsultan selama periode konstruksi, akan senantiasa memberi arahan,
bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan
guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas,
tepat kuantitas, tepat waktu dan tepat biaya dengan berdasarkan dokumen
kontrak dan petunjuk teknis lainnya. Selain itu, tugas konsultan meliputi
melakukan sertifikasi atas pekerjaan ini yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan. Secara rinci, pekerjaan yang dilakukan pada tahap supervisi adalah:
1. Masa Konstruksi/ Masa Perbaikan :
2. Mengecek data titik survey di lapangan
3. Menyelenggarakan pengawasan menerus di lapangan untuk mendapatkan
kepastian bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan di
dalam dokumen kontrak.
4. Memeriksa test laboratorium dan test lapangan untuk pekerjaan fisik, juga
material yang akan digunakan dan metode kerja untuk mendapatkan kepastian
sudah sesuai dengan persyaratan.
5. Menjaga, mengendalikan, mengontrol, memonitor, meevaluasi rencana
kemajuan pekerjaan yang terbaru berupa bar-chart dan atau metode lain yang
digunakan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disetujui.
6. Memeriksa dan menyetujui semua gambar kerja dan detailnya yang
diajukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan, penyesuaian design bila diperlukan,
agar sesuai dengan kebutuhan teknis/lapangan.
4. Pengawasan mutu
Sebelum memulai aktivitas konstruksi, Penyedia Jasa Pemborongan akan
membuat suatu permohonan tertulis kepada konsultan untuk prosedur konstruksi
dan persetujuan pekerjaan. Konsultan akan :
Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan.
Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik.
Menginspeksi dan menyetujui metoda serta ketelitian pekerjaan
Memeriksa/menginstruksikan test-test lapangan.
5. Pengawasan kuantitas
Pengawasan kuantitas (quantity control) akan mengecek bahan-bahan yang
ditempatkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan. Konsultan akan memproses bahan-
bahan dan produk fisiknya berdasarkan atas :
Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi
Metoda perhitungan
Lokasi kerja.
Jenis pekerjaan (work item).
Tanggal diselesaikannya pekerjaan
6. Catatan-catatan teknis
Catatan-catatan akan dikeluarkan/diberikan dari waktu ke waktu, untuk
memberikan petunjuk-petunjuk kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna
meningkatkan aspek-aspek pekerjaan fisik, metode kerja/construction methode dan
lain-lain.
Demikian juga catatan-catatan/instruksi-instruksi diberikan juga untuk pekerjaan
yang hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi.
1. Fase value engineering :
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap value engineering antara lain sebagai
berikut :
Memeriksa original design, untuk mengetahui apakah dimungkinkan
dilakukan redesign untuk penghematan sesuai usulan Penyedia Jasa
Pemborongan.
Metode konstruksi, pengoperasian alat berat, sehingga diharapkan diperoleh
penghematan biaya konstruks
TENAGA AHLI :
TENAGA INSPECTOR :
TENAGA PENDUKUNG :
1. Administrasi/Sekretaris : Ratna Yuni Asri, ST
2. Office Boy : Rendra
PEMERTINTAH
KABUPATEN SIGI
KUASA PENGGUNA
ANGGARAN
TIM TEKNIS
SITE ENGINEER
ASS. SITE ENGINEER
QUANTITY/QUALITY
INSPECTOR
ADMINISTRASI
OFFICE BOY