Anda di halaman 1dari 42

URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI

DAN PROGRAM KERJA


E.1. PENDEKATAN METODOLOGI
Pengawasan pekerjaan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik merupakan
suatu aspek penting menunjang keberhasilan dalam meningkatkan mutu
pelaksanaan pekerjaan fisik jalan dan jembatan. Penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi meliputi tahap perencanaan dan pengawasannya yang masing masing
tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan dan pengakhiran.
Tahap pengawasan menjadi tahap yang tidak kalah pentingnya sebagai proses
pengendalian terhadap pelaksanaan pekerjaan fisik. Fungsi dasar pekerjaan
konstruksi yaitu mempunyai beberapa wujud karakter, antara lain :
Quality control, yaitu mengamankan komponen secara menyeluruh dan
mendetail (tidak secara random) untuk memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan dan selalu dilengkapi daftar simak apa yang akan diperiksa.
Observasi berkala, yaitu mengamankan tercapainya sasaran desain dengan
segala konsep, metode, asumsi, perilaku struktur, urutan pelaksanaan, dan
observasi cermat serta detail.
E.1.1. METODE PENGAWASAN PELEBARAN PERKERASAN JALAN
Pekerjaan pelebaran perkerasan jalan mencakup penambahan lebar perkerasan
lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan dalam rancangan, yang
ditunjukkan pada gambar atau yang diperintahkan konsultan. Pekerjaan ini
mencakup penggalian dan pembuangan bahan yang ada, penyiapan tanah dasar,

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E-1


dan penghamparan serta pemadatan bahan dengan garis dan dimensi yang
diberikan dalam gambar atau yang disetujui oleh konsultan pengawas. Pekerjaan
harus sudah selesai sebelum pelaksanaan pekerjaan aspal.
Pelebaran perkerasan harus dilaksanakan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar. Penentuan pelebaran perkerasan apakah satu sisi maupun dua sisi
harus dilakukan dengan mempertimbangkan Ruang Milik Jalan (Rumija) yang
tersedia, bangunan tetap dan lingkungan yang ada termasuk pembebasan tanah
(jika ada), sehingga dapat menciptakan suasana aman bagi pemakai jalan seperti
kebebasan samping yang cukup dengan disediakannya lebar bahu jalan yang
memenuhi standar teknis.
Apabila alinyemen jalan lama tidak memenuhi ketentuan minimum dari fungsi
jalan tersebut (arteri, kolektor, dan lokal), maka pelebaran perkerasan
dilaksanakan dengan perbaikan alinyemen sedemikian hingga sumbu jalan
menjadi lebih lurus dan lengkung pada tikungan maupun pada puncak tanjakan
dapat dikurangi.

A. PENGAWASAN PERSIAPAN UNTUK PELEBARAN PERKERASAN


Pekerjaan pelebaran perkerasan dapat dilaksanakan dengan menggunakan
timbunan, Lapis Pondasi Agregat atau Lapis Pondasi Semen Tanah, dan Lapisan
Beraspal, bersama dengan Lapis Resap Pengikat yang diperlukan, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh jajaran
Pejabat Pembuat Komitmen.
Konsultan akan menginstruksikan pelaksanaan galian untuk pelebaran
perkerasan agar mampu menyediakan ruang gerak yang cukup untuk alat
penggilas (roller). Sampai saat ini lebar alat penggilas (roller) minimum
adalah 0,8 m yaitu baby roller, maka lebar penggalian yang dibutuhkan
adalah 1 m untuk dapat memberikan ruang gerak yang lebih baik. Bilamana lebar
galian melebihi lebar pelebaran perkerasan yang diperlukan, maka bahan galian
tersebut harus diisikan kembali dan dipadatkan bersama-sama dengan setiap
bahan yang akan digunakan untuk pelebaran perkerasan. Konsultan akan

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E-2


memberikan perhatian khusus untuk menjamin agar bahan yang digunakan
untuk pelebaran perkerasan tidak terkontaminasi dengan bahan galian yang
diisikan kembali, sedemikian rupa sehingga diperlukan suatu acuan untuk
memisahkan kedua jenis bahan selama penghamparan. Dalam hal ini, lebar galian
yang melebihi lebar pelebaran perkerasan yang diperlukan tidak akan dipandang
sebagai kuantitas galian tambahan yang dapat dibayar.

B. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN BAHAN PELEBARAN


PERKERASAN
Ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi Umum dalam hal
penghamparan dan pemadatan bahan pelebaran perkerasan harus berlaku
kecuali bahwa frekuensi pengujian pengendalian mutu harus ditingkatkan
sedemikian rupa sehingga tidak kurang dari lima pengujian indeks
plastisitas (plasticity index), lima pengujian gradasi butiran, dan satu
pengujian kepadatan kering maksimum harus dilakukan untuk tiap 500 meter
kubik bahan yang dibawa ke lapangan. Ketentuan lain yang perlu diperhatikan
yang berhubungan dengan produksi, penghamparan, pemadatan dan pengujian
bahan perkerasan harus berlaku dengan perkecualian berikut ini :
a. Sebelum bahan dihampar, lapis resap pengikat yang sesuai harus
disemprotkan pada lapis pondasi yang sudah dipersiapkan dan lapis perekat
yang sesuai juga harus disemprot pada permukaan vertikal dari tepi
perkerasan lama.
b. Pada pelebaran yang agak sempit, penghamparan dapat dilakukan dengan
cara manual, tetapi dalam batas-batas temperatur seperti penghamparan
dengan mesin. Pemadatan harus dilakukan menggunakan alat pemadat
mekanis atau alat pemadat bergerak bolak balik yang disetujui. Alat
pemadat kecil yang bermesin sendiri dapat digunakan bilamana lebar
pekerjaan pelebaran cukup untuk menampung seluruh lebar roda alat
pemadat.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E-3


c. Pengujian kepadatan dari bahan lapisan beraspal terhampar yang ditentukan
dengan pengujian benda uji inti (core), harus dilaksanakan dengan frekuensi
tidak kurang dari satu pengujian setiap 50 m pekerjaan pelebaran untuk
masing- masing sisi jalan (jika diterapkan pelebaran dua sisi), diukur sepanjang
sumbu jalan.
E.1.2. METODE PENGAWASAN TERHADAP PEKERJAAN LAPIS
PONDASI AGREGAT DENGAN CEMENT TREATED BASE (CTB)
Cement Treated Base (CTB) adalah lapis pondasi agregat semen yang pada
dasarnya merupakan pengembangan dari konstruksi Soil- Cement, dengan gradasi
dan mutu yang lebih terkendali dan metode pelaksanaan (pencampuran dan
penghamparan) yang menyerupai pekerjaan pengaspalan. Dengan daya dukung
yang tinggi, maka pada umumnya CTB banyak digunakan untuk ruas ruas jalan
yang melayani lalu lintas cukup padat dan berat.
Dengan perkembangan lalu lintas yang semakin berat dan padat, serta
dengan semakin menipisnya deposit agregat dengan kualitas tinggi, maka
penggunaan CTB dalam konstruksi jalan menjadi semakin Justified. Terlebih
apabila dijadikan pilihan sebagai lapis pondasi agregat pada konstruksi pelebaran
jalan. Konsultan akan mengawasi dengan seksama tebal minimum Cement
Treated Base (CTB) yang dihampar tidak kurang dari tebal yang disyaratkan.
Tebal maksimum tidak boleh lebih besar dari 10 mm dari tebal yang di
syaratkan. Cement Treated Base (CTB) tidak boleh di hampar dengan tebal lapisan
melebihi 15 cm tebal padat, dan tidak dalam lapisan kurang dari 7,5 cm tebal
padat. Elevasi permukaan akhir tidak boleh berubah lebih dari 10 mm ke atas
atau ke bawah dari elevasi rencana dalam setiap titik.
Bahan untuk pembuatan lapis pondasi agregat dengan Cement Treated Base
(CTB) adalah semen, air, dan agregat. Kadar semen harus ditentukan berdasarkan
percobaan laboratorium (laboratory test) dan campuran percobaan (trial mix).
Kadar air optimum harus ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium. Untuk
dapat mengetahui kesempurnaan campuran CTB, maka penyedia jasa harus
melakukan campuran percobaan (trial mix) dibawah pengawasan konsultan.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E-4


Percobaan tersebut dilakukan untuk menentukan Kuat tekan dari Cement
Treated Base (CTB), kadar semen yang dibutuhkan, kadar air optimum, dan berat
isi campuran kering pada kadar air optimum.
Campuran Cement Treated Base (CTB) akan berkaitan dengan ketentuan kuat
tekan. Untuk mempersiapkan bahan/material untuk menempatkan percobaan
campuran kedalam cetakan silinder dengan ukuran 150 mm x 300 mm dalam
tiga lapisan. Selama proses penghamparan Cement Treated Base (CTB),
percobaan silinder harus dilakukan berpasangan. Silinder dari setiap pasangan
harus dilakukan percobaan kuat tekan pada umur 7 hari dan pada umur 21 hari.
Pada awal pekerjaan, dan sampai saat jajaran Pejabat Pembuat Komitmen
memerintahkan pengurangan jumlah silinder yang disyaratkan yaitu 6 silinder
untuk setiap 1.000 m2 dari lapis pondasi atau bagian yang di hampar setiap hari.
Apabila jumlahnya cukup dan hasil test silinder yang ada dapat memuaskan,
petugas laboratorium dari jajaran Pejabat Pembuat Komitmen bisa
memutuskan bahwa kualitas beton dapat diterima dan dapat mengurangi jumlah
silinder menjadi tiga pasang untuk setiap 1.000 m2 dari bagian yang dihampar
setiap harinya.
Persyaratan kuat tekan (unconfined compressive strength) dari Cement Treated
Base (CTB) (kg/cm2) dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Silinder Diameter 150 mm x 300 mm

Umur 7 hari 28 hari

Kuat Tekan
(kg/cm2) 78 120

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E-5


A. PERCOBAAN LAPANGAN (FIELD TRIALS)
Disain campuran CTB yang telah dilakukan oleh kontraktor harus dicoba di
lapangan dengan luas pekerjaan Cement Treated Base (CTB) 500 m2, dengan tebal
berdasarkan instruksi dari pengawas lapangan dari jajaran Pejabat Pembuat
Komitmen dan konsultan supervisi. Luas percobaan dari Cement Treated Base
(CTB) harus mendapat persetujuan dari pengawas lapangan. Selama pelaksanaan
pekerjaan, yang meliputi penghamparan, pemadatan, dan perawatan akan diawasi
oleh pengawas lapangan dan konsultan untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
Berdasarkan hasil percobaan lapangan sesudah 14 hari pengawas lapangan dari
unsur Pejabat Pembuat Komitmen dapat menyetujui kontraktor untuk
meneruskan pekerjaan atau menginstruksikan untuk membuat beberapa variasi
percobaan yang lain.

B. PENGHAMPARAN DAN PENCAMPURAN


Pencampuran dari Cement Treated Base (CTB) harus dengan peralatan batching
plant sistem ukuran berat untuk menjamin kebenaran porsi setiap bahan. Instalasi
pencampuran harus dilengkapi dengan silo semen, tangki air (water tank),
peralatan pemasok yang akan menyalurkan agregat, semen dan air kedalam alat
pencampur sesuai kuantitas yang dipersyaratkan dan campuran yang homogen.
Waktu pencampuran Cement Treated Base (CTB) terhitung pada waktu air
ditambahkan ke dalam campuran.

C. PENGANGKUTAN
Cement Treated Base (CTB) harus diangkut dengan Dump Truck yang disetujui
oleh pengawas lapangan dan konsultan. Jumlah dan kapasitas Dump Truck harus
berdasarkan jadwal proyek dan kapasitas produksi alat pencampur (Mixer Plant).

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E-6


D. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN
1) Persiapan Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base)
a. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base) harus sesuai dengan Spesifikasi
Teknis termasuk ketebalan, ukuran, elevasi, seperti terlihat pada
gambar kerja.
b. Permukaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base) harus bersih dan rata.
2) Penghamparan Cement Treated Base (CTB)
Cement Treated Base (CTB) harus dihampar dan ditempatkan di atas
perbaikan tanah dasar, dengan metode mekanis, menggunakan alat high
density screed paver dengan dual tamping rammer sesuai instruksi Direksi
Pekerjaan, untuk mendapatkan kepadatan, toleransi kerataan dan
kehalusan permukaan.
3) Pemadatan
a. Pemadatan Cement Treated Base (CTB) harus telah dimulai
dilaksanakan paling lambat 60 menit semenjak pencampuran
material dengan air.
b. Campuran yang telah dihampar tidak boleh dibiarkan tanpa
dipadatkan Iebih dari 30 menit .
c. Kepadatan Cement Treated Base (CTB) setelah pemadatan
harus mencapai kepadatan kering lebih dari 95% maksimum
kepadatan kering.
d. Kadar air pada waktu pemadatan minimal sama dengan kadar air
optimum dan maksimal sama dengan kadar air optimum 2 %. e)
Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 120 menit semenjak
semen dicampur dengan air.
4) Perawatan (Curing)
Segera setelah pemadatan terakhir dan atas usul pengawas lapangan
maupun konsultan, bila permukaan telah cukup kering harus ditutup
dengan menggunakan :

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E-7


a. Lembaran plastik atau terpal untuk menjaga penguapan air dalam
campuran.
b. Penyemprotan dengan Aspal Emulso CSS-l dengan batasan pemakaian
antara 0,35 -0,50 liter per meter persegi.
c. Metode lain yang bertujuan melindungi Cement Treated Base (CTB)
adalah dengan karung goni yang dibasahi air selama masa perawatan
(curing).

E.1.3. METODE PENGAWASAN TERHADAP PEKERJAAN ASPAL


Pekerjaan campuran beraspal panas mencakup pengadaan lapisan padat yang
awet berupa lapis perata, lapis pondasi atau lapis aus campuran beraspal
panas yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di
pusat instalasi pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran
tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai
dengan Spesifikasi dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang
ditunjukkan dalam gambar rencana.
Sebelum dan selama pekerjaan, konsultan pengawas akan meminta kepada
kontraktor mengenai beberapa hal seperti terangkum di bawah ini :
a) Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan, yang disimpan
oleh konsultan selama periode Kontrak untuk keperluan rujukan;
b) Setiap bahan aspal yang diusulkan kontraktor untuk digunakan, berikut
keterangan asal sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-
sifatnya, baik sebelum maupun sesudah pengujian penuaan aspal
(RTFOT/TFOT);
c) Laporan tertulis yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
bahan, seperti disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis;
d) Laporan tertulis setiap pemasokan aspal beserta sifat-sifat bahan seperti
yang disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis;
e) Hasil pemeriksaan kelayakan peralatan laboratorium dan pelaksanaan.
Khusus peralatan instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP)

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E-8


harus ditunjukkan sertifikat layak produksi yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga.
f) Rumusan campuran kerja (Job Mix Formula, JMF) dan data pengujian yang
mendukungnya dalam bentuk laporan tertulis;
g) Laporan tertulis mengenai kepadatan dari campuran yang dihampar;
h) Data pengujian laboratorium dan lapangan untuk pengendalian harian
terhadap takaran campuran dan mutu campuran, dalam bentuk laporan
tertulis;
i) Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang di alat penimbang;
j) Catatan tertulis mengenai pengukuran tebal lapisan dan dimensi perkerasan

A. PENGAWASAN TERHADAP MUTU BAHAN


1. Agregat
Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran beraspal yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan campuran
kerja memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan. Agregat tidak boleh digunakan
sebelum disetujui terlebih dahulu oleh konsultan pengawas.
Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka konsultan mengajurkan agar
penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %, serta berat jenis (spesific gravity)
agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2. Konsultan pengawas
mengambil kesimpulan demikian dari pengalaman yang telah dilaksanakan, juga
berdasarkan literatur dan methode yang telah ditetapkan Dinas Bina Marga
dalam spesifikasi pada umumnya. Termasuk juga mengenai ketentuan agregat
kasar yang dirangkum oleh konsultan sebagai berikut :

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E-9


Pengujian Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan Maks.12 %
natrium dan magnesium sulfat

Abrasi dengan mesin Campuran AC Maks. 30%


Los Angeles bergradasi kasar

Semua jenis campuran Maks. 40%


aspal bergradasi
lainnya

Kelekatan agregat terhadap aspal Min. 95 %


Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 95/90 1

cm)

Angularitas (kedalaman dari permukaan 10 80/75 1

cm)

Partikel Pipih dan Lonjong Maks. 10 %

Material lolos Ayakan No.200 Maks. 1 %

Untuk pemilihan agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari
pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan dengan ukuran
minimal 2,36 mm.
Agar hasil pekerjaan yang didapat sesuai dengan mutu pekerjaan konstruksi
seperti yang menjadi maksud dan tujuan, maka agregat halus harus
merupakan bahan yang bersih, keras, dan bebas dari lempung, atau bahan
yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu
yang memenuhi ketentuan mutu. Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh
dari hasil pemecah batu tahap pertama (primary crusher), tidak memenuhi
pengujian Standar Setara Pasir, maka fraksi agregat harus dipisahkan sebelum
masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) dan tidak diperkenankan
untuk campuran aspal jenis apapun.
Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 10


(cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan presentase pasir
didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.

2. Bahan Pengisi (Filler)


Bahan pengisi yang ditambahkan ke dalam campuran beraspal terdiri atas debu
batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime),semen atau abu
terbang yang sumbernya disetujui oleh konsultan. Bahan pengisi tersebut harus
kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan. Semua campuran beraspal harus
mengandung bahan pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari 1% dan
maksimum 2% dari berat total agregat.

3. Bahan Apal Untuk Campuran Aspal


Selain agregat dan bahan pengisi atau filler, bahan yang tidak kalah
pentingnya untuk membuat sebuah campuran aspal adalah aspal itu sendiri.
Bahan pengikat yang dicampur dengan agregat yang telah disetujui oleh
konsultan, sehingga menghasilkan campuran beraspal sebagaimana yang
disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis, atau yang disebutkan dalam gambar kerja
(shop drawing).
Dengan mengikuti alur dan perkembangan zaman, sebagian besar instansi kini
lebih cenderung menggunakan Aspal Modifikasi.

4. Aspal Yang Dimodifikasi


Aspal yang dimodifikasi adalah jenis Multigrade atau Asbuton, elastomerik latex.
Proses modifikasi aspal di lapangan tidak diperbolehkan kecuali ada lisensi dari
pabrik pembuat aspal modifikasi dan pabrik pembuatnya menyediakan instalasi
pencampur yang setara dengan yang digunakan di pabrik asalnya.
Mengenai pengiriman Aspal modifikasi, konsultan akan memastikan bahwa
Aspal Modifikasi dikirim dalam tangki yang dilengkapi dengan alat pembakar gas
atau minyak yang dikendalikan secara termostatis. Pengiriman dalam tangki

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 11


dilengkapi dengan sistem segel yang disetujui untuk mencegah kontaminasi yang
terjadi apakah dari pabrik pembuatnya atau dari pengirimannya. Aspal yang
dimodifikasi harus disalurkan ke tangki penampung di lapangan dengan sistem
sirkulasi yang tertutup penuh. Penyaluran secara terbuka tidak diperkenankan.
Setiap pengiriman harus disalurkan kedalam tangki yang diperuntukkan
untuk kedatangan aspal dan harus segera dilakukan pengujian penetrasi, titik
lembek dan stabilitas penyimpanan. Tidak ada aspal yang boleh digunakan
sampai diuji dan disetujui.
Jangka waktu penyimpan untuk aspal modifikasi dengan bahan dasar latex,
konsultan menganjurkan tidak boleh melebihi 3 hari kecuali jika jangka waktu
penyimpanan yang lebih lama disetujui oleh Konsultan.

5. Sumber Pasokan
Sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) harus disetujui terlebih
dahulu oleh konsultan pengawas sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis bahan
harus diserahkan, seperti yang diperintahkan Konsultan, paling sedikit 60 hari
sebelum usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan.

B. PENGAWASAN TERHADAP PROSES PENCAMPURAN


Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan aditif,
dan aspal. Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran
ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana
tertuang dalam Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan
penyerapan agregat yang digunakan.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 12


1. Prosedur Rancangan Campuran
Sebelum melakukan penghamparan campuran beraspal dalam Pekerjaan,
Kontraktor diminta untuk menunjukkan semua usulan metoda kerja, agregat,
aspal, dan campuran yang memadai dengan membuat dan menguji campuran
percobaan di laboratorium dan juga dengan penghamparan campuran percobaan
yang dibuat di instalasi pencampur aspal. Pengujian yang diperlukan
meliputi analisa ayakan, berat jenis dan penyerapan air, dan semua jenis
pengujian lainnya sebagaimana yang dipersyaratkan pada seksi ini untuk semua
agregat yang digunakan. Pengujian pada campuran beraspal percobaan akan
meliputi penentuan Berat Jenis Maksimum campuran beraspal, pengujian
sifat-sifat Marshall dan Kepadatan Membal (Refusal Density) campuran rancangan.
Setelah dilakukan pengujian, contoh agregat untuk rancangan campuran
harus diambil dari pemasok dingin (cold bin) dan dari penampung panas (hot bin).
Rumusan campuran kerja yang ditentukan dari campuran di laboratorium harus
dianggap berlaku sementara sampai diperkuat oleh hasil percobaan pada instalasi
pencampur aspal dan percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan.
Pengujian percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan dilaksanakan
dalam tiga langkah dasar berikut ini :
a. Penentuan proporsi takaran agregat dari pemasok dingin untuk dapat
menghasilkan komposisi yang optimum. Perhitungan proporsi takaran
agregat dari bahan tumpukan yang optimum harus digunakan untuk
penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh dari pemasok panas harus
diambil setelah penentuan besarnya bukaan pemasok dingin. Selanjutnya
proporsi takaran pada pemasok panas dapat ditentukan. Suatu Rumusan
Campuran Rancangan (Design Mix Formula, DMF) kemudian akan
ditentukan berdasarkan prosedur Marshall.
b. DMF, data dan grafik percobaan campuran di laboratorium harus
diserahkan pada Konsultan untuk mendapatkan persetujuan. Konsultan
akan menyetujui atau menolak usulan DMF tersebut dalam waktu 7

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 13


hari. Percobaan produksi dan penghamparan tidak boleh dilaksanakan
sampai DMF disetujui.
c. Percobaan produksi dan penghamparan serta persetujuan terhadap
Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF). JMF adalah suatu
dokumen yang menyatakan bahwa rancangan campuran laboratorium
yang tertera dalam DMF dapat diproduksi dengan instalasi pencampur
aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP), dihampar dan dipadatkan di
lapangan dengan peralatan yang telah ditetapkan dan memenuhi derajat
kepadatan lapangan terhadap kepadatan laboratorium hasil pengujian
Marshall dari benda uji yang campuran beraspalnya diambil dari AMP.

2. Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)


Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal, kontraktor harus
menyerahkan secara tertulis kepada Konsultan, usulan DMF untuk campuran yang
akan digunakan dalam pekerjaan. Rumus yang diserahkan harus menentukan
untuk campuran berikut ini:
a) Sumber-sumber agregat.
b) Ukuran nominal maksimum partikel.
c) Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan Kontraktor,
pada penampung dingin maupun penampung panas.
d) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan.
e) Kadar aspal optimum dan efektif terhadap berat total campuran .
f) Rentang temperature pencampuran aspal dengan agregat dan temperature saat
campuran beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk (mixer).
Kontraktor harus menyediakan data dan grafik hubungan sifat-sifat campuran
beraspal terhadap variasi kadar aspal hasil percobaan laboratorium untuk
menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua kriteria yang dipersyaratkan
tergantung campuran aspal mana yang dipilih.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 14


3. Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF)
Percobaan campuran di instasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant,
AMP) dan penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan akan
menjadikan DMF dapat disetujui sebagai JMF.
Segera setelah DMF disetujui, kontraktor harus melakukan penghamparan
percobaan paling sedikit 50 ton untuk setiap jenis campuran yang diproduksi
dengan AMP, dihampar dan dipadatkan dengan peralatan dan prosedur yang
diusulkan. Kontraktor harus menunjukkan bahwa setiap alat penghampar (paver)
mampu menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan tanpa
segregasi, tergores, dsb. Kombinasi penggilas yang diusulkan harus mampu
mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam rentang temperatur pemadatan.
Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk
membuat benda uji Marshall maupun untuk pemadatan membal (refusal).
Bilamana percobaan tersebut gagal memenuhi Spesifikasi pada salah satu
ketentuannya maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang
kembali. Konsultan tidak akan menyetujui DMF sebagai JMF sebelum
penghamparan percobaan yang dilakukan memenuhi semua ketentuan dan
disetujui.
Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai sebelum
diperoleh JMF yang disetujui oleh Konsultan. Bilamana telah disetujui, JMF
menjadi definitif sampai Konsultan menyetujui JMF pengganti lainnya. Mutu
campuran harus dikendalikan, terutama dalam toleransi yang diijinkan.
Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan percobaan.
Contoh campuran beraspal dapat diambil dari instalasi pencampur aspal atau
dari truk di AMP, dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi.
Benda uji Marshall harus dicetak dan dipadatkan pada temperatur yang
disyaratkan dan menggunakan jumlah penumbukan yang disyaratkan pula.
Kepadatan rata-rata (Gmb) dari semua benda uji yang diambil dari penghamparan
percobaan yang memenuhi ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 15


(Job Standard Density), yang harus dibandingkan dengan pemadatan
campuran beraspal terhampar dalam pekerjaan.
4. Penerapan JMF dan Toleransi Yang Diijinkan
Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan JMF,
dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan. Setiap hari konsultan akan
mengambil benda uji baik bahan maupun campurannya, atau benda uji tambahan
yang dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan
yang gagal memenuhi batas-batas yang diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang
Diijinkan harus ditolak.
Apabila setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang diperoleh dari JMF dan
Toleransi Yang Diijinkan, tetapi menunjukkan perubahan yang konsisten dan
sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika sumber
setiap bahan berubah, maka suatu JMF baru harus diserahkan dengan cara seperti
yang disebut di atas dan atas biaya Kontraktor sendiri untuk disetujui, sebelum
campuran beraspal baru dihampar di lapangan. Untuk toleransi Komposisi
Campuran dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Agregat Gabungan Toleransi Komposisi


Campuran
Sama atau lebih besar dari 2,36 mm 5 % berat total agregat
Lolos ayakan 2,36 mm sampai No.50 3 % berat total agregat
Lolos ayakan No.100 dan tertahan No.200 2 % berat total agregat
Lolos ayakan No.200 1 % berat total agregat

Kadar aspal Toleransi


Kadar aspal 0,3 % berat total campuran

Temperatur Campuran Toleransi

Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke - 10 C dari temperatur


tempat penghamparan campuran beraspal di truk
saat keluar dari AMP

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 16


C. PENGAWASAN MENGENAI KETENTUAN INSTALASI PENCAMPURAN
ASPAL

1) Instalasi Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP)


Instalasi Pencampuran Aspal harus disertifikasi oleh Instansi yang ditunjuk
oleh konsultan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Jika belum disertifikasi
maka bukti-bukti yang menyatakan bahwa sertifikasi sedang dilaksanakan,
minimal bisa menunjukan kalibrasi timbangan aspal dan agregat dari badan
metrologi. Jika perlu Konsultan dapat malkukan inspeksi dan membuat persetujuan
sementara sebagai pengganti dari sertifikasi yang tertunda tersebut. AMP
merupakan pusat pencampuran dengan sistem penakaran (batching) atau drum mix
dan harus memiliki kapasitas minimum 800 kg dan mampu memasok mesin
penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran pada
kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki.
Untuk menjamin kualitas mutu campuran aspal, maka AMP harus dilengkapi
dengan alat pengumpul debu (dust collector) yang lengkap yaitu sistem
pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone), sehingga tidak
menimbulkan pencemaran debu. Bilamana salah satu sistem di atas rusak atau
tidak berfungsi maka konsultan akan menginstruksikan bahwa AMP tersebut
tidak boleh dioperasikan. AMP juga harus mempunyai pengaduk (pug mill)
dengan kapasitas minimum 800 kg jika diperlukan untuk memproduksi AC
bergradasi kasar atau AC-Base selain dari pekerjaan minor.
Jika digunakan untuk pembuatan campuran aspal yang dimodifikasi, AMP
harus dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik otomatis yang
mampu mempertahankan temperatur campuran sebesar 175 oC dan dirancang
sebagaimana mestinya, dilengkapi dengan semua perlengkapan khusus yang
diperlukan.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 17


2) Tangki Penyimpan Aspal
Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat
dikendalikan dengan efektif dan handal sampai suatu temperatur dalam rentang
yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap (steam
coils), listrik, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi tangki
aspal. Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah termometer yang terletak
sedemikian hingga temperatur aspal dapat dengan mudah dilihat. Sebuah
keran harus dipasang pada pipa keluar dari setiap tangki untuk pengambilan
benda uji.
Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai
agar dapat memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama periode
pengoperasian. Perlengkapan yang sesuai harus disediakan, baik dengan selimut
uap (steam jacket) atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk mempertahankan
temperatur yang disyaratkan dari seluruh bahan pengikat aspal dalam sistem
sirkulasi.
Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah paling sedikit untuk
kuantitas dua hari produksi. Paling sedikit harus disediakan dua tangki yang
berkapasitas sama. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi
sedemikian rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah
tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke alat pencampur.
Untuk campuran aspal yang dimodifikasi, sekurang-kurangnya sebuah tangki
penyimpan aspal tambahan dengan kapasitas yang tidak kurang dari 20 ton,
tidak boleh dipanaskan langsung dengan minyak atau pemanas listrik dan harus
dilengkapi dengan pengendali temperature termostatik yang mampu
mempertahankan temperature sebesar 175oC harus disediakan. Tangki ini harus
disediakan untuk penyimpanan aspal yang dimodifikasi selama periode dimana
aspal tersebut diperlukan untuk proyek.
Semua tangki penyimpan aspal untuk pencampuran aspal alam yang mengandung
bahan mineral dan untuk aspal yang dimodifikasi lainnya, bilamana akan terjadi
pemisahan, harus dilengkapi dengan pengaduk mekanis yang dirancang

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 18


sedemikian hingga setiap saat dapat mempertahankan bahan mineral didalam
bahan pengikat sebagai suspense.

3) Tangki Penyimpan Aditif


Tangki penyimpanan aditif dengan kapasitas minimal dapat menyimpan bahan
aditif untuk satu hari produksi campuran beraspal dan harus dilengkapi dengan
dozing pump sehingga dapat memasok langsung aditif ke pugmil dengan kuantitas
dan tekanan tertentu.

4) Pengendali Waktu Pencampuran


Instalasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handal untuk mengendalikan
waktu pencampuran dan menjaga waktu pencampuran tetap konstan kecuali
kalau diubah atas perintah Konsultan.

5) Timbangan dan Rumah Timbang


Timbangan harus disediakan untuk menimbang agregat, aspal dan bahan pengisi.
Rumah timbang harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan yang siap
dikirim ke tempat penghamparan. Timbangan tersebut harus memenuhi
ketentuan seperti yang dijelaskan di atas.

6) Penyimpanan dan Pemasokan Bahan Pengisi


Silo atau tempat penyimpanan yang tahan cuaca untuk menyimpan dan memasok
bahan pengisi dengan sistem penakaran berat harus disediakan.

7) Penyimpanan dan Pemasokan Aspal Alam


Jika Aspal Alam Berbutir digunakan untuk pekerjaan sebuah tempat penyimpanan
yang tahan cuaca dan elevator yang cocok untuk memasok yang dilengkapi dengan
sistem penakaran berat harus disediakan.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 19


8) Peralatan Pengangkut
Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari
logam yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air
sabun, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran aspal pada bak.
Setiap genangan minyak pada lantai bak truk hasil penyemprotan sebelumnya
harus dibuang sebelum campuran aspal dimasukkan dalam truk.
Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya yang
cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi campuran
aspal terhadap cuaca. Bilamana dianggap perlu, bak truk hendaknya diisolasi
dan seluruh penutup harus diikat kencang agar campuran aspal yang tiba di
lapangan pada temperatur yang disyaratkan. Truk yang menyebabkan segregasi
yang berlebihan pada campuran aspal akibat sistem pegas atau faktor
penunjang lainnya, atau yang menunjukkan kebocoran oli yang nyata, atau
yang menyebabkan keterlambatan yang tidak semestinya, atas perintah
Konsultan harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.
Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan bukaan ke arah belakang
harus disetel agar seluruh campuran aspal dapat dituang ke dalam penampung
dari alat penghampar aspal tanpa mengganggu kerataan pengoperasian alat
penghampar dan truk harus tetap bersentuhan dengan alat penghampar. Truk
yang mempunyai lebar yang tidak sesuai dengan lebar alat penghampar tidak
diperkenankan untuk digunakan. Truk aspal dengan muatan lebih tidak
diperkenankan.
Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus cukup dan dikelola
sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi secara menerus
dengan kecepatan yang disetujui.
Penghampar yang sering berhenti dan berjalan lagi akan menghasilkan permukaan
yang tidak rata sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi pengendara serta
mengurangi umur rencana akibat beban dinamis. Kontraktor tidak diijinkan
memulai penghamparan sampai minimum terdapat tiga truk di lapangan yang
siap memasok campuran aspal ke peralatan penghampar. Kecepatan peralatan

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 20


penghampar harus dioperasikan sedemikian rupa sehingga jumlah truk yang
digunakan untuk mengangkut campuran aspal setiap hari dapat menjamin
berjalannya peralatan penghampar secara menerus tanpa henti. Bilamana
penghamparan terpaksa harus dihentikan, maka Konsultan hanya akan
mengijinkan dilanjutkannya penghamparan bilamana minimum terdapat tiga truk
di lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan penghampar.
Ketentuan ini merupakan petunjuk pelaksanaan yang baik dan Kontraktor tidak
diperbolehkan menuntut tambahan biaya atau waktu atas keterlambatan
penghamparan yang diakibatkan oleh kegagalan Kontraktor untuk menjaga
kesinambungan pemasokan campuran aspal ke peralatan penghampar.

9) Peralatan Penghampar dan Pembentuk


Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar mekanis bermesin
sendiri yang disetujui, yang mampu menghampar dan membentuk campuran
aspal sesuai dengan garis, kelandaian serta penampang melintang yang diperlukan.
Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi
dengan arah gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal secara
merata di depan "screed" (sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini harus
dilengkapi dengan perangkat kemudi yang dapat digerakkan dengan cepat
dan efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur seperti halnya
maju. Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap yang dapat dilipat
pada saat setiap muatan campuran aspal hampir habis untuk menghindari
sisa bahan yang sudah mendingin di dalamnya.
Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan elektronik dan/atau mekanis
pengendali kerataan seperti batang perata (leveling beams), kawat dan sepatu
pengarah kerataan (joint matching shoes) dan dan peralatan bentuk penampang
(cross fall devices) untuk mempertahankan ketepatan kelandaian dan kelurusan
garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan acuan tepi yang tetap (tidak
bergerak).

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 21


Alat penghampar harus dilengkapi dengan "screed" (perata) baik dengan jenis
penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi dan perangkat untuk memanasi "screed"
(sepatu) pada temperatur yang diperlukan untuk menghampar campuran aspal
tanpa menggusur atau merusak permukaan hasil hamparan.
Istilah "screed" (perata) mengacu pada pengambang mekanis standar (standard
floating mechanism) yang dihubungkan dengan lengan arah samping (side arms)
pada titik penambat yang dipasang pada unit pengerak alat penghampar pada
bagian belakang roda penggerak dan dirancang untuk menghasilkan permukaan
tektur lurus dan rata tanpa terbelah, tergeser atau beralur.
Bilamana selama pelaksanaan, hasil hamparan peralatan penghampar dan
pembentuk meninggalkan bekas pada permukaan, segregasi atau cacat atau
ketidak-rataan permukaan lainnya yang tidak dapat diperbaiki dengan cara
modifikasi prosedur pelaksanaan, maka penggunaan peralatan tersebut harus
dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang memenuhi
ketentuan harus disediakan oleh Kontraktor.

10) Peralatan Pemadat


Setiap alat penghampar harus disertai paling sedikit satu alat pemadat roda
baja (steel wheel roller) dan satu alat pemadat roda karet (tyre roller). Paling
sedikit harus disediakan satu tambahan alat pemadat roda karet (tire roller)
untuk setiap kapasitas produksi yang melebihi 40 ton perjam. Semua alat
pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri.
Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak
kurang dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang
sama dan mampu dioperasikan pada tekanan ban pompa (6,0 - 6,5) kg/cm2 atau (85
90) psi pada jumlah lapis anyaman ban (ply) yang sama. Roda- roda harus berjarak
sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian rupa sehingga
tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak di antara roda-roda pada
sumbu yang lainnya secara tumpang-tindih (overlap). Setiap roda harus
dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan operasi yang disyaratkan

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 22


sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda tidak melebihi 0,35 kg/cm2 (5
psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban harus disediakan untuk memeriksa
dan menyetel tekanan ban pompa di lapangan pada setiap saat.
Untuk setiap ukuran dan jenis ban yang digunakan, Kontraktor harus
memberikan kepada Konsultan grafik atau tabel yang menunjukkan hubungan
antara beban roda, tekanan ban pompa, tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas
bidang kontak. Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu cara
penyetelan berat total dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga beban per
lebar roda dapat diubah dalam rentang (300 600) kilogram per 0,1 meter.
Tekanan dan beban roda harus disetel sesuai dengan permintaan Konsultan,
agar dapat memenuhi ketentuan setiap aplikasi khusus. Pada umumnya
pemadatan dengan alat pemadat roda karet pada setiap lapis campuran aspal
harus dengan tekanan yang setinggi mungkin yang masih dapat dipikul
bahan.
a) Alat pemadat roda baja yang bermesin yang dimaksud adalah alat
pemadat tandem statis. Alat pemadat statis minimum harus mempunyai
berat statis tidak kurang dari 8 ton. Roda gilas harus bebas dari permukaan
yang datar, penyok, robek-robek atau tonjolan yang merusak permukaan
perkerasan.
b) Dalam penghamparan percobaan, kontraktor harus dapat menunjukkan
kombinasi jenis penggilas untuk memadatkan setiap jenis campuran
sampai dapat diterima oleh konsultan, sebelum JMF disetujui. Kontraktor
harus melanjutkan untuk menyimpan dan menggunakan kombinasi
penggilas yang disetujui untuk setiap campuran. Tidak ada alternatif
lain yang dapat diperkenankan kecuali jika Kontraktor dapat
menunjukkan kepada Konsultan bahwa kombinasi penggilas yang baru
paling sedikit seefektif yang sudah disetujui.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 23


D. PENGAWASAN TERHADAP PENGHAMPARAN CAMPURAN
1) Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi
Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam
kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah
berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan lapisan
di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali lainnya, semua
bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan
dan/atau diperbaiki dengan campuran beraspal atau bahan lain yang
disetujui oleh Konsultan. Bilamana permukaan yang akan dilapisi terdapat
atau mengandung sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran yang tidak
memadai, sebagimana yang ditunjukkan dengan adanya kelelehan plastis dan/atau
kegemukan (bleeding), seluruh lapisan dengan bahan plastis ini harus dibongkar.
Pembongkaran semacam ini harus diteruskan ke bawah sampai diperoleh bahan
yang keras (sound). Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus sama
dengan yang disyaratkan untuk pelaksanaan lapis pondasi agregat.
Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus diber-
sihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu mekanis
yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack coat) atau
lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai dengan Spesifikasi.
2) Acuan Tepi
Besi atau kasau kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis dan serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan
dihampar.

3) Penghamparan Dan Pembentukan Perkerasan Aspal


Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus
dipanaskan. Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 24


Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan. Penampung alat penghampar (hopper) tidak
boleh dikosongkan, sisa campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari
temperatur yang disyaratkan. Alat penghampar harus dioperasikan dengan
suatu kecepatan yang tidak menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau
bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus
disetujui oleh Konsultan dan ditaati. Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur
pada permukaan, maka alat penghampar harus dihentikan dan tidak boleh
dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki. Proses
perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau bahan yang
tersegregasi karena penaburan material yang halus sedapat mungkin harus
dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak boleh ditebarkan diatas
permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.
Konsultan akan memperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin
pada tepi-tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya. Bilamana jalan
akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu lajur untuk setiap kali
pengoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga perbedaan akhir antara panjang penghamparan lajur yang satu
dengan yang bersebelahan pada setiap hari produksi dibuat seminimal
mungkin. Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau
dan dikendalikan secara elektronik atau secara manual sebagaimana yang
diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan toleransi yang
disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal:
a. Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum dibolehkannya
pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara manual)
b. Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin
terpenuhinya lereng melintang dan super elevasi yang diperlukan.
c. Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah dihampar
sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 25


d. Untuk menjamin sambungan memanjang vertical maka harus digunakan
besi profil siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari tebal rencana dan
dipakukan pada perkerasan dibawahnya.
e. Perbaikan penampang memanjang dari permukaan aspal lama dengan
menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil penandaan survei.

4) Pemadatan
Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan,permukaan tersebut
harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki.
Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus
dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas aspal. Pemadatan
campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut ini :
1. Pemadatan Awal
2. Pemadatan Antara
3. Pemadatan Akhir
Pemadatan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik dengan alat
pemadat roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak
berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima
minimum dua lintasan pengilasan awal.
Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet
sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Pemadatan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar
(vibrasi). Bila hamparan aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan
setelah pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan.
Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada sambungan melintang yang
telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan
pergerakan campuran beraspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang
dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal
harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 26


dengan posisi alat pemadat berada pada lajur yang telah dipadatkan dengan
tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-kira 15 cm.
Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian
dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan
berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada tikungan
harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi.
Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap) minimum
setengah lebar roda dan lintasan- lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada
titik yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk
pemadatan awal harus terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah dihampar
sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda pemadat yang
memadatkan tepi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan
lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat
sedikit demi sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan yang
dipadatkan dengan rapi.
Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10
km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah
penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran beraspal.
Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan
dapat dihilangkan.
Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara terus menerus
untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi
air yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki
untuk menghindari lengketnya campuran beraspal pada roda.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 27


Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin. Setiap
produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh kontraktor di atas perkerasan yang sedang
dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan
oleh kontraktor atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya
pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Kontraktor.
Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap
campuran beraspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan
campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi
sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal terhampar
dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan
bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan
sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos
harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan.
Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus
memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan harus
dipotong tegak lurus setelah pemadatan akhir, dan dibuang oleh Kontraktor diluar
daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui oleh
Konsultan.

5) Sambungan
Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus
diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris
yang lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar
sambungan pada lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu
lintas.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 28


Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal yang
telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus atau telah
dipotong tegak lurus atau dipanaskan dengan menggunakan lidah api (dengan
menggunakan alat burner). Bila tidak ada pemanasan, maka pada bidang vertikal
sambungan harus lapis perekat.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 29


E.2. PROGRAM KERJA
Untuk meningkatkan kinerja fisik di lapangan, tanpa adanya penyimpangan
kontrak yang dapat berakibat gagalnya pelaksanaan kegiatan fisik yang juga
mengakibatkn kerugian Negara yang disebabkan tidak tercapainya sasaran
kegiatan. Untuk itu konsultan supervisi memiliki rencana kerja yang telah
tersusun secara sistematis sesuai dengan alur dan prosedur kerja pekerjaan fisik
di lapangan, guna tecapainya tujuan dari pekerjaan pengawasan ini.
Beberapa hal yang akan dilaksanakan oleh konsultan supervisi, antara lain :
1. Mobilisasi personil konsultan supervisi
2. Mengikuti rapat persiapan pekerjaan (PCM)
Dalam pelaksanaan PCM, konsultan akan melaksanakan hal hal di bawah
ini :
a. mencatat seluruh kesepakatan dalam PCM dan dituangkan dalam Berita
Acara tersendiri sebagai dokumen kegiatan
b. Menjelaskan struktur organisasi dan personil yang sudah dimobilisasi
dan rencana personil lainnya yang akan dimobilisasi
c. Menjelaskan tugas dari masing masing personil
d. Memberikan usulan teknik pelaksanaan yang lebih efisien

3. Menyusun rencana mutu kontrak pengawasan


Konsultan akan menyusun, menyampaikan, dan mempresentasikan RMK
kepada Dinas Pekerjaan Umum pada saat PCM. Disamping itu, konsultan
akan turut membantu PPK dalam mengkaji RMK yang telah disusun oleh
kontraktor.

4. Mengawal mobilisasi kontraktor


Konsultan akan melaksanakan pengawasan, pengujian, pengecekan kuantitas
dan kualitas serta kelayakan peralatan, fasilitas dan perlengkapan yang
dimobilisasi. Disamping itu, konsultan pun akan mengecek daftar peralatan,
fasilitas dan perlengkapan yang disampiakan kontraktor, mengecek masa

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 30


berlaku kalibrasi peralatan yang akan digunakan, serta menyampaikan
rekomendasi kepada PPK tentang jumlah, fasilitas, dan perlengkapan yang
telah dimobilisasi oleh kontraktor.
5. Melakukan perhitungan rekayasa lapangan (Uet Zet)
6. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Pekerjaan Pengawasan
dilakukan terhadap item item yang tertuang dalam kontrak mulai dari
Penyiapan Badan Jalan, Galian, Lapis Pondasi Agregat, sampai pada Lapis
Aspal (Hotmix).
7. Melakukan pengecekan terhadap sertifikat pembayaran bulanan (Mutual
Certifikate / MC) Pengecekan sertifikat pembayaran bulanan dilakukan oleh
Konsultan setiap bulan. Pengajukan MC oleh kontraktor harus disertai Back
Up pembayaran tiap bulannya. Konsultan tidak akan menanda tangani
pengajuan MC Kotraktor yang tidak dilampiri Back Up, baik Back Up Quality
maupun Back Up Quantity.
8. Membuat Laporan Bulanan dan Laporan Akhir serta Laporan Pengendalian
Mutu.
Program kerja diatas sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Pengawasan
Infrastruktur Jalan (DAK Reguler). Dalam hal ini konsultan pengawas melakukan
inovasi terhadap program kerja Pengawasan Pembangunan Infrastruktur Jalan
(DAK Reguler). Adapun inovasi Penyusunan program kerja ini dilakukan
berdasarkan :
Ruang lingkup pekerjaan;
Volume pekerjaan;
Batas waktu;
Keahlian personil;
Jumlah personil;
Peralatan yang dipakai;
Schedule mobilisasi;
Arahan Pengguna Jasa
Aspek Aspek teknis dan non teknis lainnya

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 31


Agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan,
maka program kerja akan disusun secara sistematis dan dilaksanakan
berdasarkan urutan pekerjaan efektif dan waktu pelaksanaannya. Untuk
mendapatkan efektivitas yang tinggi atas input konsultan, dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia secara efisien, dibutuhkan suatu perencanaan dan
pelaksanaan sistem layanan konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini
kualitas maupun kuantitas pekerjaan dapat dikontrol, seraya menghindari beban
pekerjaan puncak yang cukup besar. Beban puncak dalam pekerjaan memerlukan
mobilisasi staf tambahan dan pengenalan terhadap pekerjaan. Aktivitas yang
mengakibatkan berkurangnya kualitas pekerjaan diupayakan untuk dihindari.
Aktivitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai
berikut :
Persiapan awal, studi terdahulu;
Koordinasi konsultan dengan Pemimpin Pekerjaan;
Koordinasi dengan unsur pekerjaan;
Koordinasi team konsultan;
Koordinasi dengan instansi terkait;
Tahap pengawasan teknik.

Persiapan Awal dan Studi Terdahulu


Persiapan awal
Setelah konsultan mengadakan mobilisasi, dimana Team Leader telah dimobilisasi,
kemudian disusul dengan mobilisasi personil yang lain sesuai Manning Schedule dan
kebutuhan aktivitas pekerjaan, team konsultan segera mengadakan persiapan awal
untuk pekerjaan ini, yang kegiatannya antara lain meliputi :
Menata/penyiapan kantor, furniture, perlengkapan kantor, dan lain-lain.
Mengadakan rapat koordinasi awal seluruh team konsultan.
Mengadakan kunjungan/koordinasi awal dengan instansi-instansi dan
pihak-pihak terkait

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 32


Penyiapan format/form-form standar yang akan diperlukan/digunakan
selama periode pekerjaan.
Pengumpulan data yang tersedia.
Studi/analisa data yang tersedia.
Field reconnaisance/site visit.
Mempelajari kembali design dan scope pekerjaan fisik.

Studi terdahulu
Semua data yang akan dijadikan dasar/pegangan pelaksanaan pengawasan
konstruksi adalah berupa gambar-gambar rencana dan spesifikasi-spesifikasi, baik
teknis maupun umum yang akan dikumpulkan/dicari konsultan pengawas untuk
dipelajari dan kemudian dilaksanakan. Data tersebut umumnya dapat diperoleh
dari Pengguna Jasa.
Koordinasi
Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan melakukan
koordinasi secara rutin dengan Pemimpin Pekerjaan, unsur pekerjaan, instansi
terkait dan koordinasi intern konsultan.
1. Pemimpin Pekerjaan
Koordinasi dengan Pemimpin Pekerjaan perlu dilakukan secara rutin dan dengan
frekwensi yang cukup.
2. Unsur Pekerjaan
Selama waktu pelaksanaan, akan diadakan Monthly Project Meeting antara
Konsultan, Penyedia Jasa Pemborongan dan Pemimpin Pekerjaan, di sini bisa
dievaluasi, dimonitor dan dibahas hal-hal antara lain :
Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan, agar tidak terjadi keragu-raguan
atau kesalahan dalam pelaksanaan.
Management/pengaturan/penempatan alat berat oleh Penyedia Jasa
Pemborongan.
Kemajuan pekerjaan.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 33


Informasi-informasi yang perlu disampaikan kepada Penyedia Jasa
pemborongan atau sebaliknya.
Masalah masalah di lapangan dan pemecahannya
Rencana kerja penyedia jasa pemborongan untuk bulan berikutnya

Bila terjadi hal-hal khusus misal kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang perlu
dilaksanakan dengan crash-program dan lain-lain, dalam hal ini perlu diadakan
pertemuan khusus.
Project meeting antara Konsultan dan Penyedia Jasa Pemborongan dilakukan
secara periodik (mingguan), untuk kondisi khusus dapat dilakukan dalam rentang
2 3 harian.

3. Instansi Terkait
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, konsultan perlu
melakukan koordinasi dengan instansi dan konsultan lain terkait yang berhubungan
dengan scope pekerjaan.

4. Intern Konsultan
Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan tugasnya
sesuai dengan job description, juga perlu ada koordinasi antara Team Leader
dengan stafnya, seperti antara lain dan tidak terbatas pada :
a) Rapat bulanan antara Team Leader dan staff, membahas :
Laporan bulanan.
Aktivitas yang sudah dan akan dilaksanakan.
Masalah lapangan dan pemecahannya.
Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran pekerjaan.

b) Profesional staf Konsultan akan melakukan kunjungan setiap hari atau secara
berkala ke lapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk meyakinkan bahwa
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 34


c) Sub profesional staf akan melaksanakan inspeksi harian untuk
meyakinkan bahwa material, tenaga kerja dan hasil pekerjaan fisik sesuai
dengan dokumen kontrak dalam hal mutu, volume dan waktu.
d) Pertemuan-pertemuan khusus antara team leader dengan team atau antar
staf Konsultan dengan frekwensi yang cukup atau sesuai kebutuhan, agar
terjadi komunikasi, koordinasi, informasi yang baik.

Tahap Pengawasan
Konsultan selama periode konstruksi, akan senantiasa memberi arahan,
bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan
guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas,
tepat kuantitas, tepat waktu dan tepat biaya dengan berdasarkan dokumen
kontrak dan petunjuk teknis lainnya. Selain itu, tugas konsultan meliputi
melakukan sertifikasi atas pekerjaan ini yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan. Secara rinci, pekerjaan yang dilakukan pada tahap supervisi adalah:
1. Masa Konstruksi/ Masa Perbaikan :
2. Mengecek data titik survey di lapangan
3. Menyelenggarakan pengawasan menerus di lapangan untuk mendapatkan
kepastian bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan di
dalam dokumen kontrak.
4. Memeriksa test laboratorium dan test lapangan untuk pekerjaan fisik, juga
material yang akan digunakan dan metode kerja untuk mendapatkan kepastian
sudah sesuai dengan persyaratan.
5. Menjaga, mengendalikan, mengontrol, memonitor, meevaluasi rencana
kemajuan pekerjaan yang terbaru berupa bar-chart dan atau metode lain yang
digunakan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disetujui.
6. Memeriksa dan menyetujui semua gambar kerja dan detailnya yang
diajukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan, penyesuaian design bila diperlukan,
agar sesuai dengan kebutuhan teknis/lapangan.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 35


7. Memberikan laporan secara berkala semua pengukuran kuantitas pekerjaan
yang sudah di test termasuk penggunaan material, dengan menggunakan
bentuk yang sudah disetujui oleh Pengguna Jasa.
8. Memberikan laporan khusus jika ada masalah yang timbul, dan memberikan
rekomendasi pemecahan permasalahan.
9. Membantu mempersiapkan semua perubahan (change orders) dan membantu
Pengguna Jasa pada saat dilakukan negosiasi harga dan biaya konstruksi
terhadap perubahan kontrak tersebut (bila ada).
10. 10. Mengevaluasi dan membantu menyiapkan rekomendasi bagi Pengguna Jasa
dalam bertindak atas klaim terhadap kontrak, perselisihan, penambahan
lingkup pekerjaan kontrak dan perubahan-perubahan lain di luar lingkup
pekerjaan yang tercantum dalam dokumen kontrak.
11. Memeriksa rancangan sertifikat pembayaran bulanan yang akan
disertifikasikan oleh Pengawas untuk mendapatkan persetujuan Pemimpin
Pekerjaan.
12. Menyediakan bantuan dan arahan pada saat yang tepat bagi Penyedia Jasa
Pemborongan di dalam semua masalah yang ada hubungannya dengan dokumen
kontrak, pengecekan terhadap survey tanah dasar, test pengawasan mutu dan
masalah lain yang berhubungan dengan dipenuhinya kontrak dan kemajuan
pekerjaan.
13. Menjamin penerimaan dan menjaga sebagai laporan tetap semua jaminan
yang diperlukan di bawah syarat-syarat yang tercantum di dalam dokumen
kontrak, untuk material dan peralatan yang digunakan di pekerjaan. Semua
material yang digunakan di pekerjaan termasuk sumbernya juga harus disetujui
terlebih dahulu.
14. Menyediakan informasi yang diperlukan oleh Pengguna Jasa, menghadiri
dan mencatat semua rapat/pertemuan dengan Penyedia Jasa Pemborongan,
Pemimpin Pekerjaan dan Instansi pemerintah lain serta menyediakan bantuan
teknis bila dan kapan diperlukan dalam kaitannya dengan pelaksanaan
pekerjaan dan masalah-masalah kontrak.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 36


15. Mendokumentasikan kondisi cuaca harian, peralatan Penyedia Jasa
Pemborongan dan personil di lapangan serta peristiwa/kejadian yang bisa
mengakibatkan keterlambatan, dan langkah-langkah yang diambil untuk
mencegah keterlambatan tersebut.
16. Memberikan bantuan advis kepada Pemimpin Pekerjaan di dalam menyusun
kebijakan dan langkah untuk mencegah dan mengurangi klaim.
17. Membuat laporan bulanan, laporan teknik/khusus dan laporan akhir
pekerjaan seperti yang dikehendaki oleh Pengguna Jasa.
18. Pemeriksaan Serah Terima Sementara, termasuk penyiapan laporan dan
Berita Acara Serah Terima Sementara yang diperlukan, serta menyiapkan
Sertifikat Penerimaan Sementara (Certificate of Provisional Acceptance).

Secara ringkas, semua aktivitas di lapangan dirangkum di bawah ini :


1. Persiapan lapangan
Pada tahap persiapan di lapangan, tim konsultan akan mengawasi dan mencek
aktivitas-aktivitas konstruksi seperti yang dijabarkan berikut ini :
Memeriksa kualitas semua bahan yang akan digunakan untuk konstruksi.
Penyiapan rancangan campuran pekerjaan (job mix formula) untuk beton
dan lain-lain.
Lokasi letak bahan-bahan.
Kondisi tumpukan bahan di lokasi kerja.
Jumlah dan kondisi semua peralatan.
Jumlah personil Penyedia Jasa Pemborongan.
Jumlah dan kualitas bahan-bahan.
Kondisi cuaca.
Prosedur administrasi Penyedia Jasa Pemborongan.
Form/formulir kerja.
Persiapan form-work.
Mengecek jadual Penyedia Jasa Pemborongan.
Persiapan konstruksi.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 37


2. Pekerjaan konstruksi/ Perbaikan
Setelah mobilisasi dan persiapan di lapangan selesai dan diperiksa oleh konsultan
dan Pemimpin Pekerjaan, maka Penyedia Jasa Pemborongan akan diijinkan untuk
melanjutkan pekerjaan konstruksi. Team konsultan akan mengecek langsung hal-
hal berikut ini :
Metoda pekerjaan konstruksi
Penggunaan bahan;
Pengecekan jadwal;
Kondisi cuaca dari waktu ke waktu selama periode pelaksanaan pekerjaan;
Pengambilan contoh (sampling).

Sebelum pekerjaan fisik dimulai, Penyedia Jasa Pemborongan mengajukan


Request terlebih dahulu, yang berisi antara lain :
Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan;
Lokasi pekerjaan;
Peralatan yang akan digunakan;
Estimasi volume pekerjaan;
Material yang akan digunakan;
Rencana jam kerja.

4. Pengawasan mutu
Sebelum memulai aktivitas konstruksi, Penyedia Jasa Pemborongan akan
membuat suatu permohonan tertulis kepada konsultan untuk prosedur konstruksi
dan persetujuan pekerjaan. Konsultan akan :
Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan.
Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik.
Menginspeksi dan menyetujui metoda serta ketelitian pekerjaan
Memeriksa/menginstruksikan test-test lapangan.

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 38


Memeriksa/menginstruksikan test laboratorium terhadap sampel-sampel
yang diambil dari lokasi kerja.
Memeriksa/menginstruksikan test yang lain sesuai spesifikasi.

5. Pengawasan kuantitas
Pengawasan kuantitas (quantity control) akan mengecek bahan-bahan yang
ditempatkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan. Konsultan akan memproses bahan-
bahan dan produk fisiknya berdasarkan atas :
Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi
Metoda perhitungan
Lokasi kerja.
Jenis pekerjaan (work item).
Tanggal diselesaikannya pekerjaan

6. Catatan-catatan teknis
Catatan-catatan akan dikeluarkan/diberikan dari waktu ke waktu, untuk
memberikan petunjuk-petunjuk kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna
meningkatkan aspek-aspek pekerjaan fisik, metode kerja/construction methode dan
lain-lain.
Demikian juga catatan-catatan/instruksi-instruksi diberikan juga untuk pekerjaan
yang hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi.
1. Fase value engineering :
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap value engineering antara lain sebagai
berikut :
Memeriksa original design, untuk mengetahui apakah dimungkinkan
dilakukan redesign untuk penghematan sesuai usulan Penyedia Jasa
Pemborongan.
Metode konstruksi, pengoperasian alat berat, sehingga diharapkan diperoleh
penghematan biaya konstruks

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 39


BAGAN ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 40


E.3. Organisasi Personil
Keberadaan organisasi pelaksana dalam pekerjaan Pengawasan
Pembangunan Jalan (DAK) agar :
a. Terjadi kesinambungan pekerjaan antara Site Engineering dan Pelaksana
b. Terjadi suatu kegiatan yang sistematis dan teratur, sehingga hasil yang
didapatkan dapat efektif, efisien dan tepat waktu sesuai tenggat waktu yang
diberikan;
c. Biaya finansial pelaksanaan kegiatan dapat terkoordinir dengan baik
dan efektif dalam penggunaannya.

Struktur organisasi Pekerjaan Pengawasan Pembangunan Jalan (DAK) adalah :

TENAGA AHLI :

1. Site Engineering/Team Leader : Edy Soleman, ST


2. Ass. Site Engineer : Imam Wahyu Ramadhan, ST
3. Quantity/Quality : Sudarisman, ST

TENAGA INSPECTOR :

1. Ausam Miladi, ST 6. Budi Santoso, A.Md


2. Muh. Nur Tofan, ST 7. Sulfiani S Pagesa, ST
3. Siti Hamidah, ST 8. Mujis, A.Md
4. Muh. Syarif, ST 9. A n d i I s f a n M u i s , S T
5. Talensia Saroan Rupang, ST 10. Rudi R. Saini, A.Md

TENAGA PENDUKUNG :
1. Administrasi/Sekretaris : Ratna Yuni Asri, ST
2. Office Boy : Rendra

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 41


Gambaran Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan Pengawasan Pembangunan Jalan
(DAK) dapat dilihat sebagai berikut :

PEMERTINTAH
KABUPATEN SIGI

KUASA PENGGUNA
ANGGARAN

TIM TEKNIS

DIREKTUR PERUSAHAAN PELAKSANA

SITE ENGINEER
ASS. SITE ENGINEER
QUANTITY/QUALITY

INSPECTOR
ADMINISTRASI
OFFICE BOY

USULAN TEKNIS PENGAWASAN PEMBANGUNAN JALAN (DAK) E - 42

Anda mungkin juga menyukai