Anda di halaman 1dari 262

BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI - 1

DEWATERING

BAB VI
PERENCANAAN KONSTRUKSI
SISTEM DEWATERING

6.1 TINJAUAN UMUM


Pelaksanaan konstruksi bangunan air misalnya bendung yang perlu selalu
diperhatikan adalah teknik pelaksanaan konstruksi bendung yang didalamnya terkait
teknik pembebasan area konstruksi bendung dari gangguan air (sistem dewatering).
Sering kali gambar desain bangunan air (bendung) tidak disertai teknik
pelaksanaannya sehingga memaksa kontraktor pelaksana harus membuat teknik
pelaksanaan termasuk pelaksanaan sistem dewateringnya yang kadang-kadang
menggunaan perhitungan yang.diragukan ketepatannya.
Pada umumnya nilai dewatering dalam kontrak selalu dihitung Lump Sum, dan
tidak jarang ternyata setelah pelaksanaan dewatering ini membengkak. Hal tersebut
dikarenakan perencanaan dan gambar konstruksi pengelak aliran air tidak jelas
bahkan tidak ada.
Cofferdam dan diversion adalah konstruksi yang lazim digunakan dalam sistem
dewatering. Konstruksi ini sering tidak dimasukkan dalam RAB tersendiri. Pada hal
bisa jadi konstruksi ini cukup besar biayanya dan merupakan kunci keberhasilan
pelaksanaan konstruksi bendung. Untuk menghindari membengkaknya biaya
dewatering, maka cofferdam dan diversion perlu direncanakan dengan baik.

6.2 PERENCANAAN KONSTRUKSI


Kontraktor yang berpengalaman mungkin tidak menjadi masalah besar dalam
pembuatan konstruksi sistem dewatering (cofferdam dan diversion channel), tetapi
sering hal tersebut tidak disertai perhitungan teknis yang memadai dan hanya
mengandalkan pengalaman.

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA - JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI - 2
DEWATERING
Perencanaan diversion akan berpengaruh dalam perencanaan cofferdam. Bila
dikehendaki tinggi cofferdam tertentu maka lebar diversion channel harus dicoba-
coba

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA - JAWA TENGAH
sedemikian rupa sehingga dicapai luasan penampang yang mampu melewatkan debit
rencana (Qd). Bila lebar diversion channel tidak dibatasi, maka tinggi cofferdam bisa
lebih rendah, atau dengan nilai h tetap dan b dicoba-coba maka akan didapatkan nilai
Q Lewat = Qd
Pada pendimensian konstruksi sistem dewatering untuk rencana pelaksanaan
Bendung Gerak Tulis, nilai yang diketahui adalah lebar diversion channel. Jadi yang
akan dicoba-coba untuk mendapatkan Qd adalah tingginya. Hal ini karena lebar
diversion channel dibatasi oleh situasi lokasi penempatan diversion channel dan
teknik pelaksanaanya. Artinya dengan B tetap dan H dicoba-coba sampai
mendapatkan nilai Q yang mendekati Qd.

H
Hn
Hd
H d = H untuk
H1 m endapatkan Q d
B bernilai tetap

Q 1Q d Qn Q

Gambar 6.1 Grafik hubungan h dan Q

Sebelum perencanaan diversion channel dan cofferdam dalam rencana


pelaksanaan Bendung Gerak Tulis dimulai, maka ada beberapa data yang diperlukan
dari hasil analisa pada bab sebelumnya, data design teknis struktur bendung dan data
tanah hasil penelitian dilapangan. Design struktur Bendung Gerak Tulis sekali lagi
tidak disajikan dalam laporan ini sesuai dengan batasan masalah.

6.2.1 Data Hasil Analisa Hidrologi


Dari hasil analisa hidrologi didapatkan :
3
Qd Sungai Tulis = 409,631 m /dtk
3
Qd Anak Sungai Tulis = 60,939 m /dtk
6.2.2 Data Teknis Design Struktur Bendung
Dari gambar design struktur Bendung Gerak Tulis yang telah ada. Ada beberapa
data yang akan diperlukan dalam perencanaan konstruksi, yaitu :
Bentang Dam = 76,5 m
Lebar Spillway =3x8m
Lebar Fluishing Sluice =1x6m
Elevasi Puncak Dam = + 670,00 m
Elevasi Terendah Dam = + 649,00 m
Elevasi Mercu Spillway = + 652,00 m

6.2.3 Data Mekanika Tanah


Dari hasil penelitian mekanika tanah dilapangan didapatkan data mekanika tanah
lokasi Bendung Gerak Tulis sebagai berikut :
3
tanah dasar / asli = 2,42 t/m
3
C tanah dasar / asli = 0,42 t/m
0
anah asli = 35

6.3 PERENCANAAN DIVERSION CHANNEL


Berdasarkan rencana plan view yang telah didapatkan dalam bab 5, maka untuk
mempermudah dalam perhitungan rencana penampang diversion dapat dibuat dalam
beberapa segmen/stasiun.
Gambar 6.2 Plan view diversion channel

Sebelum kita merencanakan penampang memanjang diversion channel yang


didalamnya menyangkut elevasi, dimensi hidrolis, dan kemiringan/slope maka
sebagai patokan dalam perencanaannya adalah elevasi mulut upstream (u/s)
diversion, mulut downstream (d/s) diversion serta letak mercu control strukture.
Ketiga segmen ini harus diperhatikan dalam kaitan untuk mendapatkan aliran
hidrolika yang baik.
Dari peta topografi dan rencana/plan view diversion channel didapatkan data :
Panjang diversion channel = 108,16 m
Elev. terendah dasar sungai asli :
Di depan mulut upstream = 653,5 m
Di depan mulut downstream = 646 m

6.3.1 Elevasi Rencana Segmen Diversion sebagai Patokan Perhitungan


A. Elevasi Rencana Mulut U/s Diversion Channel (Sta. 00+00)
Dari peta topografi dan plan view diversion channel didapatkan data bahwa
elevasi terendah dasar sungai asli di depan mulut u/s adalah 653,5 m. Berdasarkan
prinsip hidrolika maka agar aliran air dapat mudah mengalir masuk ke penampang
diversion channel, mulut u/s diversion harus di tempatkan pada elevasi yang lebih
rendah dari + 653,5 m.
Berdasarkan hal di atas maka mulut u/s diversion channel direncanakan pada
elevasi + 653,2 m.

B. Elevasi Rencana Mulut D/s Diversion Channel (Sta. 00+0108,16)


Mulut d/s adalah segmen akhir dari diversion channel sebagai pelepas aliran
air dari saluran dan dikembalikan lagi ke penampang sungai seperti semula. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum merencanakan penempatan mulut
d/s diversion channel yaitu :

Elevasi terendah penampang sungai di depan mulut d/s.


Dari peta topografi dan plan view diversion channel dapat diketahui elevasi
dasar penampang sungai terendah di depan mulut d/s adalah : + 646 m.
Elevasi MA saat diversion channel melepaskan Q d
Elevasi MA ini perlu diketahui agar elevasi mulut d/s tidak berada dibawah
elevasi MA terutama saat penampang sungai menampung debit rencana yang
dilepaskan diversion channel. Hal ini untuk menghindari terjadinya aliran
backwater masuk ke mulut d/s yang dapat mengganggu aliran di saluran
diversion channel. Dengan perhitungan passing capacity pada saat Q d
dilepaskan didapat tinggi ma + 3,1 m dengan elevasi ma + 649,1 m.

Dengan memperhatikan hal-hal diatas maka elevasi rencana mulut d/s diversion
channel direncanakan ditempatkan pada elevasi + 649,4 pada Sta. 00+108,16.
+655.00

+654.00 D1
+653.00

Gambar 6.3 Pot. topografi dan rencana mulut upstream diversion channel

D5

Gambar 6.4 Pot. topografi dan rencana mulut downstream diversion channel

C. Mercu Control Struktur (MCS)


Mercu control struktur adalah bangunan sejenis ambang pelimpah seperti pada
bangunan spillway pada bendungan. Mercu control strukture harus direncanakan
karena bagian ini nantinya akan berfungsi penting sebagai titik yang digunakan untuk
menghitung elevasi ma di sepanjang saluran diversion serta berfungsi juga untuk
menghasilkan sifat aliran (dalam saluran terbuka) yang direncanakan. Biasanya sifat
aliran yang diharapkan dengan adanya mercu tersebut adalah aliran superkritis.
Sifat aliran dalam saluran terbuka
Ada 4 Sifat aliran dalam saluran terbuka yang bisa ditentukan dengan bilangan
Froude (fr), kemiringan dasar saluran (So) dan kemiringan kritis (Hcr) yaitu :
a. Aliran diam Fr = 0, Saluran datar, So = 0 dan Hn .
b. Aliran sub kritis (mengalir) Fr < 1,Saluran landai, So<Scr dan Hn > Hcr.
c. Aliran kritis Fr = 1, Saluran kritis, So=Scr dan Hn = Hcr.
d. Aliran superkritis (meluncur) Fr > 1, Saluran terjal, So>Scr dan Hn < Hcr.

Bilangan Froude:
......................................................................................... (6.1)
V
Fr =
g
y

(Aliran Melalui Saluran Terbuka,K.G Rangga Raju,Hal.107)


Di mana :
V = kecepatan (m/dtk).
g = percepatan gravitasi (9,81
2
m/dtk ). y = kedalaman hidrolik (m).

Untuk perencanaan diversion channel Bendung Gerak Tulis direncanakan


disepanjang diversion channel dalam kondisi aliran superkritis (meluncur), tipe
saluran berupa saluran terjal (steep channel) dimana So > Scr dan Hn < Hcr .
Kondisi aliran superkritis diharapkan dapat melewatkan debit yang besar
dengan dimensi saluran yang ekonomis. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
slope/kemiringan saluran. Dengan slope yang besar maka akan didapatkan kecepatan
yang besar saat melewatkan debit rencana (Qd) dengan dimensi penampang (A) yang
lebih ekonomis dari pada kondisi aliran subkritis/kritis. Artinya dengan A lebih kecil
maka diperlukan kecepatan yang lebih besar untuk dapat melewatkan Qd yang bisa
dihasilkan dengan nilai slope yang besar.
Perencanaan Mercu Control Strukture :
Untuk menghasilkan aliran superkritis disepanjang diversion channel maka
mercu control struktur di tempatkan di hulu. Dengan detail rencana sebagai berikut :
Jarak Axist mercu control stuktur dari mulut upstream = 10 m (sta. 00+010)
Elevasi u/s mercu control strukture = + 654 m (Sta. 00+010)
Elevasi d/s mercu control struktur = +653 m (Sta. 00+016)

6.3.2 Perencanaan Penampang Memanjang Diversion Channel


Sebenarnya belum ada cara perhitungan yang benar-benar mantap dalam
merencanakan diversion channel. Oleh karena itu untuk membantu dan mendukung
dalam merencanakan diversion channel, digunakan metode pada perencanaan
bangunan pelimpah dengan memperhatikan aspek-aspek lainnya. Hasil perencanaan
tersebut harus dicek apakah mampu memenuhi aliran hidrolika yang baik dan
menghasilkan aliran superkritis di sepanjang saluran.

Axist Of Struktur

Ambang
Pelimpah Bagian Bagian berbentuk Terompet
Transisi
Sal.Pengarah AliranSal.Pengatur Sal.Peluncur
Kolam
Peredam Energi

Gambar 6.5 Skema umum type bangunan pelimpah

6.3.2.1 Saluran Pengarah Aliran (Sta. 00+00 S/d Sta. 00+010)


Bagian ini berfungsi sebagai penuntun dan pengarah aliran agar aliran tersebut
senantiasa dalam kondisi hidrolika yang baik. Pada saluran pengarah aliran ini,
kecepatan masuknya aliran air supaya 4 m/dtk dan lebar saluran makin mengecil ke
arah hilir. Apabila kecepatannya melebihi 4 m/dtk, maka aliran akan bersifat
helisoidal dan kapasitas pengalirannya akan menurun. Disamping itu, aliran
helisoidal akan meningkatan beban hidrodinamis pada bangunan pelimpah tersebut.
Kedalaman dasar saluran pengarah aliran biasanya diambil lebih besar dari 1/5 x
tinggi rencana limpasan diatas mercu ambang pelimpah.
Selain didasarkan pada kedua persyaratan tersebut, bentuk, dan dimensi saluran
pengarah aliran biasanya disesuaikan pula dengan kondisi topografi setempat serta
dengan persyaratan hidrolika yang baik.
Berdasarkan pengujian-pengujian yang ada saluran pengaruh aliran ditentukan
sebagai berikut :

V 4 m/dtk
Vo H V
P 15H
1
2
w

Gambar 6.6 Saluran pengarah aliran dan ambang pengatur


debit pada bangunan pelimpah

Direncanakan :
Lebar mulut u/s diversion channel (Sta. 00+00) = 20 m
Lebar mercu control stuktur (Sta. 00+010) lebih kecil dari mulut u/s = 13 m
Dimensi Hidrolis Sta. 00+00

1
0.7
+ 653.2

Dimensi Hidrolis Sta. 00+010

1
0.2 Mercu Control Strukture
+ 654

Gambar 6.7 Rencana penampang saluran pengarah

Perhitungan :
Ketinggian air kritis (Hcr) di atas
mercu Diketahui:
3
Qd = 409,631 m /dtk
B = 12 m
m = 0,2
a. Penampang dianggap berbentuk persegi

2
Hcr = 3 dQ ..................................................................... ...... (6.2)
B2 g
(Sistem Drainase Berkelanjutan,Suripin,Hal.156)
Maka :
2
Q
Hcr = 3 d
B2 g 2
409,631
= 3
132 9,81
= 4,66 m

b. Penampang nonpersegi (sesuai dengan desain penampang div.channel)


2
Q T
g A 1 ............................................................................... (6.3)
3

(Sistem Drainase Berkelanjutan,Suripin,Hal.159)

Q 2 ( B mH cr )
B B mH cr 1
g (
3
) H
cr
2

Tabel 6.1 Perhitungan trial error Hcr penampang non persegi


Hcr m B B+mHcr 9.81 x {(B+m/2xHcr)}^3 Q^2 Hasil
No Ket
1 2 3 4 5 6 (7) = 6*4/5

1 4.55 0.2 13 13.91 2250890.17 167797.56 1.037


2 4.57 0.2 13 13.91 2281720.08 167797.56 1.023
3 4.62 0.2 13 13.92 2360063.52 167797.56 0.990 1
4 4.65 0.2 13 13.93 2407947.09 167797.56 0.971
5 4.68 0.2 13 13.94 2456495.03 167797.56 0.952

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan Hcr dengan nilai yang hampir sama.
Diambil Hcr yang lebih besar yaitu dianggap berpenampang persegi = 4,66 m
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI - 12
DEWATERING

Ketinggian
1
W W xcrH
5
1
W x 4,66 = 0,93 m
5

6.3.2.2 Saluran Pengatur Aliran (Sta. 00+010-Sta. 00+016)


A. Ambang Penyadap/Mercu Control Strukture (Sta. 00+010)
Bagian ini berfungsi sebagai pengatur debit air (Q outflow) yang melintasi
bangunan pelimpah. Dalam perhitungan tinggi muka air di sepanjang saluran
pengelak (diversion channel) diperlukan suatu titik kontrol sebagai titik awal
perhitungan. Di titik kontrol ini dapat dihitung tinggi muka air kritisnya (Hcr)
dengan menggunakan suatu rumus. Untuk menghasilkan aliran kritis agar dapat
diketahui Hcr dilakukan dengan peninggian dasar saluran berupa konstruksi mercu.
Konstruksi mercu inilah yang akan dijadikan sebagai titik kontrol struktur untuk
menghitung tinggi muka air di sepanjang diversion channel dengan persamaan
garis energi.
Dalam perencanaan diversion channel dianggap Q outflow = Qd karena pada
ketinggian W akan terjadi endapan material sungai sehingga penampang tidak efektif.

Qd H Qoutflow= Qd

Terjadi endapan/ W 1
R = 0,5H
penampang tidak effektif 2

Gambar 6.8 Mercu Control Strukture


BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI - 13
DEWATERING

Sebenarnya ada berbagai macam type ambang penyadap yang biasa


digunakan dalam konstruksi spillway (pelimpah) pada bendungan antara lain
ambang bebas, ambang berbentuk bendung pelimpah, ambang berbentuk bendung
pelimpah menggantung.
Pada perencanaan diversion channel untuk rencana pelaksanaan Bendung
Gerak Tulis direncanakan menggunakan ambang bebas dengan bentuk sederhana
tanpa lengkungan pada bagian hilir. Bagian depan berbentuk tegak (1:1), diikuti
lingkaran dengan r = W, kemudian horizontal dan di sisi hilir kemiringannya 1:
2. Parameter tersebut diambil mengingat kegunaan diversion channel bersifat
sementara karena nantinya akan dibongkar, maka direncanakan seefisien dan
semudah mungkin dalam pelaksanaanya. Tetapi hasil perencanaannya nantinya
akan dikontrol agar bisa menghasilkan aliran superkritis.

Data Perencanaan :
Elevasi rencana mulut u/s diversion (Sta. 00+00) = + 653,2 m
W diasumsikan terjadi endapan material
Jarak control stukture dari mulut upstream = 10 m (Sta. 00+010)
Direncanakan :
Kemiringan bagian downstream = 1:5
Elev. Upstream mercu control struktur (Sta. 00+010) = + 654 m
Elev. downstream mercu control struktur (Sta. 00+016) = + 653 m
Radius r = W
= 0,93
= 0,465 m (diambil r = 0,5 m)

B. Saluran Transisi (Sta. 00+016Sta. 00+20,5)


Saluran transisi biasanya diperlukan untuk menghubungkan penampang yang
bentuk dan dimensinya berbeda antara bagian mercu dan dan saluran peluncur.
Saluran transisi direncanakan agar Qd yang akan disalurkan tidak menimbulkan
aliran terhenti atau back water. Sebenarnya belum ada cara yang paling baik
dalam
merencanakan bentuk saluran transisi hanya berdasarkan pengalaman dan pengujian-
pengujaian model hirolika.
Untuk bangunan pelimpah yang relative kecil biasanya sudut penyempitan ke
arah hilir pada saluran transisi adalah 12,5 terhadap sumbu saluran peluncur. Akan
tetapi bila kondisi topografi yang kurang menguntungkan kadangkadang memaksa
pembuatan dinding saluran melebihi sudut inklinasi tersebut.
Bentuk saluran transisi ditentukan sebagai berikut :

B1 B2

12 .5

Gambar 6.9 Skema bagian transisi saluran pengarah pada bangunan pelimpah

Dengan ketentuan tersebut diatas dan dengan memperhatikan keadaan topografi


yang ada maka :

Direncanakan :

B2 (Sta.00+016) =9m

B3 =7m

Sudut Inklinasi = 12,5

m = 0,2

S = 0,02
Perhitungan :

97
y=
2

=1m

L = y/tg

1
= tg12,5

= 4,5 m . (Sta. 00+020,5)


Elevasi Sta.00+020.5

S =
H
L
H
0,02 =
4,5
H = 0,09 m

Elev. Sta.00+020.5 = Elev.Sta.00+016 - H


= (+ 653) - 0,09

= + 652,91 m

Qd Qoutflow= Qd
+ 654
Terjadi endapan/ r = 0.5
penampang tidak effektif
+
653.2
+ 653
1.0 + 652.91
10 4.5
Sta. 00+00 Sta. 00+010 Sta. 00+016 Sta. 00+020.5
5.0
Gambar 6.10 Penampang memanjang saluran pengatur
Sta.00+016

1
0.2

Sta.00+020,5

1
0.2

Gambar 6.11 Rencana dimensi hidrolis saluran transisi

6.3.2.3 Saluran Peluncur (Sta. 00+020,5 Sta. 00+108,16)


Saluran peluncur pada bangunan spillway bendungan berfungsi untuk
membawa debit air yang telah melewati saluran pengatur menuju konstruksi kolam
peredam energi.
Dalam merencanakan saluran peluncur harus memenuhi kriteria :
Air yang melimpah dari saluran pengatur mengalir dengan lancar tanpa
hambatan- hambatan hidrolis.
Konstruksi saluran peluncur cukup kukuh dan stabil dalam memikul semua beban
yang timbul.
Biaya konstruksi diusahakan seekonomis mungkin.
Saluran peluncur untuk diversion channel sendiri direncanakan sebagai berikut :

Lay out lurus dan melengkung pada bagian saluran berbentuk terompet karena
menyesuaikan dengan letak palung sungai agar debit air yang dilepaskan ke
penampang sungai dapat segera mengalir.

Penampang melintang berbentuk trapesium.

Kemiringan dan elevasi diatur dengan menyesuaikan data yang sudah didapatkan.

Diketahui :
Elev. saluran transisi (Sta.00+020,5) = + 652,91 m
Elev. rencana mulut d/s (Sta. 00+108,16) = + 649,4
m Perhitungan :
a. Saluran dengan lay out relative lurus (Sta. 00+020,5-Sta.00+091,72)
Dimensi hidrolis Sta. 00+020,5-Sta.00+072,6
Direncanakan :
B=7m
m = 0.02
Dimensi hidrolis Sta.00+72,6-Sta.00+091,72
Direncanakan :
B=7m
m= 1
Sta. 00+020,5-Sta.00+072.6

1
0.2
Sta.00+72,6-Sta.00+091,72

1
1

Gambar 6.12.Dimensi Hidrolis Saluran Peluncur Bagian Lurus

b. Saluran dengan lay out melengkung berbentuk terompet (Sta.00+091,72-


Sta.00+108,16)

Bagian yang berbentuk terompet pada ujung saluran peluncur pada


Sta.00+091,72 s/d Sta.00+108,16 bertujuan agar aliran dari saluran peluncur yang
merupakan aliran super kritis dan mempunyai kecepatan tinggi, sedikit demi
sedikit dapat dikurangi dengan melebarkan penampang sehingga aliran tersebut
menjadi lebih stabil.

Direncanakan :

B = 11 m

m=1
Sta.00+091.72
B4

B5

Gambar 6.13. Bagian berbentuk terompet pada ujung hilir saluran peluncur

Gambar 6.14 Rencana Dimensi Hidrolis Sta.00+108,16

1
1

c. Rencana kemiringan (slope) saluran Sta.00+020,5-Sta/108,9

Dalam menentukan slope saluran sebagai patokannya adalah pada Sta.00+108,16


(mulut d/s) dimana sudah direncanakan berelevasi + 649,4 m.
Nilai Slope dan elevasi saluran Sta.00+020,5-Sta

00+72,6 Diketahui :

Elevasi Sta. 00+020,5 = + 652,91

m Direncanakan :

S Sta.00+020-Sta.00+072.6 = 0,02

Perhitungan :

Elv. Sta. 00+072,6


L = Jarak Sta. 00+020,5 -Sta. 00+072,6
= 52,1 m

H
S = L

H
0,02 =
52,1
H = 1,042
Elv. Sta. 00+072,6 = Elv. Sta. 00+020,5 - H
= + 652,91 m - 1,042
= + 651,868 m

Nilai Slope dan Elevasi saluran Sta. 00+72,6 s/d Sta

00+0108,16 Diketahui :

Elevasi Sta. 00+72.6 = + 651,868 m

Elv. Sta 00+108,16 (mulut d/s diversion) = + 649,4

m Perhitungan :

Besar slope (S) Sta. 00+072,6 Sta.


00+108,16 L = Jarak Sta. 00+072,6 Sta.
00+108,16
= 35,56
H = Beda elevasi antara Sta. 00+072,6 - mulut downstream
= (+ 651,868) (+ 649,4)
= 2,468 m

H
S= L

2,468
= 35,56

= 0,0694

+ 652.91
+ 651.868
+ 650.541

+ 649.4 Saluran Melengkung Bentuk Terompet


Saluran Lurus
Saluran Peluncur

Sta.00+072.6 Sta.00+091.72
Sta.00+020 Sta.00+108.9

Gambar 6.15.Elevasi dan slope saluran peluncur

Untuk lebih jelasnya elevasi rencana dan slope masing-masing stasiun dapat dilihat
dalam tabel 6.2 berikut:
Tabel 6.2 Rekapitulasi perhitungan elevas dasari dan slope
Jarak Kemiringan Elevasi
No Stasiun (L) (S) Z Dasar Keterangan
m m m
1 2 3 4 5 6

1 Sta.00+00 653.200 Elev.Renc. Mulut U/s

10.00 0.0140 0.8000


Elev.Renc. u/s Control
2 Sta.00+010 654.000 Strukture

6.00 0.2000 1.0000


Elev.Renc. d/s Control
3 Sta.00+016 653.000 Strukrur

4.50 0.0200 0.0900


4 Sta.00+020.5 652.910

6.50 0.0200 0.1300

5 Sta.00+027 652.780

15.00 0.0200 0.3000

6 Sta.00+042 652.480

15.00 0.0200 0.3000

7 Sta.00+057 652.180

15.60 0.0200 0.3120

8 Sta.00+072.6 651.868

12.00 0.0694 0.8328

9 Sta.00+084.6. 651.035

7.12 0.0694 0.4941

10 Sta.00+091.72 650.541

4.88 0.0694 0.3387


Elev Renc.mulut d/s
11 Sta.00+108.16 649.400 diversion

6.3.2.4 Peredam Energi


Konstruksi ini berfungsi untuk menghilangkan atau setidak-tidaknya
mengurangi energi aliran dengan kecepatan tinggi agar tidak merusak tebing
,jembatan, jalan dan bangunan lain di sebelah hilir bangunan.
Mengingat fungsi diversion channel hanya bersifat sementara karena nantinya
akan dibongkar maka kolam peredam energi tidak direncanakan untuk efesiensi
biaya. Selain itu di bagian hilir diversion channel hanya terdapat tebing, tidak
terdapat bangunan dan instalasi yang harus dilindungi. Sementara untuk melindungi
tebing dari gerusan dapat dilakukan dengan perkuatan lereng.

6.3.2.5 Detail Hasil Perencanaan


Dari rencana dan analisa perhitungan diatas maka dapat dibuat desain diversion
channel secara detail.sebagai berikut:
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM DEWATERING VI -23

Gambar 6.16. Detail lay out diversion channel


+
LAPORAN TUGAS AKHIR
PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK TULIS
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
L B
A A
P
B
O
R VI
A 1.4 % 2%
P
N E
R
T E
U N
G + 653.20 + 654.00
C
+653.00
A R = 0.5 + 652.91
+ 652.78
S
+ 652.48 + 652.18
+ 651.868 A
+ 651.035 + 650.541 N
A
+ 649.40
A
K A
H N
I K
R O
Sta.00+000Sta.00+010 Sta.00+016 Sta.00+020.5 Sta.00+027 Sta.00+042 Sta.00+057 Sta.00+072.6Sta.00+084.6 Sta.00+091.72 Sta.00+108.16 N
P
E S
R T
E R
N U
C 1
0.2 K
A 1
0.2 Mercu Control Strukture 1
SI
0.7
N
A SI

Pot. Penampang III-III Pot. Penampang II-II Pot. Penampang ( I-I )

1 1
1 1 1
0.2
VI
-
Pot. Penampang VI-VI Pot. Penampang V-V 24
Pot. Penampang IV-IV
Gambar 6.17. Pot.B-B dan rencana dimensi hidrolis diversion channel
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI -25
DEWATERING
6.4 PERHITUNGAN KEDALAMAN HIDROLIS
Data Perencanaan :
3
Qd = 409, 631m /dtk
Sifat aliran super kritis (So < Scr , Hcr > Hn)
Kedalaman hidrolis saluran diversion channel dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan garis energi dengan titik awal perhitungan di mercu
control strukture.

V1/2g
Sf hf=Sf xx

V2/2g
h1

h2
z = So x

Gambar 6.18 Skets perhitungan muka air

Dari gambar 6.20 di atas dapat diperoleh persamaan sebagai berikut :


V1 h f .......................................................
2
(6.4)
V1 h2 2g
2
z h1
2g
142 142
43 43 (Bambang Triatmodjo,Hidrolika II.Hal 154)
E1 E2

2
V1 V
2
2

Z1 h1 Z 2 h2 hf
2g 2g
14243 142
E1 43
E2

S0 x E1 E2 S f x
E E
1 2
x
S 0 SF

n2Q2
Sf Ar 2 Rr 4 / 3

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Di mana :
E = Tinggi energi (m)
hf = tinggi kehilangan energi (m)
Ar = Luas penampang rata-rata (m)
Rr = Jari-jari hidrolis rata-rata (m)
So= kemiringan dasar saluran
Sf = kemiringan garis energi

B C 1

V b/2g Hfc
Vc/2g Hf1
V 1/2g

HB
Hc H1
+ 65 4. 0 0
A + 65 3. 2 0 1. 4 % Zc + 653
ZB D a tu m

t a . 0 0 + 000 S t a . 0 0 + 0 1 0 S t a . 00 + 0 16

Gambar 6.19 Hubungan tinggi muka air di Mercu Control Strukture

6.4.1 Kedalaman Air Kritis (Hcr) di atas Mercu


Perhitungan Hcr diperlukan untuk mengontrol sifat aliran terutama pada
Hcr diatas mercu control structure (Hc). Hcr ini adalah ketinggian MA yang
harus dihitung terlebih dahulu sebagai titik awal untuk menghitung ketinggian
muka air disepanjang saluiran.

Ketinggian air kritis (Hcr) di atas


mercu Diketahui:
3
Qd = 409,631 m /dtk
B = 12 m
m = 0,2
2
Hcr = 3
Q d
B2 g

409,6312
= 3
132 9,81
= 4,66

6.4.2 Hma Sal. Pengarah dan Pengatur Aliran (Sta. 00+00-Sta.00+016)

B C

V b /2g H fc
V c /2g

E m in
H B
H c
+ 654.00
1 .4%
A + 653.20
D a tum + 653

S ta.00+ 0 0 0 Sta.00+010

Gambar 6.20. Hubungan tinggi ma di B dan C

HMA B (Sta.00+00 )
Diketahui :
Hcr = Hc = 4,66 m
Z = (+ 654) (+653,2)
= 0,8 m

Tinggi Enegi Total diatas Mercu (Emin)


Emin = 1,5 x Hcr ....................................................................... (6.5)
(Suripin, Sistem Drainase Kota Berkelanjutan)
= 1,5 x 4,66
= 6,99 m
=7m
Hma B = Emin+Z
= 7 + 0,8
= 7,8 m

HMA C (Sta.00+010 )
Hcr = Hc = 4,66 m

HMA 1 (Sta.00+016 )
Diketahui :
3
Qd = 409,631m /dtk
Bc = 13 m
Hc = 4,66 m
Z = 1
B1 = 9 m
m = 0,2
x =6m

Di mana :
Qd
Vn
An

B (B mHc)
Ac = Hc
2

13 (13 0,2 4,66)
= 4,66
2

2
= 62,752 m
PC BC HC 1,02HC

13 4,66 1,02 4,66


= 22,4132 m
AC
RC
PC

62,752
22,4132

= 2,8 m

B (B mH1)
A1 =
2 H1

9 (9 0,2 H1 )
=
2 H 1

= 9 0,1H1 H1

P1 = B1 H1 1,02H1

9 2,02 H1
A
1
R1
P1

(9 0,1H1) H1

9 2,02H1
A A
C 1
Ar =
2
R R
C 1
Rr =
2

n 2Q 2
Sf Ar 2 Rr 4 / 3

hf1 = Sf x
= Sf 6

Persamaan Energi titik C-1:


Z + EC = E1 + hf1
V V
Z
H C 2 H 12
C
2g 1 hf1
2g
HC
Z
2
Q d
H 2
2 Qd hf
2g A 1 2
2g Ac 1 2
2
1
409,631
409,631
1 4,66 H1 hf1
(2 9,81) (2 9,81) (9 )H
1
62,752
2
0,1H1 2
hf1
7,832 H1 8552,373
2(9 0,1H ) H

1 1

Tabel 6.3 Perhitungan trial error H1

8552 ,373
(9 0 ,1H ) H
No H1 21 E1 Sf1 x hf 1 E+hf Ket
1

1 2 (3)=1+2 4 5 (6)=4*5 (7) = 3+6 8

1 5.80 2.7701267 8.5701267 0.0028124 6.00 0.0168742 8.5870009


2 5.81 2.7600229 8.5700229 0.0028060 6.00 0.0168359 8.5868588
3 5.82 2.7499724 8.5699724 0.0027996 6.00 0.0167977 8.5867701
4 5.83 2.7399747 8.5699747 0.0027933 6.00 0.0167596 8.5867343 (Zc+Ec)
5 5.84 2.7300294 8.5700294 0.0027870 6.00 0.0167217 8.5867511
6 5.85 2.7201363 8.5701363 0.0027806 6.00 0.0166839 8.5868202

Kesimpulan :
Kedalaman air H1 = 5,83 m

Contoh perhitungan kehilangan energi (hf) di titik C-1.

Tabel 6.4 Contoh perhitungan hf

B m H A P R
Titik m m m2 m m
B ( B mH ) 5 B H mH
11 2 3 4 H 6=(A/P)
2
C 13 0.2 4.66 62.75156 22.4132 2.799759071
hcoba2 B m A P R
Titik m m m2 m m
B ( B mH ) 5 B H mH
1 2 3 4 H 6=(A/P)
2
5.8 9 0.2 55.564 20.716 2.682178027
5.81 9 0.2 55.66561 20.7362 2.684465331
5.82 9 0.2 55.76724 20.7564 2.686749147
1
5.83 9 0.2 55.86889 20.7766 2.689029485
5.84 9 0.2 55.97056 20.7968 2.691306355
5.85 9 0.2 56.07225 20.817 2.693579767


Arata2 Prata2 Rrata2 Q n2*Q (Arata) (Rrata)^4 x hf
n m3/dt 2 ^2 /3 Sf
m2 m m k m m
2 2
1=(A1/A 2=(P1/P 3=(R1/R 9 n Q 1 11=9 x
4 5 6 7 8 2 4 /
2) 2) 2) Ar Rr 0 10

0.0 409.6
59.16 21.56 2.74 2 3 37.75 3499.64 3.84 0.0027 6 0.01687
0.0 409.6
59.21 21.57 2.74 2 3 37.75 3505.66 3.84 0.0027 6 0.01684
0.0 409.6
59.26 21.58 2.74 2 3 37.75 3511.68 3.84 0.0027 6 0.01680
0.0 409.6
59.31 21.59 2.74 2 3 37.75 3517.70 3.84 0.0027 6 0.01676
0.0 409.6
59.36 21.61 2.75 2 3 37.75 3523.74 3.84 0.0027 6 0.01672
0.0 409.6
59.41 21.62 2.75 2 3 37.75 3529.77 3.85 0.0027 6 0.01668

6.4.2.1 Kontrol Sifat Aliran


Aliran yang terjadi dalam diversion channel bersifat superkritis yang
dinyatakan dalam bilangan Fr > 1, Hcr > Hn. Untuk mengetahui sifat aliran
setelah adanya konstruksi mercu (Sta.00+010) perlu diketahui kedalaman air
normal (Hn) sebelum adanya mercu.

A. Kedalaman Air Normal (Hn)


Ruas I (Sta. 00+020,5-Sta.00+072,6)

1
0.2

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Gambar 6.21 Rencana Dimensi hidrolis ruas I
Diketahui :
B =7m
m = 0,2
S =2%
Perhitungan :

B (B mHn)
A= 2 Hn

= 7 0,1Hn Hn
P = 7 + 1,02 Hn + Hn
= 7 + 2,02 Hn
A
R=
P
(7 0,1Hn) Hn
=
7 2,02Hn
1
V = R 2/3 S 1/2
n
2/3 1/ 2
1 R 0.02
= 0.015

2/3
= 9,43R
Q =AxV
Tabel 6.5 Perhitungan trial error Hn ruas I

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Asumsi A= P= V= Keteranga
N
Hn (7+0.1Hn)*Hn 7+2,02*Hn R (m) 9.43*R^(2/3) Q=V*A n
o
(m) m2 m m (m/det) (m3/det) Q = Qd
( 4 )=
1 2 3 2/3 5 6 7

402.723010
1 3.77 27.81129 14.6154 1.9029 14.4806 7 <Qd
404.223994
2 3.78 27.88884 14.6356 1.9055 14.4941 7 <Qd

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
405.726343
3 3.79 27.96641 14.6558 1.9082 14.5076 2 <Qd
407.230053
4 3.80 28.04400 14.6760 1.9109 14.5211 6 Qd
5 3.81 28.12161 14.6962 1.9135 14.5346 408.735123 <Qd

Kesimpulan :
Kedalaman air normal (Hn) pada pot ruas I = 3,80 m
Ruas II (Sta.0+072.60-Sta. 0+091,27))

1
1

Gambar 6.22 Rencana Dimensi Hidrolis ruas II

Diketahui :
B= 7 m
m=1
S = 6,94 %

Perhitungan :

B (B m Hn)
A= 2 Hn

7 (7 Hn)
= 2 Hn

= (7 0,5Hn) Hn
P = 7 Hn 1,41Hn
= 7 2,41Hn
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI -34
DEWATERING
A
R=
P
(7 0,5Hn) Hn
=
7 2,41Hn

1
V= R 2/3 S 1/2
n
2/3 1/2
1 R 0.0694
= 0.015

2/3
= 17,563R
Q =AxV
Tabel 6.6 Perhitungan trial error Hn ruas II
Asumsi A= P= V= Keteranga
N
Hn (7+0.5Hn)*Hn 7+2.41*Hn R 17.563*R^(2/3) Q=V*A n
o
(m) m2 m m (m/det) (m3/det) Q = Qd
( 4 )=
1 2 3 2/3 5 6 7

400.67697
1 2.2 17.82 12.302 1.4485 22.4847 44 <Qd
403.60548
2 2.21 17.91205 12.3261 1.4532 22.5326 99 <Qd
406.54231
3 2.22 18.0042 12.3502 1.4578 22.5804 45 Qd
409.48744
4 2.23 18.09645 12.3743 1.4624 22.6281 07 <Qd
412.44086
5 2.24 18.1888 12.3984 1.4670 22.6755 11 <Qd

Kesimpulan :
Kedalaman air normal (Hn) pada ruas II = 2,22 m

B. Kontrol Sifat Aliran


BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI -35
DEWATERING
Kontrol sifat aliran diperlukan untuk mengontrol sifat aliran yang dihasilkan
di titik 1 (Sta.00+016) dengan adanya konstruksi mercu.
Qd
V1 = B H1

409,631
= 9 5,83

= 7,81 m/dtk
V1
Fr =
g H1

7,81
=
9,81 5,83

= 1,033 > 1........................................................... (Aliran super kritis)


Hcr = 4,66 m
H1n = 3,80 m
Hcr1 > Hn 1................................................................... (Aliran super kritis)

C. Kontrol Kecepatan di Mulut Upstream


Kecepatan air saat memasuki mulut upstream diversion V 4 m/dtk agar
tidak terjadi aliran yang bersifat helisoidal.
Qd
VB =
AB
B (B mH B )
AB =
2 HB

20 (20 0,7 7,8)
= 7,8
2

2
= 177,294 m
Q
d
VB =
AB

409,631
= 177,294

= 2,31 m/dtk 4 m/dtk .....................................(aman)


6.4.3 Hma Sal. Transisi Dan Sal. Peluncur (Sta.00+016-Sta.00+0108,16)
Untuk menghitung elevasi muka air di saluran ini digunakan persamaan
energi antara penampang dibagian hulu dan penampang dibagian hilir saluran.
Gambar persamaan garis energi di diversion channel dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM DEWATERING VI -37

B C 12 3 4 5 6 7 8 9

Hfc
Vb/2g
Hf1
Hf 2
Vc/2g V1/2g V2/2gHf3 V3/2g
Hf4
V4/2g Hf5

HB
Gambar 6.23 Garis energi diV5/2g
sepanjang diversionHf6channel
V6/2g
Hf7
Hc H2
H1 H3
H4 V7/2g Hf8
H5 V8/2g
+ 654.00 H6 Hf9
A+ 653.20 1.8% Zc + 653.00 + 652.91 + 652.78 2% + 652.48
V9/2g
Z2 Z3 + 652.18 + 651.868 H7
Z5 + 651.035 H8
Z6
Z7 + 650.541 H9
Z4 Z8 + 649.40

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK TULIS
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 38
DEWATERING -
Tabel 6.7 Rekapitulasi perhitungan z, x,slope antar stasiun
Jarak Kemiringan
Stasiun Titik (x) (S) Z
m m
1 2 3 4 5

Sta.00+00 B

10.00 0.0180 0.8000

Sta.00+010 C

6.00 0.2000 1.0000

Sta.00+016 1

4.50 0.0200 0.0900

Sta.00+020.5 2

6.50 0.0200 0.1300

Sta.00+027 3

15.00 0.0200 0.3000

Sta.00+042 4

15.00 0.0200 0.3000

Sta.00+057 5

15.60 0.0200 0.3120

Sta.00+072.6 6

12.00 0.0694 0.8328

Sta.00+084.6. 7

7.12 0.0694 0.4941

Sta.00+091.72 8

16.44 0.0694 1.141

Sta.00+108.16 9

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Dari perhitungan sebelumnya telah didapatkan HMA pada :
HB (Sta.00+00) = 7,3 m
HC (Sta.00+010) = 4,8 m
H1 (Sta.00+016) = 5,83 m
Dalam perhitungan HMA di sepanjang saluran menggunakan tahapan dan
metode yang sama dengan perhitungan H B, H1 dengan menggunakan persamaan
energi pada penampang y (upstream)dan z (downstream) :
Z + EY = EZ + hfZ
2 2
) hfZ
Z (H Y VY ) (H Z VZ

2g 2g

Di mana :
Q
V=
A
2 2
V Q
2g 2g A
2

n2Q2
Sf = Ar 2 Rr 4 / 3

hfZ = Sf x
= Sf 10
A A
Y Z
Ar =
2

RY RZ
Rr = 2

A. HMA 2 (Sta. 00+020,5)


Diketahui :
Z =0,09 m
x = 4,5 m
E1 = 8,57 m
Karakteristik Penampang 1
A
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.02H R
P
m m m2 m m
1 9 0.2 5.83 55.86889 20.7766 2.689029

Karakteristik Penampang 2
A
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.02H R
P
m m m2 m m
(7 0 .1H 2 ) H 2
2 7 0.2 H2 7 0.1H 2 H 2 7 H 2 1.02H 2
7 H 2 1 .02 H 2

Persamaan energi titik 1-


2
2
Z+E1 = E2 + hf2 409,631

0,09 8,57 H hf 2
(2 9,81) (7
2
) H2
2
0,1H 2
hf
8,66 H 8552,373

(7 0,1H2 2
2
2 )H 2

Tabel 6.8 Perhitungan trial error H2

8552,373
No H2 E2 Sf x hf 2 E+hf Ket
(7 0,1H )H
22 2

1 2 (3)=1+2 4 5 (6)=4*5 (7) = 3+6 8

1 6.6 3.346117778 9.946118 0.003753 4.5 0.0168883 9.9630060


2 6.6 3.346117778 9.946118 0.003753 4.5 0.0168883 9.9630060
3 6.7 3.23851789 9.938518 0.003680 4.5 0.0165582 9.9550761
4 6.8 3.13578565 9.935786 0.003608 4.5 0.0162371 9.9520228 (Z1+E1)
5 6.9 3.037636291 9.937636 0.003539 4.5 0.0159246 9.9535609
6 7 2.943805439 9.943805 0.003471 4.5 0.0156204 9.9594258

Dengan cara trial error diperoleh :


H2 = 6,8 m (Sta. 00+020,5)
B. HMA 3 (Sta. 00+027)
Diketahui :
Z =0,13 m
x = 6,5 m
E2 = 9,936 m

Karakteristik Penampang 2
A
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.02H R
P
m m m2 m m
2 7 0.2 6.8 52.224 20.736 2.518519

Karakteristik Penampang 3
A
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.02H R
P
m m m2 m m
(7 0.1H 3 ) H 3
3 7 0.2 H3 7 0.1H3 H3 7 H3 1.02H3
7 H 3 1.02H 3

Persamaan energi titik 2-


3
2
Z +E2 = E3 + hf3 409,631 hf
0,13 9,936 H 3 3

(2 9,81) (7 )H 2 3
0,1H 3

10,066 H 8552,373 hf

(7 0,1H3 ) H3
2
3 3

Tabel 6.9 Perhitungan trial error H3

8552 ,373
No H3
(7 0,1H 3 ) 3H E3 Sf 3 x hf 3 E+hf Ket
2

1 2 (3)=1+2 4 5 (6)=4*5 (7) = 3+6 8


1 6.1 3.96879 10.06879 0.004672 6.5 0.0303686 10.0991543
2 6.17 3.87212 10.04212 0.004603 6.5 0.0299187 10.0720350
3 6.18 3.85858 10.03858 0.004593 6.5 0.0298552 10.0684373
4 6.19 3.84512 10.03512 0.004583 6.5 0.0297919 10.0649074 (Z2+E2)
5 6.2 3.83172 10.03172 0.004574 6.5 0.0297288 10.0614448
6 6.21 3.81838 10.02838 0.004564 6.5 0.0296658 10.0580490

Dengan cara trial error diperoleh


H3 = 6,19 m (Sta. 00+027)

C. HMA 4 (Sta. 00+042)


Diketahui :
Z =0,3 m
x = 15 m
E3 = 10,035 m

Karakteristik Penampang 3
A
R
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.02H P
m m m2 m m
3 7 0.2 6.19 47.16161 19.5038 2.418073

Karakteristik Penampang 4
A
R
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.02H P
m m m2 m m
(7 0.1H 4 ) H 4
4 7 0.2 H4 7 0.1H 4 H 4 7 H 4 1.02H 4
7 H 4 1.02H 4

Persamaan energi titik 3-


4
2
Z +E3 = E4 + hf4 409,631

0,3 10,035 H hf 4
(2 9,81) (7
2
) H4
4
0,1H 4
hf
10,355 H 8552 ,373
2 4
4 (7 4 )H4
0,1H
Tabel 6.10 Perhitungan trial error H4
8552 ,373
No H4 (7 0,1H ) H E4 Sf 4 x hf 4 E+hf Ket
4
2

4
1 2 (3)=1+2 4 5 (6)=4*5 (7) = 3+6 8

1 5.58 4.80844 10.38844 0.006012 15 0.0901767 10.4786196


2 5.59 4.78999 10.37999 0.005998 15 0.0899651 10.4699521
3 5.6 4.77163 10.37163 0.005984 15 0.0897543 10.4613868
4 5.7 4.59352 10.29352 0.005846 15 0.0876833 10.3811986
5 5.76 4.49119 10.25119 0.005765 15 0.0864730 10.3376662 (Z3+E3)
6 5.77 4.47446 10.24446 0.005752 15 0.0862736 10.3307316

Dengan cara trial error diperoleh


H4 = 5,76 m (Sta. 00+042)

D. HMA 5 (Sta. 00+057)


Diketahui :
Z =0,3 m
x = 15 m
E4 = 10,2512 m

Karakteristik Penampang 4
A
R
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.02H P
m m m2 m m

4 7 0.2 5.76 43.63776 18.6352 2.341685

Karakteristik Penampang 5
A
R
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.02H P
m m m2 m m
(7 0.1H 5 ) H 5
5 7 0.2 H5 7 0.1H 5 H 5 7 H 5 1.02H 5
7 H 5 1.02H 5
Persamaan energi titik 4-
5
2
Z +E4 = E5 + hf5 409,631

0,3 10,2512 H )H hf 5
(2 9,81) (7 5
5
0,1H 5 2

hf
10,5512 H 8552 ,373 2 5

5 (7 5 )H5
0,1H

Tabel 6.11 Perhitungan trial error H5

8552 ,373
No H5 Sf 5 x hf 5 E+hf Ket
(7 0,1H 5 ) 2 E5

H5
1 2 (3)=1+2 4 5 (6)=4*5 (7) = 3+6 8

1 5.3 5.36964 10.66964 0.007135 15 0.1070292 10.7766664


2 5.4 5.15889 10.55889 0.006960 15 0.1043959 10.6632877
3 5.5 4.95984 10.45984 0.006790 15 0.1018532 10.5616896
4 5.51 4.94054 10.45054 0.006774 15 0.1016038 10.5521447 (Z4+E4)
5 5.52 4.92135 10.44135 0.006757 15 0.1013552 10.5427082
6 5.6 4.77163 10.37163 0.006626 15 0.0993972 10.4710297

Dengan cara trial error diperoleh


H5 = 5,51 m (Sta. 00+057)

E. HMA 6 (Sta. 00+072,60)


Diketahui :
Z =0,312 m
x = 15,6 m
E5 = 10,45054 m
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 45
DEWATERING -
Karakteristik Penampang 5
A
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.02H R
P
m m m2 m m

5 7 0.2 5.51 41.60601 18.1302 2.294846

Karakteristik Penampang 6
A
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.02H R
P
m m m2 m m
(7 0.1H 6 ) H 6
6 7 0.2 H6 7 0.1H 6 H 6 7 H 6 1.02H 6
7 H 6 1.02H 6

Persamaan energi titik 5-


6
2
Z +E5 = E6 + hf6 409,631

0,312 10,4505 H hf 6
(2 9,81) (7
2
) H6
6
0,1H 6
hf
10,763 H 8552 ,373
6 (7 0,1H6 ) H6
2
6

Tabel 6.12 Perhitungan trial error H6

No H6
8552 ,373 E6 Sf 6 x hf 6 E+hf Ket
(7 0,1H ) H
2
1 2 (3)=1+2 4 5 (6)=4*5 (7) = 3+6 8

1 5.2 5.59299 10.79299 0.007796 15.6 0.1216244 10.9146173


2 5.3 5.36964 10.66964 0.007598 15.6 0.1185364 10.7881736
3 5.31 5.34801 10.65801 0.007579 15.6 0.1182337 10.7762447
4 5.32 5.32651 10.64651 0.007560 15.6 0.1179321 10.7644421 (Z5+E5)
5 5.33 5.30513 10.63513 0.007540 15.6 0.1176316 10.7527647
6 5.34 5.28388 10.62388 0.007521 15.6 0.1173322 10.7412115
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 45
DEWATERING -
Dengan cara trial error diperoleh
H6 = 5,32 m (Sta. 00+072,60)
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 46
DEWATERING -
F. HMA 7 (Sta. 00+084,6)
Diketahui :
Z =0,8328 m
x = 12 m
E6 = 10,64651 m
Karakteristik Penampang 6
A
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.41H R
P
m m m2 m m
6 7 0.2 5.32 40.07024 17.7464 2.257936

Karakteristik Penampang 7
A
` B m H A B 0.5mH H P B H 1.41H R
P
m m m2 m m
(7 0.5H 7 ) H 7
7 7 1 H7 7 0.5H 7 H 7 7 H 7 1.41H 7
7 H 7 1.41H 7

Persamaan energi titik 6-


7
2
Z +E6 = E7 + hf7 409,631

0,8328 10,64651 H hf 7
(2 9,81) (7
2
) H7
7
0,5H 7
H7 hf 7
11 ,479 8552 ,373

( 7 0 ,5 7 ) H 7 2
H
Tabel 6.13 Perhitungan trial error H7

8552 ,373
No H7
(72 0,1H )H E7 Sf x hf 7 E+hf Ket


1 2 (3)=1+2 4 5 (6)=4*5 (7) = 3+6 8

1 3.75 7.72125 11.47125 0.010012 12 0.12014 11.5913


2 3.76 7.67158 11.43158 0.009972 12 0.11965 11.5512
3 3.77 7.62235 11.39235 0.009931 12 0.11917 11.5115
4 3.78 7.57355 11.35355 0.009892 12 0.11869 11.4722 (Z6+E6)
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 47
DEWATERING -
5 3.79 7.52517 11.31517 0.009852 12 0.11822 11.4333
6 3.8 7.47721 11.27721 0.009812 12 0.11774 11.3949
Dengan cara trial error diperoleh :
H7 = 3,78 m (Sta. 00+084,6)

G. HMA 8 (Sta. 0+091,72)


Diketahui :
Z =0,4941 m
x = 7,12 m
E7 = 11,3536 m

Karakteristik Penampang 7
A
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.41H R
P
m m m2 m m
7 7 1 3.78 33.6042 16.1098 2.085948

Karakteristik Penampang 8
A
R
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.41H P
m m m2 m m
(7 0.5H8 ) H8
8 7 1 H8 7 0.5H8 H8 7 H8 1.41H8
7 H8 1.41H8

Persamaan energi titik 7-8


:
2
Z +E7 = E8 + hf8 409,631

0,4941 11,3536 H )H hf8


(2 9,81) (7 8
8
0,5H 8 2

hf
11,848 H 8552 ,373
8 (7 0,5H8 ) H8 2
8
Tabel 6.14 Perhitungan trial error H8

8552 ,373
No H8 (7 0,5 H )H E8 Sf 8 x hf 8 E+hf Ket
2 8 8

1 2 (3)=1+2 4 5 (6)=4*5 (7) = 3+6 8

1 3.66 8.18848 11.84848 0.013221 7.12 0.0941313 11.9426069


2 3.67 8.13470 11.80470 0.013163 7.12 0.0937178 11.8984151
3 3.68 8.08140 11.76140 0.013105 7.12 0.0933065 11.8547040 (Z7+E7)
4 3.69 8.02857 11.71857 0.013047 7.12 0.0928975 11.8114680
5 3.7 7.97621 11.67621 0.012990 7.12 0.0924907 11.7687019
6 3.71 7.92431 11.63431 0.012933 7.12 0.0920861 11.7264002

Dengan cara trial error diperoleh


H8 = 3,68 m (Sta. 00+091,72)

H. HMA 9 (Sta. 00+0108,16)


Diketahui :
Z =1,141 m
x = 16,44 m
E8 = 11,7614 m

Karakteristik Penampang 8
A
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.41H R
P
m m m2 m m
8 7 1 3.68 32.5312 15.8688 2.05001

Karakteristik Penampang 9
A
Titik B m H A B 0.5mH H P B H 1.41H R
P
m m m2 m m
(7 0.5H 9 ) H 9
9 11 1 H9 7 0.5H 9 H 9 7 H 9 1.41H 9
7 H 9 1.41H 9
Persamaan energi titik 8-9
Z +E8 = E9 + hf9
2
409,631
1,141 11,7614 H 2hf9
9 (2 9,81) (11 0,5H ) H

12,9024 H 9 9

8552 ,373 hf
9 (11 0,5H9 ) H9 2
9

Tabel 6.15 Perhitungan trial error H9

8552,373
No H9 (11 0,5H )H E9 Sf 9 x hf 9 E+hf Ket
2 9 9

1 2 (3)=1+2 4 5 (6)=4*5 (7) = 3+6 8

1 2.35 10.44751 12.79751 0.017367 16.44 0.2855103 13.0830244


2 2.36 10.35066 12.71066 0.017257 16.44 0.2837123 12.9943725
3 2.37 10.25508 12.62508 0.017149 16.44 0.2819292 12.9070050 (Z8+E8)
4 2.38 10.16074 12.54074 0.017041 16.44 0.2801609 12.8209002
5 2.39 10.06763 12.45763 0.016935 16.44 0.2784071 12.7360365
6 2.4 9.97573 12.37573 0.016829 16.44 0.2766677 12.6523932

Dengan cara trial error diperoleh


H9 = 2,37 m (Sta. 00+108.16)

6.4.4 Kontrol Sifat Aliran Sepanjang Diversion Channel


Rumus:
Qd
V =
B H1

V
Fr =
gH

Keterangan :
a. Aliran diam Fr = 0.
b. Aliran sub kritis (mengalir) Fr < 1.
c. Aliran kritis Fr = 1.
d. Aliran superkritis (meluncur) Fr > 1.

Tabel 6.16 Sifat aliran sepanjang diversion channel


Dimensi
Hidrolis (9.81*H)^0. Sifat
Sta
Qd B H A V 5 Fr aliran Ket
m3/dtk m m m2 m/dtk
409.63 2 156. 0.30
Sta.00+00 1 0 7.8 0 2.626 8.747456773 0 Sub Kritis segmen sebelum
409.63 1 4.6 1.00 mercu
Sta.00+010 1 3 6 60.6 6.762 6.76125728 0 Kritis
409.63 5.8 1.03
Sta.00+016 1 9 3 52.5 7.807 7.562559091 2 Superkritis
409.63 1.07
Sta.00+020.5 1 7 6.7 46.9 8.734 8.107219005 7 Superkritis
409.63 6.1 1.21
Sta.00+027 1 7 9 43.3 9.454 7.792554138 3 Superkritis
409.63 5.7 10.15 1.35
Sta.00+042 1 7 6 40.3 9 7.517020686 2 Superkritis
409.63 5.5 10.62 1.44
segmen setelah mercu
Sta.00+057 1 7 1 38.6 0 7.352081338 5 Superkritis
409.63 5.3 11.00 1.52
Sta.00+072.6 1 7 2 37.2 0 7.224209299 3 Superkritis
409.63 3.7 15.48 2.54
Sta.00+084.6 1 7 8 26.5 1 6.089482737 2 Superkritis
Sta.00+091.7 409.63 3.6 15.90 2.64
2 1 7 8 25.8 2 6.008394128 7 Superkritis
Sta.00+108.1 409.63 1 2.3 15.71 3.25
6 1 1 7 26.1 3 4.821794272 9 Superkritis

6.5 PERHITUNGAN TOP OF WALL DIVERSION CHANNEL


6.5.1 Rekapitulasi Perhitungan Muka Air, Sloope, dan Lantai
Tabel 6.17 Rekapitulasi perhitungan ma
HMA Elev. Lantai
No STASIUN Sloope Ket
m m
1 2 3 4 5 6

1 Sta.00+00 7.800 653.200 Mulut Upstream


0.014
2 Sta.00+010 4.660 654.000 Mercu Control Strukture
0.2
3 Sta.00+016 5.830 653.000
0.02
4 Sta.00+020.5 6.700 652.910
0.02
5 Sta.00+027 6.190 652.780
0.02
6 Sta.00+042 5.760 652.480
0.02
7 Sta.00+057 5.510 652.180
0.02
8 Sta.00+072.6 5.320 651.868
0.0694
9 Sta.00+084.6 3.780 651.035
0.0694
10 Sta.00+091.72 3.680 650.541
0.0694
11 Sta.00+108.16 2.370 649.400 Mulut Downstream

6.5.2 Perhitungan Tinggi dan Elevasi Top of Wall (Dinding)


Tinggi dinding diversion channel harus mampu menampung Qd dengan tinggi
MA tertentu dan tanpa melimpas ke daerah konstruksi.
Elev. top of wall diversion = elevasi muka air + tinggi jagaan
= Elv. MA + w
Segmen diversion yang perlu di perhatikan adalah pada Sta.00+00-Sta.00+016.
Dinding diversion pada segmen ini selain harus ditambah tinggi jagaan juga harus
memperhatikan elevasi MA di cofferdam di Axist of cofferdam (Sta.00+016 pada
diversion), dimana MA di cofferdam (Sta.00+016 diversion) = MA di Sta.00+00.
Mengingat panjang diversion cukup panjang, dimana tinggi muka air berbeda-
beda dan dengan memperhatikan letak konstruksi cofferdamnya, maka untuk
mempermudah pelaksanaan pekerjaan di lapangan serta mempermudah perhitungan
stabilitas konstruksi, Top of Wall diversion dibagi dalam 5 tipe yang ditampilkan
dalam tabel berikut:
Tabel 6.18 Tipe diversion channel (top of wall)
Hma Tetinggi w H top of Wall Elevasi MA Elev Top of Wall
Tipe Sta
m m m m m
I 00+000 s/d 00+020.5 7.800 0.5 8.300 661.000 661.500
II 00+020.5-00+027 6.700 0.6 7.300 659.610 660.210
III 00+027-00+072.6 6.190 0.6 6.800 658.970 659.570
IV 00+072.6-91.72 5.320 0.6 5.920 657.188 657.788
V 00+091.72-00+108.16 3.680 0.6 4.280 654.221 654.821
L Catata B
A A
P E: B
O l VI
R e P
A v
N E
a R
s E
T
U i N
BG C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 t C
+A
661.50 o A
Top of Wall
S Diversion p N
+ 660.21
+ 659.57
A
A
+ 657.79
o A
K f
H N
I w K
A+R653.2 a O
l N
A. +
P 654.82 l S
+ 654
E 1.4%
+ 653 + 652.91 +
+ 653.68
p T
+ 652.48
R
2%
652.78 +
+ 651.868 + 651.035 a R
E 652.18
+ d U
N 650.541 + 649.40
C a K
A SI
N S SI
A
Sta.00+000 Sta.00+010 Sta.00+016 Sta.00+020.5 Sta.00+027 Sta.00+042 Sta.00+057 Sta.00+072.6 Sta.00+084.6 Sta.00+091.72 Sta.00+108.16
t
a
.
0
0
Gambar 6.24. Elev. MA dan Elev. Rencana Top of Wall Diversion + VI
Channel 0 -
0 52
0
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 53
DEWATERING -

6.6 PERENCANAAN COFFERDAM


6.6.1 Tinjauan Umum
Cofferdam berfungsi melindungi daerah/area pelaksanaan pekerjaan bendung
dari pengaruh aliran air. Aliran air tersebut dapat berupa debit sungai atau limpasan
dan lain-lain. Cofferdam biasanya direncanakan tidak mengalami over topping, tetapi
dalam hal tertentu dapat juga direncanakan untuk sesekali mengalami over topping.
Cofferdam untuk pelaksanaan Bendung Gerak PLTA Tulis direncanakan tipe
timbunan batu yang sesekali mengalami over topping (cofferdam limpas) dengan
tinggi limpasan tertentu. Pemilihan cofferdam ini didukung oleh beberapa faktor
dimana factor-faktor tesebut lebih menguntungkan untuk mendukung rencanan
pelaksanaan bendungnya. Oleh karena cofferdam boleh mengalami limpasan, maka
dimensi stone covering dan lain-lain perlu dikontrol terhadap kecepatan limpasan dan
kemungkinan adanya genangan yang akan memudahkan batu-batu tersebut bergeser
dari tempat kedudukan semula.

6.6.2 Permasalahan
Dari data instansi pemerintah dan masyarakat sekitar didapatkan informasi
bahwa debit yang lebih besar dari debit design diversion channel (Q10) akan sering
terjadi dan bahkan dimungkinkan terjadi debit yang lebih besar lagi selama
pelaksanaan bendung. Permasalahan yang timbul adalah dengan perencanaan
cofferdam (cofferdam upstream) yang mampu mengatasi debit lebih besar akan
mahal dan design cofferdam yang betul-betul tahan terhadap limpasan pasti juga akan
mahal padahal fungsi konstruksi ini hanya sementara. Tetapi bila dengan perencanaan
cofferdam timbunan batu zonal biasa yang relative murah pasti akan hancur bila
terjadi limpasan.

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 54
DEWATERING -
Selain permasalahan utama di atas, yang tidak boleh dilupakan adalah adanya
konstruksi jalan existing disisi cofferdam yang masih difungsikan sebelum jalan
relokasi selesai dilaksanakan. Bila cofferdam upstream yang dipilih tidak boleh

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
mengalami limpasan, maka elevasi ma dengan Q > Q d akan lebih tinggi sehingga
dikhawatirkan elevasi mercunya akan melebihi elevasi jalan existing di axist of
cofferdam. Bila dipaksakan menggunakan cofferdam tanpa melimpas maka
diperlukan tambahan pekerjaan lain terkait dengan adanya konstruksi jalan existing
ini agar air bisa di bendung dan tidak masuk ke area konstruksi, misalnya dengan
peninggian jalan existing. Padahal jalan existing ini nantinya juga akan direlokasi
seperti yang telah dijelaskan dalam Bab V. Hal ini bila dilihat dari segi biaya sangat
tidak ekonomis.
Berdasarkan permasalahan dan analisa diatas, cofferdam (cofferdam upstream)
yang akan direncanakan untuk pelaksanaan Bendung Gerak Tulis direncanakan boleh
mengalami sesekali limpasan dan dengan perencanaaan yang seefisien mungkin.
Sementara untuk analisa perencanaannya cofferdam downstream yang perlu
diperhatikan hanya fenomena backwater (air masuk area konstruksi dari arah
downstream).
Untuk mempermudah pemecahan permasalahan masalah maka perlu di ketahui
terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
Potensi dan batasan material setempat.
Data pelaksanaan konstruksi.
Batasan lain.
Alternatif pemilihan yang mungkin.

6.6.2.1 Potensi dan Batasan Material Setempat


Dari informasi masyarakat dan pelaksana pekerjaan Bendung Gerak Tulis, di
ketahui bahwa di lokasi konstruksi banyak sekali terdapat batu gunung, tetapi sedikit
material clay, dan tidak ada pasir yang baik untuk konstruksi. Bila pengambilan dan
pengangkutan stock material timbunan cofferdam di luar/tidak di sekitar Kali Tulis
hal ini dapat menyulitkan saat pengiriman ke lokasi pekerjaan mengingat tingkat
kesulitan dalam pencapaian daerah konstruksi bendung cukup tinggi. Dengan
demikian material yang dapat diharapkan untuk dapat dipakai sebagai konstruksi
adalah batu gunung..
6.6.2.2 Data Pelaksanaan Konstruksi
Cofferdam di rencanakan boleh sesekali mengalami over topping (melimpas)
dan direncanakan Qdlimpas > Qd.
Data perencanaan :
Qd = Q10 = 409,631 m3/dtk
QdLimpas = Q50 = 462,627 m3/dtk
6.6.2.3 Batasan Lain
Dari analisa sebelumnya diketahui :
Waktu pelaksanaan tidak boleh mundur panjang karena akan terkait dengan
pekerjaan lain
Di sisi axist of cofferdam terdapat jalan existing yang belum boleh dibongkar
sebelum jalan relokasi selesai dilaksanakan.
Di hulu axist of upstream cofferdam terdapat inlet drain (saluran kecil) yang
merupakan anak Kali Tulis
Q inlet drain = 60,939 m3/dtk

6.6.2.4 Alternatif Pemilihan Cofferdam


a. Cofferdam dengan urugan timbunan batu
Alternatif ini sangat mungkin dilaksanakan mengingat material batu yang
tersedia dilapangan cukup banyak, keuntungan lain adalah konstruksi tidak
rumit dan relatif murah. Tetapi oleh karena cofferdam direncanakan sesekali
boleh mengalami over topping (melimpas), maka perlu dikontrol diameter batu
pada cofferdam yang diijinkan sehingga batu tersebut tidak akan larut/terlarut
oleh limpasan.
b. Cofferdam dari Concrete
Alternatif konstruksi ini sangat mungkin tahan terhadap limpasan, tetapi ada
beberapa pertimbangan yang harus dipertimbangkan antara lain :
konstruksi mahal;
pembongkaran sulit;
harus mendatangkan pasir dari luar daerah;
pelaksanaan relatif lama.
Berdasarkan hal-hal diatas maka alternatif ini tidak direkomendasikan.
c. Gabungan/modifikasi (urugan batu dan concrete)
Type gabungan/modifikasi ini adalah cofferdam dengan urugan batu dan
concrete serta jaring-jaring dari baja tulangan. Cofferdam type ini paling sesuai
untuk dilaksanakan bila cofferdam didesain boleh mengalami sesekali over
topping (melimpas). Limpasan yang terjadi dapat melarutkan batuan terutama
dibagian hilir dan puncak cofferdam sehingga bagian-bagiann tersebut perlu
diperkuat dengan lapisan concrete dan jaring-jaring dari baja tulangan .

6.7 PEMILIHAN TIPE COFFERDAM


Pada hakekatnya cofferdam dengan timbunan material merupakan salah satu
jenis bendungan urugan. Perencanaan konstruksi cofferdam secara umum
menggunakan metode perencanaan bendungan urugan untuk membantu dalam
perencanaan dengan memperhatikan aspek lain, seperti: diversion channel,
kemudahan pelaksanaan, dan kontur penampang sungai.

6.7.1 Tipe cofferdam Urugan


Ditinjau dari penempatan serta susunan bahan yang membentuk tubuh
bendungan urugan digolongkan dalam 3 type yaitu :
Bendungan urugan homogen: bahan pembentuk tubuh bendungan terdiri dari
tanah yang hampir sejenis dan gradasi hampir seragam.
Bendungan urugan zonal/majemuk: timbunan yang membentuk tubuh bendungan
terdiri dari batuan dengan gradasi yang berbeda-beda dalam urutan pelapisan
tertentu.
Bendungan urugan sekat : Bendungan urugan dengan sekat (facing) tidak lulus air
di lereng udik.
Skema dan type dari bendungan urugan dapat di;ihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 6.19 Skema dan type dari bendungan urugan


Type Skema Umum Keterangan
Bendungan CL Apabila 80 % dari
Homogen seluruh bahan pembentuk
Zone Kedap Air
Zone Lulus Air
1
m tubuh bendungan terdiri
dari bahan yang
Bendungan Tirai
Drainase
bergradasi hamper sama.

Apabila nahan
Zonal/ urugan majemuk

CL
pembentuk tubuh
Zone Lulus Air
bendungan terdiri dari
Zone Kedap Air 1 m

bahan yang lulus air,


tetapi dilengkapi tirai
Inti Miring

Zone Transisi kedap air di udiknya.


Bendungan

CL Apabila bahan
Zone Inti Kedap Air
Bendungan

pembentuk tubuh
1
Zone Lulus Air m
bendungan terdiri dari
Zone Lulus Air
bahan yang lulus air,
tetapi dilengkapi dengan
Zone Transisi
inti kedap air yang
BendunganInti Te

berkedudukan miring ke
gak

CL hilir
Zone Inti Kedap Air
Apabila bahan
pembentuk tubuh
1
Zone Lulus Air Zone Lulus Air
m
bendungan terdiri dari
bahan yang lulus air,

Zone Transisi
Drainase tetapi dilengkapi dengan
inti kedap air yang
berkedudukan vertical
Bendungan CL Apabila bahan
Sekat pembentuk tubuh
Zone Lulus Air
Zone Sekat 1 m bendungan terdiri dari
bahan yang lulus air,

Drainase
tetapi dilengkapi dengan
dinding tidak lulus air di
lereng udiknya yang
biasanya terbuat dari
lembaran baja tahan
karat, lembaran beton
bertulang, aspal beton,
lembaran plastik.
Penentuan suatu type bendungan urugan yang paling cocok didasarkan pada
beberapa faktor :
Kualitas serta kwantitas bahanbahan tubuh bendungan urugan yang terdapat di
daerah sekitar tempat kedudukan calon bendungan.
Kondisi penggarapan/pengerjaan bahan tersebut (pengalian, pengolahan,
pengangkutan, penimbunan, dll).
Kondisi lapisan tanah pondasi pada tempat kedudukan calon bendungan.
Kondisi alur sungai.
Hal terpenting dari empat faktor tersebut di atas adalah mengenai hal-hal yang
bersangkutan dengan usaha-usaha mendapatkan kwalitas serta kwantitas bahan
bahan tubuh bendungan urugan yang terdapat di daerah sekitar tempat kedudukan
calon bendungan, terutama untuk bahan pada zone kedap air.
Mengingat potensi daerah di sekitar Kali Tulis dan desain cofferdam (boleh
mengalami over topping pada cofferdam upstream) yang telah di sebutkan
sebelumnya maka:
Direncanakan :
Cofferdam Upstream : Zonal inti tegak dengan modifikasi (pengabungan
material urugan dengan beton dan tulangan).
Cofferdam downstream : Zonal inti tegak biasa.
6.8 PERENCANAAN COFFERDAM UPSTREAM

+ 655.00

+654.00 D1
+ 653.00

C2
D2

Gambar 6.25 Plan view cofferdam upstream

6.8.1 Tinggi Cofferdam Upstream


Diketahui :
Elev. Top of Wall Diversion (Sta.00+016) = + 661,50 m .
HMA cofferdam = HMA di Sta.00+00 diversion = 661,00 m.
Elev. Jalan existing di Axist of Cofferdam = + 661,80 m
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 60
DEWATERING -
Elev. tanah dasar (NGL) di Axist of Reference Cofferdam = +653,3 m.
Elev. renc. tanah dasar cofferdam di Axist of Ref. Cofferdam = + 651,5 m.
Karena cofferdam upstream ini didesain boleh melimpas, maka tidak
diperlukan tinggi jagaan pada cofferdam upstream.

H = (+ 661,00) (+ 651,50)
= 9,5 m
Elev mercu = (+ 651,50) + 9,5
= + 661,00 m
Elev mercu lebih rendah 0,8 m dari elevasi jalan existing sehingga tidak
diperlukan pekerjaan tambahan untuk konstruksi jalan existing.
6.8.2. Lebar Mercu Cofferdam Upstream
Lebar mercu cofferdam minimum dihitung berdasarkan persamaan sebagai
1/3
berikut B = 3,6 H 3,0
1/3
B = 3,6 (9,5) 3,0
= 4,62 m ....... (diambil B = 5 m)

6.8.3 Kemiringan Cofferdam Upstream


Kemiringan cofferdam ditentukan oleh material yang akan digunakan dengan
memperhatikan situasi, kondisi dan posisi Axist of Dam agar cofferdam (bagian hilir)
tidak mengganggu pekerjaan bendung itu sendiri (memberikan space/ruang cukup).
Direncanakan :
Kemiringan Hulu = 1:2
Kemiringan Hilir = 1:1,75
Dengan perhitungan kemiringan tersebut maka di Axist of reference Cofferdam
didapat :
Elevasi tanah dasar asli (NGL) di hilir : + 652,0 m
Elevasi tanah dasar asli (NGL) di hulu : + 655,5 m

Top of Wall Diversion


+ 661.50

+ 661.00 + 661.00
LAPORAN TUGAS AKHIR 2 1.75
1 1
PERENCANAAN SISTEM DE WATERINmG
Axist of Cofferdam

m
1 1
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEM BANGUNAN BE NDUNG GERAK TULIS
BANJAR6 N56E.0G0 ARA JAWA TENGAH

+ 651.50
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 61
DEWATERING -
+ 652.00
Gambar 6.26 Lebar mercu dan kemiringan cofferdam

6.8.4 Material Konstruksi


Pada umumnya dalam pembuatan rencana teknis bendungan zonal dibuat
sedemikian rupa sehingga baik ke arah hilir maupun ke arah hulu dari inti kedap air
tersusun berurutan dari bahan-bahan yang permeabilitasnya semakin meningkat.

6.8.4.1. Zone Inti Kedap Air


Bahan yang dipakai untuk lapisan kedap air dapat berasal dari tanah dan tanah
liat (clay). Tanah maupun tanah liat yang dipakai sebagai bahan timbunan lapisan
kedap air ini haruslah memenuhi persyaratan utama untuk bahan kedap air, yaitu :
koefisien filtrasi serta kekuatan geser yang diinginkan.
tingkat deformasi yang rendah.
mudah pelaksanaan pemadatannya.
tidak mengandung zat-zat organis serta bahan mineral yang mudah terurai lebih
dari 5 %. Hal ini untuk mencegah penurunan yang terlalu besar.

Lapisan kedap air harus mempunyai tingkat permeabilitas yang rendah, hal ini
ditentukan oleh nilai koefisien filtrasinya. Sebagai standar koefisien filtrasi (k) bahan
-5
zone kedap air supaya tidak melebihi nilai 1 x 10 cm/det. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya rembesan air melalui lapisan kedap air yang bersangkutan.
Dalam

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
zone kedap air pada hakekatnya semakin halus butiran suatu bahan maka koefisien

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
filtrasinya semaki rendah dan Untuk mendapatkan nilai (k) yang memenuhi syarat
untuk lapis kedap air biasanya diperkirakan berdasarkan prosentase butiran tanah
yang lolos saringan No. 300 (Suyono Sosrodarsono, 1989). Gradasi bahan kedap air
biasanya mempunyai ukuran butiran seperti tertera pada gambar..Hasilhasil
penelitian menunjukkan bahwa apabila suatu bahan dimana butiran halus yang dapat
melalui saringan No.200 lebih rendah dari 7% maka bahan tersebut biasanya lulus air
.Apabila lebih dari 50 % yang dapat melalui saringan tersebut,maka bahan tersebut
juga tidak bisa digunakan untuk bahan kedap air.

Gambar 6.27 Gradasi bahan material cofferdam

Direncanakan :
Lapisan (zone) inti kedap air cofferdam menggunakan :
Bahan/material = clay ( lempung).
-5
K maks = 1 x 10 cm/det.

6.8.4.2 Zona Transisi/Filter


Zona-zone timbunan tanah dan zone-zone timbunan batu pada tubuh cofferdam
dipisahkan dengan suatu zone-zone peralihan. Zone peralihan berfungsi mencegah
kemungkinan lepasnya butiran-butiran halus bahan pengisi pada lapisan yang
dilindunginya akibat aliran air. Zone-zone dengan ketebalan tipis biasanya disebut
lapisan filter sedangkan zone yang tebal biasanya disebut zone transisi. Bahan yang
bisa digunakan dalam zone transisi adalah pasir dan kerikil. Bahan-bahan tersebut
supaya mempunyai kekuatan geser dan kemampuan meluluskan air yang memadai.
Penentuan ketebalan lapisan transisi bukan hanya di dasarkan pada perhitungan-
perhitungan teoritis, tetapi juga dipertimbangkan faktor-faktor praktis serta faktor
keamanan lainnya. Sebagai contoh dapat kiranya diikuti uraian sbb:
Apabila diperoleh bahan pasir sungai berbutir hampir seragam dan butirannya
-2 -3
berbentuk bulat dengan koefisien filtrasi K = 1 x 10 ~ 1 x 10 cm/dtk maka
secara teoritis bahan seperti ini dapat di gunakan sebagai filter dengan ketebalan
antara 20 s/d 30 cm saja.
Akan tetapi dengan mempertimbangkan faktor-faktor praktis dan faktor
keamanan baik pada saat penimbunannya, saat exploitasinya, serta faktor
besarnya debit filtrasi yang harus diluluskan, maka dalam pelaksanaannya filter
dari bahan semacam ini dapat mencapai ketebalan antara 2 s/d 3 meter.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka untuk lapisan transisi/filter cofferdam


direncanakan :
Bahan/material = sandy clay.
-3
Nilai Kmaks = 1 x 10 cm/det.
Tebal zone filter = 0,3 m.
Kemiringan zone filter = 1: 0,25.
Tebal lapisan transisi = 0,75 m.
Kemiringan zone transisi= 1: 0,25.
6.8.4.3 Lapisan Pelindung dan Penyangga
Merupakan lapisan yang berfungsi untuk melindungi dan menyangga muatan
yang bekerja serta berguna untuk mengeringkan air yang berasal dari lapisan kedap
air, air hujan, dan air di sela-sela lapisan yang ada sesudah permukaan air turun.
Material yang digunakan sebagai bahan timbunan lapisan ini merupakan
material batuan kasar dengan gradasi yang cukup baik. Mengingat potensi di sekitar
area konstruksi banyak dijumpai batuan gunung, maka hal ini akan lebih
memudahkan pelaksanaannya. Adapun dalam pemilihan diameter batuan untuk
lapisan ini harus dicek/dikontrol terlebih dahulu agar material batuan tersebut mampu
menahan gaya- gaya yang bekerja.
Untuk lapisan (zone) pelindung dan penyangga cofferdam upstream sebagai
konstruksi sistem dewatering pada pelaksanaan pembangunan Bendung Gerak Tulis
direncanakan :
Bahan/material : Batuan gunung.

6.9. PERHITUNGAN DIMENSI BATUAN COFFERDAM


6.9.1 Perhitungan Dimensi dan Kontrol Batuan di Hilir
Dibagian hilir cofferdam upstream perlu ditinjau dimensi batuannya karena
adanya limpasan. Cofferdam upstream untuk pelaksanaa Bendung Gerak Tulis
direncanakan diperbolehkan sesekali terjadi limpasan dengan debit yang lebih besar
dari debit rencana (Qd) pada perhitungan diversion channel.

A. Perhitungan Tinggi Limpasan


Data perhitungan :
3
Qd = Q10 = 409,631 m /dtk (aman)
Q50 = 462,627 m3/dtk (melimpas)
Elev ma = + 661,00 m (FWL)
Elev. Cofferdam Ups = + 661,00 m
Elev. Top of Wall (Sta.00+00-Sta.00+016) = + 661,50 m
L cofferdam = 44,5 m
B div Channel Sta.00+010 (Mercu Control Strukture) = 13 m
CL

1
+ 661.5
Jalan Existing Lama Cofferdam Upstream + 661.00 2
1
Mercu Control Strukture 0.2

+ 654

Gambar 6.28 Hubungan konstruksi cofferdam u/s dan diversion channel

Dari gambar diatas, maka debit yang mengalir saat terjadi Q50 = QDL
: Q50 = 462, 627 m3/dtk
= QLewat Cofferdam + QLewat Div. Channel
= Q1 + Q2
Rumus:
3/2
Q = 1,704.c.b.H1 ........................................................................ (6.5)
(Sodibyo, Teknik Bendungan, hal 322)
Di mana:
c = angka koefisien bentuk penampang (bentuk persegi empat =
0,82) b = panjang konstruksi (m)
Hi = kedalaman air disebelah hulu ambang (tinggiu limpasan)

a. Melalui Cofferdam
3/2
QCofferdam (Q1) = 1,704 C b H1
3/2
= 1,704 x 0,82 x 44,5 x H1
3/2
= 62,19 H1
b. Melalui Div. Channel
3/2
QDiv.Channel (Q2) = 1,704 C b H2
3/2
= 1,704 x 1 x 13 x H2
3/2
= 22,15 H2
Tabel 6.20 Perhitungan trial error h limpasan
N H1 Elev H1^(3/2 H2^(3/2) Ket
o (limpasan) MA ) H2 Q1 Q2 Qtot
m m m m3/dtk m3/dtk m3/dtk
(6 )= 62.18 (7 )= 22.1
1 2 3 4 5 *(3) *(3) (8)=6+7 9

0.00000 18.52025 409.2977


1 0.00 661.00 0 7 9 0.00000 409.29773 3 Qd
0.08944 7.2 19.31962 432.5253
2 0.20 661.20 3 0 7 5.56155 426.96376 1
0.16431 7.3 19.72351 446.1068
3 0.30 661.30 7 0 4 10.21722 435.88966 7
0.31198 7.4 20.37549 469.6978
4 0.46 661.46 7 6 8 19.39936 450.29852 8 Q50
0.35355 7.7 21.36663 494.1865
5 0.50 661.70 3 0 3 21.98395 472.20259 4

Dari trial error di atas didapat :


3
Q1 = 19,39 m /dtk (limpas cofferdam)
3
Q2 = 443,175 m /dtk (lewat diversion)
HmaLimpas di cofferdam = 0,46 m

B. Kapasitas Penampang Diversion terhadap Q50


Perhitungan ini berkaitan dengan tinggi top of wall yang telah direncanakan
apakah masih mampu melewatkan Q 50 = QDL tanpa melimpas ke cofferdam (bagian
hilir) dan area pekerjaan bendung. Segmen diversion yang akan ditinjau adalah
segmen dari Sta.00+00-Sta.00+027. Hal ini di karenakan di stasiun tersebut adalah
segmen awal diversion yang berhubungan langsung dengan cofferdam upstream. Jika
segmen ini mampu melewatkan Q50 = QDL maka dengan adanya tinggi jagaan
dipastikan segmen diversion lainnya juga akan mampu melewatkan Q50 = QDL.

Sta.00+00 Sta.00+010 Sta.00+016 Sta.00+018.5

Sta.00+042
+ 661.50 Sta.00+020.5Sta.00+027
Top of Wall Diversion
+ 661.30 + 6 61.00
+ 660.21 + 659.47
Axist of Cofferdam

2 0.25 0.25 1.75


11 1 1

+ 656.00

+ 652
+ 651.5

Gambar 6.29 Hub limpasan cofferdam dan tinggi Top of Wall


Dalam menghitung kemampuan penampang diversion pada saat terjadi Q50,
maka yang perlu diperhatikan adalah kenaikan MA akibat bertambahnya debit yang
lewat dalam diversion.
Diketahui:
3
Q1 = 19,39 m /dtk (limpas cofferdam)
3
Q2 = 443,175 m /dtk (lewat diversion)
HmaLimpas di cofferdam = 0,46 m
Hma diversion channel saat dilewati Qd:
Hma
Sta
m
Sta.00+000 7.800
Sta.00+010 4.660
Sta.00+016 5.830
Sta.00+020.5 6.700
Sta.00+027 6.190

Perhitungan
Hma di Sta. 00+00-Sta.00+016
Gambar hubungan Hma pada saat masuk (Sta.00+00) dan saat di mercu
control strukture (Sta.00+010) dapat di lihat dalam gambar 6.27.

B C 1

+ 654.00
+ 653.20 1.4 % + 653

S ta .00 + 0 0 0 S ta .00 + 0 1 0S ta .00 + 0 1 6

Gambar 6.30 Hma di Mercu Control Strukture


Rumus:
2
Hcr = H1
3
H1 = HB Z
Hma di Sta. 00+016-Sta.00+027
Perhitungan di Sta.00+016-Sta.00+027 menggunakan persamaan energi, dimana
langkah perhitungan telah dijelaskan pada subbab sebelumnya.
Rumus Pers.Energi:
Z + EY = EZ + )hfZ
(H VZ 2
Z
(H VY )
2
Y
2g Z hfZ
2g
Berdasarkan rumus-rumus perhitungan di atas, maka perhitungan dan hasilnya
dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini :
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM DEWATERING VI -69

Tabel 6.21 Hma di mercu control strukture untuk awal perhitungan Hma akibat Q 50

Elv. dasar
Elv.MA Cofferdam = Elv. Dasar H MA Mercu H1 H MA di mercu Elv. MA Elv Top Ket
Kondisi HL Q1 Q2 Elv.MA Sta.00+00 Sta.00+00 di Sta.00+00 (Sta.00+010) (Hcr) Sta 00+010 of Wall
1 2 3 4 5 (6)=4-5 7 (8)=4-7 (9)=(2/3)*8 (10)=7+9 11
12
m m3/dtk m3/dtk m m m m m m m m
Tidak Melimpas
3 Div. Mampu
(Qd = 409,631 m /dtk) 0 0.00 409.29773 661.00 653.2 7.8 654 7 4.667 658.67
661.500
Melimpas
Menampung
(Q50 = 462,627 m3/dtk 0.46 19.40 450.29852 661.46 653.2 8.26 654 7.46 4.973 658.97
Sumber :Hasil Perhitungan
Tabel 6.22 Hasil perhitungan Hma (dengan persamaan energi) saat Q 50 = QDL
Hma
Sta
m
Sta.00+000 8.26
Sta.00+010 4.97
Sta.00+016 6.20
Sta.00+020.5 7.25
Sta.00+027 6.60
Sumber: Hasil Perhitungan

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK TULIS
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 70
DEWATERING -

Tabel 6.23 Perhitungan kemampuan diversion saat Qd da Q50


Jarak Elv. dasar Sta H MA Qd H MA QL H dinding Elv MA (Qd) Elv MA (Q50) Elv. Top of Wall
Sta Ket
m m m m m m m m
Sta.00+000 0 653.2 7.800 8.26 8.30 661.000 661.46 661.50 Mampu Menampung
Sta.00+010 10 654 4.660 4.973 7.50 658.660 658.97 661.50 Mampu Menampung
Sta.00+016 16 653 5.830 6.20 8.50 658.830 659.20 661.50 Mampu Menampung
Sta.00+020.5 20.5 652.91 6.700 7.25 7.30 659.610 660.16 660.21 Mampu Menampung
Sta.00+027 27 652.78 6.190 6.60 6.79 658.970 659.38 659.57 Mampu Menampung
Sumber: Hasil Perhitungan

Kemampuan H Top of Wall Terhadap Kenaikan H MA


Hma (QD)
662.0
Hma (Q50=QDL)
661.0
Elev.MA (m)

660.0 H Top of Wall

659.0
658.0
657.0

10 16 20.5 27
Stasiun

Gambar 6.31 Digram kemampuan H Top of Wall terhadap kenaikan Hma dalam kondisi
0
Qd dan Q50

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
B. Dimensi dan Kontrol Batuan di Hilir

+ 661.50

+ 661.00

+ 658.00

+ 655.00

+ 652.00

Gambar 6.32 Limpasan pada cofferdam


Perhitungan:
Diketahui:
3
Q1 = 19,39 m /dtk
3
= 20 m /dtk (limpas cofferdam)
Titik A ( ZA = 9,5 m)
VA = 2g (Z A 0,5H )
= 2 9,81 (9, 5 0,5 0,46)

= 13,48
m/dtk
hA = 20
13,48 44,5
= 0,034 m

Titik B (ZB = 6,5 m)


VB = 2g (Z B 0,5H )
= 2 9,81 (6,5 0,5 0,46)

= 11,09
m/dtk
hB =
20
11,09 44,5
= 0,041 m
Titik C
VC = 2g (Z C 0,5H )
= 2 9,81 (3,5 0,5 0,46)

= 8,01
m/dtk
hC = 20
8,01 44,5
= 0,056 m

Perencanan diameter batuan


Direncanakan:
D = 0,2 m
W 1,0 t / m3

S 2,1 t / m3

S W

w

2,1 1
= 1
= 1,1

Kontrol Diameter Batuan


Dititk A : + 652 m ; h A = 0,034 m; VA=13,48 m/dtk
6h
1. Vcr gD *1,0 log
D

1,65 9,81 0,2 *1,0 log 6 0,034


0,2
= 1,8 x log 1,02
= 0,0155 m/dtk < 13,48 m/dtk ............................ (tidak stabil)

2 Metode Isbash (1935)

Vcr 1,2 2gD


= 1,2 2 1,65 9,81 0,2

= 3,053 m/dtk < 13,48 m/dtk................................. (tidak stabil)

3. Metode Goucharov
8,8h
Vcr 0,75 log * gD
D

8,8 0,034 1,65 9,81 0,2


0,75 log 0,2 *

= 0,236 m/dtk < 13,48 m/dtk ................................ (tidak stabil)

Dititk B = + 655,1 m ; h B =0,041 m; VB = 11,09 m/dtk


6h
1. Vcr gD *1,0 log
D
1.65 9,81 0,2 *1,0 log 6 0,041
0,2

= 1,8 x log 1,23
= 0,162 m/dtk < 11,09 m/dtk............................. (tidak stabil)

2 Metode Isbash (1935)

Vcr 1,2 2gD

= 1,2 2 1,65 9,81 0,2

= 3,053 m/dtk < 11,09 m/dtk ........................... (tidak stabil)

3. Metode Goucharov
8,8h
Vcr 0,75 log * gD
D

8,8 0,041 1,65 9,81 0,2


0,75 log 0,2

= 0,346 m/dtk < 11,09 m/dtk .......................... (tidak stabil)


Dititk C = + 658,2 m ; h C = 0,056 m ; VC = 8,01 m/dtk
6h
1. Vcr gD *1,0 log
D
1.65 9,81 0,2 *1,0 log 6 0,056
0,2

= 1,8 x log 1,68
= 0,41 m/dtk < 8,01 m/dtk ................................... (tidak stabil)

2 Metode Isbash (1935)

Vcr 1,2 2gD

= 1,2 2 1,65 9,81 0,2

= 3,053 m/dtk < 8,01 m/dtk ................................... (tidak stabil)

3. Metode Goucharov
8,8h
Vcr 0,75 log * gD
D

8,8 0,056 1,65 9,81 0,2


0,75 log 0,2

= 0,528 m/dtk < 8,01 m/dtk ................................... (tidak stabil)

Kesimpulan :
Bila menggunakan QDL = Q50 maka akan terjadi limpasan di cofferdam upstream
3
sebesar Q1 = 19,39 m /dtk setinggi 0,46 m.
Dari hasil perhitungan stabilitas batuan cofferdam upstream terhadap debit
limpasan dengan D = 0,2 m di hilir (pada posisi A,B,C) akan terlarut/bergerak,
karena itu perlu diberi penguat (concrete dan tulangan) di bagian hilir dan mercu
bendung.

6.9.3 Perhitungan Dimensi dan Kontrol Batuan Di Hulu


Dibagian hulu cofferdam upstream telah diketahui ada inlet drain yang
merupakan anak Kali Tulis dimana arah alirannya diperkirakan akan menghantam
cofferdam. Bila cofferdam upstream dalam keadaan menahan debit rencana dengan
tinggi ma tetentu, maka dikhawatirkan akan terjadi olakan (turbulence) akibat adanya
petemuan aliran Kali Tulis dengan inlet drain. Efek olakannya bisa menyebabkan
bergesernya material batuan di hulu cofferdam upstream.

A
JALAN RELOKASI
+659.00

+658.00

+ 657.00 +660.00

+655.00

B +654.00

+ 656.00 +653.00

Gambar 6.33 Detail situasi dan kontur di inlet drain

Gambar 6.34 Pot. A-B


+ 658.8

+ 657
+ 656
Gambar 6.35 Box coffer pada jembatan

A. Perhitungan Tinggi dan Kecepatan Aliran Inlet Drain


Diketahui:
3
Qas = 60,939 m /dtk (debit inlet drain/anak Kungai Tulis)

658,8 656
S = 60
= 0,0467
n = 0,012 (angka kekasaran manning saluran)

Perhitungan:
A1 = 2,5 x h
P1 = 2,5 +
2h
A1
R1 =
P1
2,5 h
=
2,5 2h
I 1/2
V1 = 1 2/3
R
1
n
1 2/3 0,0467
=
R1
1/2
0,012
2/3
= 18,01R
Q1 = V1 x A1
Qtot = 4 x Q1
Tabel 6.24 Perhitungan trial error hma dan V di inlet drain
h b P A R^(2/3) V Q1 Qtot
No Ket
m m m m2 m m/dtk m3/dtk m3/dtk

1 0.3 2.5 3.1 0.75 0.388269 6.99273 5.244547 20.97819


2 0.4 2.5 3.3 1 0.451153 8.125269 8.125269 32.50108
3 0.5 2.5 3.5 1.25 0.503378 9.065846 11.33231 45.32923
4 0.6 2.5 3.7 1.5 0.547763 9.865219 14.79783 59.19131
5 0.61 2.5 3.72 1.525 0.551846 9.938747 15.15659 60.62636 Q as
6 0.62 2.5 3.74 1.55 0.55587 10.01122 15.51739 62.06958

Dari tabel trial error diatas didapat :


h = 0,61 m
V = 9,939 m/dtk

B. Kontrol Stabilitas Batuan Terhadap Turbulence Effect


Turbulence effect (olakan) terjadi karena adanya pertemuan aliran air dengan
kecepatan tertentu dari Kali Tulis dan dari inlet drain di upstream cofferdam yang
dapat menggeser posisi batuan di hulu cofferdam dari kedudukan semula.

Terjadi
olakan/turbelence

Gambar 6.36 Skets pertemuan dua aliran


Terjadi olakan/turbelence
+ 661.00 Qd

+ 656

B = 12 m

Gambar 6.37 Terjadinya olakan/turbulence

Diketahui:
h1 = 0,61 m
3
Q1 = 60,939 m /dtk
h2 = 5 m
b Inlet drain (jembatan) = 12 m
= 0,7 (turbulence effect coeffisiennt)

Kecepatan Izin
60,939
V 1 12 5

= 1,02 m/dtk
Diameter batu dicoba = 0,3 m

Kontrol Diameter Batuan


6h
1.Vcr gD *1,0 log
D *1,0 log 6 5
1.65 9,81 0,3
0,3

= 2,2 x log 100
= 4,4 m/dtk
Turbulence effect

Vcr = 4,4 x (turbulence effect)


= 4,4 x 0,7
= 3,08 m/dtk > 1,02 m/dtk ........................................ (stabil)
2. Metode Isbash (1935)

Vcr 1,2 2gD

= 1,2 2 1,65 9,81 0,3

= 3,74
m/dtk
Turbulence
effect Vcr = 3,74
x
= 3,74 x 0,7
= 2,62 m/dtk > 1,02 m/dtk ........................................ (stabil)
3. Metode Goucharov
8,8h
Vcr 0,75 log * gD
D
8,8 5
0,75 log 1,65 9,81 0,3
0,3
= 3,58 m/dtk
Turbulence effect
Vcr = 3,58 x
= 3,505 x 0,7
= 2,51 m/dtk > 1,02 m/dtk ......................................... (stabil)

Kesimpulan :
Cofferdam pada bagian hulu menggunakan material batu D min = 0,3 m
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM DEWATERING VI -80

KETERANGAN
A = Lapisan Pelindung (Rockfill,Dmin = 0.3 m)
B = Lapisan Filter (Sandy Clay,K maks = 1 x 10^-3 cm/dtk)
D = Lapisan Transisi (Sandy Clay,K maks = 1 x 10^-3 cm/dtk) C = Lapisan Inti Kedap Air (Clay,K maks = 1 x 10^-5 cm/dtk) E = Lapisan Pelindung (Rockfill,Dmin =

+ 661.00+ 661.00
2 1.75
11
0.25
1
0.25
1
Tulangan Baja
A C E
+ 656 Lap. Beton
B D

+ 651.5 + 652
Axist of Cofferdam

Gambar 6.38 Detail Cofferdam Upstream dan material penyusunnya

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK TULIS
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 81
DEWATERING -
6.10 ANALISA STABILITAS COFFERDAM UPSTREAM
6.10.1 Stabilitas Cofferdam Terhadap Aliran Filtrasi
A. Formasi Garis Depresi Tubuh Cofferdam Tanpa Drainase Kaki

G a ris D e pre s i M odifika s i

m m
1 1
m m
1 1

Gambar 6.39 Skema garis depresi

Garis depresi untuk Zone Inti Kedap Air (Core)


Diketahui :
h = 9,50 m (kondisi
FSL) l1 = 2,374 m
l2 = 7,525 m

= 75,97
d = 0,3.l1 l2 = 8,237 m

Y0 h2 d 2 d

= 9,52 8,2372 8,237

= 4,338 m
yo
= 2,168 m
2

Parabola bentuk dasar dapat diperoleh dengan persamaan :

y 2 y0 .x y20

8,6734x 18,8

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
600<<1800
0.4

0.3

Dari pers. di atas diperoleh koordinat parabola sebagai berikut0.2


:
x (m) -2.1675 0 1 2 3 4 5 6 7 0.1 8 9
y (m) 0.0 4.3 5.2 6.0 6.7 7.3 7.9 8.4 8.9 9.4 9.8
0,0
30 60 90 120 150 180
60< 180

C = a/(a+ a)
= sudut bidang singgung
Bidang vertikal

= sudut bidang singgung

a
Gambar 6.40 Grafik hubungan antara sudut bidang singgung () a
dengan a

o
Untuk = 75,97 berdasarkan grafik pada gambar 6.40 didapat nilai:
= 0,23
a
C= a
a

maka : y0
1 cos
a
a 4,338
= 1 0,2424

= 5,726 m

a
C = a
a
a = 0,23 x 5,726
= 1,317 m
a a 5,726
a = 5,726 - 1,317
= 4,41 m
Garis Depresi Zone Lulus Air
Diketahui :
-5
k1 = 1 x 10 cm/dtk (Zone Core)
-3
k2 = 1 x 10 cm/dtk (Zone Lulus air)

K1
h2 = y0
K2
= 0,04 m
h2
= 0,02 m
2
Persamaan bentuk dasar garis depresi dapat diperoleh dengan
2
persamaan
2h2 x :hy2 =

= 0,08x 0,0016

Dari persamaan di atas dapat diperoleh koordinat parabola sebagai berikut :


x (m) -0.02 0 2 4 6 8 10 12 14 16
y (m) 0.000 0.040 0.402 0.567 0.694 0.801 0.895 0.981 1.059 1.132

Hasil perhitungan formasi garis depresi dapat dilihat pada gambar 6.41

+ 661 + 661
2 1.75
1 0.25 1
0.25
1
1

+ 656
Core Garis Depresi Modifikasi

+ 652
+ 651.5

Gambar 6.41 Garis depresi cofferdam


B. Kapasitas Aliran Filtrasi (Seepage)
Kapasitas aliran filtrasi adalah kapasitas rembesan air yang mengalir ke hilir
melewati core (zone inti kedap air) tubuh dan pondasi cofferdam. Kapasitas aliran
filtrasi perlu dihitung untuk persiapan pekerjaan kolam penampungan dan pompa.

Rumus :
Qf = q B ...................................................................................... (6.5)
(Suyono Sosrodarsono,Bendungan Type Urugan.Hal 166)

q= kiA

h
i= L

dimana :
3
Qf = debit aliran filtrasi (m /dtk)
q = kapasitas filtrasi per unit panjang tubuh cofferdam
3
(m /dtk) B = lebar cofferdam (m)
k = koeffisien filtrasi core
(cm/dtk) i = gradien hidrolis
2
A = luas pot. Lintang yang di lalui air filtrasi per unit lebar (m )

+ 661 + 661.00
+ 661

0.25
0.25
1
A 1 + 658

+ 656
B + 655

C
+ 651.5 + 652 + 652

Gambar 6.42 Skema perhitungan seepage


Gambar 6.43 Pot Penampang melintang cofferdam

Diketahui :
-5
k = 1x10 cm/dtk
Tabel 6.25 Perhitungan Seepage
Elev. MA Elev. Bolck h Panjang Rata2 i Ketebalan Rata2 q B Qf
Block m m m m m m3/dtk/m m m3/dtk
1 2 (3) = 1 - 2 4 (5)= 3/4 6 (8)=5*6*7 9 (10)=8*9
A 661 655 6 9.25 0.64865 2.75 1.8E-05 35 6.2E-04
B 661 653.3 7.7 9.15 0.84153 2.7 2.3E-05 30 6.8E-04
C 661 652.25 8.75 9.5 0.92105 2.3 2.1E-05 10 2.1E-04
Qf total 1.5E-03

-3 3
Dari tabel perhitungan di atas didapat debit seepage total Qf = 1,5x10 m /dtk
Syarat :
Qf 2 % Qinflow
-3
1,5x10 2 % x 409,631
-3 3 3
1,5x10 m /dtk 8,192 m /dtk .............................................. (memenuhi)

C. Tinjauan Terhadap Gejala Sufosi (Piping) dan Sembulan (Boiling)


Kecepatan aliran keluar ke atas permukaan lereng hilir, dimana komponen
vertikalnya dapat mengakibatkan terjadinya perpindahan butiran-butiran bahan
cofferdam, kecepatannya disebut kecepatan kritis. Oleh karena itu, kecepatan aliran
filtrasi dalam tubuh dan pondasi cofferdam perlu di batasi. Secara teoritis dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sbb :
w1 . g F .
c

Di mana :
c = kecepatan kritis (m/dtk)
w = Berat jenis air ( t/m3)
3
w1 = berat efektif bahan per m
g = gravitasi = 9,81 m/det
2
F = luas permukaan yang menampung aliran filtrasi per m

Diketahui :
3
clay = 1,8 t/m
3
w = 1,0 t/m

3
wtot = 1,8 t (tiap m )
3
ww = 1,0 t (tiap m )
wtot = w1-ww
w1 = 1,8 1
3
= 0,8 t (tiap m )

Kecepatan kritis

0,8 9,81
Ccr = = 2,8 m/det
11

Kecepatan rembesan yang terjadi


Vk.i

h
=k
l
Di mana :
-5
K= koefisien filtrasi = 1 x 10 m/det
i = gradien debit rata-rata = 0,804 (dari tabel 6.20)
5
V 1 x 10 0,804
-7
= 8,04 x 10 m/det < Ccr ................................................... aman

6.10.2 Stabilitas Lereng Cofferdam Upstream


Keadaan berbahaya yang harus ditinjau di dalam perhitungan stabilitas lereng
cofferdam adalah :

a. Pada Saat Cofferdam Baru Selesai Dibangun (Belum Dialiri Air)

Dalam kondisi ini, stabilitas lereng yang ditinjau adalah lereng sebelah hulu dan
hilir. Tanah timbunan masih mengandung kadar air pada saat proses pemadatan
timbunan sehingga tekanan air pori besar pengaruhnya terhadap stabilitas cofferdam.

Hasil perhitungan dan gambar bidang luncur dapat dilihat pada tabel (6.30),
(6.31) dan gambar (6.45), (6.46)

b. Pada Saat Air Cofferdam Mencapai Elevasi Penuh

Pada saat cofferdam terisi penuh maka terjadi aliran filtrasi (rembesan) tetap.
Semakin tinggi permukaan air adalah merupakan keadaan yang berbahaya. Dalam
kondisi ini, stabilitas lereng yang ditinjau terutama di sebelah hilir.

Hasil perhitungan dan gambar bidang luncur dapat dilihat pada tabel (6.32),
(6.33) dan gambar (6.47), (6.48)

c. Pada Saat Cofferdam Mengalami Penurunan Air Mendadak (Rapid Drawdown)

Pada saat cofferdam terisi penuh maka tekanan air pori sangat besar dan saat
terjadi rapid drawdown, maka tekanan air pori masih tertinggal di dalam lapisan
timbunan dimana kecepatan hilangnya sangat lambat sehingga timbunan masih terisi
air dan dalam keadaan basah maka beratnya menjadi bertambah besar karena tekanan
air ke atas tidak ada lagi. Dalam kondisi ini stabilitas lereng yang ditinjau adalah
lereng sebelah hulu.
Hasil perhitungan dan gambar bidang luncur dapat dilihat tabel (6.34) ,(6.35)
dan gambar (6.49), (6.50)

Untuk perhitungan kestabilan terhadap longsor diatas digunakan persamaan


berikut :
Cl (N U Ne) tan
Fs 1,2
(T Te)

m m
1 9 1
8
7
6
5
4
3
1 2
m m
Core
1 1

Gambar 6.44 Sketsa perhitungan longsor

Di mana :

Fs = factor keamanan.
2
C = angka kohesi setiap irisan bidang luncur (t/m ).

L = Panjang lengkung lingkaran (m).

N = Beban komponen vertical dari berat tiap irisan bidang luncur ( t ).

U = Tekanan air pori pada tiap irisan bidang luncur.

T = Beban komponen tangensial dari berat tiap irisan bidang luncur ( t ).

Ne = Komponen vertical beban seismic pada tiap irisan bidang luncur.

Te = Komponen tangensial beban seismic pada tiap irisan bidang

luncur. e = Intensitas seismic horizontal.


Dalam perhitungan analisa stabilitas cofferdam diatas direncanakan

memasukkan beban akibat pengaruh seismic (gempa).

6.10.2.1 Perhitungan Intensitas Seismic Horizontal (e)

Tabel pembagian zone gempa di Indonesia yang digunakan untuk membantu


perhitungan dapat dilihat di bawah ini sedangka peta pembagian wilayah gempa
dapat dilihat dalam Bab II.:

Tabel 6.26 Koefisien Gempa


Zone Koefisien (Z) Keterangan

A 1,90-2,00
B 1,60-1,90
C 1,20-1,60
D 0,80-1,20
E 0,40-0,80 Banjarnegara
F 0,20-0,40
Sumber : DHV Consultant 1991

Tabel 6.27 Percepatan Dasar Gempa


Percepatan dasar gempa (Ac)
Periode Ulang (tahun)
(cm/dt)
10 98,42
20 119,62
50 151,72
100 181,21
200 215,81
500 271,35
1000 322,35
5000 482,80
10000 564,54
Sumber : DHV Consultant 1991
Tabel 6.28 Faktor Koreksi
Tipe Batuan Faktor (V)

Rock Foundation 0,9


Diluvium (Rock Fill Dam) 1,0
Aluvium 1,1
Soft Aluvium 1,2
(Sumber : DHV Consultant 1991)

Dari data pada tabel-tabel di atas, maka dapat ditentukan nilai :

Koefisien gempa z = 0,7


Percepatan dasar gempa Ac = 98,42 cm/dt
Faktor koreksi V = 1
Percepatan grafitasi g = 980 cm/dt

V
Perhitungan nilai e z . Ac .
e= g

= 0,7 98,42 1
980
= 0,07

6.10.2.2 Perhitungan Stabilitas Cofferdam terhadap Longsor


Data Teknis Cofferdam Upstream
Diketahui:
Tinggi Cofferdam = 9,5 m
Lebar Mercu =5m
Kemiringan Hulu =1:2
Kemiringan Hilir = 1 : 1,75
Elevasi MA (FSL) = + 661 m
Tinggi Air = 9,5 m
Formasi Garis Depresi tertera dalam gambar 6.41.
Direncanakan:
Spesifikasi material lapisan cofferdam

Tabel 6.29 Data perencanaan teknis material sebagai dasar perhitungan

Basah Sat
Zone C (t/m2) Tan 3 3 Intensitas Seismik (E)
(t/m ) (t/m )
Zone Kedap Air/core (clay) 4.00 25 0.46 1.80 2.00
0.07
Zone Lulus Air (Batuan) 0.00 42 0.90 2.00 2.20

Rumus Perhitungan Stabilitas Lereng Cofferdam:

Cl (N U Ne) tan
Fs 1,2
(T Te)
1. Kondisi Cofferdam Baru Selesai Dibangun (Belum Dialiri Air/Kosong)
Lereng Hulu

+ 661.00
2 1.75
1 9 1
8
7
6
5
4
+ 656 .00 3
1 2
0.25 0.25
Core
1 1

+ 652 .00
+ 651.50

Gambar 6.45 Skema bidang luncur lereng hulu cofferdam


pada kondisi baru dibangunn

Lereng Hilir

+ 661.00
2 11 1.75
1 1
10
9

+ 656.00 8
0.25 0.25 7
1 Core 1 6
5
4
3 + 652.00
+ 651.50 2
1

Gambar 6.46 Skema bidang luncur lereng hilir cofferdam


pada kondisi baru dibangunn
2. Cofferdam dalam Kondisi Mencapai Elevasi MA Penuh
Lereng Hulu

+ 661.00 + 661.00
2 1.75
1 9 1
78
6
5
4
3
2
+ 656.00
1
0.25 0.25
1 Core 1

+ 652.00
+ 651.50

Gambar 6.47 Skema bidang luncur lereng hulu cofferdam


pada kondisi elevasi MA penuh

Lereng Hilir

+ 661.00 + 661.00
2 11 1.75
1 10 1

9
8
+ 656.00 0.25 0.25 1 7
1 Core 6
5
4
3 + 652.00
+ 651.50 2 1
Garis Depresi

Gambar 6.48 Skema bidang luncur lereng hilir cofferdam


pada kondisi elevasi MA penuh
3. Cofferdam dalam Kondisi Draw Down Di Hulu
Draw down di Hulu (Elv. MA + 658,50)

+ 661.0 0 2 + 661.00
1.75
1 9 1
+ 658.50 7
6 8
5
4
+ 656.00 3
2
1
0.25 0.25
1
Core
1 Garis Depresi

+ 652.00
+ 651 .50

Gambar 6.49 Skema bidang luncur lereng hulu cofferdam


pada kondisidraw dowmi( Elv. MA + 658,50)

Draw down (Elv. MA + 657,00)

+ 661 .00 + 661 .00


2 1.7 5
1 9 1
8
7
6
5
+ 65 7.00
4
+ 6 56.0 0 3
2
1
0.25 0.25
Co re
1 1 Garis D ep resi
+ 652.00
+ 65 1.50

Gambar 6.50 Skema bidang luncur lereng hulu cofferdam


pada kondisidraw dowm ( Elv. MA + 657,00)
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM DEWATERING VI -95

Tabel 6.30 Perhitungan stabilitas lereng kondisi baru selesai dibangun (air kosong) di hulu
Wto T = W sin N = W cos Te = Ne = u= U = uL/cos (N-Ne-
Pias B H A B W e sin cos
t e*N e.T h*w L U)tan C CL
t/m t/m
m m m2 t/m t/m t/m t/m t/m t/m
3 t/m2 m t/m t/m 2 t/m
- -
2.33 2.1 2.4 0.0 0.974 2.40
1 1.85 5.20 5.20 13.0 0.226 -1.176 5.06 0.35 -0.08 1.858 4.58 0.51
1 7 0 7 1 0
8 8 3
-
1.80 1.95 3.5 2.4 0.0 0.994 1.81
2 8.45 8.45 -6.05 0.105 -0.890 8.40 0.59 -0.06 1.955 3.56 4.41
0 5 2 0 7 4 2
4
1.80 2.76 4.9 2.4 11.9 11.9 0.0 0.000 1.000 1.80 0.0
3 0.00 0.000 11.94 0.84 0.00 2.764 4.98 6.26 0.00
0 4 8 0 4 4 7 0 0 2 0
1.80 3.39 6.1 2.4 14.6 14.6 0.0 0.105 0.994 1.81
4 6.05 1.546 14.59 1.02 0.11 3.396 6.18 7.47
0 6 1 0 7 7 7 4 4 1
1.80 3.82 6.8 2.4 16.5 16.5 12.1 0.0 0.210 0.977 1.84
5 3.481 16.15 1.13 0.24 3.825 7.22 7.82
0 5 9 0 2 2 6 7 6 6 5
1.80 4.05 7.3 2.4 17.5 17.5 18.4 0.0 0.316 0.948 1.89
6 5.534 16.62 1.16 0.39 4.054 8.11 7.31
0 4 0 0 1 1 2 7 0 8 7
1.13 4.08 4.6 2.4 11.1
7 5 4 0 5 17.0 24.9 0.0 0.421 0.907 2.00
7 7.160 15.43 1.08 0.50 4.076 9.01 12.87
1.42 3.90 2.7 2.1 1 0 7 0 0 4
5.86
9 5 9 0 4.0 30.7
1.80 3.39 6.1 2.1 12.8 12.8 31.7 0.0 0.526 0.850 2.09 0 5
8 6.757 10.90 0.76 0.47 3.393 8.38 0.94
0 3 1 0 3 3 9 7 8 0 9
3.06 2.79 4.2 2.1 41.9 0.0 0.669 0.743 4.14
9 8.99 8.99 6.014 6.68 0.47 0.42 2.795 15.59 -4.29
3 5 8 0 9 7 0 3 7
Jumla 19.8 30.7
28.43 7.40 43.30
h 2 5

30,75 43,30
Fs = =2,06 > 1,2 (aman)
28,43 7,40

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK TULIS
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM DEWATERING VI - 96

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI -97
DEWATERING
Tabel 6.31 Perhitungan stabilitas lereng kondisi elevasi MA penuh di hilir
T=W N=W Te = Ne = u= U= (N-Ne-
B H A B W Wtot E sin cos
Pias sin cos e*N e.T h*w L uL/cos U)tan C CL
m m m2 t/m3 t/m t/m t/m t/m t/m t/m t/m2 m t/m t/m t/m3 t/m
1 1.60 2.20 3.51 -
1.16 4.93 -0.533 4.90 0.343 0.545 2.738 1.50 3.0969
2.750 -6.20 0.07 -0.1080 0.9942 0.037
0.74 1.02 1.40 1.42
2 1.800 1.68 3.02 2.20 6.64 8.72 0.000 8.72 0.610 0.000 0.822 1.763 1.45 6.5406
0.00 0.07 0.0000 1.0000
0.82 1.48 1.40 2.07
3 1.800 2.54 4.56 2.20 10.04 12.22 1.001 12.18 0.853 0.070 0.864 1.800 1.56 9.4932
4.70 0.07 0.0819 0.9966
0.86 1.56 1.40 2.18
4 1.800 3.54 6.38 2.20 14.03 15.80 2.635 15.58 1.091 0.184 0.704 1.808 1.29 12.6935
9.60 0.07 0.1668 0.9860 0.00 0.00
0.70 1.27 1.40 1.77
5 1.800 4.22 7.60 2.20 16.72 17.45 4.360 16.90 1.183 0.305 0.577 1.838 1.10 13.9466
14.47 0.07 0.2499 0.9683
0.58 0.52 1.40 0.73
6 1.800 5.10 9.18 2.20 20.20 20.20 19.00 0.07 0.3256 0.9455 6.575 19.10 1.337 0.460 0.000 1.875 0.00 16.7719
7 1.800 5.47 9.85 2.20 21.66 21.66 24.00 0.07 0.4067 0.9135 8.810 19.79 1.385 0.617 0.000 1.913 0.00 17.2546
8 1.800 4.48 8.06 2.20 17.73 18.47 9.233 15.99 1.119 0.646 1.022 2.025 2.39 11.6602
30.00 0.07 0.5000 0.8660
1.025 1.02 0.52 1.40 0.73
9 1.800 3.87 6.97 1.82 12.68 15.51 8.674 12.86 0.900 0.61 1.428 2.175 3.75 3.9127
34.00 0.07 0.5592 0.8290
1.43 2.57 1.10 2.83
10 1.800 2.36 4.25 1.82 7.74 10.78 7.216 8.01 0.561 0.505 1.537 4.96 1.1706
42.00 0.07 0.6691 0.7431 2.400 4.00 36.61
1.54 2.77 1.10 3.04
11 2.400 1.81 2.17 1.82 3.94 5.63
50.40 0.07 0.7705 0.6374 4.334 3.59 0.251 0.303 1.294 7.99 -2.1676
2.362 1.29 1.53 1.10 1.68 3.938
Jumlah 52.307 9.63 94.3732 36.61

FS = 36,61 94,373 = 2,11 > 1,2 (aman)


52,307 9,63

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK TULIS
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Tabel 6.32 Perhitungan stabilitas lereng kondisi draw down di hulu (Elev. MA + 658,5)
Wto T = W sin N = W cos Te = Ne = u= U = uL/cos (N-Ne-
Pias B H A W e sin cos
t e*N e.T h*w L U)tan C CL
t/m t/m
m m m2 t/m t/m t/m t/m t/m t/m
3 t/m2 m t/m t/m 2 t/m
5.4 1.0
2.36 5.49 - -
2.33 9 0 0.0 0.974 2.39
1 8.52 13.0 0.226 -1.929 8.30 0.58 -0.14 1.858 4.57 3.48
1 1.85 2.1 1.4 7 1 6
3.03 8 3
8 7 0
1.54 2.7 1.0
2.78 -
1.80 4 8 0 0.0 0.994 1.81
2 7.71 -6.05 0.105 -0.812 7.66 0.54 -0.06 1.955 3.56 3.74
0 1.95 3.5 1.4 7 4 2
4.93 4
5 2 0
0.80 1.4 1.0
1.44
1.80 0 4 0 0.0 0.000 1.000 1.80 0.0
3 8.41 0.00 0.000 8.41 0.59 0.00 2.764 4.98 3.08 0.00
0 2.76 4.9 1.4 7 0 0 2 0
6.97
4 8 0
0.45 1.12 0.5 1.0
0.51
0 5 1 0 0.0 0.105 0.994 1.81
4 9.06 6.05 0.955 9.01 0.63 0.07 3.396 6.18 2.49
1.80 3.39 6.1 1.4 7 4 4 1
8.56
0 6 1 0
1.80 3.82 6.8 1.4 12.1 0.0 0.210 0.977 1.84
5 9.64 9.64 2.030 9.42 0.66 0.14 3.825 7.22 1.86
0 5 9 0 6 7 6 6 5
1.80 4.05 7.3 1.4 10.2 10.2 18.4 0.0 0.316 0.948 1.89
6 3.228 9.69 0.68 0.23 4.054 8.11 1.22
0 4 0 0 2 2 2 7 0 8 7
1.08 4.08 4.4 1.4
6.20
3 6 3 0 24.9 0.0 0.421 0.907 2.00
7 8.87 3.735 8.05 0.56 0.26 3.978 8.79 -0.46
1.42 3.40 2.4 1.1 0 7 0 0 4
2.68
9 6 3 0
0.87 1.5 1.8
2.87
1.80 5 8 2 31.7 0.0 0.526 0.850 2.09 4.0 30.7
8 7.56 3.982 6.43 0.45 0.28 2.445 6.04 0.05
0 2.37 4.2 1.1 9 7 8 0 9 0 5
4.69
0 7 0
3.06 1.90 5.8 1.8 10.6
4 0 2 2 0 11.2 41.9 0.0 0.669 0.743 4.14
9 7.545 8.38 0.59 0.53 1.334 7.44 0.19
1.33 0.93 0.6 1.1 8 9 7 0 3 7
0.68
4 0 2 0
Jumla 30.7
18.74 5.27 15.65
h 5
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 99
DEWATERING -

30,75 15,65
FS = = 1,93 > 1,2 (aman)
18,74 5,27

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI -100
DEWATERING

Tabel 6.33 Perhitungan stabilitas lereng kondisi draw down di hulu (Elev. MA + 657)
Wto T = W sin N = W cos Te = Ne = u= U = uL/cos (N-Ne-
Pias B H A W e sin cos
t e*N e.T h*w L U)tan C CL
t/m t/m
m m m2 t/m t/m t/m t/m t/m t/m
3 t/m2 m t/m t/m 2 t/m
2.0 1.0
0.86 2.00 - -
2.33 0 0 0.0 0.974 2.39
1 5.03 13.0 0.226 -1.139 4.90 0.34 -0.08 1.858 4.57 0.37
1 1.85 2.1 1.4 7 1 6
3.03 8 3
8 7 0
0.98 0.41 0.2 1.0
0.20 -
0 0 0 0 0.0 0.994 1.81
2 2.88 -6.05 0.105 -0.304 2.87 0.20 -0.02 1.955 3.56 -0.61
1.80 1.95 1.9 1.4 7 4 2
2.68 4
0 5 2 0 0.0
0.00
1.80 2.76 4.9 1.4 0.0 0.000 1.000 1.80 0
3 6.97 6.97 0.00 0.000 6.97 0.49 0.00 2.764 4.98 1.79
0 4 8 0 7 0 0 2
1.80 3.39 6.1 1.4 0.0 0.105 0.994 1.81
4 8.56 8.56 6.05 0.902 8.51 0.60 0.06 3.396 6.18 2.04
0 6 1 0 7 4 4 1
1.80 3.82 6.8 1.4 12.1 0.0 0.210 0.977 1.84
5 9.64 9.64 2.030 9.42 0.66 0.14 3.825 7.22 1.86
0 5 9 0 6 7 6 6 5
1.80 4.05 7.3 1.4 10.2 10.2 18.4 0.0 0.316 0.948 1.89
6 3.228 9.69 0.68 0.23 4.054 8.11 1.22
0 4 0 0 2 2 2 7 0 8 7
1.08 4.08 4.4 1.4
6.20
3 6 3 0 24.9 0.0 0.421 0.907 2.00
7 8.87 3.735 8.05 0.56 0.26 3.978 8.79 -0.46
1.42 3.40 2.4 1.1 0 7 0 0 4
2.68
9 6 3 0
0.87 1.5 1.8
2.87
1.80 5 8 2 31.7 0.0 0.526 0.850 2.09 4.0 30.7
8 7.56 3.982 6.43 0.45 0.28 2.445 6.04 0.05
0 2.37 4.2 1.1 9 7 8 0 9 0 5
4.69
0 7 0
3.06 1.90 5.8 1.8 10.6
4 0 2 2 0 11.2 41.9 0.0 0.669 0.743 4.14
9 7.545 8.38 0.59 0.53 1.334 7.44 0.19
1.33 0.93 0.6 1.1 8 9 7 0 3 7
0.68
4 0 2 0
Jumla 30.7
19.98 4.56 6.44
h 5
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM DEWATERING VI - 101

FS = 30,75 6,44 = 1,51 > 1,2 (aman)


19,98 4,56
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 102
DEWATERING -
6.10.3 Stabilitas Cofferdam Upstream terhadap Penurunan
Dalam perhitungan terhadap bahaya penurunan, dihitung dalam kondisi yang
paling membahayakan, yaitu pada kondisi baru selesai dibangun karena material
cofferdam masih dalam kondisi jenuh sehingga tekanan air pori besar (gaya vertikal
besar).
V
Rumus : terjadi =
A

Perhitungan
Untuk mempermudah perhitungan cofferdam upstream dan sebagai faktor
keamanan dianggap cofferdam upstream memiliki dimensi yang sama sepanjang
penampang melintang sungai.
Diketahui:
2
= 42 t/m (data hasil penyelidikan di lapangan)
3
sat clay = 2,1 t/m (data teknis material cofferdam)
3
sat batuan = 2,4 t/m (data teknis material cofferdam)
3
beton = 2,4 t/m
Bcofferdam = 34,83 m (lebar bagian yang berbahaya (pada axist of reference))
L cofferdam = 44,5 m
Htot = 9,5 m
Hmaterial = 9,1 m
Hbeton = 0,4 m

+ 66 1 .00
2 1.75
1 1
0.25 0.25 1
1
Co re
+ 656.00
(C lay)

+ 652.00
+ 651 .50
Axist of Cofferdam

Gambar 6.51 Material timbunan

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 103
DEWATERING -
a. Volume Timbunan
Volume Timbunan
Clay B1 = 5 m
B2 = 8,67 m

5 8,67
A = 2 9,1
2
= 62,2 m
V = 62,2 x 44,5
3
= 2767,8 m
Volume Timbunan
Batuan B1 = 9,84 m
B2 = 14,82 m
1 1
A = 9,84 9,1 14,82 9,1
2 2
2
= 112,2 m
V = 112,2 x 44,5
3
= 4993,1 m
b. Volume Beton di atas
Mercu B = 5 m
t = 0,4 m
V1 = B x t x L
= 5 x 0,4 x 44,5
3
= 89 m

Gaya vertikal
Timbunan Clay
V = Volume x sat
= 2767,8 x 2,1
= 4208,316 t
Timbunan Batuan
V = Volume x sat
= 4993,1 x 2,4
= 11983,44 t
Material Beton
V = Volume x beton
= 89 x 2,4
= 213,6 t
Total gaya vertikal = 4208,316 + 11983,44 +213,6
= 16405,4 t

Tegangan tanah terjadi


V
terjadi =
A

16405,4 42 t / m2
= 34,83
44,5

2 2
= 10,6 t/m 42 t / m ................................................. (aman)

6.11 PERENCANAAN COFFERDAM DOWNSTREAM


Dalam merencanakan cofferdam downstream, prinsipnya hampir sama dengan
perencanaan cofferdam upstream terutama dalam pemilihan material dan type
cofferdam. Perbedaan utama dengan cofferdam upstream adalah pada cofferdam
downstream direncanakan tidak mengalami limpasan sehingga tidak memerlukan
tambahan perkuatan (tulangan dan beton) cukup dengan cofferdam zonal biasa.
Direncanakan:
Type Cofferdam : Cofferdam Inti Zonal Tegak
C4
D4

Gambar 6.52 Plan view cofferdam downstream


D5
6.11.1 Tinggi Cofferdam
Diketahui :
Elev. Top of Wall Diversion Sta.00+108,16 = + 652,27 m
Elev. lantai dasar diversion Sta.00+108,16 = + 649,4 m
Elev.MA di Sta.00+108,16 (FWL) = + 651,77 m
Elev. tanah dasar Asli (NGL) di Axist of Reference = +647,3 m

Direncanakan
Tinggi jagaan w = 0,4 m
Elev. tanah dasar cofferdam di Axist of Ref. Cofferdam = + 647,2
m Elev. mercu cofferdam = (+ 651,77 ) + 0,4
= + 652,27 m
H cofferdam d/s = (+ 652,27) (+ 646,8)
= 5,47 m

6.11.2 Lebar Mercu Cofferdam


Lebar mercu cofferdam minimum dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:

B = 3,6 H1/3 3,0


B = 3,6 (5,47)1/3 3,0
= 3,34 m ............. (diambil B = 3,5
m)
6.11.3 Kemiringan Cofferdam
Kemiringan cofferdam ditentukan oleh material yang akan digunakan dengan
memperhatikan situasi dan kondisi, Axist of Dam agar cofferdam serta posisi mulut
downstream diversion. Tujuannya agar tidak mengganggu pekerjaan bendung itu
sendiri (memberikan space/ruang cukup) dan aliran back water tidak terjadi.
Direncanakan:
Kemiringan hulu (bagian yang kontak dengan air) = 1:2
Kemiringan hilir = 1:1.75
Dengan kemiringan tersebut maka di Axist of Reference cofferdam didapat :
Elevasi tanah dasar asli (NGL) di hulu = + 647,2 m
Elevasi tanah dasar asli (NGL) di hilir = + 648 m
Sta.00+084.6 Sta.00+091.2 Sta.00+108.16

+ 656.92
+ 654.82
Top of Wall Diversion
A xist of Cofferdam

+ 652.27 + 653.68
+ 651.77 (FWL)
1.75 2 Mulut
11 Downstream
0.25 0.25 + 649.4
1 1

+ 648.00
Elev.Tanah Asli (NGL) + 647.20
+ 646.80

Gambar 6.53 Cofferdam Downstream


6.11.4 Material Konstruksi
Type Cofferdam = Cofferdam Inti Zonal Tegak

Material Urugan:
Zonal Kedap Air (Core)
-5
Material : Clay (K maks = 1 x 10 cm/det)
Zona Transisi/filter
Bahan/material = sandy clay
-3
Nilai Kmaks = 1 x 10 cm/det
Tebal zone filter = 0,3 m
Kemiringan zone filter = 1: 0,25
Tebal lapisan transisi = 0,75 m
Kemiringan zone transisi = 1: 0,25
Zone Pelindung
Bahan/material : Batuan gunung
D min = 0,2 m
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM DEWATERING VI -108

KETERANGAN
A = Zone Pelindung (Rockfill,Dmin = 0.2 m)
B = Zone Filter (Sandy Clay,K maks = 1 x 10^-3 cm/dtk) D =Zone Transisi (Sandy Clay,K maks = 1 x 10^-3 cm/dtk) C = Zone Inti Kedap Air (Clay
+ 652.27

1.75 2
1 1

0.25 0.25
E
1
C 1 A
D B
+ 648 Elev.Tanah Asli (NGL)
+ 647.20
+ 646.80
A xist of Cofferdam

Gambar 6.54 Detail Cofferdam Downstream dan material penyusunnya

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK TULIS
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 109
DEWATERING -
6.12 ANALISA STABILITAS COFFERDAM DOWNSTREAM
6.12.1. Stabilitas Cofferdam terhadap Aliran Filtrasi
A. Formasi Garis Depresi Tubuh Cofferdam tanpa Drainase Kaki

1.75 2
11

Garis Depresi0.25
Modifikasi
1
0.25
1

Gambar 6.55 Skema garis depresi

Garis Depresi untuk Zone Inti Kedap Air (Core)


Diketahui :
h = 4,97 m (kondisi
FWL) l1 = 1,242 m
l2 = 4,993 m

= 75,96
d = 0,3.l1 l2
= 5,37 m

Y0 h2 d 2 d

= 4,97 2 5,37 2 5,37

= 1,947 m
yo
= 0,9735 m
2

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 110
DEWATERING -

Parabola bentuk dasar dapat diperoleh dengan persamaan :

y 2 y0 .x y20

3,894x 3,791

Dari pers. di atas diperoleh koordinat parabola sebagai berikut :


x (m) -0.9735 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
y (m) 0.0 1.9 2.8 3.4 3.9 4.4 4.8 5.2 5.6 5.9 6.2

o
Untuk = 75,96 berdasarkan grafik pada gambar 6.40 didapat nilai :
= 0,23
a
C= a
a

maka : y0
1 cos
aa
1,947
= 1 0,2426

= 2,582 m

a
C = a
a
a = 0,23 x 2,58
= 0,6 m
a = 2,582 - 0,6
= 1,982 m

Garis Depresi Zone Lulus Air


Diketahui :
-5
k1 = 1 x 10 cm/dtk (Zone Core)
-3
k2 = 1 x 10 cm/dtk (Zone Lulus air)
K1
h2 = y0
K2
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 111
DEWATERING -
= 0,04 m
h2
= 0,02 m
2
Persamaan bentuk dasar garis depresi dapat diperoleh dengan
2
persamaan
2h2 x :hy2 =

= 0,08x 0,0016

Dari persamaan di atas dapat diperoleh koordinat parabola sebagai berikut :


x (m) -0.02 0 2 4 6 8 10 12 14 16
y (m) 0.000 0.040 0.402 0.567 0.694 0.801 0.895 0.981 1.059 1.132

Hasil perhitungan formasi garis depresi dapat dilihat pada gambar 6.56

+ 652.27
+ 651.77 (FWL)
1.75 2
1 1

Garis Depresi Modifikasi 0.25


1
0.25
1
+ 648.00

+ 647.20
+ 646.80

Gambar 6.56 Garis depresi cofferdam

B. Kapasitas Aliran Filtrasi (Seepage)


Untuk perhitungan menggunakan metode yang sama pada perhitungan cofferdam
upstream.
Rumus :
Qf = q B
+ 652.27
+ 651.77 (FWL)
2
1.75 1
1 0.25
A
Garis Depresi Modifikasi 0.25
1
1

+ 648.00
B
C + 647.20
+ 646.80

Gambar 6.57 Skema perhitungan seepage

Gambar 6.58 Pot Penampang melintang cofferdam

Diketahui :
-5
k = 1x10 cm/dtk
Tabel 6.34 Perhitungan debit seepage
Elev. MA Elev. Bolck h Panjang Rata2 i Ketebalan Rata2 q B Qf
No. Block
1 2 (3) = 1 -2 4 (5)= 3/4 6 (7)=k*5*6 8 (9)=7*8
A 651.77 647.757 4.013 5.9 0.68017 1.1 7.5E-06 11.2 8.4E-05
B 651.77 647.1 4.67 6.02 0.77575 0.943 7.3E-06 7.6 5.6E-05
C 651.77 642.07 9.7 4 2.42500 2.34 5.7E-05 4.7 2.7E-04
Qf total 4.1E-04

-4 3
Dari tabel perhitungan di atas didapat debit seepage total Qf = 4,1 x10 m /dtk
Syarat :
Qf 2 % Qinflow
-4
4,1x10 2 % x 409,631
-4 3 3
4,1x10 m /dtk 8,192 m /dtk .............................................. (memenuhi)

C. Tinjauan Terhadap Gejala Sufosi (Piping) dan Sembulan (Boiling)


Rumus :

w1 . g F .
c

Di mana :
c = kecepatan kritis (m/dtk)
w = Berat jenis air ( t/m3)
3
w1 = berat efektif bahan per m
g = gravitasi = 9,81 m/det
2
F = luas permukaan yang menampung aliran filtrasi per m

Diketahui :
3
clay = 1,8 t/m
3
w = 1,0 t/m

3
wtot = 1,8 t (tiap m )
3
ww = 1,0 t (tiap m )
wtot = w1-ww
w1 = 1,8 1
3
= 0,8 t (tiap m )

Kecepatan kritis

0,8 9,81
Ccr = = 2,8 m/det
11

Kecepatan rembesan yang terjadi :


Vk.i
h
=k
l
Di mana :
-5
k = koefisien filtrasi = 1 x 10 m/det
i = gradien debit rata-rata = 0,816

5
V 1 x 10 0,816
-7
= 8,1 x 10 m/det < Ccr................................................... Aman

6.12.2 Stabilitas Lereng Cofferdam Downstream


Keadaan berbahaya yang harus ditinjau di dalam perhitungan stabilitas lereng
cofferdam downstream sama dengan keadaan berbahaya pada cofferdam upstream
yaitu:

a. Pada Saat Cofferdam Baru Selesai Dibangun (Belum Dialiri Air)

Hasil perhitungan dan gambar bidang luncur dapat dilihat pada tabel (6.38),
(6.39) dan gambar (6.59), (6.60)

b. Pada Saat Air Cofferdam Mencapai Elevasi Penuh

Hasil perhitungan dan gambar bidang luncur dapat dilihat pada tabel (6.40),
(6.41) dan gambar (6.61), (6.62)

c. Pada Saat Cofferdam Mengalami Penurunan Air Mendadak (Rapid Drawdown)

Hasil perhitungan dan gambar bidang luncur dapat dilihat tabel (6.42), (6.43)
dan gambar (6.63), (6.64)

6.12.2.1 Perhitungan Stabilitas Cofferdam terhadap Longsor


Data Teknis cofferdam Downstream
Diketahui:
Tinggi cofferdam = 5,47 m
Lebar mercu = 3,5 m
Kemiringan hulu =1:2
Kemiringan hilir = 1 : 1,75
Elevasi MA (FSL) = + 651,77 m
H ma = 4,97 m
Formasi garis depresi (seepage) tertera dalam gambar 6.56

Direncanakan:
Spesifikasi material lapisan

Tabel 6.35 Data perencanaan teknis material sebagai dasar perhitungan

C Basah Sat w Sub


Zone Tan Intensitas Seismik (E)
t/m2 derajad t/m3 t/m3 t/m3 t/m3
Zone Kedap Air/Clay 4.00 25.00 0.46 1.82 2.10 1.10
1.00 0.07
Zone Lulus Air/Batuan 0.00 42.00 0.90 2.20 2.40 1.40

Rumus Perhitungan Stabilitas Lereng Cofferdam :

Cl (N U Ne) tan
Fs 1,2
(T Te)
1.Kondisi Cofferdam Baru Selesai Dibangun (Belum Dialiri Air/Kosong)
Lereng Hulu

+ 652.27
7
1.75 6 2
1 5 1
0.25 0.25 1
1 4
Core
+ 648.00 3
2 1 + 647.20
+ 646.80

Gambar 6.59 Skema bidang luncur lereng hulu


cofferdam pada kondisi baru dibangunn

Lereng Hilir

+ 652.27
6
1.75 5 2
1
4 1
0.25 0.25
3 1
2 Core 1

+ 648.00
1 + 647.20
+ 646.80

Gambar 6.60 Skema bidang luncur lereng hilir cofferdam


pada kondisi baru dibangunn
2. Kondisi Cofferdam Pada saat Mencapai Elevasi MA Penuh
Lereng Hulu

+ 652.27
7 + 651.77
1.75
6 2
1 5 1
Garis Depresi 0.25 0.25
4
1 1

+ 648.00 Core 3
2 1
+ 646.80
+ 647.20

Gambar 6.61 Skema bidang luncur lereng hulu cofferdam


pada kondisi elevasi MA penuh

Lereng Hilir

o
+ 652.27
6
1.75 5 2
1
4 1
0.25 0.25
3 1 1
2 Core
+ 648.00
1 + 647.20
+ 646.80

Gambar 6.62 Skema bidang luncur lereng hilir cofferdam


pada kondisi elevasi MA penuh
3. Cofferdam Dalam Kondisi Draw Down di Hulu
Draw Down di Hulu (Elv. MA + 650,25 m)

+ 652.27
7 + 651.77
1.75
6 2
1
1 5 + 650.25
Garis Depresi 0.25 0.25
4
1 1
Core 3
+ 648.00
2 1 + 647.20
+ 646.80

Gambar 6.63 Skema bidang luncur lereng hulu cofferdam


pada kondisidraw dowm ( Elv. MA + 650,25 m)

Draw Down di Hulu (Elv. MA + 648,75 )

+ 652.27
7 + 651.77
1.75
6 2
1
1 5
Garis Depresi 0.25 0.25
4
1 1 + 648.75
Core 3
+ 648.00 2 1 + 647.20
+ 646.80

Gambar 6.64 Skema bidang luncur lereng hulu cofferdam


pada kondisidraw dowm ( Elv. MA + 648,75 m)
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI -119
DEWATERING

Tabel 6.36 Perhitungan stabilitas lereng kondisi baru selesai dibangun (air kosong) di hulu

T = W sin N = W cos Te = Ne = (N-Ne-


B H A W Wtot e sin cos
e*N e.T u = h*w L U = uL/cos U)tan C CL
Pias
t/m
m m m2 t/m t/m t/m t/m t/m t/m
3 t/m2 m t/m t/m t/m2 t/m
0.983
1 2.471 1.705 2.11 2.40 5.06 5.06 -10.57 0.07 -0.1834 -0.927 4.97 0.35 -0.06 0.932 2.520 2.39 2.38
0
1.000
2 2.000 2.246 4.49 2.40 10.78 10.78 0.00 0.07 0.0000 0.000 10.78 0.75 0.00 2.246 2.002 4.50 5.66
0
0.986
3 2.000 3.100 6.20 2.40 14.88 14.88 9.42 0.07 0.1637 2.435 14.68 1.03 0.17 3.100 2.031 6.38 7.31
5
0.943
4 2.000 3.600 7.20 2.40 17.28 17.28 19.38 0.07 0.3318 5.734 16.30 1.14 0.40 3.600 2.124 8.11 7.01
3
1.145 3.700 4.24 2.40 10.17 0.871
5 16.48 29.35 0.07 0.4901 8.078 14.36 1.01 0.57 3.645 2.313 9.67 1.90
0.900 3.340 3.01 2.10 6.31 6
0.748 4.00 25.09
6 2.000 2.600 5.20 2.10 10.92 10.92 41.58 0.07 0.6637 7.247 8.17 0.57 0.51 2.600 2.693 9.36 -0.78
0
0.606
7 1.200 1.500 0.90 2.10 1.89 1.89 52.67 0.07 0.7952 1.503 1.15 0.08 0.11 0.840 1.940 2.69 -0.76
4
Jumla
24.07 4.93 15.62 22.72 25.09
h

25,09 22,72
Fs = =1,65 > 1,2 (aman)
24,07 4,93

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK TULIS
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Tabel 6.37 Perhitungan stabilitas lereng kondisi baru selesai dibangun (air kosong) di hilir
T=W N=W U= (N-Ne-
Pias B H A W Wtot e sin cos
sin cos Te = e*N Ne = e.T u = h*w L uL/cos U)tan C CL
m m m2 t/m3 t/m t/m t/m t/m t/m t/m t/m2 m t/m t/m t/m2 t/m
- -
1 2.110 1.79 2.40 4.30 4.30 0.07 0.9747 -0.962 4.20 0.29 -0.067 1.000 2.18 2.23 1.83
1.7 12.91 0.2234
2 2.000 3.250 6.50 2.40 15.60 15.60 0.00 0.07 0.0000 1.0000 0.000 15.60 1.09 0.000 3.250 2.00 6.51 8.18 0.00 0.00
3 2.000 3.230 6.46 2.40 15.50 15.50 12.23 0.07 0.2118 0.9773 3.284 15.15 1.06 0.230 3.230 2.05 6.79 7.32
1.343 3.540 4.75 2.40 11.41
4 18.23 26.58 0.07 0.4474 0.8943 8.156 16.30 1.14 0.571 3.540 2.66 10.54 2.39
0.917 3.540 3.25 2.10 6.82
4.00 25.47
5 2.000 2.580 5.16 2.10 10.84 10.84 42.55 0.07 0.6762 0.7367 7.328 7.98 0.56 0.513 2.580 2.66 9.33 -0.85
6 1.210 1.800 2.18 2.10 4.57 4.57 55.51 0.07 0.8242 0.5663 3.770 2.59 0.18 0.264 1.800 2.17 6.90 -2.10

Jumlah 21.576 4.33 16.7568 25.47

25,47 16,756
Fs = =1,63 > 1,2 (aman)
21,576 4,33
Tabel 6.38 Perhitungan stabilitas lereng kondisi elevasi MA penuh di hulu
T=W N=W Te = Ne = u= U= (N-Ne-
B H A W Wtot e sin cos
Pias sin cos e*N e.T h*w L uL/cos U)tan C CL
m m m2 t/m3 t/m t/m t/m t/m t/m t/m t/m2 m t/m t/m t/m2 t/m
3.99 9.86 1.00 9.86 -
1 2.471 12.81 -10.57 0.07 0.9830 -2.350 12.59 0.88 -0.16 0.932 2.520 2.39 9.33
1.705 2.11 1.40 2.95 0.1834
2.855 5.71 1.00 5.71
2 2.000 12.00 0.00 0.07 0.0000 1.0000 0.000 12.00 0.84 0.00 2.246 2.002 4.50 6.75
2.246 4.49 1.40 6.29
1.850 3.70 1.00 3.70 0.00 0.00
3 2.000 12.38 9.42 0.07 0.1637 0.9865 2.026 12.21 0.85 0.14 3.100 2.031 6.38 5.12
3.100 6.20 1.40 8.68
0.860 1.72 1.00 1.72
4 2.000 11.80 19.38 0.07 0.3318 0.9433 3.916 11.13 0.78 0.27 3.600 2.124 8.11 2.48
3.600 7.20 1.40 10.08
0.710 0.330 0.12 1.00 0.12
5 1.145 3.700 4.24 1.40 5.93 9.35 29.35 0.07 0.4901 0.8716 4.585 8.15 0.57 0.32 3.645 2.313 9.67 -0.85
0.900 3.340 3.01 1.10 3.31
4.00 25.09
2.860 1.800 5.15 1.82 9.37
6 12.22 41.58 0.07 0.6637 0.7480 8.111 9.14 0.64 0.57 2.860 2.693 10.30 -0.79
1.813 2.860 2.59 1.10 2.85
7 1.200 1.500 0.90 1.82 1.64 1.64 52.67 0.07 0.7952 0.6064 1.302 0.99 0.07 0.09 0.000 1.940 0.00 0.41

Jumlah 17.59 4.64 22.46 25.09

25,09 22,46
FS = = 2,14 > 1,2 (aman)
17,59 4,64
Tabel 6.39 Perhitungan stabilitas lereng kondisi elevasi MA penuh di hilir
T=W N=W Te = Ne = u= U= (N-Ne-
B H A W Wtot e sin cos
Pias sin cos e*N e.T h*w L uL/cos U)tan C CL
m m m2 t/m3 t/m t/m t/m t/m t/m t/m t/m2 m t/m t/m t/m2 t/m
0.95 1.00 2.20 2.20
- -
1 2.110 3.31 0.07 0.9747 -0.740 3.23 0.23 -0.052 0.750 2.18 1.67 1.45
0.79 1.40 1.11 12.91 0.2234
0.75

1.60 3.20 2.20 7.04


2 2.000 11.66 0.00 0.07 0.0000 1.0000 0.000 11.66 0.82 0.000 1.650 2.00 3.31 7.52 0.00 0.00
1.650 3.30 1.40 4.62
2.820 5.64 2.20 12.41
3 2.000 13.11 12.23 0.07 0.2118 0.9773 2.777 12.81 0.90 0.194 0.500 2.05 1.05 10.41
0.500 0.50 1.40 0.70
1.343 3.540 4.75 2.20 10.46
4 0.917 2.736 2.51 1.82 4.57 15.60 26.58 0.07 0.4474 0.8943 6.979 13.95 0.98 0.489 0.840 2.66 2.50 5.04
1.240 0.840 0.52 1.10 0.57
2.000 1.500 3.00 1.82 5.46 4.00 25.47
5 7.66 42.55 0.07 0.6762 0.7367 5.180 5.64 0.40 0.363 1.000 2.66 3.61 0.77
2.000 1.000 2.00 1.10 2.20
1.210 0.870 1.05 1.82 1.92
6 2.20 55.51 0.07 0.8242 0.5663 1.810 1.24 0.09 0.127 0.680 2.17 2.61 -0.68
0.750 0.680 0.26 1.10 0.28

Jumlah 16.006 3.40 24.4962 25.47

25,47 24,49
FS = = 2,57 > 1,2 (aman)
16,01 3,40
Tabel 6.40 Perhitungan stabilitas lereng kondisi draw down di hulu (Elev. MA + 650,25)
T=W N=W Te = Ne = u= U= (N-Ne-
Pias B H A W Wtot e sin cos
sin cos e*N e.T h*w L uL/cos U)tan C CL
m m m2 t/m3 t/m t/m t/m t/m t/m t/m t/m2 m t/m t/m t/m2 t/m
2.47 6.10 1.00 6.10 -
1 2.471 9.05 -10.57 0.07 0.9830 -1.661 8.90 0.62 -0.12 0.932 2.520 2.39 5.96
1.705 2.11 1.40 2.95 0.1834
1.330 2.66 1.00 2.66
2 2.000 8.95 0.00 0.07 0.0000 1.0000 0.000 8.95 0.63 0.00 2.246 2.002 4.50 4.01
2.246 4.49 1.40 6.29
0.00 0.00
1.662 0.831 0.69 1.00 0.69
3 9.37 9.42 0.07 0.1637 0.9865 1.534 9.24 0.65 0.11 3.100 2.031 6.38 2.48
2.000 3.100 6.20 1.40 8.68
4 2.000 3.600 7.20 1.40 10.08 10.08 19.38 0.07 0.3318 0.9433 3.345 9.51 0.67 0.23 3.600 2.124 8.11 1.05
1.145 3.700 4.24 1.40 5.93
5 9.24 29.35 0.07 0.4901 0.8716 4.528 8.05 0.56 0.32 3.645 2.313 9.67 -4.21
0.900 3.340 3.01 1.10 3.31
2.860 1.800 5.15 1.82 9.37 4.00 25.09
6 12.22 41.58 0.07 0.6637 0.7480 8.111 9.14 0.64 0.57 2.860 2.693 10.30 -0.79
1.813 2.860 2.59 1.10 2.85
7 1.200 1.500 0.90 1.82 1.64 1.64 52.67 0.07 0.7952 0.6064 1.302 0.99 0.07 0.09 0.000 1.940 0.00 0.41

Jumlah 17.16 3.84 8.91 25.09

25,09 8,91
FS = = 1,62 > 1,2 (aman)
17,16 3,84
Tabel 6.41 Perhitungan stabilitas lereng kondisi draw down di hulu (Elev. MA + 657)
T=W N=W Te = Ne = u= U= (N-Ne-
B H A W Wtot e sin cos
Pias sin cos e*N e.T h*w L uL/cos U)tan C CL
m m m2 t/m3 t/m t/m t/m t/m t/m t/m t/m2 m t/m t/m t/m2 t/m
2.47 6.10 1.00 6.10 - -
1 2.471 9.05 0.07 0.9830 -1.661 8.90 0.62 -0.12 0.932 2.520 2.39 5.96
1.705 2.11 1.40 2.95 10.57 0.1834

0.62 0.310 0.31 1.00 0.31


2 6.60 0.00 0.07 0.0000 1.0000 0.000 6.60 0.46 0.00 2.246 2.002 4.50 1.89 0.00 0.00
2.000 2.246 4.49 1.40 6.29
3 2.000 3.100 6.20 1.40 8.68 8.68 9.42 0.07 0.1637 0.9865 1.421 8.56 0.60 0.10 3.100 2.031 6.38 1.87
4 2.000 3.600 7.20 1.40 10.08 10.08 19.38 0.07 0.3318 0.9433 3.345 9.51 0.67 0.23 3.600 2.124 8.11 1.05
1.145 3.700 4.24 1.40 5.93
5 9.24 29.35 0.07 0.4901 0.8716 4.528 8.05 0.56 0.32 3.645 2.313 9.67 -0.89
0.900 3.340 3.01 1.10 3.31
2.860 1.800 5.15 1.82 9.37 4.00 25.09
6 12.22 41.58 0.07 0.6637 0.7480 8.111 9.14 0.64 0.57 2.860 2.693 10.30 -0.79
1.813 2.860 2.59 1.10 2.85
7 1.200 1.500 0.90 1.82 1.64 1.64 52.67 0.07 0.7952 0.6064 1.302 0.99 0.07 0.09 0.000 1.940 0.00 0.41
Jumlah 17.05 3.62 9.51 25.09

25,09 9,51
FS = = 1,67 > 1,2 (aman)
17,05 3,62
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 125
DEWATERING -
6.12.2.2 Stabilitas Cofferdam Downstream terhadap Penurunan
Dalam perhitungan terhadap bahaya penurunan, dihitung dalam kondisi yang
paling membahayakan, yaitu pada kondisi baru selesai dibangun karena material
cofferdam masih dalam kondisi jenuh sehingga tekanan air pori besar (gaya vertikal
besar).
Rumus:
V
terjadi =
A

Perhitungan
Untuk mempermudah perhitungan cofferdam downstream dan sebagai faktor
keamanan dianggap cofferdam upstream memiliki dimensi yang sama sepanjang
peenampang melintang sungai.
Diketahui:
2
= 42 t/m (data hasil penyelidikan di lapangan)
3
sat clay = 2,1 t/m (data teknis material cofferdam)
3
sat batuan = 2,4 t/m (data teknis material cofferdam)
3
beton = 2,4 t/m
Bcofferdam = 21,51 m (lebar bagian yang berbahaya (pada axist of
reference))
Lcofferdam = 21,6 m
Htot = 5,47 m
Hmaterial = 5,17 m
Hbeton = 0,3 m

a. Volume timbunan
Volume Timbunan
Clay B1 = 3,5 m
B2 = 5,15 m

3,5 5,15
A= 2 5,17

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
2
= 22,36 m
V = 22,36 x 21,6
3
= 482,98 m

Volume Timbunan
Batuan B1 = 6,88 m
B2 = 9,48 m

1 1
A= 6,88 5,17 9,48 5,17
2 2
2
= 33,116 m
V =33,116 x 21,6
3
= 715,3 m

b. Volume Beton di atas


Mercu B = 3,5 m
t = 0,3 m

V1 = B x t x L
= 3,5 x 0,3 x 21,6
3
= 22,68 m

Gaya vertikal
Tmbunan Clay
V = Volume x sat
= 482,98 x 2,1
= 1014,26 t
Timbunan Batuan
V = Volume x sat
= 715,3 x 2,4
= 1716,72 t
Material Beton
V = Volume x beton
= 22,68 x 2,4
= 54,432 t

Total gaya vertikal = 1014,26 + 1716,72 +54,432


= 2785,4 t

Tegangan yang terjadi


V
terjadi =
A
2
42 t / m
2785,4
= 21,51
21,6

2 2
= 6,00 t/m 42 t / m

+ 652.27

1.75 2
1
0.25
Core 0.25
1

1
(Clay) 1

+ 648.00
+ 647.20
+ 646.80

Gambar 6.65 Material timbunan cofferdam downstream

6.13 PERENCANAAN COFFERDAM (KISDAM)


Setelah pelaksanaan pekerjaaan tubuh bendung 1 telah selesai di laksanakan
dan cofferdam upstream telah di bongkar maka pintu bendung (spillway) dan
flushing sluice yang telah selesai dikerjakan bisa digunakan untuk
melepaskan/melewatkan aliran air dari hulu ke hilir bendung tanpa melalui diversion
channel. Tetapi sebelum dilakukan pembongkaran cofferdam upstream dibuat
terlebih dahulu siuatu konstruksi
sejenis cofferdam kecil (kisdam) yang di rencanakan dapat melindungi pelaksanaan
pekerjaan tubuh bendung 2 dari aliran air. Cofferdam ini didesain dengan debit banjir
yang lebih rendah dari Qd cofferdam upstream, mengingat cofferdam tersebut
difungsikan hanya selama pelaksanaan pekerjaan tahap 3 (tubuh bendung 2) yang di
perkirakan waktu pelaksanaanya lebih cepat dari pekerjaan tahap 2 (tubuh bendung
1).
Direncanakan :
Type cofferdam = cofferdam
concrete Diketahui :
3
Qd = Q5 thn = 378,551 m /dtk
B Spillway 3 tubuh bendung 1 = 8 m (dari data gambar design)
B Flushing Sluice = 6 m (dari data gambar design)
Elev. mercu spillway = + 652 m (dari data gambar design)
3
tanah dasar/asli = 2,42 t/m
o
tanah asli = 35
2
C = 0,42 t/m
2
Teg tanah izin ( ) = 42 t/m

6.13.1 Elevasi MA di Kisdam


Elevasi muka air di kisdam bisa dicari dengan menghitung elevasi muka air di
atas spillway dan flushing Sluice. Dianggap konstruksi tersebut adalah pelimpah
sempurna.
3/2
Qd = 1,704 c b H
378,551 = 1,704 x 1 x (8+6) x
3/2
H H2 = 6,32 m

Elev. MA = (+ 652) + 6,32


= 658,32 m
B

Gambar 6.66 Spillway dan Flushing Sluice tampak atas

6.13.2 Rencana Dimensi Kisdam


Diketahui :
Hw pintu = 6,32 m
Elev MA di pintu = + 658,32 m
Direncanakan :
Elv. lantai kisdam = + 650.00
Hma di kisdam = (+ 658,32) (+ 650.00)
= 8,32 m

+ 658.3 2

+ 650.00 + 650.00

Gambar 6.67 Rencana dimensi kisdam


BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 130
DEWATERING -
Direncanakan :
D D1 D2 B B1 B2 B3 B4 w
2.6 1.3 1.3 7.5 1 1 3.5 2 1.0

+ 658.32

+ 650.00 + 650.00

Gambar 6.68 Dimensi kisdam

6.13.3 Analisa Stabilitas


Gaya Gaya yang Bekerja
Data Perhitungan :
Sat w sub Beton C Teg tanah izin ( )
Ka Kp
t/m3 t/m3 t/m3 t/m3 t/m3 t/m2 t/m2
2.42 2.49 1 1.49 2.4 0.271 3.69 0.42 42

Untuk mempermudah perhitungan, gaya-gaya yang bekerja di kisdam dapat


dilihat dalam gambar di bawah ini :
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM DEWATERING VI -131

K1

K2

PH h

K3
Pp 1
Pa 1 K 6
K4
K5 o Pp 2
Pp 3

Ket:
1 . G= B e r a t S e n d iri D iv e r s io n 2 . Pa = T e ka n a n T a n a h A k t if
3 . P p = T e ka n a n T a n a h P a s i f 4 . P H = T e ka na n H i r o s ta t is
5 . P u= T e k a n a n U p l i f t
6 . K= G a y a G e m p a
7. O= T i t ik G u l in g K o ns t r uk s i

Gambar 6.69 Gaya-gaya yang bekerja pada kisdam

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK TULIS
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 132
DEWATERING -
A.Gaya Vertikal

Gambar 6.70 Gaya-gaya arah vertikal

1. Berat Sendiri (G)


Tabel 6.42 Perhitungan Berat Sendiri
B H PG Lengan MG
Ket.
G m m t/m3 t m tm
1 2 3 (4)=1*2*3 5 (6)=4*5 7
G1 1 9.32 2.4 22.368 6.00 134.2080
G2 3.5 9.32 2.4 39.144 4.33 169.6240
G3 7.5 1.3 2.4 23.4 3.75 87.7500
G4 4.5 1.3 2.4 14.04 4.25 59.6700

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
G5 2 1.3 2.4 3.12 1.33 4.1600
G6 1 1.3 2.4 1.56 6.83 10.6600
PG Total 103.632 466.0720 MT

Contoh :
Tiap 1 meter panjang

PG2 = x B x H x B x L
= x 3,5 x 9,32 x 2,4 x 1
= 39,144 t
MG2 = PG2 x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 39,144 x 4,33
= 169,62 tm

2. Tekanan Hidrostatis Vertikal (PHV)


Tiap 1 meter panjang
PHV = B x H x w x L
= 1 x 8,32 x 1 x 1
= 8,32 t
MPHV = PHV x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 8,32 x 7
= 58,.24 tm

3. Tekanan Uplift (PU)


Lx
Px = Hx ( H )
L
2
Px = gaya angkat pada titik x (t/m )
Hx = tinggi titik x dari muka air di hulu
(m) Lx = panjang rembesan di titik x (m)
H = beda tinggi energi ma (m)
= 8,32 m
L = Panjang total rembesan
= LV + 1/3 ( LH )
= (AB+BC+DE+EF)+ 1/3CD
= 8,125 m
Lv = Panjang rembesan vertikal
LH = Panjang rembesan horizontal

Tabel 6.43 Perhitungan Gaya Uplift

Titik Lane LV LH 1/3*LH Lx Hx (Lx/L)*h PX


1 2 3 4 5 6 7 (8) = 6-7
A 0 8.32 0.0 8.32
A-B 1.3 - -
B 1.3 9.62 1.3 8.29
B-C 1.640 - -
C 2.94 10.92 3.0 7.91
C-D - 4.5 1.50
D 4.44 10.92 4.5 6.37
E-D 2.3853721 - -
E 6.83 9.62 7.0 2.63
E-F 1.3 - -
F 8.13 8.32 8.3 0.00

U B H A PU Lengan Momen
KET
m m m2 t/m3 t m tm
U1 1 7.91 7.909 1 -7.909 7.000 -55.366
U2 1 0.379 0.190 1 -0.190 7.167 -1.359
U3 4.5 6.374 28.681 1 -28.681 4.250 -121.895
U4 4.5 1.536 3.456 1 -3.456 5.000 -17.279
U5 2 2.631 5.262 1 -5.262 1.000 -5.262
U6 2 3.742 3.742 1 -3.742 1.333 -4.990
-49.241 - 206.152
MG
0,8 x Putot - 39,39 0,8 x Mutot - 164,92

Contoh :
LxD
PxD = HxD ( H )
L
4,44
= 10,92 ( 8,32)
8,125
= 6,37 m
Tiap 1 meter panjang
PU3 = B x H x w x
L
= 4,5 x 6,374 x 1 x 1
= 28,681 t
MPU3 = PU3 x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 28,681 x 4,25
= 121,895 tm

Tekanan uplift digunakan sebagai angka keamanan, mengingat sangat kecil


kemungkinan pada saat ma maksimal bersamaan dengan terjadinya gempa. Maka
untuk effisiensi dimensi tekanan uplift di ambil (50-100%) = 80 % dari tekanan uplift
total.

Pu = 80 % x Pu
= 80 % x 49,24
= 39,393 t
Mpu = 80 % x Mpu
= 80 % x 206,152
= 164,922 tm
B. Gaya Horizontal

K1

K2

PHh
K3
Pp1
Pa1 K6 K5 o Pp2
K4 Pp3

Gambar 6.71 Gaya-gaya arah horizontal

1. Tekanan Tanah (P)


Koefisien Tekanan Tanah Aktif (Ka) dan Pasif (Kp)
2
Ka = tg (45 )
2
2 35
= tg (45 )
2
= 0,271
2
Kp = tg (45 )
2
2 35
= tg (45 )
2
= 3,69

Tekanan Tanah Aktif (Pa)


h = 2,6 m
a1 = sub h ka
= (2,49 1) 2,6 0,271
2
= 1,05 t/m

Tiap 1 meter panjang


1
Pa1 = a1 h L
2
1
= 1,05 2,6 1
2
= 1,36 t

Tekanan Tanah Pasif (Pp)


h = 2,6 m

P1 = 2c Ka

= 2 0,42 0,271
2
= 0,44 t/m

P2 = 2c KP

= 2 0,42 3,69
2
= 1,614 t/m
p3 = h Kp
= 2,42 2,6 3,69
2
= 23,22 t/m

Tiap 1 meter panjang


1
Pp1 = P1 h L
2
1
= (0,44) 2,6 1
2
= 0,57 t
Pp2 = P 2 h L

= 1,614 2,6 1
= 4,20 t
Pp3 =
1 2
P3 h L
1
= 23,22 2,6
1 2
= 30,186 t
Tabel 6.44 Perhitungan gaya tekanan tanah
P Lengan MP
Ket
Gaya t/m2 t m tm
2 3 (4)=2*3 5
Pa1 1.05 -1.36 -0.43 0.59
Pp1 0.44 0.57 0.00 0.00
Pp2 1.61 4.20 0.00 0.00
Pp3 23.22 30.18 -0.43 -13.08
Pa -1.365 -12.488 MG
Pp 34.378
PH 33.582

2. Tekanan Hidrostatis Horizontal (PHh)


hw = 10,92 m
Hh = w hw

= 110,92
2
= 10,92 t/m

Tiap 1 meter panjang


1
PHh = Hh hw L
2
1
= 10,92 10,92 1
2
= 59,62 t
MPHh = PHh x Lengan (jarak titik berat ke O
= 59,62 x 2,34
= 139,51 tm
3. Gaya Gempa (K)
K =ExG
E = Intensitas Seismik Horizontal
= 0,07 (berdasarkan Zone pembagian wilayah gempa)
G = Berat sendiri diversion (ton)
Tabel 6.45 Perhitungan gaya gempa
PG E K Lengan Mk
K t t m tm Ket
1 2 (3)=1*2 4 5=3*4
K1 22.37 0.07 -1.5658 5.960 -9.332
K2 39.14 0.07 -2.7401 4.407 -12.075
K3 23.40 0.07 -1.6380 0.650 -1.065
K4 14.04 0.07 -0.9828 0.650 0.639
K5 3.12 0.07 -0.2184 0.433 0.095
K6 1.56 0.07 -0.1092 0.433 0.047
Total -7.2542 -21.690 MG

Contoh :
K1 = PG2 x E
= 39,14 x 0,07
= 2,74 t
MK2 = PG2 x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 2,74 x 4,407
= 12,075 tm
Rekapitulasi Gaya
Tabel 6.46 Rekapitulasi gaya-gaya
Gaya Momen
NO Jenis Gaya H V MT MG
t t tm tm
1 Berat Konstruksi (PG) 103.63 466.07
2 Gaya Gempa (K) -7.254 -21.69
3 Gaya Hidrostatis (PH) -59.623 8.320 58.24 -139.52
4 Tek.Tanah (P)
Pa & Pp 33.582 -12.49
5 Tek.Uplift (Pu) -39.39 -164.92
Total -33.296 72.56 524.31 -338.62
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 140
DEWATERING -
Kontrol Stabilitas
a. Stabilitas Terhadap Guling
MT
Sf = 1,2 1,5
MG
524,31
Sf = 1,2 1,5
328,62
Sf =1,55 1,5

b. Stabilitas Terhadap Geser


1.5
Sf = f

PV


PH

dimana :
f = koefisien gesekan = ( 0,6-0,75 )
1.5
72,56
Sf = 0,7
33,296

= 1,53 1,5

c. Exentrisitas

X =
M MT G

Pv
524,31 338,62
72,56
= 2,56 m
B
e = 1
2 X * B
6
7,5

= 2,56
1
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 141
DEWATERING -
* 7,5
2 6
= 1,19 1,25
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 141
DEWATERING -
d. Terhadap tegangan tanah
Dari hasil penyelidikan tanah di dapat :

= 42,0 t/m2
PV 6e
Maks = 1
B*L B

72,56 6 1,19
= 1 42
7,5 1 7,5
2
= 18,89 42 t / m

Min = P 6e
V 1 0
B* B
L

72,56 6 1,19 42
= 1

7,5 1 7,5
2
= 0,46 0 t / m

6.13.4 Penulangan Kisdam


Perhitungan penulangan kisdam disajikan dalam perhitungan penulangan
diversion channel untuk mempermudah pembahasannya.

6.14 PEKERJAAN KOLAM PENAMPUNGAN DAN POMPA


Debit rembesan yang melewati cofferdam upstream dan masuk ke area
pekerjaan bendung direncanakan ditampung dalam suatu kolam penampungan yang
kemudian debit rembesan segera di pompa keluar dari area agar tidak menggenang
dan mengganggu pekerjaan konstruksi.

6.14.1 Kolam Penampungan


Kolam penampungan di tempatkan pada elevasi terendah dari hilir cofferdam
upstream agar debit rembesan (Qf) dapat dengan mudah mudah masuk ke kolam
penampungan. Kolam penampungan direncanakan dapat menampung Q f yang terjadi.
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 142
DEWATERING -
A. Dimensi Kolam penampungan
Diketahui :
3
Qf = 0,0015 m /dtk =0,002
3
m /dtk Direncanakan :
Kolam direncanakan mampu menampung debit rembesan selama 2 jam =7200
dtk, kemudiaan baru dilakukan pemompaan.
Pompa di rencanakan dioperasikan ketika ma di kolam mencapai ketinggian 1,2
m dari dasar kolam.
Pompa berhenti dioperasikan pada ketinggian ma 0,2 m dari dasar kolam sebagai
tampungan.
Dimensi rencana
kolam L = 3 m
B=3m
H = 1,2
m
w = 0,2 m

Gambar 6.72 Dimensi kolam penampungan

Kapasitas kolam = L B (H w)
= 3 3 (1,2 0,2)
3
= 12,6 m
V inflow = Q x t
= 0,0015 x 7200
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 143
DEWATERING -
3
= 10,8 m
V out flow (dibuang) = 3 x 3 x (1,2 0,2)
3
=9m
Direncanakan pompa dioperasikan selama 5 menit = 300 dtk untuk dapat
membuang V outflow, maka:

Q out flow = Q pompa 9


= 300
3
= 0,03 m /dtk

Digunakan pompa dengan kapasitas 0,05

3
m /dtk

B. Daya Pompa
Pompa ditempatkan sedemikian rupa dari kolam penampungan agar tidak
menganggu pekerjaan tubuh bendung. Debit di kolam akan dibuang masuk ke
diversion channel (Sta.00+042).
Diketahui :
3
Qf =Q inflow = 0,02 m /dtk
3
Q pompa = 0,05 m /dtk
Elevasi hilir cofferdan upstream = + 651,00 m
Hma di kolam = (+ 651,00) w
= (+ 651,00) 0,2
= + 650,80 m
Htot kolam = 1,2+0,2
= 1,4 m
Elev. dasar kolam = + 651-1,4
= + 649,60 m
Elev. ma diversion channel (Sta.00+042) = + 658,24 m
Digunakan pipa 10 cm = 0,1 m
+ 658.24

P Pipa10 cm
+ 650.80

+ 649.60

Gambar 6.73 Rencana sistem pompa

Dengan memperhatikan gambar di atasdan hasil pengukuran pada peta


didapat: Ltot = L1+L2+L3+L4+L5+L6
= 22 m

Perhitungan:
Q
V=
A
0,05
=
1 2
3,14 0,1
4
= 6,37 m/dtk

Tinggi tekan efektif (Hm)


Hm = Hs + hf.................................................................................... (6.6)
(Bambang Triatmojo, Hidrolika II)
Tinggi tekan statis Hs = (+658,24) - (650,8)
= 7,44 m
Kehilangan energi hf
a. Hf primer = kehilangan energi akibat gesekan
L V
= f 2
(koefisien gesekan pipa f diambil
0,03)
D 2g
22
= 0,03 2
6,34
0,1 2 9,81
= 13,52 m

b. Hf sekunder = kehilangan energi akibat belokan pipa (ada 4 belokan pipa)


V2
= 4 x (k ) o
koefisien belokan k (sudut 90 ) = 1
2g
2
6,34
= 4 x (1 )
2 9,81
= 8,195 m

Hm = Hs + hf
Hm = 7,44 + (13,52 + 8,195)
= 29,16 m

Daya pompa yang dibutuhkan

9,81* * Q * Hm
P= (watt)
o
* Q * Hm
P = (Hp)
75 *o

1000 0,05 29,16


P= 75* 0,8 (Hp)

= 24,30 Hp ~ 25 Hp

6.15 DIMENSI DAN STABILITAS DINDING DIVERSION CHANNEL


Dinding diversion sepanjang diversion channel dapat diklasifikasikan dalam 5 tipe
untuk mempermudah pelaksanaan di lapngan. Perbedaaan type tersebut juga berdasarkan
perbedaan muka air, ketinggian crest dinding diversion yang disesuaikan dengan hasil
pendimensian cofferdam sehingga gaya-gaya yang bekerja akan bebeda pada tiap
stasiun.. Untuk tiap type dinding yang sama dgunakan pada kondisi yang paling tidak
menguntungkan untuk cek terhadap stabilitas.
Lima type dinding diversion tersebut yaitu :
Type I (Sta. 00+00-Sta.00+020,5)
Type II (Sta. 00+020,5-Sta.00+027)
Type 1II (Sta. 00+027-Sta.00+072.6)
Type IV (Sta. 00+072.6-Sta.00+091,72)
Type V (Sta. 00+091,2-Sta.00+108,16)

Dari hasil perhitungan sebelumnya telah didapatkan data yang disajikan berikut
ini:
Tabel 6.47 Tipe dinding diversion channel

H MATertinggi H top of Wall


Tipe Sta.
m m
IA 00+00-00+020.5 7.8 8.3
IB 00+020.5-00+027 6.7 7.3
II 00+027-00+072.6 6.19 6.8
III 00+072.6-00+091.72 5.32 5.92
1V 00+091.72-00+108.16 3.68 4.28

Dalam Perhitungan dimensi dinding diversion channel nantinya berdasarkan


tabel di atas dengan memperhatikan kondisi yang paling membahayakan untuk
kontrol stabilitasnya.
6.15.1 Rencana Dimensi Dinding

Gambar 6.74 Rencana dimensi dinding diversion channel

Untuk mempermudah perhitungan, maka secara umum gaya-gaya yang bekerja


pada dinding diversion pada tiap type dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Dimana
titik guling nya (o) berbeda akibat gaya-gaya yang bekerja pada tiap type juga berbeda
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI -148
DEWATERING
A. Gaya-gaya yang bekeja pada dinding type I dan V
Tanah Timbunan
Cofferdam

Pa1

K1
Pp1

K2 Pa2

Pa3

PHhp PHha
K3

o
Pp3 Pp2
Pp4 K6 K5 Pa4 Pa5
K4

Ket :
1.G= Berat Sendiri Diversion 2.Pa = Tekanan Tanah Aktif 3.Pp = Tekanan Tanah Pasif 4.Ptv = Tekanan Tanah Vertikal 4.PH = Tekanan Hirostatis 5.Pu = Tekanan Uplif
6.K= Gaya Gempa
7.O= Titik Guling Konstruksi

Gambar 6.75 Gaya yang bekerja pada dinding tipe I dan V

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK TULIS
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
B. Gaya-gaya yang bekerja pada dinding type II,III, dan IV

K1

K2

PH h

K3 Pp 2
Pp 1
Pa 1 K 6
K4
K5 o
Pp 3

Ket:
1 .G= B e ra t S e n d i r i D iv e r s io n 2 . P a= T e ka na n T a na h A k t i f
.P p= T e ka na n T a na h P a s i f
.P tv=T e ka na n T a na h V e r t ik a l 4 . P H= T e ka na n H iro s ta t is
.P u= T e ka na n U p l i f t
.K= G a ya G e m p a
. O= T iti k G u lin g K o n s tru k s i

Gambar 6.76 Gaya yang bekerja pada dinding tipe II,III dan IV
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 150
DEWATERING

6.15.2 Analisa Stabilitas


Rencana dimensi dinding diversion channel meliputi pondasi dan badan
diversion dimana harus aman terhadap :
Stabilitas Terhadap Guling
1,2 1,5
MT
Sf =
MG

Stabilitas Terhadap Geser


1,5
Sf

f PV


PH

Di mana :
f = koefisien gesekan = ( 0,6-0,75 )
Exentrisitas
MT
x = M G

Pv
B
e 1
2 X * B
6
Tegangan Tanah
PV 6e
Maks = 1
B*L B

PV 1 6e 0
Min =
B* B
L

Data Perhitungan:
a. Tanah asli
Tabel 6.48 Data tanah asli di area diversion channel

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 150
DEWATERING
sat w sub Beton Ka Kp C Teg tanah izin ( )
t/m3 t/m3 t/m3 t/m3 t/m3 t/m2 t/m2
2.42 2.49 1 1.42 2.4 0.271 3.69 0.42 42

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 151
DEWATERING

Koefisien Tekanan Tanah Aktif (Ka) dan Pasif (Kp) Tanah Asli
2
Ka = tg (45 )
2
2 35
= tg (45 )
2
= 0,271
2
Kp = tg (45 )
2
2 35
= tg (45 )
2
= 3,69

b. Tanah timbunan cofferdam.


Tabel 6.49 Data teknis material tanah timbunan cofferdam

w sat sub Ka Kp c
t/m3 t/m3 t/m3 t/m3 t/m2
1 1.82 2.1 1.1 0.406 2.464 4.0

Koefisien Tekanan Tanah Aktif (Ka) dan Pasif (Kp) Timbunan Tanah
Cofferdam
2
Ka = tg (45 )
2
2 25
= tg (45 )
2
= 0,406
2
Kp = tg (45 )
2
2 35
= tg (45 )
2
= 2,46
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 152
DEWATERING

6.15.3 Perhitungan Dimensi dan


Stabilitas 6.15.3.1 Type I (Sta. 00+00-
Sta. 00+020,5)
Diketahui :
Hma tertinggi = 7,8 m (Sta.00+00)
Hma berbahaya terkait posisi axist of coff. u/s dan titik gulingnya = 5,83
(Sta.00+016)
H top of Wall = 8,3 m
H coff di axist of cofferdam u/s = 7,8 m
Hma Rembesan = 7,19 m (lihat perhitungan aliran seepage)
h = 7,8-7,19
= 0,61 m

Rencana Dimensi
Tabel 6.50 Rencana dimensi dinding tipe I
D D1 D2 B B1 B2 B3 B4
m m m m m m m m
1.5 0.75 0.75 7.2 1 0.65 2.7 2.85
+ 661.50

MA Rembesan

Tanah Timbunan Cofferdam Upstream

+ 653.00

Gambar 6.77 Dimensi dinding diversion tipe 1

Analisa Stabilitas
Gaya yang Bekerja (lihat gambar 6.75)
1. Gaya Vertikal
a.Berat Sendiri
Tabel 6.51 Perhitungan Berat Sendiri

B H PG Lengan MG
G m m t/m3 t m tm
1 2 3 (4)=1*2*3 5 (6)=4*5
G1 0.65 8.3 2.4 12.948 1.325 -17.1561
G2 2.7 8.3 2.4 26.892 2.55 -68.5746
G3 7.2 0.75 2.4 12.96 3.6 -46.656
G4 3.35 0.75 2.4 6.03 2.675 -16.13025
G5 2.85 0.75 2.4 2.565 5.3 -13.5945
G6 1 0.75 2.4 0.9 0.667 -0.6
Total 62.295 -162.711
Contoh :
Tiap 1 meter panjang

PG2 = x B x H x B x L
= x 2,7 x 8,3 x 2,4 x 1
= 26,892 t
MG2 = PG2 x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 12,948 x 2,55
= 68,5746 tm

b. Tekanan Tanah Vertikal (Ptv)


Tabel 6.52 Perhitungan tekanan tanah vertikal
B H Ptv Lengan Mtv
Ket
TV m m t/m3 t m tm
1 2 3 (4)=1*2*3 5 (6)=4*5 7
TV 1 2.850 0.62 1.82 3.2159 5.775 -18.572
TV2 2.336 0.62 1.82 2.6392 3.181 -8.394
TV3 0.202 0.62 1.82 0.1120 1.945 -0.218
TV4 2.850 7.18 1.1 22.5407 5.775 -130.172
TV5 2.336 7.18 1.1 9.2492 3.570 -33.023
Total 37.7570 -190.379 MT

Contoh:
Tiap 1 meter panjang
Ptv1 = B4 x H x x
L
= 2,85 x 0,62 x 1,82 x 1
= 3,216 t
M Ptv1 = Ptv1x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 3,216 x 5,775
= 18,572 tm

c.Tekanan Hidrostatis Vertikal (PHV)


Tiap 1 meter panjang
PHV = B x H x w x
L
= 1 x 5,83 x 1 x 1
= 5,83 t
MPHV = PHV x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 5,83 x 0,5
= 2,915 tm (MT)

d. Tekanan Uplift (PU)


Lx H )
Px = Hx (
L

2
Px = gaya angkat pada titik x (t/m )
Hx = tinggi titik x dari muka air di hulu
(m) Lx = panjang rembesan di titik x
(m)
H = beda tinggi energi ma (m)
= 1,36 m
L = Panjang total rembesan
= LV + 1/3 ( LH )
= (AB+BC+DE+EF)+ 1/3CD
= 6,813 m
Lv = Panjang rembesan vertikal
LH = Panjang rembesan horizontal

Tabel 6.53 Perhitungan tekanan uplift

Titik Lane LV LH 1/3*LH Lx Hx (Lx/L)*h PX


1 2 3 4 5 6 7 (8) = 6-7
A 0 7.18 0.00 7.18
A-B 0.75 - -
B 0.75 7.93 0.15 7.78
B-C 2.947 - -
C 3.70 8.68 0.73 7.95
C-D - 3.35 1.12
D 4.81 8.68 0.95 7.73
E-D 1.25 - -
E 6.06 7.93 1.20 6.73
E-F 0.75 - -
F 6.81 7.18 1.36 5.83
U B H A w PU Lengan Momen
Ket
m m m2 t/m3 t m tm
U1 2.85 7.95 22.663 1 -22.663 5.775 130.881
U2 2.85 0.16 0.231 1 -0.231 5.300 1.222
U3 3.35 7.73 25.893 1 -25.893 2.675 69.263
U4 3.35 0.22 0.373 1 -0.373 3.233 1.207
U5 1 6.73 6.730 1 -6.730 0.500 3.365
U6 1 1.00 0.500 1 -0.500 0.667 0.333
Total -56.390 206.272 MG

Contoh : HxD ( LxD H )


L
PxD =

4,81
= 8,68 ( 1,36)
6,813
= 7,73 m

Tiap 1 meter panjang


PU3 = B x H x w x
L
= 3,35 x 7,73 x 1 x 1
= 25,893 t
M PU3 = PU3 x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 25,893 x 2,675
= 69,263 tm

2. Gaya Arah Horizontal


a. Tekanan Tanah Horizontal
Diketahui:
Tanah Asli
Ka = 0,271
Kp = 3,69
Tanah Timbunan cofferdam
Ka = 0,406
Kp = 2,46

Tabel 6.54 Perhitungan tekanan tanah horizontal


h H2 C tot P Lengan Mp
Ka Kp
Gaya m m t/m3 t/m2 t/m2 t/m2 t m tm Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (11)=9*10 12

Pa1 0.62 1.82 - 0.406 2.464 0.45813 0.45813 0.14202 8.137 1.156
Pa2 0.62 7.18 1.82 - 0.406 - 0.45813 0.45813 3.29396 4.345 14.312
Pa3 7.18 7.18 1.1 - 0.406 - 3.21105 3.21105 11.54374 3.147 36.324
7.18 1.82 - 0.271 - 3.54625
Pa4 1.5 5.6896 8.53439 0.000 0.000
7.18 1.1 - 0.271 - 2.14334
Pa5 1.5 1.49 - 0.271 - 0.60569 0.60569 0.45426 0.250 -0.114
Pp1 7.8 - 4 0.406 - -5.09745 -5.09745 -39.76011 4.650 -184.885
Pp2 1.5 - 0.42 0.271 - -0.43728 -0.43728 -0.65593 0.000 0.000
Pp3 1.5 - 0.42 3.69 -1.61359 -1.61359 -2.42038 0.000 0.000
Pp4 1.5 1.49 - 0.271 3.69 -8.24715 -8.24715 -6.18536 0.250 1.546
Pa 23.968
Pp -49.022 -131.66 MT

PH -25.053

Contoh :
a1 = h ka
= 1,82 0,62 0,406
2
= 0,458 t/m

Tiap 1 meter panjang


1
Pa1 = a1 h L
2
1
= 0,458 0,62
1 2
= 0,142 t
MPa1 = Pa1 x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 0,142 x 8,137
= 1,156 tm

b. Tekanan Hidrostatis Horizontal (PHh)


Tabel 6.55 Perhitungan tekanan hidrostatis
h w PH Lengan MH
Gaya Ket
m t/m3 t/m2 t m tm
1 2 3 4 5 (6)=4*5 7
Php 7.33 1 7.33 -26.8644 1.693 -45.490

Pha 8.69 1 8.68 37.7580 2.143 81.053


Total 10.8936 35.563 MG

Contoh:
hw = (5,83+1,5)
= 7,33 m
Hh = w hw

= 1 7,33
2
= 7,33 t/m

Tiap 1 meter panjang


1
PHh = Hh hw L
2
1
= 7,33 7,331
2
= 26,86 t
MPHh = PHh x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 26,86 x 1,693
= 45,49 tm
c.Gaya Gempa
K =ExG
E = Intensitas Seismik Horizontal
= 0,07 (berdasarkan Zone pembagian wilayah gempa)
G = Berat sendiri diversion (ton)
Tabel 6.56 Perhitungan gaya gempa
PG E K Lengan Mk
K t t m tm Ket
1 2 (3)=1*2 4 5=3*4 6
K1 12.95 0.07 0.9064 4.900 4.44116
K2 26.89 0.07 1.8824 3.517 6.61991
K3 12.96 0.07 0.9072 0.375 0.34020
K4 6.03 0.07 0.4221 0.375 -0.15829
K5 2.57 0.07 0.1796 0.250 -0.04489
K6 0.90 0.07 0.0630 0.250 -0.01575
Total 4.3607 11.18235 MG

Contoh :
K2 = PG2 x E
= 26,89 x 0,07
= 1,882 t
MK2 = K2 x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 1,882 x 3,517
= 5,94 tm (-)
Rekapitulasi
Tabel 6.57 Rekapitulasi gaya yang bekerja
NO Jenis Gaya Gaya Momen
H V MT MG
1 Berat Konstruksi 62.295 -162.711
2 Gaya Gempa 4.36065 11.182
3 Gaya Hidrostatis 10.8936 5.83 -2.915 35.563
4 Tek.Tanah
Pa & Pp -25.053 -131.660
Ptv 37.7570 -190.379
5 Tek.Uplift -56.390 206.272
Total -9.79917 49.49247 -487.66546 253.01734
Kontrol Stabilitas
a. Stabilitas Terhadap Guling
1,2 1,5
MT
Sf =
MG

487,665
Sf = 1,2 1,5
253,02
Sf = 1,93

b. Stabilitas Terhadap Geser


1,5
Sf = f

PV


PH

dimana :
f = koefisien gesekan = ( 0,6-0,75 )
49,492
Sf = 0,7 1,5
9,799
= 3,54 1,5

c. Exentrisitas

x =
M M T G

Pv
487,665 253,02
49,492
= 4,74 m
B
e = 1
2 X * B
6
7,2

= 4,74
1
* 7,2
2 6
= - 1,14 1,2
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 161
DEWATERING

d. Terhadap tegangan tanah


Dari hasil penyelidikan tanah didapat :

= 42,0 t/m2
PV 6e
Maks = 1
B*L B

49,492 6 1,14
= 1 42
7,2 1 7,2
2
= 13,41 42 t / m

Min = P 6e
V 1
0
B* B
L

49,492 6 1,14
= 1 0
7,2 1 7,2
= 0,34 0 t / m
2

6.15.3.2 Type II (Sta. 00+20,5-Sta.00+027)


Hma tertinggi = 6,7 m (Sta.00+020,5)
H top of wall = 7,3 m

Rencana Dimensi
Tabel 6.58 Rencana dimensi dinding tipe II
D D1 D2 B B1 B2 B3 B4 Ht
m m m m m m m m m
1.5 0.75 0.75 7 0.5 0.65 2.6 3.25 1.8
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 162
DEWATERING

+ 660.21

+ 652.91

Gambar 6.78 Dimensi dinding diversion tipe 1I


Analisis Stabilitas
Gaya Gaya yang Bekerja (lihat gambar 6.76)
1. Gaya Arah Vertikal

o
Gambar 6.79 Gaya-gaya arah vertikal

a.Berat Sendiri
Tabel 6.59 Perhitungan Berat Sendiri
B H PG Lengan MG
KET
G m m t/m3 t m tm
1 2 3 (4)=1*2*3 5 (6)=4*5 7
G1 0.65 7.3 2.4 11.388 6.18 70.3209
G2 2.6 7.3 2.4 22.776 4.98 113.5004
G3 7 0.75 2.4 12.6 3.50 44.1000
G4 3.25 0.75 2.4 5.85 4.88 28.5188
G5 3.25 0.75 2.4 2.925 2.17 6.3375
G6 0.5 0.75 2.4 0.45 6.67 3.0000
Total 55.989 265.7776 MT
Contoh :
Tiap 1 meter panjang

PG2 = x B x H x B x L
= x 2,6 x 7,3 x 2,4 x 1
= 22,776 t
MG2 = PG2 x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 22,776 x 4,98
= 113,5 tm

b. Tekanan Tanah Vertikal (Ptv)


B4 = 3,25 m

B = 0,64 m (hasil pengukuran)

Tiap 1 meter panjang


Ptv1 = B4 x H x tanah x L
= 3,25 x 1,8 x 2,42 x 1
= 14,157 t
M Ptv1 = Ptv1x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 14,157 x 1,625
= 23,01 tm (MT)

Ptv2 = x B x H x tanah x L
= x 0,64 x 1,8 x 2,42 x 1
= 1,396 t
M Ptv1 = Ptv2x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 1,396 x 3,46
= 4,83 tm (MT)
Tabel 6.60 Perhitungan tekanan tanah vertikal
PV Lengan Momen Ket
t m tm
14.157 1.625 23.0051
1.396 3.464 4.8364
15.553 27.8415 MT

c. Tekanan Hidrostatis Vertikal (PHV)


Tiap 1 meter panjang
PHV = B x H x w x
L
= 0,5 x 6,7 x 1 x 1
= 3,35 t (+)
MPHV = PHV x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 3,35 x 6,75
= 22,613 tm (MT)

d. Tekanan Uplift (PU)


Lx H )
Px = Hx (
L

2
Px = gaya angkat pada titik x (t/m )
Hx = tinggi titik x dari muka air di hulu
(m) Lx = panjang rembesan di titik x (m)
H = beda tinggi energi ma (m)
= 4,9 m
L = Panjang total rembesan
= LV + 1/3 ( LH )
= (AB+BC+DE+EF)+ 1/3CD
= 6,82 m
Lv = Panjang rembesan vertikal
LH = Panjang rembesan horizontal
Tabel 6.63 Perhitungan tekanan uplift

Titik Lane LV LH 1/3*LH Lx Hx (Lx/L)*h PX


1 2 3 4 5 6 7 (8) = 6-7
A 0 6.7 0.0 6.70
A-B 0.75 - -
B 0.75 7.45 0.5 6.91
B-C 0.901 - -
C 1.65 8.2 1.2 7.01
C-D - 3.25 1.08
D 2.73 8.2 2.0 6.235
E-D 3.335416016 - -
E 6.07 7.45 4.4 3.09
E-F 0.75 - -
F 6.82 6.7 4.9 1.80

U B H A w Pu Lengan MU
KET
m m m2 t/m3 t m tm
U1 0.5 6.911 3.456 1 -3.456 6.750 -23.325
U2 0.5 0.102 0.026 1 -0.026 6.667 -0.171
U3 3.25 6.235 20.264 1 -20.264 4.875 -98.789
U4 3.25 0.778 1.265 1 -1.265 5.417 -6.851
U5 3.25 3.089 10.039 1 -10.039 1.625 -16.313
U6 3.25 3.146 5.113 1 -5.113 2.167 -11.078
Total -40.162 -156.527 MG

Contoh :
LxD
PxD = HxD ( H )
L
2,73
= 8,2 ( 4,9)
6,82
= 6,238 m

Tiap 1 meter panjang


PU3 = B x H x w x
L
= 3,25 x 6,235 x 1 x 1
= 20,264 t
M PU3 = PU3 x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 20,264 x 4,875
= 98,786 tm

2. Gaya Arah Horizontal

K1

K2

PHh
Pp2
K3
Pp1
Pa1 K6 K5 o Pp3
K4

Gambar 6.80 Gaya-gaya arah horizontal

a. Tekanan Tanah Horizontal (Pap)


Diketahui:
Ka = 0,271
Kp = 3,69

Tekanan Tanah Aktif (Pa)


h =2m
a1 = sub h ka
= (2,49 1) 1,5 0,271
2
= 0,606 t/m
Tiap 1 meter panjang
1
Pa1 = a1 h L
2

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
1
= 0,606 1,5 1
2
= 0,454 t
Tekanan Tanah Pasif (Pp)
h = 1,5 m

P1 = 2c Ka

= 2 0,42 0,271
2
= 0,44 t/m

h = 3,3 m

P2 = 2c KP

= 2 0,42 3,69
2
= 1,61 t/m
p3 = h Kp
= 2,42 3,3 3,69
2
= 29,47 t/m

Tiap 1 meter panjang


1
Pp1 = P1 h L
2
1
= (0,44) 1,5 1
2
= 0,33 t
Pp2 = P 2 h L

= 1,61 3,3 1
= 5,32 t
1
Pp3 = P3 h L
2
1
= 29,47 3,3 1
2

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
= 48,623 t

Tabel 6.64 Perhitungan tekanan tanah horizontal


h Ka C Kp Pap Lengan Map
Ket
Pap m t/m3 t/m2 t/m2 t m tm
1 3 4 5 6 7 8 (9)=7*8 10

Pa1 1.5 1.49 0.271 - - 0.61 -0.454 0.25 0.11


Pp1 1.5 0.271 - - 0.44 0.33 0.00 0.00
Pp2 3.3 2.42 - 0.32 3.69 1.61 5.32 0.90 4.79
Pp3 3.3 2.42 - 0.32 3.69 29.47 48.62 0.35 17.02
Pa -0.454 21.924 MT
Pp 53.948
PH 53.821

b. Tekanan Hidrostatis Horizontal (PHh)


hw = 8,2 m
Hh = w hw

= 1 8,2
2
= 8,2 t/m

Tiap 1 meter panjang


1
PHh = Hh hw
2
1
= 8,2 8,2
2
= 33,62 t (-)
MPHh = PHh x Lengan (jarak titik berat ke O
= 33,62 x 1,983
= 66,68 tm (MG)

c. Gaya Gempa (K)


K=ExG
E = Intensitas seismik horizontal

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
= 0,07 (berdasarkan Zone pembagian wilayah
gempa) G = Berat sendiri diversion (ton)

Tabel 6.65 Perhitungan gaya gempa


PG E K Lengan MK
Ket
K t t m tm

1 2 (3)=1*2 4 5=3*4 6

K1 11.39 0.07 -0.7972 4.400 -3.508


K2 22.78 0.07 -1.5943 3.183 -5.075
K3 12.60 0.07 -0.8820 0.375 -0.331
K4 5.85 0.07 -0.4095 0.375 0.154
K5 2.93 0.07 -0.2048 0.250 0.051
K6 0.45 0.07 -0.0315 0.250 0.008
Total -3.9192 -8.701 MG

Contoh :
K2 = PG2 x E
= 22,76 x 0,07
= 1,593 t
MK2 = PG2 x Lengan (jarak titik berat ke O)
= 1,593 x 3,183
= 5,071 tm (MG)

Rekapitulasi Gaya
Tabel 6.66 Rekapitulasi gaya yang bekerja
Gaya Momen
NO Jenis Gaya
t tm
H V MT MG
1 Berat Konstruksi (PG) 55.99 265.78
2 Gaya Gempa (K) -3.919 -8.70
3 Gaya Hidrostatis (PH) -33.620 3.350 22.61 -66.68
4 Tek.Tanah (Pt)
Pa & Pp 53.821 21.92
Ptv 15.553 27.84
5 Tek.Uplift (Pu) -40.16 -156.53
Total 16.282 34.73 338.16 -231.91
Kontrol Stabilitas
a. Stabilitas Terhadap Guling
MT
Sf = 1,2 1,5
MG
338,16
Sf = 1,2
1,5 231,91
Sf = 1,46

b. Stabilitas Terhadap Geser


1.5
Sf = f

PV


PH

dimana :
f = koefisien gesekan = ( 0,6-0,75 )
34,73
Sf = 0,7 1.5
16,2
= 1,501 1,5

c. Exentrisitas

x =
M M
T G

Pv
336,16 231,91
34,73
= 3,06 m
B
e = 1
2 X * B
6
7
1
= 3,06 * 7
2 6
= 0,44 1,2
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 172
DEWATERING

d. Terhadap tegangan tanah


Dari hasil penyelidikan tanah di dapat :

= 42,0 t/m2
PV 6e
Maks = 1
B*L B

34,73 6 0,44
= 1 42

7 1 7
2
= 6,84 42 t / m

Min = P 6e
V 1 0
B* B
L
34,73 6 0,44
= 1 0

7 1 7
2
= 3,08 0 t / m

6.15.3.3. Type III (Sta. 00+27-Sta.00+072,6)


Hma tertinggi = 6,19 m
(Sta.00+00) H top of wall
= 6,8 m

Rencana Dimensi
Tabel 6.67 Rencana dimensi dinding tipe III
D D1 D2 B B1 B2 B3 B4 Ht
m m m m m m m m m
1.3 0.65 0.65 6.5 0.5 0.6 2.4 3 1.7
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 173
DEWATERING

+ 659.57

+ 652.77

o
Gambar 6.81 Dimensi dinding diversion tipe III

Analisis Stabilitas
Perhitungan analisis stabilitas tipe III = analisis tipe II
Gaya yang Bekerja
1.Gaya Arah
Vertikal

Tabel 6.68 Rekapitulasi perhitungan gaya arah vertikal


GAYA ARAH VERTIKAL
Besar P Momen
Gaya
t t/m

Berat Sendiri (PG) P M


PG1 9.792 55.8144
PG2 19.584 90.0864
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 174
DEWATERING
PG3 10.14 32.9550
PG4 4.68 21.0600
PG5 2.34 4.6800
PG6 0.39 2.4050
46.926 207.0008
Hidrostatis (PHv) P M
PHv 3.095 19.3438
3.095 19.3438

Uplift (PU) P M
PU1 -3.184 -19.902
PU2 -0.014 -0.085
PU3 -17.095 -76.926
PU4 -1.088 -5.441
PU5 -8.465 -12.697
PU6 -4.315 -8.630
-34.160 -123.680

Tek.Tanah Vertikal
(Ptv) P M
Ptv1 12.342 18.5130
Ptv2 1.2342 3.9494
13.5762 22.4624
Sumber: Hasil Perhitungan

2. Gaya Arah Horizontal


Tabel 6.69 Rekapitulasi perhitungan gaya arah horizontal
GAYA ARAH HORIZONTAL
Besar P Momen
Gaya
t t/m

Hidrostatis (PHh) P M
PHh -28.05005 -51.799
-28.05005 -51.799

Tek.Tanah (Pa,Pp) P M
Pa1 -0.34 0.07
Pp1 0.28 0.00
Pp2 4.84 4.11
Pp3 40.18 14.06
44.97 18.25

Gempa P M
K1 -0.6854 -2.776
K2 -1.3709 -3.998
K3 -0.7098 -0.231
K4 -0.3276 0.106
K5 -0.1638 0.035
K6 -0.0273 0.006
-3.2848 -6.857
Sumber Hasil Perhitungan

Rekapitulasi Gaya
Tabel 6.70 Rekapitulasi gaya yang bekerja
NO Jenis Gaya Gaya Momen
H V MT MG
1 Berat Konstruksi (PG) 46.93 207.00
2 Gaya Gempa (K) -3.285 -6.86
3 Gaya Hidrostatis (PH) -28.050 3.095 19.34 -51.80
4 Tek.Tanah (Pt)
Pa & Pp 44.968 18.25
Ptv 13.576 22.46
5 Tek.Uplift (Pu) -34.16 -123.68
Total 13.633 29.44 267.06 -182.34

Kontrol Stabilitas
Tabel 6.71 Rekapitulasi perhitungan kontrol stabilitas
CEKKING Hasil Syarat
1 Guling 1.46 1.2-1.5
2 Geser 1.5331 1.5
3 Exentrisitas
X 2.8782
E 0.3718 1.083
4 Teg. Tanah
Maks 6.0832 42
Min 2.9743 0
Sumber: Hasil Perhitungan

6.15.3.4. Type IV
Hma tertinggi = 5,32 m (Sta.00+072,6)
H top of wall = 5,92 m
Rencana Dimensi
Tabel 6.72 Rencana dimensi dinding tipe IV

D D1 D2 B B1 B2 B3 B4 Ht
1 0.5 0.5 6 0.5 0.6 2 2.9 1.5

+ 657.79

+ 651.87

Gambar 6.82 Dimensi dinding diversion tipe 1V

Analisis Stabilitas
Perhitungan analisis stabilitas tipe IV= analisis stabilitas tipe II
Gaya yang bekerja
1. Gaya Arah Vertikal
Tabel 6.73 Rekapitulasi perhitungan gaya arah vertikal
GAYA ARAH VERTIKAL
Besar P Momen
Gaya
t t/m

Berat Sendiri (PG) P M


PG1 8.5248 44.3290
PG2 14.208 60.1472
PG3 7.2 21.6000
PG4 3.12 13.1040
PG5 1.74 3.3640
PG6 0.3 1.7000
35.0928 144.2442

Hidrostatis (PHv) P M
PHv 2.66 15.2950
2.66 15.2950

Uplift (PU) P M
PU1 -2.737 -15.737
PU2 -0.003 -0.015
PU3 -12.698 -53.333
PU4 -0.780 -3.615
PU5 -6.804 -9.866
PU6 -3.680 -7.114
-26.702 -89.680

Tek.Tanah (Pt) P M
Pt1 10.527 15.2642
Pt2 0.9197635 2.8227
11.446764 18.0868

2. Gaya Arah Horizontal


Tabel 6.74 Rekapitulasi perhitungan gaya arah horizontal
GAYA ARAH HORIZONTAL
Besar P Momen
Gaya
t t/m

Hidrostatis (PHh) P M
PHh -19.9712 -32.087
-19.9712 -32.087

Tek.Tanah (Pa,Pp) P M
Pa1 -0.20 0.03
Pp1 0.22 0.00
Pp2 4.03 3.03
Pp3 27.91 9.30
31.96 12.36

Gempa P M
K1 -0.5967 -2.065
K2 -0.9946 -2.460
K3 -0.5040 -0.126
K4 -0.2184 0.055
K5 -0.1218 0.020
K6 -0.0210 0.004
-2.4565 -4.572

Rekapitulasi Gaya:
Tabel 6.75 Rekapitulasi gaya yang bekerja
NO Jenis Gaya Gaya Momen
H V MT MG
1 Berat Konstruksi (PG) 35.09 144.24
2 Gaya Gempa (K) -2.456 -4.57
3 Gaya Hidrostatis (PH) -19.971 2.660 15.30 -32.09
4 Tek.Tanah (Pt)
Pa & Pp 31.956 12.36
Ptv 11.447 18.09
5 Tek.Uplift (Pu) -26.70 -89.68
Total 9.529 22.50 189.99 -126.34

Kontrol Stabilitas
Tabel 6.76 Rekapitulasi perhitungan kontrol stabilitas
CEKKING Hasil Syarat
1 Guling 1.50 1.21.5
2 Geser 1.6764 1.5
3 Exentrisitas
X 2.8291
E 0.1709 1.0
4 Teg. Tanah
Maks 4.3905 42
Min 3.1087 0

6.15.3.5 Type V (Sta.00+091,72-Sta.00+108,16)


Diketahui :
H top of Wall = 4,28 m
Hma = 3,68
m
H coff = 1,729 m
Hma Rembesan = 1,30 m (lihat perhitungan seepage)
h = 1,729-1,3
= 0,429 m

Rencana Dimensi
Tabel 6.77 Rencana dimensi dinding tipe V
D (m) D1 (m) D2 (m) B (m) B1 (m) B2 (m) B3 (m) B4 (m)

1.0 0.5 0.5 6.0 1.0 0.6 2.0 2.4

+ 654.82

+ 652.27
MA Rembesan

Tanah Timbunan Cofferdam


Downstream
+ 650.54
Gambar 6.83 Dimensi dinding diversion tipe V
Analisis Stabilitas
Perhitungan analisis stabilitas tipe V = analisis stabilitas tipe I
Gaya yang Bekerja
1. Gaya Arah Vertikal
Tabel 6.78 Rekapitulasi perhitungan gaya arah vertikal
GAYA ARAH VERTIKAL
Besar P Momen
Gaya
t t/m

Berat Sendiri (PG) P M


PG1 6.1632 8.0122
PG2 10.272 23.2832
PG3 7.2 21.6000
PG4 3.12 7.1760
PG5 1.44 6.3360
PG6 0.6 0.4000
28.7952 66.8074

Hidrostatis (PHv) P M
PHv 6.8 -16.8160
6.8 -16.8160

Uplift (PU) P M
PU1 -2.907 13.955
PU2 -1.133 4.984
PU3 -5.604 12.889
PU4 -0.296 0.552
PU5 -2.383 1.191
PU6 0.003 -0.001
-12.320 33.570

Tek.Tanah (Pt) P M
Ptv1 3.8227 18.3490
Ptv2 0.9676 3.1894
Ptv3 0.1597 0.4671
Ptv4 7.0013 33.6061
Ptv5 0.8861 3.0104
12.8373 -58.6220
2. Gaya Arah Horizontal
Tabel 6.79 Rekapitulasi perhitungan gaya arah horizontal
GAYA ARAH HORIZONTAL
Besar P Momen
Gaya
t t/m

Hidrostatis (PHh) P M
PHhp -10.9512 -11.608
Phha 2.645 0.705
-8.3062 -10.903

Tek.Tanah (Pa,Pp) P M
Pa1 0.07 0.13
Pa2 0.41 0.47
Pa3 0.38 0.35
Pa4 1.03 0.00
Pa5 0.20 -0.03
Pp1 -8.81 -12.03
Pp2 -0.44 0.00
Pp3 -1.61 0.00
Pp4 -2.749 0.46
-11.53 -10.64

Gempa P M
K1 0.4314 1.139
K2 0.7190 1.385
K3 0.5040 0.126
K4 0.2184 -0.055
K5 0.1008 -0.017
K6 0.0420 -0.007
2.0157 2.572
Rekapitulasi Gaya
Tabel 6.80 Rekapitulasi gaya yang bekerja
Gaya Momen
NO Jenis Gaya
t tm
H V MT MG
1 Berat Konstruksi 28.7952 -66.807
2 Gaya Gempa 2.015664 2.572
3 Gaya Hidrostatis -8.3062 6.8 -16.816
-10.903
4 Tek.Tanah
Pa & Pp -11.525 -10.643
Ptv 12.8373 -58.622
5 Tek.Uplift -12.320 33.570
-
Total 17.81586983 36.11290682 -163.792 36.142

Kontrol Stabilitas
Tabel 6.81 Rekapitulasi perhitungan kontrol stabilitas
CEKKING Hasil Syarat
1.Momen Guling 4.532 1.2-1.5
2.Geser 1.52 1.5
3.Exentrisitas
X 3.53
E -0.535 1
4.Tegangan Tanah
Maks 2.80 42
Min 9.24 0

6.16 TULANGAN DINDING DIVERSION CHANNEL DAN KISDAM


6.16.1 Tulangan Dinding Diversion Channel
Perhitungan tulangan dinding diversion channel dibagi dalam dua segmen
yaitu:
Badan diversion channel
Pondasi dinding diversion channel
Dinding dan pondasi diversion channel dianggap sebagai balok dengan
lebar pada arah memanjang b = 100 cm
b= 100 cm

D aerah T ekan

D aerah T arik

Gambar 6.84 Tulangan penampang balok


Dimana :
H = tinggi total balok
P = selimut beton
d = tinggi efektif (jarak dari serat tekan ke titik berat tulangan tarik)
Dalam perhitungan tulangan dinding diversion direncanakan beton dan
tulangannya mempunyai karakteristik sebagai berikut :
2
fc = 20 Mpa (200 kg/cm )
2
fy = 400 Mpa (400 kg/cm )

6.16.1.1 Perhitungan Tulangan Dinding Tipe I dan V


Potongan Struktur dan gaya yang bekerja tiap potongan untuk keperluan
penulangan dinding diversion channel type diversion ini adalah sebagai berikut
:
Tanah Timbunan
Cofferdam
Pa1

Pp1 Hma
Rembesan
K1 Pa2
Hw
II III PHa
K2 Pa3
PHp
y y
I I

III
II

E A
K P1 H P3
MinP2
L I F B
J Maks
P4

C
G
D

Gambar 6.85 Gaya yang bekerja pada tiap potongan dinding tipe I & V

Contoh perhitungan:
Diversion Channel Tipe I
Diketahui:
Hcofferdam = 7,8
m Hrembesan = 7,18
m
h = 7,8 7,18
= 0,62 m
Hdiv.channel = 8,3 m
Hma = 5,83
m

1. Gaya dan Penulangan Badan Diversion (Pot.I-I)


a. Gaya-Gaya yang Bekerja
Hdiv channel = 8,3 m
Hw = 5,83
m
Hw rembesan = 7,18 m
Tekanan Hidrostatis Horizontal (PHh)
Hh
p = hw x w

= 5,83 x 1
= 5,83 t/m2
Hh
a
= hw x w

= 7,18 x 1
= 7,18 t/m2

Tiap 1 meter panjang


PHhp = x Hh x hw x L

= x 5,83 x 5,83 x 1
= -16,99 t
MPHp = PHp x y
= -16,99 x 1,943
= -33,01 tm

PHha = x Hha x hw

= x 7,18 x 7,18
= 25,776 t
MPHa = PHa x y
7,18
= 25,776 x
3
= 61,69 tm

PHtot = (-16,99) + 25,776


= 8,786 tm
MPHtot = -33,01+61,69
= 28,68 tm
Tekanan Tanah
Dari hasil perhitungan stabilitas diversion channel telah di dapatkan
nilai:
Pa1 = 0,142 t
Pa2 = 3,29 t
Pa3 = 11,54 t
Pp1 = -39,76 t

Mpa1 = Pa1 x y
2
= 0,142 x (7,8 0,62)
3
= 1,049 tm
Mpa2 = Pa2 x y
7,18
= 3,29 x
2
= 11,81 tm
Mpa3 = Pa3 x y
7,18
= 11,54 x
3
= 27,62 tm
Mpp1 = Pp1 x y
7,8
= -39,76 x 2

= - 155,064 tm

Ptot = 0,142 + 3,29 + 11,54 -39,76


= -24,788 t
MPtot = 1,049 + 11,81 + 27,62 - 155,064
= -114,49 tm
Gaya Gempa
Dari hasil perhitungan stabilitas diversion channel telah di dapatkan
nilai:
K1 = - 0,906
t K2 = - 1,882
t

Mk1 = K1 x y
8,3
= 0,906 x
2
= - 3,76 tm
Mk2 = K1 x y
8,3
= 1,882 x
3
= - 5,201 tm

Ktot = 0,906 + 1,882


= - 2,788 t
MKtot = 3,76 + 5,201
= - 8,961 tm

Momen dan Gaya Geser Ultimate


MtotI-I = 28,68 - 114,49 - 8,961
= - 94,77 tm
VtotI-I = 8,786 -24,788 - 2,788
= 18,79 t

Momen
Ultimate Mu =
1,5 x 94,77
= 142,155 tm
= 1421,6 kNm
Geser Ultimate
Vu = 1,5 x
18,79
= 28,185 t
= 281,9 kN

b. Penulangan
Dinding dianggap sebagai balok dengan lebar dan tinggi
: b = 1000 mm
h = 3350 mm

Direncanakan :
Tulangan Utama D 32
Tebal selimut beton (P) = 50 mm
1
d = Ht-P- D
2
1
= 3350- 50- 32
2
= 3284 mm
= 3,284 m

Mu = 1421,6 kNm
Mu
b d 1421,6 2
2
1 3,284

= 131,82 kN/m

Dari buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang hal 45


dengan karakteristik :
fc = 20 Mpa
fy = 400 Mpa
2
Mu b d
= 131,82 kN/m
maka dengan interpolasi didapat :
(131,82 100)
= (0,0006 0,0003) 0,0003
(200 100)
= 0,00039

Dari buku Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang hal.50-52 didapat:


min = 0,0017
maks = 0,0163

Karena < min


min = 0,0017)
0,00039 < 0,0017
(digunakan

As min = min b d
= 0,0017 x 1000 x 3284
2
= 5582,8 mm

Tulangan Utama
Digunakan D 32-125
2
As Terpasang = 3,14x 16 x (1000/125)
2
= 6430,72 mm > As min

Tulangan Bagi
As min = 20 % x 6430,72
2
= 1286,144 mm
Digunakan D 16-150
2
Asterpasang = 3,14x 8 x (1000/150)
2
= 1339,73 mm > As min
Tulangan Geser
Vu = 297,63 kN

Vc = 0,17 f ' c b d
= 0,17 20 1000 3284
= 2496704,1 N
= 2496,7 kN
Vc = 0,6 x 2496,7 = 1498,02 kN
Vu <Vc
297,63 kN < 1498,02 kN (tidak diperlukan tulangan geser)

2. Gaya dan Penulangan Pondasi (Pot.II-II dan Pot. III-III)


Dari hasil perhitungan tegangan tanah pada stabilitas diversion
sebelumnya di telah didapatkan nilai:
2
mak = 13,41 t/m
s 2
= 0,34 t/m
min

Hd = 1,5 m

II III

II III

KP1 H E A
P3
P2
I F B
L
J
P4
GC
D

Gambar 6.86 Tekanan tanah pada pondasi type I


a. Gaya dan Penulangan Pada Pot.II-II

IJ IL
BD BL
IJ (13,41 0,34)
7,2
1

BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 191


DEWATERING
2
IJ = 1,82 t/m

Gaya Geser Ultimate


1 IJ IL 1)
DII-II = (KL HK 1) (
2

1
= (0,34 11) ( 1,82 11)
2
= 0,34 + 0,41
= 0,75 t

Gaya Geser
Ultimate Vu = 1,5
x 0,75
= 1,125 t
= 11,3 kN

Momen Ultimate ) 0,41


1
M = (0,34
1 ( 1)
II-II
3
2

= 0,31 tm

Momen Ultimate
Mu = 1,5 x
0,31
= 0,46 tm
= 5 kN

Penulangan
Direncanakan :

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 191
DEWATERING
Tulangan Utama D
25
1
d = Ht-P- D
2
= 150-5-1,25

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 192
DEWATERING

= 143,75 cm
Mu
bd 5
2
2
11,4375

= 2,42 kN/m

Dari buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang hal 45


dengan karakteristik :
fc = 20 Mpa
fy = 400 Mpa
Mu
= 2,42 kN/m
bd
2

maka tanpa interpolasi di dapat :


= 0,0003

Dari buku Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang hal.50-52


didapat :
min = 0,0017
maks = 0,0163

Karena < min


min = 0,0017)
0,0003 < 0,0017

(digunakan As min =
min b d

= 0,0017 x 1000 x 1437,5


2
= 2443,75 mm

Tulangan Utama
Digunakan D 25-200

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 193
DEWATERING
2
AsTerpasang = 3,14 x 12,5 x (1000/200)
2
= 2453,13 mm > As min

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Tulangan Bagi
As min = 20 %x 2453,13
2
= 490,63 mm
Digunakan D 12-200
2
AsTerpasang = 3,14x 6 x(1000/200)
2
= 565,2 mm > As min

Tulangan Geser
Vu = 18,46
kN b d
Vc = 0,17 f ' c

= 0,17 20 10001437,5
= 1092878,224 N
= 1092,878 kN

Vc = 0,6 x 1092,878 = 655,73 kN


Vu < Vc
18,46 kN < 655,73 kN (tidak diperlukan tulangan geser)

b. Gaya dan Penulangan Pada Pot III-III

CD CG
BD BL

CD 2,85
(13,41 0,34) 7,2
2
CD = 5,17 t/m
AC= 13,41-5,17
2
= 8,24 t/m
Gaya Geser
Ultimate
1
VIII-III = ( AC AE 1) (
2
CD CG 1)
1
= (8,24 2,85 1) ( 5,17 2,85 1)
2
= 23,484+ 7,366
= 30,85 t

Vu = 1,5 x 30,85
= 46,275 t
= 462,8 kN

1
Momen 2,85) 7,366 (
Ultimate 2 2,85)
2 3
MIII-III = (23,484

= 25,74 tm

Mu = 1,5 x 25,74
= 38,606 tm
= 386,1 kN

Penulangan
Direncanakan:
Tulangan Utama D
25
1
d = Ht-P- D
2
= 150-5-1,25
= 143,75 cm
= 1,4375 m
Mu
bd 386,1
= 11,43752
2

= 186,85 kN/m
Dari buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang hal 45
dengan karakteristik :
fc = 20 Mpa
fy = 400 Mpa
Mu = 186,85 kN/m
bd
2

maka dengan interpolasi di dapat :


(186,85 100)
= (0,0006 0,0003) 0,0003
(200 100)
= 0,00056

Dari buku Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang hal.50-52


didapat :
min = 0,0017
maks = 0,0163

Karena < min


min = 0,0017)
0,00056 < 0,0017 (di

gunakan As min =
min b d

= 0,0017 x 1000 x 1437,5


2
= 2443,75 mm

Tulangan Utama
Digunakan D 25-200
2
AsTerpasang = 3,14x12,5 x (1000/200)
2
= 2453,125 mm > As min

Tulangan Bagi
As min = 20 %x 2453,125
2
= 490,63 mm
Digunakan D 12-200
2
AsTerpasang = 3,14x 6 x (1000/200)
2
= 565,2 mm > As min
Tulangan Geser
Vu = 462,8 kN
b d
Vc = 0,17 f ' c

= 0,17 20 1000 1437,5


= 1092878,224 N
= 1092,878 kN

Vc = 0,6 x 1092,878 = 655,73 kN


Vu < Vc
462,8 kN < 655,73 kN (tidak diperlukan tulangan geser)

6.16.1.2 Perhitungan Tulangan Dinding Type II, III dan IV


Potongan Strukture dan gaya yang bekerja tiap potongan untuk keperluan
penulangan dinding diversion channel type ini adalah sebagai berikut :

Hw
K1
PHh
II III
K2
y Pp1
Pp2
I I

II III

K P1 H E A
P3
MinP2
L I F B
J Maks
P4
C
G
D

Gambar 6.87 Gaya yang bekerja pada tiap potongan dinding type II,III & IV
Contoh perhitungan :
Diversion Channel Type II
1. Gaya dan Penulangan Pada Badan Diversion (Pot.I-I)
a. Gaya-Gaya yang
Bekerja Hdiv.channel =
7,3 m Hma = 6,7 m

Tekanan Hidrostatis (PHh)


Hw = 6,7 m
H
h
= hw x w

= 6,7 x 1
= 6,7 t/m2
PHh = x Hh x hw

= x 6,7 x 6,7
= 22,445 t

MPHh = PHh x y
= 22,445x 2,233
= 50,13 tm

Gaya Gempa
Dari hasil perhitungan stabilitas diversion channel telah di dapatkan
nilai :
K1 = 0,79 t
K2 = 1,594 t

Mk1 = K1 x y
= 0,79 x 3,65
= 2,883 tm
Mk2 = K1 x y
= 1,594 x 2,23
= 5,55 tm

Ktot = 0,79 + 1,594


= 2,384 t
MKtot = 2,883 + 5,55
= 8,433 tm

Tekanan Tanah
ht = 1,8 m

PP 2 = 2 c Kp

= 2 0,42 3,69
2
= 1,61 t/m
Pp2 = p2 x h
= 1,61 x 1,8
= 2,898 t
1,8
MPp2 = 2,898 x
2
= 2,61 tm

PP3 = h Kp
= 2,42x1,8x3,69
2
= 16,074 t/m

Pp3 = x p3 x h
= x 16,074 x 1,8
= 14,466 t
1,8
MPp3 = 14,466 x
3
= 8,68 tm
PPPtot = 2,898 +14,466
= 17,364 t
MPptot = 2,61+8,68
= 11,29 tm

Momen dan Geser Ultimate


Mtot = MPHh+MKtot-MPptot
= 50,13 +8,433-11,29
= 47,27 tm
Vd = PHh + Ktot-PPP
= 22,445+2,384 -17,364
= 7,465 t
Mu = 1,5 x Mtot
= 1,5 x 47,27
= 70,905 tm
= 709,05 kNm

Vu = 1,5 x Vd
= 1,5 x 7,465
= 11,198 t
= 112 kN

a. Penulangan
Dinding dianggap sebagai balok dengan lebar dan
tinggi: b = 1000 mm
h = 3250 mm.

Direncanakan :
Tulangan Pokok D 32
Tebal selimut beton (P)= 50 mm
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 200
DEWATERING

1
d = Ht-P- D
2
1
= 3250- 50- 32
2
= 3184 mm
= 3,184 m
Mu = 718,35 kNm
Mu
b d 709,65 2
2
1 3,184

2
= 70 kN/m

Dari buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang hal 45


dengan karakteristik :
fc = 20 Mpa
fy = 400
Mpa
Mu
= 70 kN/m
bd
2

maka tanpa interpolasi di dapat :


= 0,0003

Dari buku Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang hal.50-52 didapat:


min = 0,0017
maks = 0,0163

Karena < min


0,0003 < 0,0017 (di

gunakan As min = min b


d
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 200
DEWATERING
min = 0,0017)
= 0,0017 x 1000 x 3184
2
= 5412,8 mm
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 201
DEWATERING

Tulangan Utama
Digunakan D 32-125
2
As Terpasang = 3,14 x 16 x (1000/125)
2
= 6430,72 mm > As min

Tulangan Bagi
As min = 20 %x 6430,72
2
= 1286,144 mm
Digunakan D 16-150
2
Asterpasang = 3,14x 8 x (1000/150)
2
= 1339,73 mm > As min

Tulangan Geser
Vu = 122,23
kN b d
Vc = 0,17 f ' c

= 0,17 20 1000 3184


= 2420677,75 N
= 2420,7 kN
Vc = 0,6 x 2420,7 = 1452,4 kN

Vu < Vc
122,23 kN < 1452,4 kN (Tidak diperlukan tulangan geser)

2. Gaya dan Penulangan Pada Pondasi (Pot.II-II dan Pot. III-III)


Diketahui:
Hd = 1,5 m
Dari hasil perhitungan tegangan tanah pada stabilitas diversion channel
telah di dapat nilai:
maks
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 202
DEWATERING
min 2
= 6,84 t/m
2
= 3,08 t/m
II III

II III

K P1 H E A
P2 P3
F
I B
L
J
P4
GC
D

Gambar 6.88 Tekanan tanah pada pondasi type II

a. Gaya dan Penulangan Pot.II-II

IJ IL
BD BL
IJ
(6,84 0,5
7
3,08)
2
IJ = 0,27 t/m

Gaya Geser Ultimate


1 IJ IL 1)
VII-II = (KL HK 1) (
2

1
= (3,08 0,5,1) ( 0,27 0,5 1)
2
= 1,54 + 0,0675
LAPORAN TUGAS AKHIR
PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
= 1,61 t

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Vu = 1,5 x 1,61
= 2,415 t
= 24,15 kN

Momen Ultimate ) 0,0675


0,5 1
M II-II = (1,54 ( 0,5)
2 3
= 0,396 tm

Mu = 1,5 x 0,396
= 0,59 tm
= 5,9 kN

Penulangan
Direncanakan :
Tulangan Utama D
25
1
d = Ht-P- D
2
= 150-5-1,25
= 143,75 cm
Mu
bd 5,9
2
2
11,4375

= 2,86 kN/m

Dari buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang hal 45


dengan karakteristik :
fc = 20 Mpa
fy = 400
Mpa

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Mu
= 2,86 kN/m
bd
2

maka tanpa interpolasi di dapat :


= 0,0003

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Dari buku Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang hal.50-52 didapat:
min = 0,0017
maks = 0,0163

Karena < min


min = 0,0017)
0,0003 < 0,0017 (di

gunakan Asmin = min b


d

= 0,0017 x 1000 x 1437,5


2
= 2443,75 mm

Tulangan Utama
Digunakan D 25-200
2
AsTerpasang = 3,14 x 12,5 x (1000/200)
2
= 2453,13 mm

Tulangan Bagi
As min = 20 % x 2453,13
2
= 490,63 mm
Digunakan D 12-200
2
AsTerpasang = 3,14x 6 x (1000/200)
2
= 565,2 mm > As min

Tulangan Geser
Vu = 24,15
kN b d
Vc = 0,17 f ' c

= 0,17 20 10001437,5
= 1092878,224 N
= 1092,878 kN

Vc = 0,6 x 1092,878 = 655,73 kN


Vu < Vc
24,15 kN < 655,73 kN (tidak diperlukan tulangan geser)

b. Gaya dan Penulangan Pot III-III

CD CG
BD BL

CD 3,25
(6,84 3,08) 7
2
CD = 1,746 t/m
AC = 6,84-1,746
2
= 5,094 t/m

Gaya Geser Ultimate


1 CD CG 1)
VIII-III = ( AC AE 1) (
2

1
= (5,094 3,25 1) ( 1,746 3,25 1)
2
= 16,56 + 2,84
= 19,4 t

Vu = 1,5 x 19,4
= 29,09 t
= 290,9 kN

Momen Ultimate ) 2,84 (


3,25 2 3,25)
MIII-III = (16,56 2
3

= 33,06 tm
Mu = 1,5 x 33,06
= 49,6 tm
= 490,6 kNm
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 206
DEWATERING

Penulangan
Direncanakan:
Tulangan Utama D
25
1
d = Ht-P- D
2
= 10-5-1,25
= 143,75 cm
= 1,4375 m
Mu
490,6
bd = 2
2
11,4375

= 237,42 kN/m

Dari buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang hal 45


dengan karakteristik :
fc = 20 Mpa
fy = 400
Mpa
Mu
= 237,42 kN/m
bd
2

maka dengan interpolasi di dapat :


(237,42 200)
= (0,0010 0,0006) 0,0006
(300 200)
= 0,00095

Dari buku Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang hal.50-52


didapat :
min = 0,0017
maks = 0,0163
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 206
DEWATERING
Karena < min
min = 0,0017)
0,00095 < 0,0017 (di gunakan
As min = min b d
BAB VI PERENCANAAN KONSTRUKSI SISTEM VI 207
DEWATERING

= 0,0017 x 1000 x 1437,5


2
= 2443,75 mm

Tulangan Utama
Digunakan D 25-200
2
AsTerpasang = 3,14x12,5 x (1000/200)
2
= 2453,13 mm > As min

Tulangan Bagi
As min = 20 %x 2453,13
2
= 490,63 mm
Digunakan D 12-200
2
AsTerpasang = 3,14x 6 x (1000/200)
2
= 565,2 mm > As min

Tulangan Geser
Vu = 290,9
kN b d
Vc = 0,17 f ' c

= 0,17 20 10001437,5
= 1092878,224 N
= 1092,878 kN

Vc = 0,6 x 1092,878
= 655,73 kN
Vu < Vc
290,9 kN < 655,73 kN (tidak diperlukan tulangan geser)

Dengan perhitungan yang sama maka penulangan untuk semua type


dinding diversion disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6.82 Rekapitulasi tulangan dinding diversion channel
Tul Utama Tul Bagi
TIPE DIVERSION / STA. Konstruksi
mm mm
Dinding Diversion D 32-125 D 16-150
I / Sta.00+00-00+020.5
Pondasi D 25-200 D 12-200
Dinding Diversion D 32-125 D 16-150
II / Sta.00+20.5-00+027
Pondasi D 25-200 D 12-200
Dinding Diversion D 32-150 D 16-150
III / Sta.00+027-00+072.6
Pondasi D 25-200 D 12-200
Dinding Diversion D 32-150 D 16-150
IV/ Sta.00+072.6-00+091.72
Pondasi D 25-300 D 12-300
Dinding Diversion D 32-150 D 16-150
V / Sta.00+091.72-Sta.00+108.16
Pondasi D 25-300 D 12-300

6.16.2 Penulangan Kisdam


Penulangan kisdam menggunakan metode/cara perhitungan yang dama
dengan perhitungan tulangan dinding diversion channel tipe II. Hal ini
mengingat bentuk dan jenis gaya-gaya yang bekerja pada tiap potongan
kisdam sama dengan bentuk dan gaya-gaya yang bekerja pada dinding
diversion channel tipe II.

Diketahui:
Dimensi kisdam dapat dilihat pada gambar berikut.:
+ 658.32

+ 650.00 + 650.00

Gambar 6.89 Dimensi kisdam

A. Gaya Yang Bekerja Pada Badan (Pot. I-I)

K1
PHh
II III
K2
y
I I

II III
Gambar 6.90 Gaya yang bekerja pada badan
B. Gaya Yang Bekerja Pada Pondasi (Pot. II-II dan III-III)
II III

II III

KP1 H E A
P2 P3

I F B
L
J
P4
GC
D

Gambar 6.91 Gaya yang bekerja pada pondasi


Dengan menggunakan metode/tahap perhitungan tulangan yang sama
dengan perhitungan tulangan dinding diversion channel tipe II, didapt
tulangan untuk kisdam.
Tabel 6.83 Tulangan kisdam
Tul Utama Tul Bagi
Kisdam Konstruksi
mm mm
Badan kisdam D 32-100 D 16-100
Upstream dan Downstream
Pondasi kisdam D 32-150 12-100

6.17 KONSTRUKSI LANTAI DAN DINDING SAYAP DIVERSION


Konstruksi lantai dan dinding sayap diperlukan untuk melindungi tanah
dasar dan talud/tebing dari gerusan akibat kecepatan aliran air yang melalui
diversion channel. Dalam perencanaan sebelumnya, direncanakan tanah dasar
dan talud dilindungi dengan pasangan beton. Hal ini mengingat debit yang
melalui diversion channel cukup besar sehingga kecepatan alirannya dapat
menggerus tanah yang dilewatinya.

Konstruksi Lantai
& Sayap Diversion

1
m

Gambar 6.92 Konstruksi rencana lantai dan sayap diversion channel

6.17.1 Kontrol Tanah Dasar dan Talud Tanpa Konstruksi Pelindung


Perhitungan disini bertujuan untuk mengetahui apakah tanah dasar dan
talud di area diversion channel masih tetap aman dari bahaya gerusan
walaupun tanpa konstruksi pelindung (konstruksi lantai dan sayap).

Kontrol Tractive Force dan Kecepatan


Aliran a.Kontrol Tractive Force (Gaya
Gesek) Aliran
Rumus:

T = c w R I < T
(Perbaikan dan Pengaturan Sungai Sungai ir. Suyono dan ir. M. Tomigo, Jakarta 1985,
hal.126)

Di mana:
2
T = tractive force/gaya gesek aliran yang diizinkan (kg/m )
T dasar sal = 5,39 kg/m 2; T 2
talud = 4,10 kg/m
C = koefisien gesek pada dasar saluran = 1
koefisien gesek pada talud/tebing =
0,76
2
w = berat jenis air (1000 kg/m )
A
R = jari-jari hidrolis = (m)
P
2
A = luas penampang hidrolis (m )
P = keliling penampang hidrolis (m)
I = kemiringan dasar saluran

b. Kontrol Kecepatan Aliran


Rumus:
2/3 1/ 2
V =kR I <V
(Perbaikan dan Pengaturan Sungai Sungai ir. Suyono dan ir. M. Tomigo, Jakarta 1985,
hal.126)

Di mana:
k = koefisien kekasaran strickler
k dasar saluran batuan sandstone 40-50
k material beton = 60-70
R = jari-jari hidrolis
A
= (m)
P
2
A = luas penampang hidrolis (m )
P = keliling penampang hidrolis
(m) I = kemiringan dasar
saluran

V = kecepatan aliran yang diizinkan (m/dtk)


= k1 x k2 x Vm
k1 = koreksi kecepatan jika kedalaman air > 3m = 1,25
k2 = koreksi kecepatan jika trace saluran relatif lurus = 1

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Vm = kecepatan aliran rata-rata yang diizinkan pada material dasar
saluran V sandtone 15-100 mm = 2,50 m/dtk

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Perhitungan:
Kontrol tanah dasar dan talud di Sta. 00+020,5-Sta.00+072,6
Diketahui (dari tabel 6.4):
B =7m
m = 0,2 m
I =2%
Hn = 3,8
m
2
A = 28,044 m
P = 14,68
m R = 1,91
m

a. Kontrol Tractive Force Aliran

Tdasarsal = c w R T dasarsal
I

2
= 110001,91 0,02 5,39 kg / m
2 2
= 38,2 kg/m 5,39 kg / m ....... (tanah dasar tergerus)

T
Talud
= c w R T Talud
I
2
= 0,7610001,91 0,02 4,10 kg / m
2 2
= 29,032 kg/m 4,10 kg / m ..... (tanah talud/tebing tergerus)

b. Kontrol Kecepatan Aliran

2/3 1/ 2
V=kR I <V
V = k1 x k2 x Vm

V Sandstone = 1,25 x 1,00 x 2,50


= 3,125 m/dtk
2/3 1/ 2
V =kR I <V
2/3 1/ 2
= 501,91 0,02 < 3,125 m / dtk

= 10,89 m/dtk > 3,125 m / dtk ................ (material dasar saluran dan

talud tergerus)
Kontrol tanah dasar dan talud di Sta. 00+072,6-Sta.00+108,16)
Diketahui (dari tabel 6.5):
B =7m
m =1m
I = 6,94
% Hn = 2,2
m
2
A = 18,004 m
P = 12,35
mR =
1,458 m

a. Kontrol Tractive Force Aliran

Tdasarsal = c w R T dasarsal
I

2
= 110001,458 0,0694 5,39 kg / m
2 2
= 101,18 kg/m 5,39 kg / m ...... (tanah dasar tergerus)

T
Talud
= c w R T Talud
I
2
= 0,76 1000 1,458 0,0694 4,10 kg / m
2 2
= 76,90 kg/m 4,10 kg / m ........ (tanah talud/tebing tergerus)

b. Kontrol Kecepatan Aliran


Kecepatan izin

V = k1 x k2 x Vm

V Sandstone = 1,25 x 1,00 x 2,50


= 3,125 m/dtk
Kecepatan terjadi

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
2/3 1/ 2
V =kR I <V
2/3 1/ 2
= 501,458 0,0694 < 3,125 m / dtk

LAPORAN TUGAS AKHIR


PERENCANAAN SISTEM DEWATERING
PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK
TULIS BANJARNEGARA JAWA TENGAH
= 16,94 m/dtk > 3,125 m / dtk ............. (material dasar saluran dan

talud tergerus)

Dari hasil perhitungan diatas, dasar dan talud akan tergerus maka saluran
diversion channel perlu dilindungi dengan pasangan beton (sesuai dengan
perencanaan awal).

6.17.2 Tulangan Lantai dan Sayap


Fungsi dari konstruksi ini hanya untuk memperkuat dasar dan talud
diversion channel dari bahaya erosi, maka untuk mempermudah aspek
pekerjaan di lapangan maka disepanjang saluran diversion channel:
Direncanakan :
Tebal beton pelindung = min 0,2 m
Penulangan
Tulangan Utama 12-250 mm
Tulangan Bagi 8-250

Anda mungkin juga menyukai