Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA

A. Pengertian
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses
ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia
juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2009).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. (Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 2008).
Asfiksia Neonatus adalah suatua keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 2008).

B. Etiologi
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada
anemia, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat yang
tertekan, menumbung,dll.
4. Faktor neonates
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu.

C. Manifestasi Klinis
Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaraya :
1. Fungsi jantung terganggu akibat peningkatan beban kerja jantung
2. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami gangguan.
Gejala klinis :
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam
periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti,
denyut jantung juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuscular berkurang
secara berangsur-agsur berkurang dari bayi memasuki periode apneu primer.
Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain meliputi
pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat
Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-megap yang dalam.
2. Denyut jantung terus menurun.
3. Tekanan darah mulai menurun.
4. Bayi terlihat lemas (flaccid).
5. Menurunnya tekanan O2 (PaO2).
6. Meningginya tekanan CO2 (PaO2).
7. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler.

D. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat
akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin
dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam
paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan
bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan
pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin
lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder,
denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi
sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya
pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan
buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

E. Klasifikasi
Tanda 0 1 2 Jumlah Nilai
Frekuensi Tidak Ada Kurang dari Lebih dari
Jantung 100 100
X/menit X/menit
Usaha Tidak Ada Lambat, Menangis
Bernafas Tidak Kuat
Teratur
Tonus Lumpuh Ekstremitas Gerakan
Otot Fleksi Aktif
Sedikit
Refleks Tidak Ada Gerakan Menangis
Sedikit
Warna Biru/Pucat Tubuh Tubuh dan
Kulit Kemerahan, Ekstremitas
Ekstremitas Kemerahan
Biru

1. Nilai 0-3 : Asfiksia berat


2. Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
3. Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar
5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
apgar).
Asfiksia neonatorum di klasifikasikan :
1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih
dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak
ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang
dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi
jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau
bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia
berat.
F. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Hipoksia dan iskemia otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini
dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan terganggu sehingga
darah yang seharusnya dialirkan keginjal menurun. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya pengeluaran urine sedikit.
3. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

G. Pemeriksaan Diagnostic
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari hipoksia janin.
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-
tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan/menit, selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai di bawah 100 kali permenit di luar his, dan lebih-
lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. Di beberapa klinik
elektrokardigraf janin digunakan untuk terus-menerus menghadapi keadaan
denyut jantung dalam persalinan.
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus
diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh (sampel) darah janin.
Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila
pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat
janin mungkin disertai asfiksia.
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis
adanya asfiksia pada bayi (pemeriksaan diagnostik) yaitu:
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Berat bayi
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
H. Pathway

Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan factor lain : anestesi,
Presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 paru-paru terisi cairan


Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat Bersihan jln


Pola nafas nafas tidak
tak efektif efektif
Apneu suplai O2 suplai O2
Ke paru dlm darah

Kerusakan otak
Resiko G3 metabolisme
ketdkseimbangn & perubahan asam
suhu tubuh basa
DJJ & TD Kematian bayi

Asidosis respiratorik
Proses keluarga
Janin tdk bereaksi terhenti
Terhadap rangsangan G3 perfusi ventilasi
Resiko
cedera

Kerusakan
pertukaran gas
I. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
c. Bila perlu masukan ET untuk memastikan pernapasan terbuka

2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil. Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau
menepuk telapak kaki.Lakukan penggosokan punggung bayi secara
cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi.
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif.
3. Mempertahankan sirkulasi darah.
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asphyksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki
ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan, cara terbaik dengan
intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia
berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonat natrium 2-4
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB.
Kedua obat ini disuntikan kedalam intra vena perlahan melalui vena
umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit
banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah
tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal
dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi
tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti
oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus
dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam
dan basa yang belum dikoreksi.

b. Asphyksia ringan dan sedang


Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-
60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera
dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasal dengan aliran 1-
2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan
dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan
gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan
pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi
dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru
dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari
ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya
mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi
20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin
timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa
saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi
endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonat natrium dan glukosa dapat
segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan
pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Biodata
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung dan tekanan darah
bayi menurun, sianosis, gerakan ekstremitas fleksi sedikit, dan gerakan reflexs
sedikit.
b. Riwayat keluhan utama
Seorang ibu prepartum masuk rumah sakit diantar oleh suaminya pada
tanggal 22 mei 2017, sebelum melahirkan ibu tersebut pernah melakukan
pemeriksaan kehamilan dan anamnese didaptkan hasil bahwa ibu memiliki
riwayat anemia pada trimester ke 3. Setelah diberikan tindakan pengobatan
berupa pemberian tablet zat besi namun ibu tersebut kurang menunjukkan
perbaikan akan kondisi keadaannya. Kemudian pada tanggal 23 mei 2017 tepat
pukul. 19.00 WITA ibu tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki dengan
kondisi bradipneu: 25x/m, denyut jantung menurun: 90x/m, tekanan darah:
70/40mmHg, sianosis dan gerakan ekstremitas dan reflexs sedikit.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung bayi dan tekanan darah
menurun, bayi nampak sianosis dan gerakan ekstremitas fleksi sedikit dan
gerakan reflexs sedikit segera setelah bayi tersebut dilahirkan.
d. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Prenatal care
a) Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
b) Keluhan selama hamil :sering pusing, cepat lelah, mata berkunang-
kunang, dan malaise.
c) Kenaikan BB selama hamil : 5 Kg
2) Natal
a) Tempat melahirkan : Rumah Sakit Umum Provinsi
b) Jenis persalinan : Normal
c) Penolong persalinan : Bidan
d) Kesulitan lahir normal : Ibu kesulitan mengedan karena ibu cepat lelah
3) Post natal
a) Kondisi bayi : BB lahir 2.400 gram, PB: 40 cm
b) Bayi mengalami nafas lambat, denyut jantung bayi menurun
c) Bayi tidak mengalami kemerahan dan nampak pucat.
a. Gerakan reflex sedikit dan tonus otot bayi menurun
e. Riwayat Tumbuh Kembang
Pertumbuhan Fisik
1) Berat Badan Lahir : 2400 gr
2) Tinggi Badan : 40 cm
3) Lingkar kepala : 30 cm
4) Lingkar dada : 28 cm
5) Lingkar lengan atas : 12 cm
6) Lingkar perut : 50 cm
f. Reaksi Hospitalisasi
Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1) Orang tua mengatakan merasa cemas dan kawatir mengenai keadaan
bayinya.
2) Orang tua selalu menanyakan apakah sakit bayinya dapat sembuh.
3) Orang tua berharap agar anaknya cepat sembuh.
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Klien : klien nampak bradipneu, denyut jantung dan tekanan
darah menurun, tampak sianosis, gerakan ekstremitas dan reflexs sedikit.
1) Sistem Pernapasan
a) Hidung: Simetris kiri kanan,
b) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tomor
c) Dada :
Bentuk dada : tidak simetris
Gerakan dada : dada dan abdomen tidak bergerak secara bersamaan,
Ekspansi dada berkurang
Suara napas melemah
d) Sistem Cardio Vaskuler
Capillary Refilling Time: >2deti
Denyut jantung : 110x/m
Tekanan darah menurun: 70/40mmHg
e) System Syaraf
Bayi mengalami penurunan kesadaran
f) System Muskulo Skeletal
Terjadi penurunan tonus otot bayi
Gerakan ekstremitas fleksi pada bayi sedikit
Bayi nampak lemas dan lemah
g) System Integumen
Bayi mengalami sianosis pada kulit dan kuku
CRT: > 3 detik
Bayi nampak pucat
h) System Endokrim
Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
i) System Perkemihan
Tidak ada edema
Tidak ada bendungan kandung kemih
j) System Reproduksi
Penis : Bersih
Tidak ada kelainan pada area genetalia
h. Diagnosa Keperawatan
i. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS : - Paralisis pusat Bersihan jalan tidak
DO : pernafasan efektif
- Bayi tampak sesak - Asfiksia
- Paru-paru terisi
cairan
- Bersihan jalan nafas
tidak efektif
DS : - Janin kekurangan O2 Pola nafas tidak efektif
DO : dan kadar CO2
- Bayi mengalami meningkat
bradipneu : 25x/m - Nafas cepat
- Suara nafas - Apneu
melemah - DJJ dan TD menurun
- Ekspansi dada - Pola nafas tidak
berkurang efektif
DS : - Janin Kekurangan Resiko cedera
DO : O2 dan kadar CO2
meningkat
- Suplai O2 ke paru
- Kerusakan Otak
- Resiko cedera
j. Rumusan Diagnosa
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
2) Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3) Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
pemajanan pada agen-agen infeksius.

k. Intervensi
No
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Klien 1.Kaji tanda vital 1.Sebagai
memperlihatkanbersihan pernafasan, nadi, indicator adanya
jalan nafasnya efektif, tekanan darah. gangguan dlm
dengan kriteria : 2.Kaji frekwensi, system pernafasan
1.Nafas Bayi kembali kedalaman 2.Berguna dalam
normal pernafasan dan evaluasi derajat
2.Bayi aktif. tanda-tanda sianosis distress
3.Pada pemeriksaan setiap 2 jam. pernafasan
auskultasi tidak 3.Dorong adan/atau
ditemukan lagi bunyi pengeluaran kronisnya proses
tambahan pernafasan sputum, pengisapan penyakit. Sianosis
mungkin perifer
(suction) bila (terlihat pada
diindikasikan. kuku) atau sentral
4.Lakukan palpasi (terlihat sekitar
fokal fremitus bibir dan atau
5.Observasi tingkat telinga). Keabu-
kesadaran, selidiki abuan dan sianosis
adanya perubahan sentral
6.Kolaborasi mengindikasikan
dengan tim medis beratnya
pemberian O2 hipoksemia.
sesuai dengan 3.Kental, tebal dan
indikasi banyaknya sekresi
adalah sumber
utama gangguan
pertukaran gas
pada jalan nafas
kecil, pengisapan
dibutuhkan bila
batuk tidak
efektif.
4.Penurunan
getaran vibrasi
diduga ada
pengumpulan
cairan atau udara
terjebak.
5.Gelisah dan
ansietas adalah
manifestasi umum
pada hipoksia,
GDA memburuk
disertai
bingung/somnolen
menunjukkan
disfungsi serebral
yang berhubungan
dengan
hipoksemia.
6.Dapat
memperbaiki
/mencegah
memburuknya
hipoksia.

2 Klien memperlihatkan 1.Kaji frekwensi, 1.Kecepatan


pola nafas yang efektif, kedalaman biasanya
dengan Kriteria hasil : pernafasan dan meningkat apabila
1. Frekwensi dan ekspansi dada. terjadi
kedalaman pernafasan 2.Catat upaya peningkatan kerja
dalam rentang normal pernafasan, nafas
2. Bayi aktif termasuk 2.Penggunaan otot
penggunaan otot bantu pernafasan
bantu pernafasan sebagai akibat dari
3.Auskulatasi bunyi penigkatan kerja
nafas dan catat nafas
adanya bunyi nafas 3.Bunyi nafas
seperti mengi, menurun/tak ada
krekels,dll bila jalan nafas
4.Tinggikan kepala obstruksi dan
bayi dan bantu adanya bunyi
mengubah posisi nafas ronki dan
5.Berikan oksigen mengi
tambahan menandakan
adanya kegagalan
pernafasan
4.Untuk
memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
pernafasan.
5.Memaksimalkan
bernafas dan
menurunkan kerja
nafas

3 Klien tampak 1. Cuci tangan 1.Upaya untuk


kooperatifdengan kriteria: setiap sebelum dan menghindari dari
1. Bebas dari cidera/ sesudah merawat kuman dari luar
komplikasi. bayi. agar tidak terjadi
2.Aktivitas yang tepat 2.Pakai sarung infeksi
dari level perkembangan tangan steril. 2.Upaya agar
anak 3.Lakukan tidak terjadi
3.Mendeskripsikan teknik pengkajian fisik cedera
pertolongan pertama. secara rutin 3.Memandirikan
terhadap bayi baru pasien dan
lahir, perhatikan keluarga dalam
pembuluh darah tali hal merawat bayi
pusat dan adanya 4.Memberikan
anomali. pertahanan yang
4.Ajarkan keluarga lengkap pada bayi
tentang tanda dan sesuai dengan
gejala infeksi dan waktu yang telah
melaporkannya di tetapkan
pada pemberi
pelayanan
kesehatan.
5.Berikan agen
imunisasi sesuai
indikasi
(imunoglobulin
hepatitis B dari
vaksin hepatitis B
bila serum ibu
mengandung
antigen permukaan
hepatitis B (Hbs
Ag), antigen inti
hepatitis B (Hbs Ag)
atau antigen E (Hbe
Ag).

l. Implementasi
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan
meninjau kembali dari apa yang telah direncanakana atau intervensi
sebelumnya, dengan tujuan utama pada pasien dapat mencakup pola napas
yang efektif, peredaan nyeri, mempertahankan pola eliminasi yang baik,
pemenuhan istirahat tidur yang adekuat, pengurangan kecemasan, peningkatan
pengetahuan
m. Evaluasi
1) Klien tampak rileks dalam bernafas
2) Jalan nafas klien kembali lancar
3) Kesadaran klien kembali membaik.

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat, Pengantar Ilmu Keperawatan 1, Jakarta, 2009, Salemba


Medika
Anik Maryunani, Asuhan Bayi Baru Lahir Normal, Jakarta, 2008, Trans Info Media,
Jakarta
Ai Yeyeh Rukiah dan Lia Yulianti, Am. Keb,MKM, Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita, Jakarta, 2007, Trans Info Media Jakarta
Doenges E Marilynn. Rencana Asuhan Keperawatan; Jakarta, 1993. Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
Wong Donna L, dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Edisi 6 vol 2; Jakarta, 2009.
Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Anda mungkin juga menyukai