PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Usaha pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan pelayanan medik
tidak mungkin dapat tercapai dengan baik, tanpa adanya pelayanan penunjang medik
dan penunjang lain yang memadai. Salah satu sarana pelayanan penunjang medik yaitu
unit Rekam Medis.
Rumah sakit baik swasta maupun negeri dalam penyelenggaraan pelayanannya
memerlukan pencatatan data dari setiap pasien yang masuk ke rumah sakit. Sehingga
data pasien yang pernah berobat ke rumah Ssakit tersebut dapat mempermudah
pelayanan terhadap pasien jika berobat selanjutnya. Selain itu data-data pasien tersebut
dapat digunakan untuk keperluan administrasi, dokumentasi, penelitian, hukum,
keuangan, pendidikan, dan lain sebagainya. Untuk menjalankan semua keperluan
tersebut maka diperlukan penyelenggaraan unit Rekam Medis.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka unit Rekam Medis perlu dibuatkan standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka melakukan pelayanan Rekam Medis di
Rumah Sakit BaliMd Karangasem harus berdasarkan standar pelayanan Rekam Medis
RS.
B. Ruang Lingkup
C. Batasan Operasional
1. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga
medis dan para medis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2. Aspek medis
Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus
diberikan kepada seorang pasien.
1 /5 5
3. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut
masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha
untuk menegakkan hukum serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan
keadilan.
4. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung
data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan.
5. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya
menyangkut data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
6. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan
pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran dibidang profesi si pemakai.
7. Aspek dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya
menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai
bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.
D. Landasan Hukum
1. Keputusan Menteri Kesehatan no.034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan
Pemeliharaan Rumah Sakit, disebutkan bahwa guna menunjang terselenggaranya
Rencana Induk yang baik, maka setiap rumah sakit diwajibkan :
a) mempunyai dan merawat statistik yang up-to-date (terkini) dan
b) membina medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan.
2. Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII tahun 1989 tentang Rekam Medis atau Medical
Records, dalam peraturan tersebut telah ditetapkan pasal demi pasal yang mengatur
penyelenggaraan rekam medis (baca lampiran).
3. Surat Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medik No. 78 tahun 1991 tentang
penyelenggaraan rekam medik. Surat keputusan ini menjelaskan rincian
penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit.
4. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 pada pasal 53 disebutkan bahwa setiap tenaga
kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya, untuk itu maka setiap tenaga kesehatan dalam melakukan
tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati
hak pasien. Yang dimaksud standar profesi adalah pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik (ayat:2).
Standar profesi ini dibuat oleh organisasi profesi dan disahkan oleh pemerintah.
Sedangkan tenaga kesehatan yaitu tenaga yang berhadapan dengan pasien seperti
dokter dan perawat. Yang dimaksud dengan hak pasien antara lain adalah hak
terhadap informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia kedokteran
dan hak atas pendapat kedua (second opinion).
2 /5 5
5. PP No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran. Peraturan
Pemerintah ini mengatur kewajiban menyimpan kerahasiaan ini rekam medis.
6. Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik Peraturan ini
mengatur keharusan meminta persetujuan pasien terhadap tindakan medis yang
akan diterimanya dengan memberi penjelasan secara lengkap terhadap akibat dan
resiko yang mungkin ditimbulkannnya .
7. SE Direktorat Jendral Pelayanan Medik No: HK.00.06.1.5.01160 tentang Petunjuk
Teknis. Pengadaan Formulir Rekam Medis Dasar dan Pemusnahan Arsip Rekam
Medis. Surat edaran ini mengatur tata cara pengabadian dan pemusnahan rekam
medis.
3 /5 5
13. Seluruh hasil pemeriksaan pelayanan penunjang wajib ditempelkan pada lembar
rekam medis yang telah ditetapkan.
14. Unit Rekam Medis bertanggung jawab atas tersedianya informasi kegiatan
pelayanan dan indikator rumah sakit yang telah ditetapkan.
15. Seluruh pelayanan rekam medis wajib berorientasi pada kepuasan pelanggan.
16. Bagi pasien yang memerlukan data rekam medis, dapat diberikan resume atau
ringkasan perawatan pasien, hasil pemeriksaan dan riwayat pelayanan yang telah
diberikan.
Secara hukum tidak ada bantahan bahwa pemilikan rekam medis pasien oleh
rumah sakit. Rumah sakit sebagai pemilik segala catatan yang ada di rumah sakit,
termasuk rekam medis. Hal ini mengingat karena catatan-catatan yang terdapat
dalam berkas rekam medis merupakan rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan
oleh unit pelayanan kesehatan kepada pasien. Jadi bukti dokumentasi tersebut
adalah sebagai tanda bukti rumah sakit terhadap segala usahanya dalam
menyembuhkan pasien. Isi rekam medis menunjukkan pula baik buruknya upaya
penyembuhan yang dilakukan instansi pelayanan kesehatan tersebut. Beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian bagi para petugas pelayanan kesehatan yang terlibat
pada pelayanan kesehatan kepada pasien :
4 /5 5
1. Tidak diperkenankan untuk membawa berkas rekam medis keluar dari instansi
pelayanan kesehatan, kecuali atas izin pimpinan dan dengan sepengetahuan
kepala Unit Rekam Medis, yang peraturannya digariskan oleh Direktur RS
BaliMd Karangasem.
2. Petugas Rekam Medis antara lain bertanggung jawab penuh terhadap
kelengkapan dan penyediaan berkas yang sewaktu-waktu dapat dibutuhkan oleh
pasien.
3. Petugas ini harus betul-betul menjaga agar berkas tersebut tersimpan dan tertata
dengan baik dan terlindung dari kemungkinan pencurian berkas atau pembocoran
isi berkas rekam medis.
Dalam kaitan ini boleh ataupun tidaknya pasien mengerti akan isi dari pada rekam
medis adalah sangat tergantung pada kesanggupan pasien untuk mendengar
informasi mengenai penyakitnya yang dijelaskan oleh dokter yang merawatnya.
Hal ini tidak berarti bahwa pasien diperkenankan untuk membawa berkasnya
pulang. Resume pasien yang dikeluarkan oleh dokter rumah sakit serta diteruskan
kepada dokter rujukan sudah dianggap memadai. Apabila dokter rujukan menghendaki
informasi mengenai penyakit pasien yang lebih terperinci maka pihak rumah sakit
diperkenankan untuk memfotocopy dan melegalisir halaman-halaman yang difotocopy
tersebut serta meneruskan kepada dokter rujukan tersebut. Harus diingat bahwa
Rumah Sakit wajib memegang berkas asli, kecuali untuk resep obat pasien.
5 /5 5
Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari rekam medis
sifatnya rahasia. Informasi di dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini
menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi
dari pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan perundangan
yang berlaku.
Pada dasarnya informasi yang bersumber dari rekam medis ada dua kategori :
Yaitu laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis sebagai hasil
pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien. Informasi ini
tidak boleh disebarluaskan kepada pihak-pihak yang tidak berwenang, karena
menyangkut individu langsung si pasien. Walaupun begitu perlu diketahui pula bahwa
pemberitahuan keadaan sakit si pasien kepada pasien maupun keluarganya oleh
orang rumah sakit selain dokter yang merawat sama sekali tidak diperkenankan.
Pemberitahuan kepenyakitan kepada pasien/keluarga menjadi tanggung jawab dokter
dan pasien, pihak lain tidak memiliki hak sama sekali.
Jenis informasi yang dimaksud disini adalah perihal identitas (nama, alamat, dan
lain-lain) serta infomasi lain yang tidak mengandung nilai medis. Informasi jenis ini
terdapat dalam lembaran paling depan berkas rekam medis rawat jalan maupun rawat
nginap (Ringkasan Riwayat Klinik ataupun Ringkasan Masuk dan Keluar). Namun
sekali lagi perlu diingat bahwa karena diagnosa akhir pasien mengandung nilai medis
maka lembaran tersebut tetap tidak boleh disiarkan kepada pihak-pihak yang tidak
berwenang. Walaupun begitu petugas tenaga bantuan, perawat, petugas perekam
medis maupun petugas Rumah Sakit lainnya harus berhati-hati bahwa ada kalanya
identitas pasienpun dianggap perlu disembunyikan dari pemberitaan, misalnya apabila
pasien tersebut adalah orang terpandang di masyarakat ataupun apabila pasien
adalah seorang tanggungan polisi (buronan). Hal ini semata-mata dilakukakan demi
ketenangan si pasien dan demi tertibnya keamanan Rumah Sakit dari pihak-pihak
yang mungkin bermaksud mengganggu. Oleh kaena itu dimanapun petugas itu
berdinas tetap harus memiliki kewaspadaan yang tinggi agar terhindar dari
kemungkinan tuntutan ke pengadilan.
Sumber hukum yang bisa dijadikan acuan di dalam masalah kerahasiaan suatu
sumber informasi yang menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat pada Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.
Dengan adanya Peraturan Pemerintah itu maka siapapun yang bekerja di rumah sakit,
khususnya bagi mereka yang berhubungan dengan data rekam medis wajib mematuhi
ketentuan tersebut.
6 /5 5
Pasal 1 :
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam Pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran.
Pasal 3 :
Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Tindakan
medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa diagnostik atau
terapeutik. Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan. Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.
Setiap pasien yang mendapat pelayanan di rumah sakit mempunyai hak untuk
memperoleh atau menolak pengobatan. Bila pasien dalam perwalian maka walilah
yang mengatasnamakan keputusan hak tersebut pada pasien.
Selain kedua jenis persetujuan di atas terdapat pula suatu jenis persetujuan
khusus dalam hal mana pasien/wali wajib mencantumkan pernyataan bahwa
kepadanya telah dijelaskan suatu informasi terhadap apa yang akan dilakukan oleh tim
medis, resiko dan akibat yang akan terjadi bilamana suatu tindakan diambil.
Persetujuan ini dikenal dengan istilah informed consent, hanya diperlukan bilamana
7 /5 5
pasien akan dioperasi atau akan menjalani prosedur pembedahan tertentu. Pemberian
persetujuan atau penolakan terhadap perlakuan yang akan diambil tersebut menjadi
bukti yang sah bagi rumah sakit, pasien dan dokter.
Dan pada Pasal 4 disebutkan informasi tentang tindakan medik harus diberikan
kepada pasien, baik diminta maupun tidak diminta.
Berkas dari pasien yang akan diotopsi harus memiliki lembaran perintah otopsi.
Perintah pelaksanaan otopsi dapat ditinjau dalam dua kejadian:
8 /5 5
saksi I, II sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dalam kaitan ini selain instansi kamar
jenasah maka dalam berkas rekam medispun juga harus memiliki dasar penguat
dalam bentuk formulir persetujuan yang telah di tanda tangani oleh pihak pihak yang
bersangkutan tersebut. Dalam hal kasus adopsi pihak-pihak yang bersangkutan harus
benar-benar bertanggung jawab untuk segera menandatangani formulary atau
keterangan adopsi. Pihak rumah sakit harus melibatkan unsur saksi sebagai penguat
disamping adanya pernyataan resmi secara tertulis dari pihak yang menerima. Dalam
hal mana seorang anak tidak diambil oleh keluarganya maka pihak rumah sakit dapat
meneruskannya kepada yayasan atau badan resmi yang berwenang dan dianggap
sah oleh negara. Segala korespondensi yang terjadi dalam hal adopsi harus amat
dijaga kerahasiaannya. Pihak Instalasi Rekam Medis harus dapat menjamin bahwa
berkasnya telah lengkap. Bilamana dirasakan perlu untuk menyendirikan laporan
adopsi dari berkas pencatatan pasien maka Kepala Instalasi Rekam Medis dapat
mengambil kebijaksanaan tersebut dan memberi kode tertentu dalam berkas rekam
medis pasien tersebut. Selanjutnya surat adopsi tersebut disimpan dalam tempat
khusus yang terkunci dan aman.
9 /5 5
pemberian informasi dari rekam medis, terutama dalam keadaan belum adanya
peraturan perundangan yang mengatur hak tersebut. Pada saat ini makin banyak
usaha-usaha yang bergerak di bidang asuransi, diantaranya ada asuransi sakit,
kecelakaan, pengobatan asuransi tenaga kerja dan lain-lain. Untuk dapat membayar
klaim asuransi dari pemegang polisnya perusahaan asuransi terlebih dahulu
memperoleh informasi tertentu yang terdapat dalam rekam medis seorang pasien
selama mendapat pertolongan perawatan di rumah sakit. Informasi ini hanya dapat
diberikan apabila ada surat kuasa/persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh pasien
yang bersangkutan. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
menggunakan jasa asuransi sehingga makin banyak jumlah pemegang polis, rumah
sakit harus mampu mengadakan satu formulir standard yang memberikan
perlindungan maksimum kepada pasien dan mempercepat waktu pengisiannya oleh
petugas rumah sakit. Untuk melengkapi persyaratan bahwa surat kuasa/persetujuan
harus ditandatangani oleh yang bersangkutan, Rumah Sakit menyediakan formulir
surat kuasa, dengan demikian tanda tangan dapat diperoleh pada saat pasien tersebut
masuk dirawat.
Pimpinan rumah sakit dengan Instalasi Rekam Medis dan Komite Rekam Medis,
menetapkan suatu peraturan yang mengatur pemberian informasi yang berasal dari
rekam medis itu. Peraturan-peraturan tersebut disebarluaskan ke dalam lingkungan
kerja rumah sakit maupun perorangan atau organisasi-organisasi yang sering
berhubungan dengan nstalasi Rekam Medis untuk meminta informasi yang berkaitan
dengan rekam medis.
1. Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki Rumah Sakit tidak boleh
disebarkan oleh pegawai Rumah Sakit, kecuali bila pimpinan Rumah Sakit
mengijinkan.
2. Rumah Sakit tidak boleh dengan sekehendaknya menggunakan rekam medis
dengan cara yang dapat membahayakan kepentingan pasien, kecuali jika rumah
sakit sendiri akan menggunakan rekam medis tersebut bila perlu untuk
melindungi dirinya atau mewakilinya.
3. Para asisten dan dokter yang bertanggungjawab boleh dengan bebas
berkonsultasi dengan Instalasi Rekam Medis dengan catatan yang ada
hubungan dengan pekerjaannya. Andaikata ada keragu-raguan dipihak staf
rekam medis, maka persetujuan masuk ketempat rekam medis itu boleh ditolak
dan persoalannya hendaknya diserahkan kepada keputusan pimpinan rumah
sakit. Bagaimanapun salinan rekam medis tidak boleh dibuat tanpa persetujuan
khusus dari kepala Instalasi Rekam Medis, yang akan bermusyawarah dengan
pimpinan rumah sakit jika ada keragu-raguan. Tidak seorangpun boleh
memberikan informasi lisan atau tertulis dari pihak pimpinan rumah sakit
10 /5 5
(pengecualian : mengadakan diskusi mengenai kemajuan dari pada kasus
dengan keluarga atau wali pasien yang mempunyai kepentingan yang syah).
4. Dokter tidak boleh memberikan persetujuan kepada perusahaan asuransi atau
badan lain untuk memperoleh rekam medis.
5. Badan-badan sosial boleh mengetahui isi data sosial dari rekam medis apabila
mempunyai alasan-alasan yang syah untuk memperoleh informasi, namun untuk
data medisnya tetap diperlukan surat persetujuan dari pasien yang
bersangkutan.
6. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan dirinya
diserahkan kepada dokter yang bertugas merawatnya.
7. Permohonan secara lisan, permintaan informasi sebaiknya ditolak, karena cara
permintaan harus tertulis.
8. Informasi rekam medis hanya dikeluarkan dengan surat kuasa yang
ditandatangani dan diberi tanggal oleh pasien (walinya jika pasien tersebut
secara mental tidak kompeten) atau keluarga terdekat kecuali jika ada ketentuan
lain dalam peraturan. Surat kuasa hendaklah juga ditandatangani dan diberi
tanggal oleh orang yang mengeluarkan rekam medis dan disimpan di dalam
berkas rekam medis tersebut.
9. Informasi di dalam rekam medis boleh diperlihatkan kepada perwalian rumah
sakit yang sah untuk melindungi kepentingan rumah sakit dalam hal-hal yang
bersangkutan dengan pertanggungjawaban.
10. Informasi boleh diberikan kepada rumah sakit, tanpa surat kuasa yang
ditandatangani oleh pasien berdasarkan permintaan dari rumah sakit yang
menerangkan bahwa si pasien sekarang dalam perawatan mereka.
11. Dokter-dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai pasien di
rumah sakit, harus memiliki surat kuasa dari pasien tersebut. Tidak boleh
seorang beranggapan bahwa karena pemohon seorang dokter ia seolah-olah
lebih berhak untuk memperoleh informasi dari pemohon yang bukan dokter.
Rumah sakit dalam hal ini akan berusaha memberikan segala pelayanan yang
pantas kepada dokter luar, tetapi selalu berusaha lebih memperhatikan
kepentingan pasien dan rumah sakit.
12. Ketentuan ini tidak saja berlaku bagi Instalasi Rekam Medis, tetapi juga berlaku
bagi semua orang yang menangani rekam medis di Bagian Perawatan, bangsal-
bangsal dan lain-lain.
13. Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa keluar rumah sakit, kecuali bila atas
perintah pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis dari pimpinan rumah
sakit .
14. Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk dibawa
kebagian lain dari rumah sakit , kecuali jika diperlukan untuk transaksi dalam
kegiatan rumah sakit. Apabila mungkin rekam medis ini hendaknya diperiksa
dibagian setiap waktu dapat dikeluarkan bagi mereka yang memerlukan.
15. Dengan persetujuan pimpinan Rumah Sakit, pemakaian rekam medis untuk
keperluan riset diperbolehkan. Mereka yang bukan dari staf medis rumah sakit,
11 /5 5
apabila ingin melakukan riset harus memperoleh persetujuan tertulis dari
pimpinan rumah sakit.
16. Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa ke pengadilan segala ikhtiar
hendaklah dilakukan supaya pengadilan menerima salinan fotocopy rekam
medis yang dimaksud. Apabila hakim minta yang asli, tanda terima harus diminta
dan disimpan di folder sampai rekam medis yang asli tersebut kembali.
Sebagai satu dalil yang umum dapat dikatakan setiap informasi di dalam rekam
medis dapat dipakai sebagai bukti, karena rekam medis adalah dokumen resmi dalam
kegiatan rumah sakit. Jika pengadilan dapat diyakinkan bahwa rekam medis itu tidak
dapat disangkal kebenarannya dan dapat dipercayai, maka keseluruhan atau sebagian
dari informasi dapat dijadikan bukti yang memenuhi persyaratan. Apabila salah satu
pihak bersengketa dalam satu acara pengadilan menghendaki pengungkapan isi
rekam medis di dalam sidang, ia meminta perintah dari pengadilan kepada rumah sakit
yang menyimpan rekam medis tersebut. Rumah sakit yang menerima perintah
tersebut wajib mematuhi dan melaksanakannya.
Apabila ada keragu-raguan tentang isi perintah tersebut dapat diminta seorang
sanksi untuk datang dan membawa rekam medis yang diminta atau memberikan
kesaksian di depan sidang.
Apabila diminta rekam medisnya saja pihak rumah sakit dapat membuat fotocopy
dari rekam medis yang diminta dan mengirimkan kepada bagian Tata Usaha
pengadilan. Dalam suatu kasus mungkin sebagian dari rekam medis atau mungkin
seluruh informasi dari rekam medis dipergunakan. Hakim dan pembela
bertanggungjawab untuk mengatasi setiap perbedaan ketentuan perundangan dalam
hal pembuktian. Tanggung jawab seorang ahli rekam medis adalah berperan sebagai
saksi yang obyektif.
12 /5 5
Pihak rumah sakit tidak memperkirakan setiap saat, rekam medis yang mana
yang akan diminta oleh pengadilan. Oleh karena itu, setiap rekam medis kita anggap
dapat sewaktu-waktu dilihat /diperlukan untuk keperluan pemeriksaan oleh hakim di
pengadilan. Konsekuensinya, terhadap semua rekam medis pasien yang telah keluar
dari rumah sakit harus dilakukan analisa kuantitatif secara seksama. Setiap
isian/tulisan di dalam rekam medis yang dihapus, tanpa paraf, dan setiap isian yang
tidak ditandatangani ataupun tidak sesuai dengan ketentuan rumah sakit harus ditolak
dan dikembalikkan kepada pihak yang bersangkutan untuk diperbaiki/dilengkapi.
Kedudukan kepala Instalasi Rekam Medis memberikan tanggung jawab / kepercayaan
khusus di rumah sakit, dengan demikian harus senantiasa menjaga agar rekam medis
semuanya benar-benar lengkap. Materi yang bukan bersifat medis harus ditinggal
apabila rekam medis diminta untuk keperluan pengadilan, kecuali jika diminta.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
13 /5 5
No Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
Formal
B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Jaga
14 /5 5
memberitahu Ka Unit Rekam Medis minimal 1 hari sebelumnya. Namun, sebelum
memberitahu Ka Unit diharapkan petugas yang bersangkutan sudah mencari
pengganti. Apabila petugas yang bersangkutan tidak mendapatkan pengganti, maka
Ka Unit Rekam Medis akan mencari tenaga pengganti dari tenaga cadangan yaitu
petugas yang hari itu libur atau petugas yang jaga pagi / sore.
6. Apabila ada petugas Rekam Medis tiba tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka Ka Unit akan mencari pengganti dari
tenaga cadangan yaitu petugas yang hari itu libur atau petugas yang jaga pagi /
sore.
BAB III
II
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan I
KETERANGAN :
: Rak besar
tempat penyimpanan
LEST
: Rak I,
15 /5 5
P ; 375 cm x L ; 40 cm x T ; 280 cm
: Rak II,
P ; 200 cm x L ; 40 cm x T ; 280 cm
: Meja kantor
: Kursi
: Komputer
: Printer
: Box
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan Sarana
Rekam Medis RS BaliMd Karangasem berlokasi di lantai I yang terdiri dari
satu ruangan. Fasilitas dan sarana yang ada di ruangan tersebut yaitu tiga rak besar
tempat penyimpanan lest, dua meja kerja, tiga kursi, satu unit komputer, satu unit
printer standar, satu unit telepon, satu jam dinding, berbagai macam box
penyimpanan kertas, berbagai macam bantek kertas dan peralatan tulis kantor.
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di Rekam Medis untuk penunjang kegiatan pelayanan
Rekam Medis
Daftar inventaris peralatan di Rekam Medis RS BaliMd Karangasem
16 /5 5
3 Binder 1 Baik Milik RS
Penggaris 30 cm (stainles
22 + butterfly 3 Baik Milik RS
17 /5 5
30 Tempat File Big kuning 5 Baik Milik RS
BAB IV
Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik ataupun yang akan dirawat
adalah sebagian dari sistem prosedur pelayanan RS BaliMd Karangasem. Dapat dikatakan
bahwa disinilah pelayanan pertama kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba di rumah
sakit, maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa di dalam tata cara penerimaan inilah
seorang pasien mendapatkan kesan baik ataupun tidak baik dari pelayanan rumah sakit. Tata
cara melayani pasien dapat dinilai baik bilamana dilaksanakan oleh petugas dengan sikap
yang ramah, sopan, tertib dan penuh tanggung jawab.
Dilihat dari segi pelayanan di rumah sakit, pasien yang datang dapat dibedakan
menjadi :
18 /5 5
1. Pasien baru : adalah pasien yang baru pertama kali datang ke RS untuk keperluan
berobat.
2. Pasien lama : adalah pasien yang pernah datang sebelumnya ke RS untuk keperluan
berobat.
Kedatangan pasien ke RS dapat terjadi karena :
Setiap pasien baru akan memperoleh nomor rekam medis yang ditulis pada
kartu berobat pasien sebagai kartu pengenal, yang harus dibawa pada setiap
kunjungan berikutnya di RS BaliMd Karangasem, baik sebagai pasien berobat jalan
maupun sebagai pasien rawat inap.
Pasien baru dengan berkas rekam medisnya akan dikirim ke poliklinik sesuai
dengan yang dikehendaki pasien. Setelah mendapat pelayanan yang cukup dari
poliklinik, ada beberapa kemungkinan dari setiap pasien :
b. Pasien lama
Pasien lama datang ke Registrasi dan akan diwawancarai oleh petugas front
office, guna mendapatkan informasi nomor rekam medis dari kartu berobat pasien,
dan tujuan berobat.
19 /5 5
c. Pasien Gawat Darurat
Berbeda dengan prosedur pelayanan pasien baru dan pasien lama yang
biasa, disini pasien ditolong terlebih dahulu baru penyelesaian administrasinya,
meliputi pendaftaran pasien baik baru maupun ulang seperti pasien datang tidak
dengan perjanjian. Di RS BaliMd Karangasem pendaftaran pasien darurat gawat
dilakukan di registrasi untuk pasien baru maupun pasien lama. Setelah mendapat
pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari setiap pasien :
a) Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk dirawat,
keluarga pasien dapat menyelesaikan administrasinya di registrasi.
b) Jika pasien sudah diangap stabil dan keluarga sudah diberikan penjelasan awal,
petugas IGD mempersilakan keluarga pasien untuk mendaftarkan pasien di bagian
registrasi.
c) Petugas registrasi mengecek data identitas di komputer untuk mengetahui apakah
pasien pernah dirawat/berobat di RS BaliMd Karangasem. Jika pasien lama
rekam medisnya dimintakan oleh petugas registrasi ke bagian penyimpanan
berkas rekam medis.
d) Jika pasien lama rekam medisnya dimintakan oleh petugas registrasi ke bagian
penyimpanan berkas rekam medis. Rekam medisnya segera dikirim ke ruang IGD
yang bersangkutan dan tetap memakai nomor rekam medis yang telah dimilikinya.
e) Bagi pasien yang belum pernah dirawat atau berobat di RS BaliMd Karangasem
maka diberikan nomor rekam medis baru.
20 /5 5
1. Bagian penerimaan pasien bertanggung jawab sepenuhnya mengenai pencatatan
seluruh informasi yang berkenaan dengan diterimanya seorang pasien di RS BaliMd
Karangasem.
2. Bagian penerimaan pasien harus segera memberitahukan bagian-bagian lain
terutama bagian yang berkepentingan langsung, setelah diterimanya seorang pasien
untuk dirawat.
3. Membuat catatan yang lengkap, terbaca dan seragam harus disimpan oleh semua
bagian selama pasien dirawat.
4. Instruksi yang jelas harus diketahui oleh setiap petugas yang bekerja dalam proses
penerimaan dan pemulangan pasien.
1. Semua pasien yang menderita segala macam penyakit, selama ruangan dan fasilitas
yang memadai tersedia dapat diterima di RS BaliMd Karangasem.
2. Sedapat mungkin pasien diterima di Front Office pada waktu yang telah ditetapkan,
kecuali untuk kasus gawat darurat dapat diterima setiap saat.
3. Tanpa diagnosa yang tercantum dalam surat permintaan dirawat, pasien tidak dapat
diterima.
4. Sedapat mungkin tanda tangan persetujuan untuk tindakan operasi dan sebagainya
(apabila dilakukan) dilaksanakan sebelum pasien dirawat.
5. Pasien dapat diterima, apabila :
a. Ada surat pengantar Rawat Inap dari dokter yang mempunyai wewenang untuk
merawat pasien di rumah sakit.
b. Dikirim oleh dokter poliklinik.
c. Dikirim oleh dokter Instalasi Gawat Darurat.
d. Pasien darurat gawat perlu diprioritaskan.
Prosedur pasien untuk dirawat inap :
1. Pasien yang sudah memenuhi syarat atau peraturan untuk dirawat, setiap saat dapat
menanyakan pada petugas Front Office mengenai dimana ruangan dia akan dirawat.
2. Apabila ruangan sudah tersedia :
a) Pasien segera mendaftar di Front Office.
b) Pada saat mendaftar dia akan mendapat penerangan tentang :
- Kapan dapat masuk
- Bagaimana cara pembayaran serta tarif-tarifnya.
21 /5 5
- Peraturan selama pasien dirawat.
c) Dibuatkan berkas rekam medis rawat inap yang minimal berisi :
- Identitas pasien antara lain : Nama lengkap pasien, Jenis kelamin pasien,
Tempat Tanggal Lahir pasien, Alamat pasien dan keluarga yang bertanggung
jawab selama pasien dirawat, nomor rekam medis pasien, dan nama ruangan
dan kelas.
d) Jika pasien pernah berobat ke poliklinik atau pernah dirawat sebelumnya maka
petugas Admission menghubungi ruang penyimpanan rekam medis untuk meminta
berkas rekam medis sebelumnya.
e) Setelah melakukan pendaftaran di Front Office, pasien dan/atau keluarga yang
mewakili kembali menunggu di Poliklinik atau IGD untuk di hantar ke ruangan rawat.
Prosedur selama pasien di ruang perawatan yang berkaitan dengan rekam medis antara
lain :
(1) Pada waktu pasien tiba di ruang perawatan dan diterima oleh perawat pasien diberi
tanda pengenal.
(2) Perawat menambah formulir-formulir yang diperlukan oleh dokter maupun perawat
sendiri
(3) Selama perawatan, perawat mencatat semua data perawatan yang diberikan dari
mulai saat pasien tiba di ruang sampai pasien tersebut pulang, dipindahkan atau
meninggal.
Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas pencatat adalah : nama pasien
harus lengkap, minimal terdiri dari dua suku kata. Dengan demikian, nama pasien
yang akan tercantum dalam rekam medis akan menjadi satu diantara kemungkinan
ini :
- Nama pasien sendiri, apabila namanya sudah terdiri dari dua suku kata atau lebih.
- Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama suami, apabila pasien seorang
perempuan bersuami.
- Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama orang tua (biasanya nama ayah).
- Bagi pasien yang mempunyai nama keluarga/marga, maka nama keluarga/marga
atau surename didahulukan dan kemudian diikuti nama sendiri.
Dalam sistem penamaan pada rekam medis, diharapkan :
22 /5 5
- Nama ditulis dengan huruf cetak dan mengikuti ejaan yang disempurnakan.
- Sebagai pelengkap, bagi pasien perempuan diakhir nama lengkap ditambah Ny.
Atau Nn sesuai dengan statusnya.
- Pencatuman titel selalu diletakkan sesudah nama lengkap pasien.
- Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, tidak dicantumkan dalam penulisan nama pasien.
Cara penulisan nama pasien menjadi sangat penting artinya karena sering dijumpai
pasien dengan nama yang sama dan seringnya seorang pasien yang berobat di
rumah sakit. Dengan menggunakan cara penulisan akan memudahkan seorang
penulis untuk mengambil berkas rekam medis ditempat penyipanan apabila berkas
rekam medis diperlukan. Untuk untuk keseragaman penulisan nama seorang pasien
memakai ejan baru yang disempurnakan. Ada pun cara penulisan adalah sebagai
berikut :
a. Nama orang indonesia yang mempunyai nama keluarga, di indeks menurut kata
akhir ( nama keluarga ) sebagai kata pengenal diikuti tanda koma baru kemudian
nama sendiri.
Contoh : suwito mangkusastro
abdi dipokusumo
Dindeks : mangkusastro, swito
Dipokusumo, abdi
b. Nama orang indonesia yang majemuk.
Contoh : sutopo yuwono ( yuwono bukan nama keluarga )
Diindeks : sutopo yuwono
c. Nama orang indonesia mempunyai suku, marga, diindeks menurut suku dan
marga tersebut.
Contoh : Rohot Sitompul
Dirk palekahelu
Diindeks : Sitompul, Rohot
: Palekahelu, Dirk
pengenal yang pertama. Untuk membeda antara wanita yang bersuami dan yang
belum bersuami, dibelakang dituliskan Nn. Ny dalam tanda kurung.
d. Nama bayi
Bila terjadi bayi baru lahir hingga saat pulang belum mempunyai nama, maka
penulisan nya adalah Kartini Ni Made (By.Ny), bila bayi
2. Sistem Penomoran
Rekam medis pada RS disimpan menurut nomor, yaitu menggunakan Unit
Numbering System sistem ini memberikan satu unit rekam medis baik kepada
pasien berobat jalan maupun pasien untuk dirawat.inap. Pada saat seorang penderita
berkunjung pertama kali ke RS BaliMd Karangasem apakah sebagai penderita
berobat jalan ataupun untuk dirawat inap, kepadanya diberikan satu nomor (admitting
number) yang akan dipakai selamanya untuk kunjungan seterusnya, sehingga rekam
medis penderita tersebut hanya tersimpan di dalam satu berkas di bawah satu nomor.
23 /5 5
Karangasem. Seorang pasien yang sudah pernah berkunjung RS BaliMd
Karangasem sebelumnya tidak akan diberikan nomor baru, karena rekam medisnya
yang sekarang akan diberi nomor yang sama dengan nomor yang telah dimiliki pada
kunjungan yang lalu. Kadang-kadang terjadi kekeliruan dimana seorang penderita
diberikan lagi nomor yang baru, padahal ia telah mempunyai nomor, kekeliruan ini
dapat diperbaiki dengan menggabungkan rekam medisnya dan menyimpan rekam
medis yang lebih tebal atau yang sudah pernah dirawat inap disertai dengan surat
pernyataan.
Satu problem yang biasa timbul adalah bertambahnya satu rekam medis
menjadi berjilid-jilid, karena seringnya pasien tersebut mendapat pelayanan (dirawat)
di RS BaliMd Karangasem. Kadang-kadang begitu seringnya seorang penderita di
rawat sehingga rekam medisnya harus dibuat jilid yang baru, karena terlalu tebal jika
hanya satu jilid saja. Untuk mengingatkan petugas penyimpanan tentang hal ini, maka
pada setiap jilid harus dibuat catatan nomor jilid dan jumlah jilidnya, misalnya : Jilid 1
dari 2; Jilid 2 dari 2.
Untuk pengambilan rekam medis yang tidak aktif dari rak penyimpanan untuk
dimusnahkan atau untuk dibuat microfilm, karena menggunakan sistem unit, nomor-
nomor rekam medis tidak menunjukkan tua atau mudanya satu rekam medis
sehingga untuk memilih rekam medis yang tidak aktif harus dilihat satu persatu, tahun
berapa seorang penderita terakhir dirawat atau berkunjung ke poliklinik.
Untuk sumber nomor RS BaliMd Karangasem membuat satu bank nomor
terdiri dari enam angka, menggunakan sistem penomoran langsung (straigth digit)
dengan menentukan nomor awal dimulai dari 000001 sampai dengan 999999. Bank
nomor dikeluarkan oleh sistem komputer yang secara otomatis akan mengeluarkan
satu nomor baru setiap entry data pasien.
24 /5 5
3) Alergi Obat
Agar dokter tahu jika pasien alergi terhadap suatu obat.
4) Tahun Kunjungan
Terdapat tempat untuk menuliskan dari tahun kapan sampai kapan pasien pernah
mengunjungi RS.
Petugas dari bagian lain yang meminjam rekam medis harus datang sendiri
untuk mengambil rekam medis yang dipinjam ke bagian rekam medis. Isi lembar
peminjaman rekam medis yang berisi nama peminjam, waktu peminjaman, nomor
rekam medis, nama pasien, nama orang yang meminjam, tanda tangan, dan tanggal
pengembalian yang diketahui oleh petugas filling. Pada saat rekam medisnya
kembali, ditulis tanggal pengembalian rekam medis pada dalam lembar peminjaman
rekam medis yang artinya rekam medis sudah kembali.
25 /5 5
1) Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat jalan dan
unit rawat inap.
2) Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 24 jam.
Penyimpanan dokumen rekam medis sering terjadi kesalahan letak. Hal ini
terjadi karena banyaknya dokumen rekam medis yang harus diambil dan disimpan
setiap hari. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pada sistem penjajaran angka akhir
atau angka tengah, dapat diberi kode warna sesuai 2 angka kelompok yang
digunakan sebagai penjajaran. Ketentuan warnanya yaitu:
26 /5 5
Abu-abu = 0 Ungu = 5
Alat penyimpan rekam medis yang dipakai adalah rak stainles jarak antara dua
buah rak untuk lalu lalang, minimal kurang lebih selebar 90 cm.
4. Penunjuk Penyimpanan
Pada deretan berkas rekam medis yang disimpan di rak harus diberi tanda
penunjuk guna mempercepat pekerjaan menyimpan dan menemukan rekam medis.
Jumlah penunjuk tergantung dari rata-rata tebalnya sebagian besar map-map rekam
medis tersebut. Makin tebal map-map rekam medis makin banyak penunjuk harus
dibuat. Rekam medis yang aktif lebih banyak memerlukan penunjuk daripada rekam
medis-rekam medis yang kurang aktif.
Alat penunjuk ini, agar dipilih model yang kuat tahan lama dan mudah dilihat.
Pinggir penunjuk ini harus lebih lebar, menonjol sehingga angka-angka yang
dicantumkan disitu gampang terlihat.
27 /5 5
Map penyimpan dapat dipesan dengan pencantuman nomor-nomor yang dicetak,
sehingga kelihatan rapi. Nomor harus jelas tertulis pada setiap map.
Dari segi praktisnya dapat dikatakan, patokan utama untuk menentukan rekam
medis aktif atau tidak aktif adalah besarnya ruangan yang tersedia untuk menyimpan
rekam medis yang baru. Rekam medis dinyatakan tidak aktif apabila selama 5
tahun terakhir rekam medis tersebut sudah tidak dipergunakan lagi. Apabila
ternyata sudah tidak tersedia lagi tempat penyimpanan rekam medis aktif, harus
dilaksanakan kegiatan menyisihkan rekam medis yang tidak aktif secara sistematik
seirama dengan pertambahan jumlah rekam medis baru. Rekam medis-rekam medis
yang tidak aktif, dapat disimpan di ruangan lain.
A. Penyusutan (Retensi)
Penyusutan rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan arsip dari rak
penyimpanan dengan cara memindahkan arsip rekam medis in aktif dari rak aktif ke
rak in aktif dengan cara memilah pada rak penyimpanan sesuai dengan tahun
kunjungan.
Tujuan :
28 /5 5
Penentuan jangka waktu penyimpanan arsip (retensi arsip) ditentukan atas
dasar nilai kegunaan tiap-tiap arsip. Untuk menjaga obyektifitas dalam menentukan
nilai kegunaan tersebut, JRA disusun oleh suatu kepanitiaan yang terdiri dari unsur
komite rekam medis dan unit rekam medis yang benar-benar memahami kearsipan,
fungsi dan nilai arsip rekam medis.
2. Pemusnahan Arsip
Adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik arsip rekam medis
yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya. Penghancuran harus dilakukan secara
total dengan cara membakar habis, mencacah atau daur ulang sehingga tidak dapat
lagi dikenal isi maupun bentuknya.
1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter spesialis yang melayani
pasien di RS BaliMd Karangasem.
2. Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat langsung dalam
pelayanan antara lain : Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Tenaga Laboratorium
29 /5 5
Klinik, Gizi, Anastesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi Medis, Rekam Medis dan lain
sebagainya.
Dalam hal dokter berhalangan melakukan visite maka yang melakukan
tindakan/konsultasi kepada pasien yang mengisi rekam medis adalah dokter yang
ditunjuk oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan sebelumnya atas persetujuan
Direktur RS BaliMd Karangasem.
2. Pencatatan (Recording)
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem
penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri hanya
merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam medis.
Untuk mendapatkan pencatatan data medis yang baik, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli di bidang kesehatan lainnya, yaitu:
30 /5 5
1. Catatan yang Bersifat Kolektif
Ini merupakan kumpulan catatan pasien-pasien yang dating ke unit pelayanan.
Catatan ini dalam bentuk buku yang sering disebut Buku Register. Buku Register
ini merupakan sumber utama data kegiatan rumah sakit. Pemakaian buku register
ini perlu dipertimbangkan secermat mungkin dan tetap memperhatikan efisiensi di
bidang pengelolaan data medis.
Setiap hari petugas di unit pelayanan menyiapkan rekapitulasi yang seiring disebut
sensus harian. Sensus ini sangat berguna di dalam pengolahan data medis
selanjutnya yang digunakan sebagai bahan laporan rumah sakit.
Formulir rekam medis ini meliputi formulir untuk pasien rawat jalan dan
formulir untuk pasien yang dirawat inap. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 749a/MENKES/PER/XII/1989, tentang rekam medis/ medical record maka :
Data-data tertentu harus ditulis pada saat penderita masuk yang akan
dientry di komputer, dimasukkan pada saat pasien registrasi. Penyimpanan
31 /5 5
identitas pasien ini mutlak karena adalah salah satu cara untuk menunjang
kelancaran pelayanan terhadap pasien, karena apabila seorang pasien lupa
membawa kartu berobat maka dengan sistem komputerisasi akan membantu
untuk mencarikan data pasien yang diperlukan dengan cepat. Karena identitas
pasien ini merupakan sumber data yang selamanya harus disimpan, maka
harus dibuat selengkap dan sejelas mungkin. Data yang disimpan harus dibuat
secara terperinci dan lengkap, yaitu:
32 /5 5
5. Tabel Rekaman Pemberian Obat Tepat Waktu
6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Rontgen;
7. Resume Medis
Lembaran-lembaran Khusus, misalnya;
1) Laporan Operasi;
2) Laporan Anestesi;
3) Penapisan Ibu Bersalin
4) Catatan/Laporan Persalinan;
5) Partograf
6) Identifikasi Bayi;
7) Grafik Bayi
8) Formulir Skrining dengan SGA
9) Formulir Asuhan Gizi
33 /5 5
- Telepon Orangtua
- Asal Pasien
- Tanggal Kunjungan
- Poli yang Dikunjungi
- Diagnosis
- Tindakan
- Nama Dokter/ Tanda tangan
- Kode Diagnosis/ Operasi.
34 /5 5
- Pengamatan ulang sistematik : untuk mengungkapkan gejala-gejala
pokok, yang mungkin terlupakan oleh si pasien atau kelihatannya tidak
perlu, ini untuk menentukan seberpa jauh dan teliti pemeriksaan fisik
harus dilakukan.
b). Perintah keluar harus ditulis sebelum pasien meninggalkan rumah sakit.
Jika perintah keluar belum ditulis, petugas rekam medis harus meneliti apakah
ada pernyataan yang ditandatangani pasien keluar atas tanggung jawab
sendiri. Pernyataan ini harus disimpan di dalam rekam medisnya. Dalam hal
ini harus ada catatan dari dokternya yang menyatakan bahwa pasien telah
keluar tanpa persetujuan.
35 /5 5
Lembaran Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi ini mencatat
secara spesifik perkembangan penyakit pasien yang ditulis dan ditandatangani
oleh tenaga medis (dokter, perawat, nutrionist, therapis, dll). Catatan pertama
dimulai dengan catatan pada saat pasien masuk, yang seterusnya ditambah
selama pasien di dalam perawatan dan diakhiri pada saat pasien keluar atau
meninggal. Catatan pada saat pasien untuk: mencatat ringkasan keadaan
umum pasien pada saat masuk, terutama fakta-fakta penting yang belum
tercatat pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Fakta tersebut mungkin
didapat dari keluarga pasien, dokter yang mengirim atau dari rumah sakit lain.
Catatan selama pasien dalam perawatan: memberikan perkembangan ini
harus dibuat setiap hari, setiap beberapa jam selama fase akutnya seorang
pasien, dan seterusnya sesuai dengan perkembangan pasien itu sendiri.
Semua tindakan yang dilakukan dicatat jam, tanggal dan jenis tindakannya.
Semua catatan harus ditandatangani oleh dokter pemeriksa
Catatan Perawat/Bidan digunakan oleh petugas perawatan untuk
mencatat pengamatan mereka terhadap pasien dan pertolongan perawat yang
telah mereka berikan kepada pasien. Catatan ini memberikan gambaran
kronologis pertolongan perawat, pengobatan yang diberikan dan reaksi pasien
terhadap tindakan tersebut. Catatan ini berfungsi sebagai alat komunikasi
antara sesama perawat, antara perawat dengan dokter.
Ada empat kegunaan catatan perawat/bidan, yaitu:
a. Mencatat keadaan pasien selama tidak dilihat oleh dokter. Ini adalah
catatan hal-hal yang penting oleh perawat yang memberikan
gambaran perspektif yang jelas tentang perkembangan seorang
pasien ditentukan oleh informasi yang dicatat pada lembaran ini.
Dengan bantuan catatan perawat yang ditulis secara seksama,
seorang dokter dapat mengikuti perkembangan pasiennya, meskipun
ia mengunjungi pasien hanya sekali dalam satu hari.
b. Menghemat waktu bagi dokter dan mencegah timbulnya kekeliruan.
Tanpa adanya catatan tersebut, gambaran pasien dari waktu ke waktu,
kepada petugas yang harus merawat pasien tersebut harus dijelaskan
sendiri-sendiri keadaan seorang pasien. Hal ini tidak saja makan
waktu, tetapi juga memungkinkan banyak kesalahan dalam pemberian
medikasi dan pengobatan.
c. Sebagai bukti pelaksanaan pekerjaan. Sangat perlu sekali setiap
perawat harus mencatat apa-apa tindakan yang telah dilakukan sesuai
dengan perintah dokter, sehingga dokter dapat melihat hasilnya dan
menentukan tindakan pengobatan selanjutnya. Untuk pembuktian
secara hukum, catatan Perawat/Bidan berguna sebagai bukti
pertolongan yang diberikan maupun bukti reaksi pasien terhadap
pertolongan tersebut.
d. Sebagai salah satu kelengkapan berkas rekam medis.
Catatan Perawat/Bidan dimulai pada saat pasien masuk ruang
perawatan dan meliputi:
36 /5 5
- Tanggal dan Jam.
- Catatan-catatan tentang keadaan pasien, gejala-gejala yang tampak.
- Pengobatan yang dilakukan.
Selama seorang pasien dirawat di rumah sakit, catatan
Perawat/Bidan harus memuat observasi harian seorang pasien, juga rekam
medisasi dan pengobatan yang diberikan.
4.Catatan Observasi
Lembaran grafik memberikan gambaran kepada dokter tentang suhu,
nadi, dan pernafasan seorang pasien. Pengisiannya dilakukan oleh petugas
perawat, dimulai saat pasien mulai dirawat. Dalam lembaran grafik ini juga
dicatat data-data tekanan darah, pemasukan dan pengeluaran cairan,
defikasi. Dapat juga diisi informasi tentang kunjungan dokter, spesimen
untuk laboratorium, diet, dll
5. Tabel Rekaman pemberian Obat Tepat Waktu
Lembaran ini memberikan gambaran pemberian obat tepat waktu,
dilengkapi dengan status alergi obat. Pengisian dilakukan oleh perawat,
saat pasien mulai dirawat.
6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Rontgen
Lembaran ini dipakai untuk meletakkan formulir-formulir hasil
pemeriksaan laboratorium maupun rontgen yang dilakukan kepada pasien.
Cara meletakkan formulir-formulir hasil pemeriksaan secara kronologis
berdasarkan waktu, dimulai dari bawah, terus ke atas.
7. Ringkasan Perawatan Pasien ( Resume)
Ringkasan dapat ditulis pada lembaran tersendiri yaitu lembar
Ringkasan Perawatan Pasien. Pengecualian bagi resume ini, terutama
untuk pasien yang dirawat kurang 48 jam, cukup menggunakan Resume
singkat, misalnya untuk kasus-kasus tonsilectomy, adnoidectomy,
kecelakaan ringan, dan sebagainya.
Tujuan dibuatnya resume ini adalah :
37 /5 5
Resume ini harus ditulis segera setelah pasien keluar dan isinya menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut :
a. Mengapa pasien masuk rumah sakit (pertanyaan klinis singkat tentang
keluhan utama, dan riwayat penyakit sekarang)
b. Apakah hasil-hasil penting pemeriksaan laboratorium, rontgen dan fisik
(hasil negatif mungkin sama pentingnya dengan hasil positif)
c. Apakah pengobatan medis maupun operasi yang diberikan (termasuk
respon pasien, komplikasi dan konsultasi)
d. Bagaimana keadaan pasien pada saat keluar (perlu berobat jalan,
mampu bergerak sendiri, mampu untuk bekerja)
e. Apakah anjuran pengoatan.perawatan yang diberikan (nama obat dan
dosisnya, tindakan pengobatan lainnya, dirujuk kemana, perjanjian
untuk datang lagi)
Didalam berkas rekam medis, lembaran resume diletakkan sesudah
Ringkasan Masuk dan Keluar, dengan maksud memudahkan dokter
melihatnya apabila diperlukan. Resume ini harus ditandatangani oleh
dokter yang merawat bagi pasien yang meninggal tidak dibuatkan resume,
tetapi dibuatkan Laporan Sebab Kematian.
38 /5 5
1. Perakitan (Assembling) Rekam Medis
A. Perakitan Rekam Medis pasien rawat jalan, meliputi:
1)
Identitas Penderita Rawat Jalan (mencakup assesmen medis rawat
jalan)
2) Assesmen Keperawatan Rawat Jalan
3) Resume Poliklinik (Summary List)
4) Hasil Pemeriksaan Penunjang
B. Perakitan Rekam Medis pasien rawat inap
Pembatas berkas rekam medis rawat inap
1. Formulir ringkasan masuk dan keluar.
2. Formulir surat dokumen pengantar
3. Formulir intruksi dokter
4. Formulir atau lembar konsultasi
5. Formulir rencana asuhan keperawatan
6. Formulir catatan keperawatan
7. Formulir catatan perkembangan
8. Formulir grafik
9. Formulir rencana asuhan keperawatan observasi dan balance cairan
10. Resume medis
Pembatas berkas rekam medis rawat jalan dan rawat darurat
1. Formulir ringkasan rawat klinik
2. Formulir lembar poliklinik
3. Formulir rekam medis unit gawat darurat (UGD)
Untuk pasien bayi, obstetri dan bedah yang mempunyai formulir / lembaran
selain yang tersebut diatas, dapat disusun seperti berikut :
1. Resume prinatologi
2. Formulir discharge planning perinatologi
3. Formulir pernyataan persetujuan dirawat
4. Formulir penolakan dirawat
5. Formulir pengkajian asuhan kebidanan dan kandungan
6. Formulir atau lembar obstetrik dan gynekologi
7. Formulir persetujuan tindakan medik (informed consent)
8. Formulir pernyataan penolakan tindakan medik
9. Formulir catatan anastesi
10. Formulir intruksi
11. Formulir laporan pembedahan
12. Formulir check list pre operasi dan post operasi
13. Formulir surat keterangan pulang
14. Formulir check list pasien pindah anatar unit perawatan
15. Formulir sidik kaki bayi
16. Formulir observasi minum
17. Formulir lembar observasi pasien DHF
18. Formulir grafik observasi pasien DHF
19. Formulir surat permintaan rawat inap
20. Formulir pernyataan persetujuan perawatan ICU
21. Formulir asuhan keperawatan dan observasi ICU
39 /5 5
2. Koding (coding)
Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada di dalam rekam medis
harus diberi kode dan selanjutnya diindeks agar memudahkan pelayanan
pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi perencanaan, managemen,
dan riset bidang kesehatan.
a. Intruduction ( pendahuluan )
b. Kelompok daftar tabulasi
c. Kode kondisi tertentu.
40 /5 5
d. Petunjuk yang digunakan dalam daftar tabulasi
e. Kategori karakteristik perintah
2. Menggunakan buku ICD - 10 Volume III berisi tentang :
a. Tidak satupun rekam medis boleh keluar dari ruang Rekam Medis, tanpa tanda
keluar/kartu permintaan. Peraturan ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang
diluar rekam medis, tetapi juga bagi petugas-petugas rekam medis sendiri.
b. Seseorang yang menerima/meminjam rekam medis, berkewajiban untuk
mengembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktunya. Harus dibuat ketentuan
berapa lama jangka waktu satu rekam medis diperbolehkan tidak berada di rak
penyimpanan. Seharusnya setiap rekam medis kembali lagi ke raknya pada
setiap akhir hari kerja, sehingga dalam keadaan darurat staf rumah sakit dapat
mencari informasi yang diperlukan.
c. Rekam medis tidak dibenarkan diambil dari rumah sakit, kecuali atas perintah
pengadilan. Dokter-dokter atau pegawai rumah sakit yang berkepentingan dapat
meminjam rekam medis, untuk dibawa ke ruang kerjanya selama jam kerja, tetapi
semua rekam medis harus dikembalikan ke ruang rekam medis pada akhir jam
kerja. Jika beberapa rekam medis akan digunakan selama beberapa hari, rekam
medis tersebut disimpan dalam tempat sementara di ruang rekam medis.
41 /5 5
Petunjuk keluar yang dipakai berbentuk lembaran yang diselipkan dimana
rekam medis dipinjam atau dikeluarkan. Petunjuk keluar ini dapat diberi warna,
warna orange jika untuk pasien berobat dan warna putih jika yang meminjam dari
internal RS atau bukan untuk kepentingan berobat. Petunjuk keluar ini haruslah
dibuat dari bahan (kertas) yang keras dan kuat.
a. Pada saat rekam medis dikembalikan ke sub bagian rekam medis, harus disortir
menurut nomor, sebelum disimpan. Hal ini membantu menemukan rekam medis
yang diperlukan tetapi tidak ada dalam tempat penyimpanan dan memudahkan
pekerjaan penyimpanan.
b. Hanya petugas-petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam medis.
Dokter-dokter, staf rumah sakit, pegawai-pegawai dari bagian lain tidak
diperkenankan mengambil rekam medis dari tempat penyimpanannya. Rekam
medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas, harus segera diperbaiki,
untuk mencegah makin rusak/hilangnya lembaran-lembaran yang diperlukan.
c. Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara periodik, untuk
menemukan salah simpan dan melihat kartu pinjaman yang rekam medisnya
masih belum dikembalikan.
d. Rekam medis dari pegawai-pegawai sub bagian rekam medis itu sendiri atau
rekam medis yang berkenaan dengan proses hukum, jangan disimpan ditempat
penyimpanan biasa, harus disimpan ditempat khusus diruangan pimpinan bagian
rekam medis, sedang ditempat penyimpanan biasa diberi petunjuk.
e. Petugas penyimpanan harus memelihara kerapian dan teraturnya rak-rak
penyimpanan yang menjadi tanggung jawabnya.
f. Rekam medis yang sedang diproses/dipakai oleh petugas sub bagian rekam medis
harus diletakkan diatas meja/rak tertentu dengan maksud bahwa rekam medis
tersebut setiap saat dapat dipergunakan.
g. Rekam medis yang sangat tebal harus dijadikan 2 atau 3 jilid.
Petugas Instalasi Rekam Medis tidak dapat mengirim satu-satu rekam medis
secara rutin pada saat-saat diminta mendadak. Untuk ini bagian-bagian lain yang
memerlukan (untuk darurat ) front office untuk mengambil sendiri ke Instalasi Rekam
Medis
42 /5 5
Pelaporan RS RS BaliMd Karangasem dibagi menjadi dua pelaporan internal
untuk atasan dan eksternal untuk pelaporan ke luar Rumah Sakit.
1. Laporan Internal
Petugas rekam medis mengambil sensus dari unit pelayanan setiap hari.
Laporan itu direkap pada format laporan intern Petugas rekam medis mencetak
laporan tersebut setiap bulan untuk dilaporkan ke Kadiv. Laporan intern
didistribusikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berjalan. Petugas Rekam Medis
menyimpan arsip laporan tersebut pada rak penyimpanan laporan
2. Laporan Ekstern
Petugas Rekam Medis merekap data kunjungan dan data kegiatan pelayanan
yang diberikan di RS BaliMed Karangasem di dalam formulir RL yang disediakan dari
dinas Kesehatan seperti formulir laporan RL1, RL 2a, RL 2b, RL 2a1, RL 2b1, RL 2c,
RL 2.1, RL 2.2, RL 2.3, RL 3, RL 4, RL 5, dan RL 6. Petugas Rekam Medis mengecek
kembali kelengkapan dan kebenaran laporan tersebut sebelum dicetak. Petugas
Rekam Medis membubuhi stempel rumah sakit pada laporan dan surat pengantarnya.
Petugas Rekam Medis mendistribusikan laporan ekstern ke Dinas Kesehatan dan
instansi terkait setiap periode bulanan, triwulan, semesteran, dan tahunan serta
dilengkapi dengan buku ekspedisi sebagai bukti pendistribusian laporan.
43 /5 5
menginformasikan bahwa permintaan resume medis atau klaim asuransinya sudah selesai
diisi oleh dokter dan dapat diambil di bagian rekam medis RS BaliMed Karangasem. Pada
saat pengambilan, pasien atau petugas asuransi yang mengambil harus menulis nama,
tandatangan dan tanggal pengambilan pada buku permintaan resume medis dan asuransi.
4. Pengurusan visum
Pengurusan visum merupakan kegiatan permintaan bukti medis dari pihak kepolisian apabila
pasien mengalami penganiayaan,kekerasan, dan criminal
Petugas menerima permintaan visum dari pihak kepolisian Petugas meneliti formulir
permintaan visum, menulis tanggal, jam penerimaan, nama petugas penerima, nomor
visum dan identitaspemohon visum ( kopy tanda pengenal polisi ) Petugas meminta
nomor tlp yang bisa dihubungi kemudian menjelaskan waktu pembuatan visum tersebut.
Petugas menghubungi dokter yang merawat pasien untuk pembuatan visum Apabila
dokter yang bersangkutan tidak ada maka pengurusan visum diisi MOD Apabila visum
sudah selesai maka petugas menghubungi polisi untuk pengambilan visum. Jika polisi
yang mengajukan visum sudah datang untuk mengambil hasil visum maka petugas
44 /5 5
meminta surat pengambilan visum atau tanda pengenal polisi tersebut. Petugas mencatat
dalam buku ekspedisi : No visum, nama dan RM pasien, identitas polisi, tanggal
pengambilan dan tanda tangan pemberi dan penerima visum tersebut
BAB V
LOGISTIK
Saat ini semua pengadaan barang- barang di unit Rekam Medis melalui divisi
pengadaan dan mengambil di unit logistik. Di unit Rekam Medis sendiri melakukan
pencatatan barang- barang inventaris yang ada dan dilaporkan ke unit logistik. Apabila ada
kerusakan barang barang di unit Rekam Medis maka akan dilaporkan ke unit Logistik.
45 /5 5
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan atau perawatan pasien lebih aman.
a. Asesment resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya kesalahan pada pasien yang disebabkan oleh :
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
e. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
f. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
46 /5 5
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan
oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
Near Miss :
a. Karena keberuntungan
b. Karena pencegahan
c. Karena peringanan
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius, biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi
pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
47 /5 5
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumahsakit dan fasilitas medis
lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang
ada di rumah sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan
kerja disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit
infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri
dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah
sakit, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit juga concern keselamatan dan
hak-hak pasien, yang masuk kedalam program patient safety.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
48 /5 5
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.
B. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
Universal Precaution.
1. Pakai pelindung wajah untuk melindungi konjungtiva, mukus membran mata, hidung,
mulut selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang berisiko
terjadi cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi.
2. Pilih masker sesuai tindakan yang akan dikerjakan, masker bedah/medik dapat
dipakai untuk mencegah transmisi melalui droplet saat kontak erat (<3 m) dari pasien
saat batuk/bersin, masker N95 dipakai untuk mencegah transmisi melalui Airborne
(udara) seperti : TBC, cacar air/varicella.
3. Pakai masker selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada pasien
tidak diduga infeksi.
49 /5 5
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan rumah sakit.
Adapun indikator mutu pelayanan Rekam Medis secara rinci ditampilkan pada table berikut:
RUANG LINGKUP : Efektifitas pelayanan Rekam Medis pada unit rawat jalan
KRITERIA :
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah rekam medis di unit rawat jalan yang tidak lengkap
dalam periode waktu tertentu.
50 /5 5
PENYEBUT (Denominator): Seluruh rekam medis di unit rawat jalan pada periode waktu
yang sama
STANDARD :
KETERANGAN :
DEFINISI INDIKATOR : Angka ketidak lengkapan pengisian rekam medis pasien unit
rawat inap
KRITERIA :
51 /5 5
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah rekam medis yang tidak lengkap dalam periode waktu
tertentu.
PENYEBUT (Denominator): Seluruh rekam medis pada periode waktu yang sama
STANDARD :
KETERANGAN :
KRITERIA :
Inklusi :
Eksklusi :
TIPE INDIKATOR : Rate Based
52 /5 5
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah keterlambatan rekam medis dalam waktu 1 x 24 jam
setelah keluar rumah sakit
PENYEBUT (Denominator): Seluruh pasien yang keluar rumah sakit
KETERANGAN :
53 /5 5
BAB IX
PENUTUP
Demikianlah Pedoman Pelayanan Rekam Medis ini disusun agar dapat dipergunakan
sebagai acuan dalam pelayanan Rekam Medis di Rumah Sakit BaliMd. SPO untuk
pelaksanaan pelayanan Rekam Medis dilampirkan terpisah dari buku pedoman ini.
54 /5 5