Anda di halaman 1dari 21

BAB I

KONSEP SEL

1. INTRODUKSI SEL
Sel merupakan satuan kehidupan terkecil yang menyusun tubuh makhluk hidup yang
mampu melakukan semua aktivitas kehidupan. Semua organisme terbentuk dari sel, yaitu unit
dasar dari struktur dan fungsi organisme tersebut. Robert Hooke, seorang saintis Inggris, pertama
kali menerangkan dan menamakan sel pada tahun 1665, ketika ia meneliti suatu irisan dari gabus
(kulit batang dari pohon) dengan menggunakan mikroskop yang memiliki pembesaran 30 kali.
Walaupun meyakini bahwa kotak kecil, atau sel, yang ia lihat hanya dimiliki oleh potongan
gabus tersebut. Hooke tidak pernah menyadari betapa penting penemuannya ini.
Semua sel diselimuti oleh suatu membran yang mengatur perjalanan materi antara sel
tersebut dan lingkungan sekelilingnya. Setiap sel, pada tahapan tertentu dalam hidupnya,
mengandung DNA, yaitu materi yang dapat diwariskan yang mengarahkan aktivitas-aktivitas sel
tersebut.
ULTRA STRUKTUR SEL
a. Membran Sel
Membran sel, yang menyelubungi sel, merupakan truktur elastik tipis, tebalnya hanya 7,5 sampai
10 nanometer. Membrane sel ini hampir seluruhnya terdiri dari protein dan lipid. Perkiraan
komposisi adalah protein 55%, fosfolipid 25%, kolesterol 13%, lipid lain 4%, dan karbohidrat
3%.

b. Sitoplasma
Sitoplasma dipenuhi oleh partikel-partikel dan organel berukuran besar dan kecil yang tersebar,
berkisar dari beberapa nanometer sampai beberapa micrometer. Sitoplasma berfungsi sebagai
tempat berlangsungnya metabolisme sel. Bagian cairan bening dari sitoplasma yang merupakan
tempat dimana partikel-partikel itu tersevar disebut sitosol, yang terutama terdiri dari protein
yang larut, elektrolit, dan glukosa, serta sejumlah kecil senyawa lipid.

c. Reticulum Endoplasma
Merupakan bagian sel yang terdiri atas sistem membrane. Reticulum endoplasma terdiri atas
ruangan-ruangan kosong yang ditutupi membrane dalam ketebalan 4nm (nanometer 10-9 meter).
Pada bagian-bagian reticulum endoplasma tertentu, terdapat ribuan ribosom.
Reticulum endoplasma terbagi menjadi dua, yaitu:
RE KASAR RE HALUS
Ditempeli ribosom Tidak punya ribosom
Untuk sistesis protein Untuk sistesis lemak

d. Aparatus Golgi
Terdiri dari 4 atau lebih tumpukan lapisan vesikel tipis dan gepeng yang terletak dekat dengan
nucleus. Apparatus golgi berbentuk kantong pipih yang berkelok-kelok. Fungsi apparatus golgi
bekerja sama dengan reticulum endoplasma.

e. Lisosom
Merupakan organel vesicular yang dibentuk oleh apparatus golgiyang kemudian tersebar di
seluruh sitoplasma. Lisosom ini merupakan system pencernaan intraseluler yang memungkinkan
sel untuk mencernakan bahan-bahan dan struktur intraseluler, khususnya struktur sel yang telah
rusak.

f. Peroksisom
Organel yang terbungkus oleh membrane tunggal dari lipid dwilapis yang mengandung protein
penyerap (respektor). Menghasilkan enzim oksidatif untuk membentuk H2O2 untuk merombak
lemak, dan menghasilkan enzim katalase untuk mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2.

g. Mitokondria
Sebagai tempat terjadinya respirasi sel menghasilkan energy. Dengan demikian mitokondria
adalah pembangkit tenaga bagi sel.

h. Nucleus
Merupakan pusat pengaturan sel. Secara singkat, nucleus mengandung sejumlah besar DNA,
yang telah kita sebut bertahun sebagai gen. nucleus juga mengatur reproduksi.

i. Ribosom
Butiran kecil nucleoprotein yang tersebar di sitoplasma, ada yang melekat di reticulum
endoplasma (sehingga menjadi RE tersebut dinamakan RE Kasar). Berfungsi untuk melakukan
sintesis protein.

j. Sitoskeleton
Sebagai pemberi bentuk sel, pengatur geraknya sel. Sitoskeleton ini berupa jaringan protein
filament dan tubulus.

3. JENIS SEL DAN FUNGSI SPESIFIK SEL


1. Sel Darah
a. Sel darah merah

Fungsinya mengikat oksigen dari paruparu untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan
mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paruparu.
b. Sel darah putih

Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem kekebalan tubuh.

c. Keping darah

Fungsi utama adalah pembentukan sumbat mekanis selama respon hemostatik normal terhadap
luka vaskular.Selain itu punya protein stabilisasi fibrin, penggandaan sel endotel setelah rusak,
penyimpanan ion kalsium.

2. Sel Jaringan Epitel

Fungsi utamanya melindungi dan sekaligus mempunyai sifat semipermeable.


a. Absorpsi, sel yang melakukan absorpsi mempunyai emofili sitokleton, sel bersilia
dipermukaan usus halus.
b. Sekresi (saluran keluar tapi diakai lagi,(hormon), keringat, empedu, pencernaan, pancreas,
hati. Sel sekresi : RER dan Golgi yang banyak dihasilkan di dalam sitoplasma, empedu, hati,
argumin, lambung/ stomash fredikel.
c. Pergerakan.
d. Ekskresi (saluran keluar tapi tidak dibutuhkan lagi)

3. Fungsi Sel Jaringan Ikat


Sel-sel jaringan ikat yang menyusun jaringan ikat antara lain adalah:
a. Fibroblast : berfungsi untuk mensintesis protein yang menyusun serat matriks.
b. Makrofag : berfungsi dalam hal fagositosis memakan sel bakteri.
c. Sel darah : berfungsi untuk sirkulasi gas dan makanan, juga pertahanan tubuh terhadap
antigen.
d. Sel tiang : berfungsi menghasilkan histamin dan heparin. Histamin berperan dalam
meningkatkan permeabilitas membran bagi sel darah putih untuk dapat melakukan diapedesis ke
jaringan yang diserang antigen. Heparin berperan daam anti koagulan dengan mekanisme
menghambat pembentukan trombin dari protrombin.
e. Sel lemak : berfungsi untuk menyimpan lemak.
4. Fungsi Sel Saraf
Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu:
a. Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu
alat indera.
b. Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu
otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum
tulang belakang.
c. Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan
sel saraf lainnya.

5. Fungsi Sel Otot


a. Otot polos
Fungsi otot polos adalah menggerakkan organ dalam tubuh yang bergerak secara tak sadar tidak
bekerja pada jantung.
b. Otot lurik
Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras.
c. Otot jantung
Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.
BAB II

TRANSPORT TRANS MEMBRAN

A. Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul berdasarkanperbedaan gradien
konsentrasinya, yaitu molekul berpindah dari konsentrasinya yang tinggi ke konsentrasi rendah
dan tidak ada energi metabolik yang terlibat.Transpor pasif meliputi difusi, dan difusi
terfasilitasi.
a). Difusi
Difusi merupakan perpindahan senyawa dari konsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah dan
semakin besar gradien konsentrasi senyawa semakin cepat laju difusinya dan akan terhenti
setelah tercapai kesetimbangan gradient. Molekul polar hidrofobik merupakan molekul yang
lebih cepat berdifusi melintasi bilayer fosfolipid misalnya diethylurea, Demikian pula molekul
non polar misalnya O2 dan molekul polar yang tidak bermuatan misalnya CO2.
b). Difusi terfasilitasi
Difusi ini difasilitasi oleh protein yang tersusun dalam bentuk saluran (protein trans membran)
dan carrier protein yang merupakan protein pembawa. Difusi melalui protein transmembran
sering digunakan oleh sel-sel syaraf untuk perpindahan ion Na+ dan K+serta ion-ion seperti
ClCa2+danHCO3-.

5. REPRODUKSI SEL

Sel merupakan bagian terkecil yang menyusun tubuh kita. Setiap sel dapat memperbanyak
diri dengan membentuk sel-sel baru melalui proses yang disebut pembelahan sel atau reproduksi
sel . Pada organ-isme bersel satu (uniseluler), seperti bakteri dan protozoa, proses pem-belahan
sel merupakan salah satu cara untuk berkembang biak. Proto-zoa melakukan pembelahan sel dari
satu sel menjadi dua, dari dua sel menjadi empat, dan dari empat sel menjadi delapan, dan
seterusnya.
Pada makhluk hidup bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel mengakibatkan
bertambahnya sel-sel tubuh. Oleh karena itu, terjadi-lah proses pertumbuhan pada makhluk
hidup. Pembelahan sel juga berlangsung pada sel kelamin atau sel gamet yang bertanggung
jawab dalam proses perkawinan antar individu. Setelah dewasa, sel kelenjar kelamin pada tubuh
manusia membelah membentuk sel-sel kelamin.
Seorang laki-laki menghasilkan sperma di dalam testis, sedangkan wanita menghasilkan sel
telur atau ovum di dalam ovarium.Pada dasarnya, pembelahan sel dibedakan menjadi dua, yaitu
pembelahan secara langsung (amitosis) dan pembelahan secara tidak langsung (mitosis dan
meiosis).

1. Pembelahan Sel secara Langsung (Amitosis)


Perbedaan antara organisme prokariotik dan eukariotik, terutama berdasarkan pada ada
tidaknya membran inti selnya. Membran inti sel tersebut membatasi cairan pada inti sel
(nukleoplasma) dengan cairan di luar inti sel, tempat terdapatnya organel sel (sitoplasma).
Organisme prokariotik tidak mempunyai membran inti sel, sedangkan organisme eukariotik
mempunyai membran inti sel. Oleh karena itu, eukariotik dikatakan mempunyai inti sel (nukleus)
sejati.Pembelahan biner pada organisme prokariotik terjadi pada bakteri. DNA bakteri terdapat
pada daerah yang disebut nukleoid .DNA pada bakteri relatif lebih kecil dibandingkan dengan
DNA pada sel eukariotik. DNA pada bakteri berbentuk tunggal, panjang dan sirkuler sehingga
tidak perlu dikemas menjadi kromosom sebelum pembelahan.

2. Pembelahan Sel secara Tidak Langsung (Mitosis dan Meiosis)


Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan yang melalui tahapan-tahapan
tertentu. Setiap tahapan pembelahan ditandai dengan penampakan kromosom yang berbeda-
beda. Kalian telah mengetahui bahwa di dalam inti sel terdapat benang-benang kromatin . Ketika
sel akan membelah, benang-benang kromatin ini menebal dan memendek, yang kemudian
disebut kromosom. Kromosom dapat berikatan dengan warna tertentu, sehingga mudah diamati
dengan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kromosom merupakan benang
pembawa sifat. Di dalam kromosom terdapat gen sebagai faktor pembawa sifat keturunan.
Pada waktu sel sedang membelah, terjadi proses pembagian kromosom di dalamnya.
Tingkah laku kromosom selama sel membelah dibedakan menjadi fase-fase atau tahap-tahap
pembelahan sel. Pembelahan sel yang terjadi melalui fase-fase itulah yang disebut pembelahan
secara tidak langsung. Mengenai fase-fase pembelahan mitosis akan dibahas pada subab
tersendiri.
Pembelahan sel secara tidak langsung dibedakan menjadi dua, yaitu pembelahan mitosis
dan meiosis . Sebelum kalian mempelajari lebih jauh tentang pembelahan sel secara tidak
langsung, ada baiknya kalian lakukan rubrik Diskusi berikut ini.Proses pertumbuhan dan
perkembangan jaringan atau organ tu-buh organisme terjadi melalui proses pembelahan sel
secara mitosis. Pembelahan mitosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan sel anakan
dengan jumlah kromosom sama dengan jumlah kromosom induknya. Proses pembelahan mitosis
terjadi pada semua sel tubuh makhluk hidup, kecuali pada jaringan yang menghasilkan gamet
(sel kelamin).
Pada pembelahan mitosis, satu sel induk membelah diri menjadi dua sel anakan. Sel
anakan ini mewarisi sifat sel induknya dan memiliki jumlah kromosom yang sama dengan
induknya. Jika sel induk memi-liki 2n kromosom, maka setiap sel anakan juga memiliki 2n
kromo-som. Jumlah 2n ini disebut juga kromosom diploid .
Pembelahan mitosis terjadi selama pertumbuhan dan reproduksi secara aseksual. Pada
manusia dan hewan, pembelahan mitosis terjadi pada sel meristem somatik (sel tubuh) muda
yang mengalami pertum-buhan dan perkembangan. Sebagai contoh, sel telur yang telah
dibuahisperma akan membelah beberapa kali secara mitosis untuk membentuk embrio. Sel-sel
pada embrio ini terus-menerus membelah secara mitosis dan akhirnya terbentuk bayi.
Pertumbuhan manusia dari bayi hingga dewasa juga melalui mekanisme pembelahan sel secara
mitosis.
Pembelahan meiosis yang disebut juga sebagai pembelahan reduksi merupakan
pembelahan sel induk dengan jumlah kromosom diploid (2n) menghasilkan empat sel anakan.
Setiap sel anakan mengandung separuh kromosom sel induk atau disebut haploid ( n).
Pembelahan meiosis terjadi pada proses pembentukan sel gamet (sel kelamin) pada organ
reproduksi (testis atau ovarium).
Pada manusia atau hewan, sperma yang haploid dihasilkan di dalam testis dan sel telur
yang juga haploid dihasilkan di dalam ovarium. Pada tumbuhan berbunga, sel gamet dihasilkan
di dalam putik dan benang sari. Pembentukan gamet jantan dan gamet betina terjadi melalui
tahapan gametogenensis (dibahas pada subbab tersendiri). Penyatuan kedua gamet akan
menghasilkan zigot dengan variasi genetik. Ini disebabkan karena sel anakan merupakan hasil
penyatuan dua sel yang berbeda materi genetiknya. Perpaduan ini menyebabkan adanya variasi
genetik.

2.1 Pembelahan Mitosis

Kalian telah mengetahui bahwa pembelahan mitosis menghasil-kan sel anakan yang identik
dengan induknya. Secara garis besar, fase pembelahan mitosis terbagi menjadi dua fase, yaitu
fase pembelahan inti (kariokinesis) dan fase pembelahan sitoplasma (sitokinesis).Kariokinesis
adalah fase pembelahan inti sel. Secara rinci, fase kariokinesis dibagi menjadi empat subfase,
yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Sekarang, marilah kita bahas keempat subfase
tersebut.

a.Profase
Pada permulaan profase, di dalam nukleus mulai terbentuk kro-mosom , yaitu benang-benang
rapat dan padat yang terbentuk akibat menggulungnya kromatin. Pada fase ini, kromosom dapat
dilihat menggunakan mikroskop. Selanjutnya, nukleolus menghilang dan terjadi duplikasi
kromosom (kromosom membelah dan memanjang) menghasilkan 2 kromosom anakan yang
disebut kromatid. Kedua kromatid tersebut bersifat identik sehingga disebut kromatid kembar
(sister chromatid), yang bersatu atau dihubungkan oleh sentromer pada lekukan kromosom.
Sentromer merupakan bagian kromosom yang menyempit, tampak lebih terang dan membagi
kromosom menjadi 2 lengan.Pada akhir profase, di dalam sitoplasma mulai terbentuk gelendong
pembelahan (spindel) yang berasal dari mikrotubulus. Mikrotubulus tersebut memanjang, seolah-
olah mendorong dua sentrosom di sepanjang permukaan inti sel (nukleus). Akibatnya, sentrosom
saling menjauh.

b.Metafase
Tahap awal metafase (prometafase) ditandai dengan semakin memadatnya kromosom
(kromosom ini terdiri dari 2 kromatid) dan terpecahnya membran inti (membran nukleus). Hal
ini menyebab-kan mikrotubulus dapat menembus inti sel dan melekat pada struktur khusus di
daerah sentromer setiap kromatid, disebut kinetokor . Oleh karena itu, kinetokor ini berfungsi
sebagai tempat bergantung bagi kromosom Sebagian mikrotubulus yang melekat pada kinetokor
disebut mikro-tubulus kinetokor, sedangkan mikrotubulus yang tidak memperoleh kinetokor
disebut mikrotubulus non kinetokor. Sementara itu, mikrotubulus non kinetokor berinteraksi
dengan mikrotubulus lain dari kutub sel yang berlawanan. Pada metafase, kromosom
tampak jelas.
Pada tahap metafase sesungguhnya, sentrosom telah berada pada kutub sel. Dinding inti sel
menghilang. Sementara itu, kromosom me-nempatkan diri pada bidang pembelahan yang disebut
bidang metafase. Bidang ini merupakan bidang khayal yang terletak tepat di tengah sel, seperti
garis katulistiwa bumi sehingga disebut juga bidang ekuator. Pada bidang ini, sentromer dari
seluruh kromosom terletak pada satu baris yang tegak lurus dengan gelendong pembelahan.
Kinetokor pada setiap kromatid menghadap pada kutub yang berlainan. Dengan letak kromosom
berada di bidang pembelahan, maka pembagian jumlah informasi DNA yang akan diberikan
kepada sel anakan yang baru, benar-benar rata dan sama jumlahnya. Tahapan ini merupakan
akhir dari metafase.

c.Anafase
Setelah berakhirnya tahap metafase, pembelahan sel berlanjut pada tahap anafase. Tahap
anafase ditandai dengan berpisahnya kromatid saudara pada bagian sentromer kromosom. Gerak
kromatid ini disebabkan tarikan benang mikrotubulus yang berasal dari sentriol pada kutub sel.
Kalian telah mengetahui bahwa mikrotubulus melekat pada sentromer. Hal ini menyebabkan
sentromer tertarik terlebih dahulu. Akibatnya, sentromer berada di depan dan bagian lengan
kromatid berada di belakang. Struktur ini seperti huruf V. Gerakan ini menempuh jarak sekitar
1m (10-6 meter) tiap menit. Pada saat bersamaan, mikrotubulus non kinetokor semakin
memanjang sehingga jarak kedua kutub sel semakin jauh. Selanjutnya, masing-masing kromatid
bergerak ke arah kutub yang berlawanan dan berfungsi sebagai kromosom lengkap, dengan sifat
keturunan yang sama (identik). Untuk menjalankan tugasnya ini, mikrotubulus telah mengalami
peruraian pada bagian kinetokornya.
Salah satu perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan adalah ada tidaknya sentriol. Pada sel
tumbuhan, peran sentriol digantikan oleh kromosom sehingga arah pembelahan tetap menuju ke
kutub sel. Pada sel hewan, sentriol pada kutub sel merupakan arah yang dituju oleh gerakan
kromatid saat pembelahan.
d.Telofase
Pada tahap telofase ini, inti sel anakan terbentuk kembali dari fragmen-fragmen nukleus.
Bentuk selnya memanjang akibat peran mikrotubulus non kinetokor. Benang-benang kromatin
mulai longgar. Dengan demikian, fase kariokinesis yang menghasilkan dua inti sel anak yang
identik secara genetik telah berakhir, namun dua inti sel masih berada dalam satu sel. Agar kedua
inti terpisah menjadi sel baru, perlu adanya pembelahan sitoplasma yang disebut sitokinesis.
Sitokinesis terjadi, segera setelah telofase selesai. Pada fase sitokinesis terjadi pembelahan
sitoplasma diikuti pembentukan sekat sel baru, sehingga terbentuk dua sel anakan.
Pada sel hewan, sitokinesis ditandai dengan pembentukan alur pembelahan melalui
pelekukan permukaan sel di sekitar bekas bidang ekuator. Di sepanjang alur melingkar, terdapat
mikrofi lamen yang terdiri dari protein aktin dan miosin. Protein tersebut berperan dalam
kontraksi otot atau pergerakan sel yang lain. Kontraksi ini semakin ke dalam sehingga menjepit
sel dan membagi isi sel menjadi 2 bagian yang sama.
Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang keras. Oleh karena
itu, pada sitokinensis tidak terbentuk alur pembelahan. Sitokinesis terjadi dengan pembentukan
pelat sel (cell plate) yang terbentuk oleh vesikula di sekitar bidang ekuator. Vesikula-vesikula
yang dibentuk oleh badan golgi tersebut saling bergabung. Penggabungan juga terjadi dengan
membran plasma diikuti terbentuknya dinding sel yang baru oleh materi dinding sel yang dibawa
oleh vesikula.

Tahapan Pembelahan Mitosis

Pembelahan sel secara mitosis meliputi sejumlah tahapan tertentu. Sebenarnya,


pembelahan mitosis hanyalah sebagian kecil dari siklus sel. Siklus sel terdiri dari fase
pembelahan mitosis (M) dan periode pertumbuhan yang disebut interfase. Interfase merupakan
bagian ter-besar dari siklus sel. Interfase terdiri dari tiga sub fase, yaitu fase G1 (pertumbuhan
primer), fase S (sintesis) , dan fase G2 (pertumbuhan sekunder ).
Pembelahan mitosis merupakan pembelahan yang menghasil-kan sel-sel tubuh (sel
somatik). Secara garis besar, pembelahan sel secara mitosis terdiri dari fase istirahat (interfase),
fase pembelahaninti sel (kariokinesis), dan fase pembelahan sitoplasma (sitokinesis).
1. Interfase (Fase Istirahat)
Pada tahap ini, sel dianggap sedang istirahat dan tidak melaku-kan pembelahan. Namun,
interfase merupakan tahap yang penting untuk mempersiapkan pembelahan atau melakukan
metabolisme sel. Pada interfase, tingkah laku kromosom tidak tampak karena berbentuk benang-
benang kromatin yang halus. Walaupun begitu, sel anak yang baru terbentuk sudah melakukan
metabolisme. Sel perlu tumbuh dan melakukan berbagai sintesis sebelum memasuki proses
pembelahan berikutnya.Apa saja kegiatan sel pada saat interfase? Pada saat interfase, sel
mengalami subfase berikut.

a. Fase Pertumbuhan Primer ( Growth 1 disingkat G1 )


Sel yang baru terbentuk mengalami pertumbuhan tahap pertama. Pada subfase ini, sel-sel
belum mengadakan replikasi DNA yang masih bersifat 2n (diploid). Sementara organel-organel
yang ada di dalam sel, seperti mitokondria, retikulum endoplasma, kompleks golgi, dan or-ganel
lainnya memperbanyak diri guna menunjang kehidupan sel.

b. Fase Sintesis (S)


Pada subfase ini, sel melakukan sintesis materi genetik. Materi ge-netik adalah bahan-bahan
yang akan diwariskan kepada keturunannya, yaitu DNA. DNA dalam inti sel mengalami
replikasi (penggandaan jumlah salinan). Jadi, subfase sintesis (penyusunan) menghasilkan 2
salinan DNA.

c. Fase Pertumbuhan Sekunder ( Growth 2 disingkat G2 )


Setelah DNA mengalami replikasi, subfase berikutnya adalah per-tumbuhan sekunder (G2).
Pada subfase ini, sel memperbanyak organel-organel yang dimilikinya. Ini bertujuan agar
organel-organel tersebut dapat diwariskan kepada setiap sel turunannya. Pada subfase ini, rep-
likasi DNA telah selesai dan sel bersiap-siap mengadakan pembelahan secara mitosis. Selain itu,
inti sel (nukleus) telah terbentuk dengan jelas dan terbungkus membran inti.
Pada subfase ini, inti sel mempunyai satu atau lebih nukleolus (membran inti sel). Di luar inti
terdapat dua sentrosom yang terbentuk oleh replikasi sentrosom pada tahap sebelumnya.
Sentrosom mengala-mi perpanjangan menyebar secara radial yang isebut aster (bintang). Pada
sentrosom terdapat sepasang sentriol yang berfungsi menentukan orientasi pembelahan sel.
Walaupun kromosom telah diduplikasi pada fase S, namun pada fase G2, kromosom belum dapat
dibedakan secara individual karena masih berupa benang-benang kromatin.
Setelah ketiga tahapan interfase dilalui, sel telah siap menjalani pembelahan secara mitosis.
Seperti fase interfase, pembelahan mitosis juga terdiri dari beberapa fase. Untuk mengetahui
lebih jauh tentang fase-fase pada pembelahan mitosis, simaklah penjelasan berikut.

2.2 Pembelahan Meiosis


Secara kodrat, makhluk hidup tertentu hanya melahirkan makhluk yang sejenis. Ini
dikarenakan adanya mekanisme tertentu pada saat awal perkembangbiakan. Bahkan, sebelum
terbentuk calon anak di dalam rahim, mekanisme ini sudah dimulai. Mekanisme ini dimulai pada
sel-sel kelamin (sel reproduksi) calon bapak dan calon ibu. Mekanisme tersebut adalah
pembelahan sel secara meiosis.
Makhluk hidup yang sejenis mempunyai jumlah kromosom yang sama pada setiap sel.
Misalnya, manusia mempunyai 46 kromosom, ke-cuali pada sel reproduksi atau sel kelaminnya.
Sel kelamin pada manusia hanya mempunyai setengah jumlah kromosom sel tubuh lainnya, yaitu
23 kromosom. Jumlah setengah kromosom (haploid) ini diperlukan untuk menjaga agar jumlah
kromosom anak tetap 46. Kalian telah mengetahui bahwa anak terbentuk dari perpaduan antara
sel kelamin betina (sel telur) dan sel kelamin jantan (sperma). Perpadu an kedua sel kelamin
yang ma-sing-masing memiliki 23 kromosom ini akan menghasilkan sel anak (calon janin) yang
mempunyai 46 kromosom. Oleh sebab itu, pembelahan meiosis sangat berpengaruh dalam
perkembang an makhluk hidup.
Pembelahan meiosis disebut juga pembelahan reduksi, yaitu pengurangan jumlah
kromosom pada sel-sel kelamin (sel gamet jantan dan sel gamet betina). Sel gamet jantan pada
hewan (mamalia) diben-tuk di dalam testis dan gamet betinanya dibentuk di dalam ovarium.
Gamet jantan pada tumbuhan dibentuk di dalam organ reproduktif berupa benang sari,
sedangkan gamet betinanya dibentuk di dalam pu-tik. Sel kelamin betina pada hewan berupa sel
telur, sedangkan pada tumbuhan berupa putik. Pada dasarnya, tahap pembelahan meiosis serupa
dengan pembelahan mitosis. Hanya saja, pada meiosis terjadi dua kali pembelahan, yaitu meiosis
I dan meiosis II.
Masing-masing pembelahan meiosis terdiri dari tahap-tahap yang sama, yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase.

1). Tahap Meiosis I


Seperti halnya pembelahan mitosis, sebelum mengalami pembe-lahan meiosis, sel
kelamin perlu mempersiapkan diri. Fase persiapan ini disebut tahap interfase . Pada tahap ini, sel
melakukan persiapan berupa penggandaan DNA dari satu salinan menjadi dua salinan (seperti
interfase pada mitosis). Tingkah laku kromosom masih belum jelas terlihat karena masih
berbentuk benang-benang halus (kromatin) sebagaimana interfase pada mitosis. Selain itu,
sentrosom juga bereplikasi menjadi dua (masing-masing dengan 2 sentriol), seperti tampak pada
gambar di samping. Sentriol berperan dalam menentu-kan arah pembelahan sel.
Setelah terbentuk salinan DNA, barulah sel mengalami tahap pembelahan meiosis I yang
diikuti tahap meiosis II. Tahap meiosis I ter-diri atas profase I, metafase I, anafase I, dan telofase
I, serta sitokinesis I. Bagaimanakah ciri-ciri setiap fase pembelahan tersebut? Berikut akan
dibahas fase-fase meiosis I pada sel hewan dengan 4 kromosom diploid (2n = 2).

a.ProfaseI
Pada tahap meiosis I, profase I merupakan fase terpanjang atau terlama dibandingkan
fase lainnya bahkan lebih lama daripada tahap profase pada pembelahan mitosis. Profase I dapat
berlangsung dalam beberapa hari. Biasanya, profase I membutuhkan waktu sekitar 90% dari
keseluruhan waktu yang dibutuhkan dalam pembelahan meiosis. Tahapan ini terdiri dari lima
subfase, yaitu leptoten, zigoten, pakiten, iploten, dan diakinesis.

b.MetafaseI
Pada metafase I, kromatid hasil duplikasi kromosom homolog berjajar berhadap-hadapan
di sepanjang daerah ekuatorial inti (bidang metafase I). Membran inti mulai menghilang.
Mikrotubulus kinetokor dari salah satu kutub melekat pada satu kromosom di setiap pasangan.
Sementara mikrotubulus dari kutub berlawanan melekat pada pasang-an homolognya. Dalam hal
ini, kromosom masih bersifat diploid.
c.AnafaseI
Setelah tahap metafase I selesai, gelendong mikrotubulus mulai menarik kromosom
homolog sehingga pasangan kromosom homolog terpisah dan masing-masing menuju ke kutub
yang berlawanan. Peristiwa ini mengawali tahap anafase I. Namun, kromatid saudara masih
terikat pada sentromernya dan bergerak sebagai satu unit tunggal. Inilah perbedaan antara
anafase pada mitosis dan meiosis. Pada mitosis, mikrotubulus memisahkan kromatid yang
bergerak ke arah berlawanan.

d.TelofaseI
Pada telofase, setiap kromosom homolog telah mencapai kutub-kutub yang berlawanan.
Ini berarti setiap kutub mempunyai satu set kromosom haploid. Akan tetapi, setiap kromosom
tetap mempunyai dua kromatid kembar. Pada fase ini, membran inti muncul kembali. Peristiwa
ini kemudian diikuti tahap selanjutnya, yaitu sitokinesis

e.Sitokinesis
Sitokinesis merupakan proses pembelahan sitoplasma. Tahap sitokinesis terjadi secara
simultan dengan telofase. Artinya, terjadi secara bersama-sama. Tahap ini merupakan tahap di
antara dua pembelahan meiosis. Alur pembelahan atau pelat sel mulai terbentuk . Pada tahap ini
tidak terjadi perbanyakan (replikasi) DNA. Hasil pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel
haploid yang mengandung setengah jumlah kromosom homolog. Meskipun demiki-an,
kromosom tersebut masih berupa kromatid saudara (kandungan DNA-nya masih rangkap).
Untuk menghasilkan sel anakan yang mem-punyai kromosom haploid diperlukan proses
pembelahan selanjutnya, yaitu meiosis II. Jarak waktu antara meiosis I dengan meiosis II
disebut dengan interkinesis .
Jadi, tujuan meiosis II adalah membagi kedua salinan DNA pada sel anakan yang baru
hasil dari meiosis I. Meiosis II terjadi pada ta-hap-tahap yang serupa seperti meiosis I.

2) Tahap Meiosis II

Tahap meiosis II juga terdiri dari profase, metafase, anafase, dan telo-fase. Tahap ini
merupakan kelanjutan dari tahap meiosis I. Masing-masing sel anakan hasil pembelahan meiosis
I akan membelah lagi menjadi dua. Sehingga, ketika pembelahan meiosis telah sempurna,
dihasilkan empat sel anakan. Hal yang perlu diingat adalah bahwa jumlah kromo-som keempat
sel anakan ini tidak lagi diploid (2n) tetapi sudah haploid (n). Proses pengurangan jumlah
kromosom ini terjadi pada tahap meio-sis II.

a.ProfaseII
Fase pertama pada tahap pembelahan meiosis II adalah profase II. Pada fase ini, kromatid
saudara pada setiap sel anakan masih melekat pada sentromer kromosom. Sementara itu, benang
mi-krotubulus mulai terbentuk dan kromosom mulai bergerak ke arah bidang metafase. Tahap ini
terjadi dalam waktu yang singkat karena diikuti tahap berikutnya.

b.Metafase II
Pada metafase II, setiap kromosom yang berisi dua kromatid, me-rentang atau berjajar
pada bidang metafase II. Pada tahap ini, benang-benang spindel (benang mikrotubulus) melekat
pada kinetokor masing-masing kromatid.

c. Anafase II
Fase ini mudah dikenali karena benang spindel mulai menarik kromatid menuju ke kutub
pembelahan yang berlawanan. Akibatnya, kromosom memisahkan kedua kromatidnya untuk
bergerak menuju kutub yang berbeda. Kromatid yang terpisah ini se-lanjutnya berfungsi sebagai
kromosom individual.

d. Telofase II
Pada telofase II, kromatid yang telah menjadi kromosom menca-pai kutub pembelahan.
Hasil akhir telofase II adalah terbentuknya 4 sel haploid, lengkap dengan satu salinan DNA pada
inti selnya (nuklei).

e. Sitokinesis II
Selama telofase II, terjadi pula sitokinesis II, ditandai adanya sekat sel yang memisahkan
tiap inti sel. Akhirnya terbentuk 4 sel kembar yang haploid. Berdasarkan uraian di depan, sel-sel
anakan sebagai hasil pembelahan meiosis mempunyai sifat genetis yang bervariasi satu sama
lain. Variasi genetis yang dibawa sel kelamin orang tua menyebabkan munculnya keturunan
yang bervariasi juga.

A. Gametogenesis dan Pewarisan Sifat

Sebelum menjadi individu baru, baik pada tumbuhan maupun hewan, tentunya diperlukan
bahan baku atau cikal bakal pembentuk in-dividu baru tersebut. Pada proses perkembangbiakan
generatif (seksu-al) hewan maupun tumbuhan, bahan baku tersebut berupa sel kelamin yang
disebut gamet. Gamet jantan dan betina diperlukan untuk membentuk zigot, embrio, kemudian
individu baru. Nah, pada materi beri-kut ini akan dibahas tentang proses pembentukan gamet,
baik jantan maupun betina yang disebut gametogenesis (genesis=pembentukan). Gametogenesis
melibatkan pembelahan meiosis dan terjadi pada organ reproduktif. Pada hewan dan manusia,
gametogenesis terjadi pada testis dan ovarium, sedangkan pada tumbuhan terjadi pada putik dan
benang sari. Hasil gametogenesis adalah sel-sel kelamin, yaitu gamet jantan (sperma) dan gamet
betina (ovum atau sel telur).

6. GEN
Gen adalah bagian dari kromosom atau salah satu kesatuan kimia (DNA) dalam
kromosom yaitu dalam lokus yang mengendalikan ciri-ciri genetis dari suatu makhluk hidup.
Gen diturunkan atau diwariskan oleh satu individu kepada keturunannya, yaitu melalui suatu
proses reproduksi. Oleh karena itu, informasi yang menjaga keutuhan bentuk serta fungsi
kehidupan suatu organisme dapat terpelihara/terjaga. Gen terdapat berpasangan dalam satu lokus
pada kromosom homolog. Dari masing-masing gen dalam pasangan tersebut disebut dengan alel.
Kedua alel dapat membawa ciri sifat yang sama ataupun sifat yang berbeda, seperti misalnya
sifat tangkai panjang dan tangkai pendek.

Berikut ini fungsi gen dan sifat gen

Gen-gen merupakan substansi hereditas, yang memiliki fungsi seperti berikut ini:

1. Menyampaikan informasi mengenai genetika dari generasi ke generasi.


2. Mengontrol, mengatur metabolisme dan perkembangan tubuh.
3. Menentukan sifat-sifat pada keturunannya. Seperti yang dicontohkan pada fakta di depan.
Sifat-sifat itu dapat berupa bentuk rambut, bentuk badan, warna kulit dan lain sebagainya.
4. Proses reaksi kimia di dalam tubuh dapat terjadi secara berurutan. Pada setiap tahap
reaksinya dibutuhkan enzim. Pembentukan dan juga pengontrolan kerja enzim tersebut
dilakukan oleh gen. Pada proses perkembangan yang membutuhkan hormon juga diatur
oleh gen.

Gambaran gen

Gen yang menampakkan senyawa kimia merupakan substansi hereditas, memiliki sifat sebagai
berikut dibawah ini:

1. Mengandung informasi genetik.


2. Tiap gen memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda.
3. Ketika waktu pembelahan mitosis dan meiosis dapat mengadakan duplikasi.
4. Sifat gen yang ke empat, kerjanya ditentukan oleh susunan kombinasi basa nitrogennya.
Dan sebagai zarah yang terdapat di dalam kromosom.

7. HOMEOSTASIS
Homeostasis adalah suatu kondisi keseimbangan internal yang ideal, di mana semua
sistem tubuh bekerja dan berinteraksi dalam cara yang tepat untuk memenuhi semua kebutuhan
dari tubuh. Semua organisme hidup berusaha untuk homeostasis. Ketika homeostasis terganggu
(misalnya sebagai respon terhadap stressor), tubuh mencoba untuk mengembalikannya dengan
menyesuaikan satu atau lebih proses fisiologis dari mulai pelepasan hormon-hormon sampai
reaksi fisik seperti berkeringat atau terengah-engah. Sebagai contoh sederhana dari homeostasis,
tubuh manusia menggunakan beberapa proses untuk mengatur suhu agar tetap dalam rentang
yang optimal untuk kesehatan. Kenaikan atau penurunan suhu tubuh mencerminkan
ketidakmampuan untuk mempertahankan homeostasis, dan masalah terkait.
Stres berat atau lama dapat menyebabkan ketidakseimbangan parah kondisi
keseimbangan ini. Hal ini dapat menyebabkan tidak hanya tekanan psikologis tetapi juga
gangguan psikosomatis.

Terdapat sebelas sistem tubuh utama yang berkontribusi terpenting dalam untuk
homeostasis
1. Sistem sirkulasi adalah sistem transportasi yang membawa berbagai zat.
2. Sistem pencernaan, menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat gizi yang dapat
diserap kedalam plasma untuk didistribusikan keseluruhtubuh.
3. Sistem respirasi, mengambil O2 dari dan mengeluarkan CO2 ke lingkunganeksternal.
4. Sistem kemih, mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dariplasma melalui urin,
bersama zat-zat sisa selain CO2.
5. Sistem rangka, memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ organ.
Sistem ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium(Ca++).
6. Sistem otot, menggerakan tulang-tulang yang melekat kepadanya.Sistem ini memungkinkan
individu mendekati makanan dan menjauhi bahaya.Panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot
penting untuk mengatur suhu.
7. Sistem integumen, sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegah cairan internal keluar
dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh.Sistem ini juga penting dalam
mengatur suhu tubuh.
8. Sistem imun, mempertahankan tubuh dari serangan benda asing dan sel-sel tubuh yang telah
menjadi kanker. Sistem ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan penggantian sel yang
tua atau cedera.
9. Sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem pengatur(kontrol) utama tubuh. Sistem ini sangat
penting terutama untukmendeteksi dan mencetuskan reaksi terhadap berbagai perubahan
lingkungan intrnal. Sistem ini juga bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi yang
tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostasis.
10. Sistem endokrin adalah sistem kontrol utama lainnya. Sistem ini terutama penting untuk
mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan, dengan menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol volume
serta komposisi elektrolit lingkungan internal.
11. Sistem reproduksi, tidak esensial bagi homeostasis. sehingga tidak penting bagi kelangsungan
hidup individu, akan tetapi sistem ini penting bagi kelangsungan hidup suatu spesies.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai