Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis maksilaris,
sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. 1-3 Bila yang terkena lebih dari satu sinus
disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.1
PATOFISIOLOGI
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa
yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat
bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan
tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi
atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya
cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh
tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini
akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret
akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang
membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa
berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang.
Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid
atau pembentukan polip dan kista.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SINUSITIS
Pengkajian :
1. Biodata :
a. Nama : Ny A
b. Umur : 38 th
c. Jenis kelamin: Perempuan
d. Alamat : Surabaya
e. Suku : Jawa
f. Bangsa : Indonesia
g. Pendidikan : SLTA
h. Pekerjaan : Swasta
2. Riwayat Penyakit sekarang :
Tanggal 30/06/2016 pasien mengeluh nyeri kepala pada dahi. Kemudian pasien berobat ke dokter
umum. Tetapi pasien lupa nama obat tersebut. Pada saat itu pasien juga mengeluh sakit flu yang
sangat mengganggu. Sudah sekitar 3 hari nyeri kepala tidak kunjung sembuh. Akhirnya pasien
memutuskan untuk berobat kembali ke RS X pada tanngal 3/6/2016. setelah diperiksa oleh dokter
UGD. Pasien disarankan untuk foto waters untuk menyimpulkan apakah pasien menderita
sinusitis atau tidak. Tak lama kemudian hasil foto sudah selesai. Dokter pun mendiagnosa
sinusitis.
3. Keluhan utama :
Pasien mengungkapkan sakit kepala pada dahi
4. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah menderita sakit gigi pada geraham, pasien mempunyai riwayat penyakit THT.
5. Riwayat keluarga
6. Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit sinusitis
7. Riwayat psikososial
a. Intrapersonal : pasien merasa cemas dan sedih dengan penyakitnya sekarang karena tidak
sembuh-sembuh
b. Interpersonal : pasien merasa cemas berhubungan dengan orang lain akibat penyakitnya.
Karena takut jika orang lain merasa terganggu
8. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Saat flu pasien biasa mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.
b. Pola nutrisi dan metabolisme :
Nafsu makan pasien terganggu, karena tidak nyaman dengan hidungnya. Pasien hanya
menghabiskan porsi makanan yang sajikan.
c. Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat pasien juga terganggu karena sering merasa pilek
d. Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri menurun.
e. Pola sensori
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik
purulen , serous, mukopurulen).
9. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum:
Keadaan umum: pasien tampak lemah, pasien tampak menyeringai, akral hangat. Skala nyeri
4-5
TTV: TD: 118/67 mmHg, Nadi 84x/menit. Nadi kuat dan teratur. Suhu: 36,9C, rr: 22x/menit
Kesadaran : composmentis, GCS(4-5-6)
b. Pemeriksaan fisik data focus hidung
Saat palpasi pada sinus, pasien mengungkapkan nyeri saat ditekan. Saat pemeriksaan
rinuskopi terdapat mukosa merah dan bengkak.
Saat pemeriksaan fisik didapatkan sekret hidung yang mengental, berwarna hijau.
10. Analisa data
Data subyektif Etiologi Masalah
S : px mengungkapkan nyeri Peradangan pada hidung Nyeri akut
daerah kepala, sinus
O : px tampak menyeringai,
skala nyeri 4-5
S : px mengungkapkan sulit Obstruksi/ sekret yang kental Ketidakefektifan bersihan
bernafas melalui hidung jalan nafas
O : adanya sekret yang
mengental, pasien tampak
bernafas melalui mulut, rr :
22x/menit
S: px mengungkapkan tidak Peradangan pada hidung Gangguan istirahat tidur
bisa tidur
O: px sering terbangun.
2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adanya secret yang
mengental ditandai dengan adanya sekret yang mengental. Rr: 22x/menit
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous,purulen) dikeluarkan
Kriteria :
Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi:
a. Kaji penumpukan secret yang ada
R/ Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
b. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pembersihan secret
R/ Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan
hidung ditandai dengan pasien mengungkapkan tidak bisa tidur karena terganggu dengan
pilek
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria :
- Klien tidur 6-8 jam sehari
Intervensi :
a. Kaji kebutuhan tidur klien.
R/ Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
b. Ciptakan suasana yang nyaman.
R/ Agar klien dapat tidur dengan tenang
c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut
R/ Pernafasan tidak terganggu.
d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
R/ Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung
13. Catatan perkembangan
No Diagnose Tanggal Catatan perkembangan
1. 1 03/06/2016 S: klien mengatakan nyeri klien berkurang
O : klien terlihat nyaman dan tenang
TD : 120/80mmHg
T : 36
N : 80 x/m
RR : 16 x/m
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
I : tindakan dilanjutkan
E : pasien tampak tenang.
N : 80 x/m
RR : 16 x/m
A: Masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
I : implementasi dilanjutkan
E: pola nafas pasien normal, tidak adanya secret
yang mengental.