Anda di halaman 1dari 24

SPESIFIKASI TEKNIS

Pekerjaan : Pengadaan Pekerjaan Rehab Gedung Puskesmas Krembung pada Dinas


Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
Tahun : 2017

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang dimaksud dalam Spesifikasi Teknis ini adalah :
Nama Pekerjaan : Rehab Gedung Puskesmas Krembung
Lokasi : Puskesmas Krembung, Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo
Sumber Dana : APBD, Tahun Anggaran 2017

NO URAIAN PEKERJAAN

I PEKERJAAN STRUKTUR

II PEKERJAAN ARSITEKTUR

III PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PLUMBING

PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PLUMBING


LANTAI 1
LANTAI 1

- Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Dalam pelaksanaan sebagai Kontraktor harus mamahami tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja untuk itu dalam penawaran wajib membuat RK3K yang bertujuan
untuk keselamatan dalam pelaksanaan pekerjaan serta mengikutkan asuransi kesehatan
untuk pekerja yang di libatkan dalam pembangunan atau pelaksanaan pekerjaan, dan di
sesuikan dengan aturan Permen PU nomor 09/PER/M/2008
Sasaran K3 terlampir

2. Rencana Kerja

Dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari dari saat penunjukan pemenang, kontraktor


harus mengajukan sebuah rencana kerja atau action plan tertulis lengkap dengan
gambar-gambar pendukung metoda kerja, sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan seperti yang disebutkan dalam dokumen tender, menjelaskan secara
terperinci urusan pekerjaan dan cara melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk hal-
hal khusus bila diperlukan, persiapan- persiapannya, peralatan, pekerjaan sementara
yang ada sejauh mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi, pengawas dan pihak-pihak atau instansi yang
terkait dengan kelangsungan proyek tersebut di atas.

3. Tempat Kerja

Bilamana diperlukan tempat kerja, dan tempat kerja tersebut di luar daerah
pengawas proyek, dimana harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi, maka
Kontraktor harus menyelesaikannya tanpa membebani Direksi dengan pembiayaan
tambahan.

4. Tanggung Jawab kontraktor

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor wajib memeriksa kekuatan konstruksi


yang akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan konsultan perencana
2

dan konsultan Pengawas. Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat tanggung
jawab kontraktor.Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang
dilaksanakan telah mendapat persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas tidak berarti
membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaannya sesuai dengan isi
kontrak.

5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang


ahli/terlatih dan berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan
dengan baik sesuai dengan ketentuan/petunjuk Direksi Lapangan/Konsultan
Pengawas.

6. Satuan Ukuran

Semua satuan ukuran disebutkan dalam spesifikasi ini serta yang digunakan
di dalam perkerjaan adalah standar meter dan kilogram. Bila disebut satu ton, yang
dimaksud adalah satu ton yang bernilai 1000 kilogram.

7. Perintah Untuk Pelaksanaan

Bila kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi/Konsultan Pengawas


bermaksud untuk memberikan petunjuk-petunjuk, maka petunjuk-petunjuk itu harus
dituruti dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk itu
oleh Kontraktor.Orang-orang atau pelaksana harus mengerti bahasa yang dipakai oleh
Direksi/ Konsultan Pengawas.

8. Pekerjaan dan Bahan-bahan yang termasuk di dalam Harga Satuan

Pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macam-macamnya


seperti yang disebutkan pada artikel-artikel dalam spesifikasi ini, gambar rencana,
petunjuk tambahan ataupun petunjuk-petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas di
lapangan harus tercakup dalam pembiayaan untuk tenaga kerja, biaya-biaya
sewa/pemakaian tanah pada pihak ketiga, atau kerusakan atas milik seseorang, kerja-
kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja di mana
tidak ada mata pembiayaan khusus seperti pengaliran air darurat selama pelaksana
kerja, pembongkaran, peralatan, penempatan bahan-bahan sesuai dengan petunjuk
perlindungan, perkuatan, pengerahan tenaga ahli untuk keperluan ini, perumahan dan
pembiayaan lain yang biasanya diperlukan guna menyelesaikan pekerjaan sebaik-
baiknya.

9. Laporan
9.1 Kontraktor diharuskan membuat laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk
setiap satu minggu kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan
pekerjaan sesuai petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas. Ringkasan laporan
tesebut harus mencantumkan keadaan cuaca, jumlah pengarahan tenaga kerja,
tenaga pengawas dan pelaksana, alat-alat yang dipergunakan, jumlah
pengiriman bahan-bahan bangunan ke lokasi pekerjaan, kemajuan fisik
dari pekerjaan yang telah selesai, masalah-masalah yang timbul di lapangan
serta pemecahannya, dan rencana kerja minggu berikutnya.
9.2 Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor pada setiap
akhir pekan untuk dievaluasi.
3

9.3 Laporan lain seperti Laporan Harian dan lain-lain sesuai dengan uraian
dalam syarat- syarat umum kontrak

10. Gambar-gambar dan Ukuran

10.1 Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah :


a. Gambar yang termasuk dalam dokumen tender
b. Gambar perubahan yang disetujui Direksi / gambar pelaksanaan c. Gambar
lain yang disediakan dan disetujui direksi.
10.2 Diharuskan menyimpan satu set cetak biru di kantor lapangan untuk
dipergunakan setiap saat apabila diperlukan.
10.3 Gambar gambar pelaksanaan (shop drawing) dan detailnya harus
mendapat persetujuan Direksi sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
10.4 Pada penyerahan terakhir pekerjaan yakni sesudah selesainya masa
pemeliharaan harus disertai Gambar hasil pelaksanaan (asbuilt drawing)
10.5 Semua ukuran dinyatakan dalam sistem metrik.
10.6 Kalau terdapat perbedaan dengan spesifikasi maka yang benar dan berlaku
adalah yang ditetapkan oleh Direksi.

11. Wilayah Kerja

11.1 Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan


11.2 Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk
menimbun atau menyimpan bahan-bahan bangunan di sekitar lokasi
proyek, maka bahan bangunan harus didatangkan dari gudang kontaraktor
atau Leveransir setiap hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan
suatu hari.
11.3 Di dalam pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus berkoordinasi dengan
instansi yang sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada.

12. Kantor Lapangan / Ruangan direksi


12.1 Kontraktor harus menyediakan kantor lapangan untuk dipergunakan oleh
Direksi selama pelaksanaan pekerjaan, transportasi, alat komunikasi serta
gudang untuk menyimpan bahan dan peralatannya.
12.2 Lokasi untuk membangun gudang dan kantor lapangan akan ditentukan oleh
Direksi.
12.3 Ukuran dan bentuk gudang, kantor lapangan beserta perlengkapannya
sebelum dikerjakan harus mendapat persetujuan Direksi. Atas petunjuk yang
harus diberikan oleh direksi atau konsultan pengawas, Kontraktor harus
menyiapkan gambar rencana dari gudang dan kantor lapangan tersebut.
12.4 Syarat-syarat minimum yang harus di penuhi untuk pembuatan gudang
kantor lapangan adalah penyediaan sarana air bersih dan sanitasi air kotor,
sambungan listrik, alat pemadam api dan kotak pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K).
12.5 Pemeliharaan, kebersihan dan keamanan gudang dan kantor lapangan
merupakan tanggung jawab kontraktor.
12.6 Tempat kosong untuk parkir kendaraan proyek harus disediakan di
sekitar kantor lapangan.
12.7 Pada saat pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai, gudang dan kantor
lapangan harus di bongkar oleh Kontraktor atas biaya sendiri dan semua
peralatan dan perlengkapan tetap menjadi milik kontraktor.
12.8 Penyediaan dan pengerjaan hal-hal yang tersebut pada artikel ini menjadi
tanggung jawab kontraktor.
12.9 Kontraktor harus menyediakan sendiri sumber air tawar yang bersih
dan tidak mengandung minyak, garam, alkali dan bahan-bahan organis
atau bahan lain yang dapat merusak pelaksanaan pekerjaan.
4

12.10 Kontraktor harus menyediakan generator sebagai daya listrik


secukupnya, guna kebutuhan penerangan proyek dan keperluan pelaksanaan
pekerjaan.
12.11 Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua biaya pengadaan fasilitas
tersebut pada butir 9 dan 10
12.12 Kontraktor harus membuat bangunan Direksi keet serta gudang bahan
dengan ukuran yang cukup memadai dan bentuknya akan ditentukan
kemudian.
12.13 Bangunan tersebut harus dapat di jamin agar di dalamnya bebas dari air
hujan dan sinar matahari, termasuk dapat melindungi material yang
tersimpan.
12.14 Kontraktor wajib membuat Kamar mandi dan WC termasuk
instalasi, untuk keperluan pekerja selama pekerjaan berlangsung, kontraktor
harus membuat septictank berikut resapannya untuk membuang air kotor
dari kamar mandi WC. Lokasinya akan ditentukan kemudian oleh Direksi,
langsung di lapangan.
12.15 Kontraktor harus mengisi perabotan maupun perlengkapan lain di ruang
Direksi keet atas usulan kontraktor dan persetujuan Direksi.

2. Papan Nama Proyek

Kontraktor harus membuat dan memasang papan nama proyek di lokasi yang di
tunjuk Direksi. Ukuran, bentuk dan susunan kata-kata dan warna akan ditentukan
Direksi.

3. Gambar-gambar yang harus Dipersiapkan oleh Kontraktor

14.1 Umum

Pelaksanaan pengukuran awal oleh kontraktor yang dilaksanakan sejak


diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja dari pemilik pekerjaan, dimaksud
untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan
dengan gambar yang diterima oleh Kontraktor dan pemilik pekerjaan.

Data dan hasil pengukuran awal oleh Kontraktor yang telah disahkan dan
disetujui oleh Direksi pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dan dasar
pembuatan gambar- gambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai
pekerjaan.

Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut di atas, akan


merupakan dasar pokok kesepakatan bersama antara Kontraktor dan
pemilik pekerjaan untuk menghitung volume dari masing-masing jenis
pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh kontraktor, serta yang
harus dibayar oleh pemilik pekerjaan.

Semua gambar yang dipersiapkan oleh kontraktor, harus bisa memberikan


secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanakan pekerjaan
yang meliputi antara lain:
1. Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan
2. Jenis serta komposisi material yang dipergunakan.
3. Hal-hal lain sesuai petunjuk Direksi pekerjaan.
4. Hal-hal lain sesuai petunjuk direksi pekerjaan.
Adapun gambar-gambar yang harus dipersiapkan oleh kontraktor
meliputi antara lain :
5

1. Contruction Drawing atau Working Drawing.


2. Shop Drawing
3. Asbuilt Drawing.
Semua gambar tersebut di atas baru bisa dipakai sebagai pedoman
pelaksanaan pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan
sesungguhnya, apabila sudah mendapat persetujuan dan disahkan oleh
pemilik pekerjaan.

14.2 ConstructionDrawing atau Working Drawing

Construction Drawing atau Working Drawing adalah gambar rencana


bangunan yang telah disesuaikan dengan kondisi lapangan sesungguhnya dan
telah disetujui dan disahkan oleh pemilik pekerjaan. Semua dimensi
bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi posisi
dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada
Construction Drawing yang diberikan oleh pemilik pekerjaan.

Apabila karena kondisi dan situasi lapangan yang sesungguhnya, sehingga


mengakibatkan perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan
kedudukan bangunan, maka kontraktor harus konsultasi dan mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari pemilik pekerjaan.Atas dasar persetujuan
pemilik pekerjaan, jika ada penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan
kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir macam bangun yang telah
disepakati bersama, disetujui dan disahkan pemilik pekerjaan adalah
yang mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan.Dan merupakan
dasar serta acuan utama bagi Kontraktor pada pelaksanaan pekerjaan.

Construction Drawing atau Working Drawing yang dipersiapkan oleh


Kontraktor tersebut, harus bisa memberikan satu gambaran rancang bangun
yang akan dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan, sehingga perlu dan
harus dicantumkan antara lain:

1. Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal


2. Dimensi rencana bangunan
3. Elevasi posisi dan kedudukan bangunan
4. Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain
Construction Drawing atau Working Drawing yang disyahkan oleh
pemilik pekerjaan, dipakai sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal
saat akan dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau mutual Check pada
kondisi pelaksanaan 0%.

Kontraktor wajib membuat copy Construction Drawing atau Working


Drawing sebanyak minimal 5 (lima) copy dengan distribusi dua copy untuk
Direksi pekerjaan dan pengawas, satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu
copy serta ganbar lainnya harus di serahkan kepada pemilik pekerjaan.

Pembuatan working Drawing dan perhitungan Mutual Check harus sudah


selesai dan disetujui oleh Direksi dan pemilik selambat-lambatnya 2 minggu
setelah tanggal SPK. Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke
waktu, dimungkinkan adanya penyesuaian pelaksanaan karena kondisi
lapangan Engineering Adjusment, atau perubahan desain Revised
Design, semuanya bisa mengakibatkan perubahan volume pelaksanaan
pekerjaan menjadi bertambah atau kurang.
Untuk kondisi Engineering Adjusment, tidak diperlukan adanya gambar
baru yang disahkan oleh pemilik pekerjaan, namun Kontraktor wajib
memberikan laporan tertulis serta sketsa penyesuaian guna mendapatkan
persetujuan dari Direksi pekerjaan dan tembusan kepada pemilik pekerjaan.
Sedang pada kondisi perubahan desain Revised Design, pemilik pekerjaan
6

secara resmi akan memberikan gambar perubahan desain yang telah disahkan
oleh pemilik pekerjaan kepada kontraktor secara administratif dalam bentuk
Variation Order.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan Construction


Drawing atau Working Drawing termasuk penggandaannya sebanyak 5
(lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban kontraktor, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk Overhead pada analisa harga satuan
pekerjaan.

14.3 AsBuilt Drawing

Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan,


berikut pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan Variasi Order yang
diberikan oleh pemilik pekerjaan, dan Kontraktor telah melakukan
pengukuran ulang akhir pekerjaan, maka kontraktor diwajibkan membuat
gambar purna bangun atau AsBuilt Drawing.

Gambar purna bangun atau As Built Drawing tersebut, harus lengkap


berisi antara lain:
1. Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada.
2. Dimensi dan masing-masing bangunan yang telah dikerjakan.
3. Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan yang telah
dikerjakan.
4. Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan.
Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus di serahkan
Kontraktor kepada Direksi pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui,
selanjutnya diserahkan kepada pemilik pekerjaan guna mendapatkan
pengesahan dan pemilik pekerjaan.
Pekerjaan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakn oleh Kontraktor
atau yang mutual check volume pekerjaan 100%, semua mengacu dan
didasarkan pada gambar purna bangun yang telah disyahkan oleh pemilik
pekerjaan, dan merupakan volume akhir yang akan di bayar oleh pemilik
pekerjaan kepada Kontraktor.

Kontrkator wajib membuat copy asbuilt drawing sebanyak 5 (lima) copy,


dengan distribusi dua copy untuk Direksi pekerjaan dan pengawas 3 (tiga)
copy serta gambar aslinyauntuk diserahkan kepada pemilik pekerjaan,
termasuk data dan perhitungan hasil pengukuran akhir sebagai pendukungnya.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan Asbuilt Drawing


termasuk penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta sudah harus di perhitungkan
termasuk Overhead pada analisa satuan pekerjaan, Asbuilt drawing harus
sudah di serahkan dan disetujui oleh Direksi selambat lambatnya bersamaan
dengan STT-1.

14.4 Administrasi Proyek


Kontraktor wajib menyediakan dan membuat kelengkapan administrasi
lapangan berupa buku tamu, buku laporan bahan, material, alat dan pekerja,
catatan harian cuaca dan lain lain yang diperlukan untuk kelengkapan
administrasi. Kontraktor wajib membuat laporan harian, laporan mingguan
dan laporan bulanan lengkap dengan data penunjang dan foto dokumentasi
sebagaimana teercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Proyek.

Sebelum memulai aktivitas Kontraktor diwajibkan untuk membuat jadwal


atau schedule, rencana kerja, metode kerja, kebutuhan material, kebutuhan
7

sumberdaya dan peralatan dan harus mendapat persetujuan dari pengawas dan
Direksi.

15. Sarana Penunjang Pakerjaan

15.1 Foto Dokumentasi


Sejak awal akan mulai pekerjaan, selama masa pelaksanaan pekerjaan dan
pada akhir pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor di wajibkan membuat
dokumentasi kegiatan pelaksanaan disetiap item pekerjaan yang diwujudkan
dalam bentuk Photo dokumentasi. Photo Dokumentasi kegiatan pelaksanaan
pekerjaan tersebut, harus bisa memberikan gambaran secara lengkap dan
menyeluruh mengenai kegiatan pelaksanaan pekerjaan sejak awal sampai
akhir pelaksanaan pekerjaan, sehingga secara kronologi bisa merupakansatu
gambran tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut. Photo dokumentasi
dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda sesuai dengan
pengarahan Direksi pekerjaan, dan sudah harus bisa memberikan gambaran
secara garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh pekerjaan.

Photo dokumentasi tersebut, pelaksanaan pengambilannya dilakukan pada


kondisi tahap kegiatan pekerjaan:

1. Saat awal sebelum memulai kegiatan pelaksanaan 0%


2. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 25%
3. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50%
4. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 75%
5. Saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100%
Dokumentasi menggunakan photo digital. Pengambilan photo dokumentasi
bisa ditentukan sesuai dengan tahapan pembayaran. Photo dokumentasi
tersebut selanjutnya harus dicetak ukuran kartu pos, masing masing rangkap
5(lima), dengan distribusi 1 (satu) copy dipasang di barak kerja, dan 4 (empat)
copy lainnya ditata rapi pada album photodan diserahkan kepada pemilik
pekerjaan. Pada saat pengambilan photo dokumentasi akhir pelaksanaan
pekerjaan, di samping cetakan ukuran kartu pos sebanyak 4 (empat) copy,
kontraktor juga di wajibkan menyerahkan tambahan 3 (tiga) copy ukuran 12R,
diberi bingkai, sedangkan pengambilan photo dokumentasinya dari 1(satu)
titik lain yang berbeda lokasi, dan akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
Di samping photo dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Direksi
Pekerjaan Kontraktor bisa melaksanakan pengambilan photo dokumentasi
kegiatan pelaksanaan pekerjaan lainnya yang di angggap berguna dan cukup
mempunyai nilai penting untuk didokumentasikan. Pada saat penyerahan
photo dokumentasi, kontrkator juga harus menyerahkan negative film, ditata
menurut urutan photo dokumentasi yang diserahkan.
Semua biaya yang timbul akibat pembuatan photo dokumentasi tersebut
sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor, serta sudah harus
diperhitungkan termasuk overhead pada analisa harga satuan pekerjaan.

15.2 Jalan Kerja


Untuk menuju ke lokasi pekerjaan, mengangkut bahan material yag akan
dipakai, dan transportasi pembuangan bahan material tidak terpakai ke luar
lokasi pekerjaan dan pemeriksaan berkala Direksi pekerjaan atau pemberi
pekerjaan serta keperluan lainnya. Kontraktor diwajibkan menyiapkan atau
membuat jalan kerja yang layak guna kegiatan tersebut di atas untuk
menunjang dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan. Jalan kerja yang
dimaksud, bisa mempergunakan jalan kampung, jalan desa atau jalan
kawasan yang sudah ada kemudian ditingkatkan kapasitas pelayanan
tingkat jalannya, atau mempergunakan lahan penduduk yang disewa selama
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
8

Pada kondisi dan dalam hal tertentu serta berdasarkan pertimbangan pemilik
pekerjaan, skala pekerjaan jalan kerja dianggap cukup besar dan dominan,
sehingga memerluikan jalan kerja yang sifatnya khusus, sarana tanah
untuk keperluan jalan kerja bisa dipersiapkan oleh pemilik pekerjaan,
sedangkan Kontraktor melaksanakan pembuatan jalan kerja yang dimaksud.

Dari waktu ke waktu selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor berkewajiban


memelihara jalan kerja agar selalu layak di lalui sehingga tidak menimbulkan
dampak lingkungan negative pada masyarakat disekitarnya maupun
masyarakat lain yang juga memerlukan dan melewati jalan kerja tersebut.

Kelancaran fungsi drainase lingkungan di sepanjang jalan kerja, juga yang


secara langsung terpengaruh adanya jalan kerja, juga termasuk menjadi
tangung jawab Kontraktor dari segi pemeliharaannya.

Pada kondisi sarana jalan kerja yang dibuat oleh Kontraktor, merupakan
jalan desa atau jalan kampung yang sudah ada, atau lahan penduduk yang
disewa sementara untuk dipergunakan sebagai sarana jalan kerja, setelah
selesainya pelaksanaan pekerjaan Kontraktor berkewajiban mengembalikan
kondisi lahan sesuai dan seperti kondisi awal sebelum dipergunakan. Untuk
pekerjaan-pekerjaan menurut sifatnya dipandang oleh pemilik pekerjaan tidak
diperlukan adanya jalan kerja khusus maka semua biaya yang timbul akibat
pekerjaan sarana jalan kerja ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk Overhead pada
analisa harga satuan pekerjaan.

16. Bahan-bahan dan Mutu Pekerjaan

16.1 Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan
harus terdiri dari kualitas tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-
syarat kualitas bahan masing-masing bagian pekerjaan. Hasil pekerjaan dan
mutu termasuk bahan- bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui
Direksi.

16.2 Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam peraturan standar yang berlaku di Indonesia. Standart peraturan yang
berlaku adalah edisi yang terakhir. Untuk bahan-bahan yang mutunya belum
diatur dalam peraturan standart maupun ketentuan dalam spesifikasi teknis,
harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.

16.3 Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standart Internasional,


apabila diperlukan direksi / Konsultan pengawas dapat meminta Kontraktor
untuk menunjukkan sertifikasi test dari agen, distributor yang menjual
atau pabrik yang memproduksi bahan yang bersangkutan.

16.4 Apabila diperlukan, Direksi / Konsultan pengawas dapat meminta copy atau
tembusan dari perintah pembelian (faktur) yang dipesan kontraktor kepada
Ieveransir atau distributor untuk pembelian bahan-bahan yang akan dipakai.

16.5 Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Kontraktor harus
menunjukkan contoh dari bahan bersangkutan kepada Direksi untuk
diperiksa dan teliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat
penting lainnya dari bahan tersebut.

16.6 Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai
dengan contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis berat
maupun kekuatannya, maka Direksi/ Konsultan pengawas berwenang untuk
menolak bahan tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk
9

menyingkirkannya dan diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan


contoh yang telah diperiksa terdahulu.

16.7 Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan
dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau
mengalami proses lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya atau
menurunnya mutu bahan-bahan tersebut.

16.8 Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kontraktor dilarang menyimpan


bahan-bahan berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang yang mudah
terbakar , gas dan bahan kimia sedemikian rupa sehingga keselamatan
orang dan keamanan lingkungan sekitarnya dapat dijamin.

16.9 Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti


pedoman atau petunjuk dari pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam
hal ini merupakan tanggung jawab Kontraktor.

16.10 Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-
bahan yang diajukan oleh kontraktor, baik di lokasi proyek maupun di gudang
leveransir atau di lokasi pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugas,
tanaga ahli mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi dalam menguji dan
menilai bahan-bahan yang diajukan Kontraktor.

17. Perkerjaan persiapan

17.1 Pekerjaan Pengukuran dan Survey Lapangan


a. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil
tekniknya untuk melakukan survey dan membuat laporan mengenai
kondisi fisik lapangan khususnya lokasi rencana konstruksi apakah
terdapat ketidaksesuaian. Kontraktor bersama-sama dengan Direksi harus
secara bersama-sama mengambil peil permukaan dan sounding areal kerja
dan menyetujui semua kekhususan terhadap mana semua pekerjaan
didasarkan.
b. Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dan harus membongkarnya
setelah pekerjaan selesai.
c. Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam
dimuka, bila akan mengadakan levelling pada semua bagian daripada
pekerjaan.
d. Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua
bantuan yang diperlukan Direksi dalam pengadaan pengecekan levelling
tersebut.
e. Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang
perlu untuk mengadakan penelitian kelurusan maupun level dari bagian-
bagian pekerjaan.
f. Kontraktor harus membuat peil / titik-titik tanda (ben mark) permanen di
tiap-tiap bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus diberi pelindung dan
dirawat selama berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.
g. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan
berlangsung berikut ahli ukur yang berpengalaman sehingga apabila
dianggap perlu setiap saat siap mengadakan pengukuran ulang.
h. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya di lakukan dengan
alat optik dan sudah ditera kebenarannya/dikalibrasi.
i. Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut, koordinat,
serta letak patok-patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada
Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
j. Jika menurut pendapat Direksi kemajuan Kontraktor, tidak
memuaskan untuk menyelesaikan pekerjaan survey ini tepat pada
10

waktunya atau dalam hal Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau


melakukan pekerjaan tidak dengan standar yang ditentukan. Direksi
dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak lain untuk mengerjakan survey
lapangan dan membebankan seluruh biayanya kepada Kontraktor.

17.2 Pematokan dan Bouwplank


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, kontraktor harus
melaksanakan pematokan dan pemasangan bouwplank sesuai petunjuk
Direksi.
b. Bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu bangunan dan harus dibuat
selebar pondasi bangunan atau ditentukan sesuai skala kebutuhan dan
menjamin tercapai kemudahan kerja dan ketepatan pengukuran.
c. Patok dan Bowplank harus di buat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak
bergerak serta harus dijaga agar tidak rusak / hilang selama pelaksanaan
pekerjaan.
d. Elevasi yang tercantum dalam bouwplank dan patok akan
menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan baik dalam penentuan lebar,
tinggi maupun tebal pasangan / konstruksi lainnya.

17.3 Pemasangan Penangkal Petir Sementara


a. Karena lokasi kegiatan berada pada area lapangan, maka kontraktor
diwajibkan memasang penangkal petir sementara mulai awal kegiatan
sampai dengan dipasangnya penangkal petir pada bangunan. Hal ini untuk
mencegah petir menyambar pekerja atau bangunan yang ada selama
kegiatan berlangsung pada saat musim hujan.
b. Penempatan penangkal petir sementara ditentukan oleh direksi.

18. Pekerjaan Beton

20.1 Lingkup pekerjaan


Bagian ini meliputi segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan beton sesuai dengan spesifikasi teknisnya.
Pekerjaan yang tercakup dalam bagian ini adalah :
1. Bahan, upah dan peralatan untuk mengaduk, memasang, cetakan,
pembersihan, serta item-item yang tertanam dalam beton.
2. Pengadaan, detil, pabrikasi dan pemasangan semua pembesian, serta
item-item yang tertanam dalam beton.
3. Perencanaan, pelaksanaan dan pembongkaran cetakan-cetakan beton.
4. Penyelesaian dan pemeliharaan beton.
5. Semua jenis pekerjaan yang menunjang pekerjaan beton, termasuk di
antaranya pengangkutan dan penyimpanan bahan.

20.2 Syarat-syarat umum:


1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik serta syarat-
syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam
bagian dokumen ini.

2. Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan


beton harus sesuai standar di bawah ini :
- Standar Industri Indonesia (SII)
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBBI)
- Peraturan muatan Indonesia 1970 NI- 18
- Peraturan Tahan gempa 1982
- American Concrete Institute (ACI) edisi terakhir.
- American Society For testing & Material (ASTM) dll
11

Bila terjadi ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas


maka peraturan Indonesia yang menentukan.

3. Semua material yang digunakan harus mendapat persetujuan dari


Konsultan Pengawas.

20.3 Syarat-syarat bahan


1. Air.
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan
plesteran, beton dan penyiraman / pemeliharaannya harus air tawar
yang bersih, tidak mengandung minyak, garam, asam, dan zat organic
lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat sebagai air untuk
keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium

2. Portland Cement (PC)


Semen Portland yang digunakan adalah produk semen yang ber-SNI
dan harus satu merk untuk penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan
komponen bangunan, belum mengeras sebagian atau seluruhnya.
Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara yang baik di dalam
tempat (gudang) yang memenuhi syarat untuk menjamin keutuhan
kondisi sesuai persyaratan di atas.

3. Pasir
Air yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang
gradasinya mendapat Pasir rekomendasi dari laboratorium.

4. Kerikil
Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali
hitam pecah, bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi dan
kekerasannya sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI
1971.

20.4 Pemadatan beton


1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
untuk mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya
agar didapat beton yang padat tanpa penggetaran secara berlebihan.

2. Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton dilakukan dengan


pengawasan dari konsultan Pengawas / Direksi

3. Penggetaran dilakukan menggunakan jarum penggetar (needle


vibrator) dan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak
tulangan dan acuan. Penggetar lain hanya dapat dipakai bila ada
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas / Direksi

4. Pada daerah pembersihan yang padat harus digetarkan dengan penggetar


berfrekuensi paling sedikit 3000 putaran per menit, sehingga didapat
pengisian beton dan pemadatan yang baik.

20.5 Cetakan beton / bekisting


1. Rencana cetakan beton sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor Pelaksana.
12

2. Cetakan harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan permukaan


beton yang rata, dalam hal ini dipergunakan harus dari kayu lokal mutu
Kayu Klas II untuk bahan cetakan.

3. Papan bekisting minimal tebal 2 cm dan klem begisting minimal


berpenampang 4/5 cm.

4. Sebelum beton dituang, konstruksi cetakan harus diperiksa oleh


pengawas untuk memastikan tidak terjadi penurunan dan
pengembangan saat beton dituang seta bersih dari segala benda yang
tidak diinginkan atau kotoran- kotoran lainnya.

5. Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban beton adukan atau
tekanannya lateralnya pada saat pengecoran.

6. Antara begisting yang satu dengan lainnya harus sejajar dan tegak
lurus atau tahan terhadap tekanan lateral pada saat pengecoran.

7. Permukaan cetakan harus dibasahi dengan merata agar tidak


terjadi penyerapan air beton yang baru dituang.

8. Cetakan harus struktural dapat dibongkar setelah berumur minimal


28 hari atau telah mencapai tegangan tekan yang diijinkan dengan
persetujuan tertulis dari Pengawas / Direksi.

9. Segala ijin yang diberikan oleh Pengawas, sekalipun tidak boleh


dijadikan sebagai alasan untuk mengurangi atau membebaskan
tanggung jawab Kontraktor dari adanya kerusakan yang timbul akibat
pembongkaran cetakan beton.

10. Kerusakan yang mungkin timbul akibat pembongkaran cetakan


(bekisting) beton adalah sepenuhnya merupakan tanggung jawab
Kontraktor

11. Beban bekisting yang telah dipakai tidak boleh dipakai kembali kecuali
dengan ijin Direksi secara tertulis.

12. Bila memenuhi syarat konstruksi, pemakaian bahan lain selain yang
disebutkan di atas, boleh dilakukan sepanjan telah memperoleh ijin dari
direksi.

20.6 Besi Beton / Baja Tulangan


1. Besi beton yang dipergunakan adalah besi ulir dengan mutu
baja U-40 tegangan telah karakteristiknya 4000 kg/cm2 untuk
diameter di atas 12 mm dan besi beton polos dengan mutu U-24 ,
tegangan leleh karakteristik 2400 kg/cm2 untuk diameter kurang atau
sama dengan 12 mm.

2. Baja tulangan dengan mutu yang meragukan harus diperiksa di


lembaga pemeriksaan bahan yang diakui.
3. Besi beton yang akan digunakan dalam setiap pelaksanaan hendaknya
harus dilakukan pengujian di laboratorium terlebih dahulu menurut
prosedur teknis yang berlaku dan hasil pengujian harus dituangkan
dalam berita acara untuk mengindari pemakaian material besi yang
sudah diregangkan dan biaya pengujian sepenuhnya harus ditanggung
kontraktor dan harus sudah dianggap termasuk dalam faktor-faktor
penawaran.
13

4. Besi beton yang didatangkan di lapangan pekerjaan tidak


diperkenankan langsung dikerjakan sebelum mendapat
pembenaran / persetujuan dari Direktur / Konsultan Pengawas.

5. Baja tulangan harus bersih dari kotoran-kotoran, karat, minyak, cat,


maupun bahan-bahan lain sebelum dipakai pada pembesian struktur.

6. Apabila besi beton yang tercantum di dalam gambar ternyata tidak ada
/ sulit ditemukan di pasaran, kontraktor harus segera mengajukan
permintaan ijin secara tertulis yang dilampiri dengan rencana
perubahan beserta perhitungan teknisnya. Bila Direksi meluluskan,
kontraktor harus segera mengajukan
permintaan ijin secara tertulis yang dilampiri dengan perubahan
berserta perhitungan teknisnya. Bila direksi meluluskan, kontraktor
dapat melaksanakannya sesuai persetujuan direksi.

7. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan, dan


pemasangan harus sesuai dengan persyaratan bangunan yang berlaku
(PBI 71, SK- SNI89)
8. Untuk kotoran berupa karat dapat digunakan bahan kimia penghilang
karat (Rust Remover) yang tidak mengurangi diameter dan kekuaktan
baja tulangan. Untuk penggunaan bahan kimia tersebut kontraktor
harus memperoleh petunjuk yang jelas dari produsen dan persetujuan
Direksi.

20.7 Penyelesaian Beton


1. Semua beton yang tampak dalam pandangan, pertemuan dua bidang
harus tajam dan halus bidang- bidangnya.

2. Segera setelah begisting dibuka keadaan beton masih relative segar,


semua penonjolan harus dipahat hingga rata sementara lekukan serta
lubang lubang harus di isi dengan adukan dengan perbandingan 1Pc : 1
psr.

3. Sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut permukaan beton yang kasar


harus digosok dan dibersihkan dari kotoran - kotoran akibat cetakan
atau tetesan air semen.

4. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan ,pembengkokan dan


pemasangan harus sesuai dengan persyaratan bangunan yang berlaku
(PBI71, SK SNI89).

20.8 Benda Benda yang tertanam dalam beton


1. Semua angker , baut-baut dan sebagainya yang di perlukan tertanam
dalam beton (inbow) harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum
beton mulai di cor.
2. Benda benda tersebut di atas harus dalam keadaan bersih dari
karat dan kotoran - kotoran lain pada saat beton di cor.
3. Baut - baut angker harus dipasang dalam posisi yang akurat dan
diikat pada tempatnya.
4. Pipa - pipa / sparing non konstruktif juga harus sudah terpasang sesuai
dengan rencana jaringan instalasi bangunan.

20.9 Perawatan dan perlindungan beton


1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang
disetujui oleh Pengawas. Segera sesudah beton dicor dan di-finish,
maka permukaan permukaan yang tidak tertutup oleh cetakan harus
14

dijaga terhadap kehilangan kelembabannya dengan menjaga agar


tetap basah secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari.
2. Permukaan beton yang telah dibongkar dari cetakannya sedangkan
masa perawatan beton belum dilampaui, maka harus dirawat dan
dilindungi seperti permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan.
3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan tidak
dibongkar selama masa perawatan beton, harus selalu di basahi dengan
air untuk mengurangi retak dan terjadinya celah - celah pada
sambungannya.
4. Lantai beton dan permukaan beton lainnya yang tidak di sebutkan di
atas harus dirawat dengan air atau ditutup dengan karung basah.
5. Melapisi permukaan beton dengan bahan khusus perawat beton
(curing compound) hanya diperbolehkan pada bagian - bagian beton
yang tidak menonjol, atau ditonjolkan / exposed secara estetika.
Kecuali dapat dibuktikan pada pengawas bahwa bahan - bahan tersebut
tidak memberi pengaruh buruk pada permukaan beton.

20.10 Mutu beton


Mutu beton yang dipakai untuk struktur bangunan ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk beton structural (strouz, kolom, balok, pelat, pelat duiker)
dipakai mutu beton fc 23 MPa atau K 275
2. Untuk beton non structural (sloof-balok-kolom praktis) digunakan
beton mutu fc 15 MPa atau K 175.
3. Untuk lantai kerja adalah beton rabat Bo atau fc 8,5 MPa.

20.11 Pengendalian Mutu bahan beton struktur.


1. Semen yang dipergunakan untuk struktur, harus dari pabrik yang sama
dan merupakan hasil produksi yang tidak lebih dari satu bulan.
2. Penyimpanan semen harus dilakukan sebaik mungkin , sehingga
terhindar dari kemungkinan kerusakan karena hidrasi-basah, pengotoran
benda asing.
3. Penyimpanan di dalam gudang tertutup, harus dikelompokan
sedemikian rupa, agar semen yang lebih dahulu masuk gudang dipakai
terlebih dahulu pula.
4. Agregat kasar (kerikil atau batu pecah) dan agregat halus( pasir cor)
harus merupakan bahan bangunan yang didapatkan dari alam dan
memenuhi ketentuan ketentuan dalam PBI 71.
5. Ukuran agregat kasar- batu pecah, sesuai dengan mix design dan tidak
lebih dari 3 cm atau seperempat tebal beton cor yang terkecil.
6. Agregat yang dipakai harus disimpan sedemikina rupa sehingga tidak
kotor, dan tidak tercampur bahan bahan lainnya.
7. Air yang digunakan adalah air yang lulus uji air beton yang harus
diperiksa terlebih dahulu dan dinyatakan memenuhi syarat untuk di
minum oleh laboratorium yang disetujui oleh badan yang berwenang
atau direksi / konsultan pengawas.
8. Air yang digunakan harus tawar, bersih tidak mengandung minyak,
bahan - bahan organis, bahan - bahan lainnya yang dapat menurunkan
mutu beton.
9. Admixture: kecuali ditentukan lain,maka dengan kualitas bahan
yang baik, cara mencampur mengaduk dan mengecor yang baik tidak
diperlukan penggunaan sesuatu bahan admixture.
10. Jika penggunaan admixture dianggap perlu, maka penggunaan
admixture harus sepengetahuan dan disetujui secara tertulis oleh
pengawas / direksi.
11. Data bahan admixture, tujuan pemakaian, cara / takaran pemakain
harus jelas. Secara akibat penggunaan admixture yang dapat merusak
atau menurunkan kualitas beton yang sudah dicor menjadi tanggung
15

jawab sepenuhnya dari kontraktor, walaupun telah mendapat persetujuan


tertulis dari Pengawas / Direksi.
12. Mutu baja tulangan dinyatakan dalam tegangan leleh karakteristik
atau
1. tergantung tegangan karakteristik yang memberikan regangan tetap
sebesar
2. 0,20% sesuai dengan PBI 1971 / SK-SNI.
13. Mutu baja tulangan yang didatangkan harus benar, yang dinyatakan
dengan sertifikat pabrik pembuatnya. Untuk menjamin kualitas baja
tulangan sesuai dengan perencanaan, maka harus dilakukan pemeriksaan
pada loboratorium yang disetujui oleh Pengawas / Direksi.
Pengambilan contoh bahan pada semua jenis diameter dan diambil
secara random pada setiap datangnya material di lokasi.
14. Biaya tes dibebankan sepenuhnya pada Kontraktor.

15. D ulir : 12,8 g=

20.12 Pengendalian Mutu pelaksanaan.


1. Semua baja tulangan yang didatangkan harus baru, tidak bekas, bebas
karat, dan disimpan / diletakkan di tempat yang bersih, tidak basah,
terhindar dari genangan air yang akan menyebabkan karat.
2. Penulangan harus dipotong dengan shear cutter / gergaji dan
difabrikasi, sesuai dengan ukuran-ukuran pada gambar kerja.
Kontraktor harus menyerahkan gambar rencana pemotongan baja
tulangan pada pengawas. Pembengkokan tulangan tidak boleh
dilakukan dengan pemanasan, dan ukuran-ukurannya harus memenuhi
syarat-syarat dalam PBI 1971 SK-SNI.
3. Semua tulangan sebelum dipasang harus bersih, bebas karat, dan oli,
kotoran yang dapat merusak ikatan antara beton dengan tulangan.
4. Penulangan harus dimatikan pada posisinya, dengan kawat
pengikat dan ganjal beton secukupnya, agar pada waktu
pengecoran tidak terjadi perubahan / pergeseran tempat posisinya.
Jarak-jarak penempatan tulangan harus sesuai dengan syarat-syarat
PBI 1971.

5. Baja tulangan yang dipakai untuk stek, harus mempunyai


penampang dan jumlah yang sama dengan tulangan yang
disambung. Panjang stek minimum 40x penampang baja tulangan
utama untuk panjang penerusannya.,
6. Pemasangan baja tulangan harus diperiksa oleh Koordinator
Pelaksana dan Pengawas, dan disetujui secara tertulis sebelum
pengecoran dilakukan sehari sebelumnya oleh Direksi / Konsultan
pengawas
7. Bekisting harus direncanakan dan dilaksanakan cukup kuat dan stabil
terhadap beban-beban sementara pada pelaksanaan dan diusahakan.
8. Sedemikian rupa agar pada waktu pengecoran dan pembongkaran
tidak mengakibatkan cacat-cacat gelombang, maupun perubahan bentuk
dan ukuran, ketinggian serta posisi dari beton yang dicetak.
9. Dimensi pemasangan bekisting harus sesuai dengan ukuran penampang
beton yang direncanakan sebagai penampang akhir (tidak diijinkan
pengurangan penampang untuk plesteran).
10. Permukaan bekisting yang berhubungan dengan beton harus
dibersihkan dari segala macam kotoran, dibasahi sebelum dilakukan
pengecoran.
16

11. Pada bagian terendah dari setiap tahap pengecoran dari kolom dan
dinding, maka harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan
pembersihan kotoran dan kemungkinan terkumpulnya air pada bagian
bawah tersebut.
12. Untuk mempermudah pembongkaran, dapat digunakan release agent,
Release agent yang dipakai tidak boleh memberi pengaruh buruk pada
mutu beton yang mempengaruhi ikatan beton antara beton tersebut
dengan material finishing, dan harus mendapat persetujuan dari Direksi
/ Konsultan Pengawas.
13. Lantai kerja : khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak
di atas tanah, seperti pondasi tapak, pondasi lajur, lantai beton,
harus dibuatkan lantai kerja dari beton lunak dengan campuran
volume, semen : pasir : koral = 1 : 3 : 5, atau mutu 8,5 Mpa sesuai
dengan yang ditetapkan pada gambar.
14. Sebelum pengecoran, jumlah penulangan, rangkaian penulangan,
kekuatan dan kestabilan bekisting, kebersihannya, persiapan jumlah
material, dengan volume rencana pelaksanaan, harus diperiksa oleh
Engineer Kontraktor, Pelaksana Kontraktor dan Pengawas konsultan,
untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis dari Direksi / Konsultan
Pengawas.
15. Beton harus dipadatkan pada waktu pengecoran dengan menggunakan
mesin penggetar vibrator dan harus dilakukan sedimikan rupa
sehingga tidak merusak tulangan dan acuan. Kontraktor harus
menyediakan vibrator yang cukup sehingga pemadatan beton pada
waktu pengecoran dapat terjamin.
16. Selama pelaksanaan pengecoran beton, terutama pengecoran balok
dan plat, bila digunakan pompa beton, maka kecepatan pengecoran
harus disesuaikan dengan kecepatan peralatan beton oleh pekerja, agar
didapatkan hasil pengecoran yang padat, dan permukaan beton rata.
Segala kelalaian yang mengakibatkan kegagalan dan kerusakan pada
pembesian, bekisting, maupun struktur selama pelaksanaan sampai
hasil akhirnya adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

17. Kelecakan beton basah (slump) yang diijinkan untuk beton dalam
keadaan campuran normal adalah 80 s/d 120 mm. selama pelaksanaan,
jika diperlukan mutu beton harus diperiksa secara rutin dari hasil
pemeriksaan benda uji. Paling sedikit 5 m3 harus dibuat 1
benda uji, yang kemudian diperiksa kekuatan tekannya di
laboratorium yang disetujui oleh Direksi / Konsultan Pengawas. Biaya
pemeriksaan dibebankan pada kontraktor. Kontraktor harus membuat
laporan tertulis atas data kualitas beton, termasuk nilai karakteristiknya
dengan disertai / dilampiri sertifikat pengujian dari labaratorium.
18. Bekesting harus dibongkar sedemikan rupa sehingga dapat
menjamin kekuatan dan kekokohan struktur-struktur yang dicetak.
Pada bagian struktur vertical(kolom) yang disangga dengan penurapan,
bekisting dapat dibongkar setelah 24 jam dengan syarat betonnya
sudah cukup keras dan tidak cacat karena pembongkaran. Pada bagian
struktur yang dipasang dengan penumpuan, tidak boleh dibongkar
sebelum betonnya mencapai kekuatan yang minimal untuk
menyangga beratnya sendiri dan beban pelaksanaan atau beban bahan
yang akan menimpa bagian struktur beton tersebut (21 hari).
19. Seluruh permukaan beton harus dijaga kelembabannya dan
dilindungi terhadap penguapan yang berlebihan dengan disiram,
digenangi air, di tutup dengan karung goni basah. Hasil pengecoran
beton harus sering dibasahi paling sedikit untuk selama 10 hari
berturut-turut setelah selesai pengecoran. Pengunaan curing
compound harus dikonsultasikan dan disetujui secara tertulis oleh
Direksi / Konsultan Pengawas.
17

20. Semua permukaan beton yang dihasilkan harus rata, rapi, bersih
dan tanpa cacat, lurus dan tepat pada posisinya sesuai dengan gambar
rencana.
21. Siar pelaksanaan harus direncanakan sedemikan rupa sehingga
tidak menyebabkan berkurangnya kekuatan, daktilitas dan
penampilan struktur yang dibuat. Siar pelaksanaan hanya boleh dibuat
pada suatu posisi dimana gaya gesernya minimum, dan sesuai dengan
syarat-syarat PBI 1971. Siar pelaksanaan harus tegak lurus dengan arah
kerja gaya tekan pada penampang beton.
22. Pada siar pelaksanaan,sebelum dilanjutkan pekerjaan pengecoran,
maka permukaan beton yang ada harus dibersihkan dari kotoran-
kotoran beton, partikel agregat yang terlepas, dikasarkan, dibasahi
secukupnya dan dilapisi pasta semen, mortar atau epoxy resin. Setelah
penuangan beton baru, harus dilakukan pemadatan agar dicapai ikatan
yang baik dengan beton lama.
23. Penempatan sparing, conduit, pipa-pipa dalam beton disyaratkan
sedemikan rupa tidak mengurangi kekuatan struktur, terutama tidak
boleh memotong besi-besi tulangan yang terpasang. Kontraktor harus
memberitahukan, mengusulkan dan minta persetujuan secara tertulis
dari Direksi ./ Konsultan pengawas.

24. Pada setiap pertemuan kolom beton dengan dinding bata harus
disiapkan penjangkaran dengan jarak antara 50 cm, dan panjang
jangkar minimum 30 cm diameter 8 mm dan dibuat alur pasangan
mempergunakan reng 3/5.

20.13 Beton ready mix


1. Semua beton ready mix harus di-supply dari perusahaan yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
2. Perbandingan berat dari semen, agregat kasar dan agregat halus terus
menerus dicatat pada butching plant dengan alat timbangan yang sudah
dikalibrasikan oleh Badan yang berwenang.
3. Harus dilakukan test untuk menentukan kadar air dari
agregat, guna menentukan pengaturan tambahan jumlah air yang akan
dicampurkan.
4. Nama dan alamat dari perusahaan beton ready mix harus disampaikan
untuk mendapat persetujuan dari Direksi / Konsultan Pengawas.
Kontraktor harus menjamin bahwa semua pencatatan yang benar di
plant dibuat untuk semua kegiatan pada waktu material dicampur
bahwa semua pencatatan yang benar di plant dibuat untuk semua
kegiatan pada waktu material dicampur dan waktu air ditambahkan.
5. Waktu kedatangan truck mixer harus dicatat dan disimpan untuk
arsip di proyek.
6. Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua hasil disimpan untuk
arsip di proyek.
7. Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua hasil pengecoran dari
beton ready mix selama pelaksanaan pekerjaan jika ternyata syarat-
syarat dari spesifikasi ini tidak terpenuhi dengan memuaskan.
8. Semua pekerjaan Beton Struktur pada proyek ini menggunakan
beton ready mix dengan mutu K-300

20.14 Pekerjaan beton bertulang cor setempat.


1. Kebersihan lokasi dan persiapan alat penunjang harus tersedia misal
vibrator, perojok, air kerja, sekrop, pacul, cetok, sipatan, palungan,
lampu penerangan dsb.
2. Mutu beton dan besi sesuai spesifikasi
3. Pembersihan, bekisting dan steiger sudah diperikasa, dicheck dan
diijinkan untuk dilakukan pengecoran.
18

4. Slump beton cukup sehingga bisa menjamin Workability dan diijinkan


untuk dilakukan pengecoran.
5. Tidak terjadi keropos beton atau segregasi.
6. Pemeliharaan beton supaya cukup baik dengan perlindungan
penyiraman atau pembasahan.
7. Pembukaan / pelepasan bekisting harus sudah cukup umur.
8. Evaluasi mutu beton standart PBI 71 atau SK-SNI.

20.15 Pekerjaan lantai kerja 1pc : 3Psr : 5 Kr


1. Beton lantai kerja campuran 1Pc : 3Ps : 5kr, mutu 8,5 Mpa, dengan
tebal sesuai gambar.
2. Kebersihan lokasi dan persiapan alat penunjang harus tersedia misal
air kerja, sekrop, pacul, cetok, sipatan, palungan, lampu penerangan
dsb.
3. Slump beton cukup jangan terlalu encer.

20.16 Pengujian beton.


1. Secara umum pengujian beton dengan peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBI 1971) dengan syarat-syarat minimum sebagai berikut:
a. Tidak kurang dari satu pekerjaan pengujian harus dibuat untuk setiap
jenis pekerjaan beton yang dikerjakan dalam satu hari dengan volume
sampai sejumlah 5 m3 maka harus satu benda uji.
b. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 buah benda uji khusus 15x15x15
cm.
c. Benda uji akan diuji dalam umur 28 hari, hasil test merupakan hasil
rata- rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik K-300
Kg/cm2 untuk beton K-300 atau K-175 Kg/cm2, untuk beton K-175.
d. Bila diperlukan dapat ditambahkan dengan satu benda uji yang
ditinggal di lapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang
sama dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Suhu beton sewaktu di cor tidak boleh 32 . Bila suhu beton yang
ditaruh berada antara 27 dan 32 , beton harus diaduk ditempat
pekerjaan untuk kemudian lansung dicor.
a. Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikan rupa sehingga
beton melebihi 32 , kontraktor harus mengambil langkah-
langkah yang eferktif, misalnya mendinginkan agregat, mengecor
pada waktu malam hari.
b. Agar dalam waktu yang singkat sudah ada gambaran tentang mutu
beton dan mutu pelaksanaan, maka dengan peretujuan konsultan
Pengawas Konstruksi pemeriksaan benda-benda uji dapat dilakukan
umur beton kurang dari 28 hari, dengan memperhatikan pasal 4.1
ayat (4) PBI th.
1971

Tabel : Perbandingan kekuatan Tekan Beton Pada Berbagai Umur


Umur Beton (hari) 3 7 14 21 90 365
PC Biasa 0.40 0.65 0.88 0.95 1.20 1.35
PC dg kekuatan tinggi 0.55 0.75 0.90 1.00 1.15 1.20

c. Pembuatan dan pemeriksaan benda-benda uji harus memenuhi


ketentuan- ketentuan Pasal 4.9 PBI th. 1971
d. Perbandingan kekuatan Tekan beton pada berbagai Benda uji.

Untuk mengetahuinya diperlukan table di bawah ini :


19

Benda Uji Perbandingan Kekuatan Tekan


Kubus (15x15x15) cm3 1.00
Kubus (20x20x20) cm3 0.95
Silinder 15x30 cm 0.83

19. Pekerjaan Rangka Atap Galvalum

24.1 Pekerjaan Rangka Atap.


1. Kontraktor harus membuat Shop Drawing terlebih dahulu, sampai
gambar tersebut disetujui Direksi/ Konsultan Pengawas baru
dilaksanakan fabrikasi.
2. Teknik pemotongan harus rapi, sambungan harus rapi, kokoh dan kuat.
3. Aturan aturan sesuai praturan standar pabrik harus dipenuhi.
4. Untuk penutup atap mempergunakan atap galvalum dilapisi dengan
insulasi, atap type flexi deck genius 1000 Ex. Atap Tedu lestari atau
setara.
5. Type dan jarak tarik pengikat atap harus sesuai spesifikasi.
6. Teknik pemasangan penutup atap harus rapi, rapat overlap mencukupi
dan kuat dengan mempergunakan baut kait, pelat dan seal sehingga
terjamin tidak bocor atau sesuai dengan spesifikasi dari pabrik.
20. Pekerjaan Pasangan
22.1. Pekerjaan Pasangan Batu-bata
1. Semua pekerjaan batu-bata trasram harus dipasang dengan campuran
1Pc : 3Ps.
2. Pasangan dinding bata biasa dengan campuran 1Pc :5Ps.
3. Pasangan dinding bata harus dipasangan tegak lurus.
4. Bata yang dipergunakan harus berkualitas baik, berukuran
sama tidak diperkenankan bata yang pecah-pecah atau tidak layak
dipergunakan setelah diperiksa Direksi / Konsultan Pengawas / MK.
5. Semua siar (voeg) sebelum mengeras harus dikeruk secukupnya
untuk ikatan plesteran.
6. Untuk setiap hari pemasangan dinding bata maximum setinggi 1,00
meter.
7. Pasangan dinding yang mencapai luas 12 m2 harus dipasang beton
praktis.
8. Sebelum pasangan dinding bata disusun, bata harus direndam air
terlebih dahulu.
9. Pasangan bata yang dilaksanakan harus dipasang rata, tegak
dan lanjur penaikannya diukur tepat dengan tiang lot, serta setipa lajur
naik harus putus sambungannya dengan lajur dibawahnya dengan pola
ikatan pasangan terjaga baik diseluruh pekerjaan.
10. Sebelum dipasang, bata harus dibasahi dengan air secukupnya sehingga
dapat melekat dengan sempurna.
11. Tinggi pemasangan dinding bata hanya diperbolehkan maksimal
tinggi 1 meter untuk setiap hari kerja.
12. Selama pemasangan semua siar diantaranya pasangan bata harus
dikeruk rapi sedalam 1 cm agar plesteran dapat melekat dengan baik.
13. Pasangan dinding trassram menggunakan adukan spesi 1Pc : 3Ps
dilaksanakan setinggi 30 cm diatas lantai bangunan, 1,60 m
untuk dinding KM/WC,
septictank, bak air dan bagian bangunan yang memerlukan dinding
kedap air seperti yang dinyatakan dalam gambar.
14. Pasangan tembok / bata pada permukaan beton, supaya
permukaan beton dikasari / diberi alur dan ankur kait besi diameter
8mm dengan jarak maksimum
20

50cm dan pada saat pemasangan harus disiram air semen


15. Tidak diperbolehkan dipasang bata yang pernah dipakai (bekas) atau
batu merah yang pecah-pecah / kualitas jelek.

22.2. Pekerjaan Penebalan Dinding

Untuk memberikan kesan arsitektur, posisi talang di depan kolom


disembunyikan dengan menggunakan penambahan pasangan batu bata
dengan campuran 1Pc : 4Ps dan plesteran 1Pc : 4Ps.

21. Pekerjaan Plesteran Dinding

1. Pekerjaan plesteran baru dapat dilaksanakan setelah permukaan dinding


yang akan diplester, dibasahi terlebih dahulu sampai merata.
2. Semua pekerjaan plesteran baik pada dinding maupun permukaan beton
harus rata dan halus, merupakan suatu bidang tegak lurus dan siku, tidak
retak.
3. Tebal plesteran tembok bata yang rata kurang lebih 20 mm.
4. Plesteran dinding yang dilakukan setelah pemasangan pipa saluran air
dan listrik harus menghindari pembobokan plesteran akibat terlambatnya
pemasangan pipa-pipa instalasi.
5. Plesteran trassram dengan campuran 1Pc : 3Ps antara lain pada dinding
KM/WC, kaki bangunan.
6. Plesteran dinding bata dengan campuran 1Pc : 4Ps. dilaksanakan pada
semua dinding bata merah yang tidak disebutkan pada point no.5
7. Setelah pekerjaan plesteran selesai maka dilanjutkan dengan acian semen.

22. Pekerjaan Rangka Plafond HollowMetal Furring dengan Penutup


Gypsumboard 9 mm
1. Harus disediakan penggantung plafond dari kawat sling dengan system klem
penjepit jarak 120x120 cm2
2. Rangka di buat dari Hollow metal furring40mm x40mm tebal 4 mm dengan
grade 120 cmx 120 cm.
3. Untuk pengantung tengah tiap jarak memanjang 60 cm di beri hollow metal
furring 40mmx40mm tebal 4 mm.
4. Sambungan dengan sekrup drilling dan dilas penuh. Untuk List
penggantung ditepi mempergunakan Hollow metal furring 40mmx40mm,
dipasang dengan kuat/sekrup drilling pada dinding.
5. Untuk lubang control supaya dibuatkan lubang 60x60 cm2
6. Penutup Plafond Kalsyboard 6mm, dipasang dengan sekrup drilling
dengan jarak maksimal 15 cm, disambung dengan sistem compound, diplamir
rata, hingga bekas sambungan tidak kelihatan dan rapi baru di cat.
7. Bidang permukaan bawah plafond yang terpasang harus rata, presisi,
waterpass dan tidak ada bagian rangka plafond yang melendut atau
bergelombang.
8. Bekas bekas sekrup harus di dempul hingga rata dan halus.
9. Gypsum board yang di gunakan untuk plafond produk jaya board, tebal bahan
9 mm.

23. Pekerjaan Lisplank


Lisplank menggunakan Kalsiplank tebal 10 mm dengan lebar disesuaikan dengan
gambar
21

detail.Rangka di buat dari Hollow metal furring40cm x 40cm tebal 4 mm


dengan grade
120 cm x 120 cm.

24. Pekerjaan Waterproofing


1. Bagian- bagian yang diberi waterproofing adalah pelat-pelat beton dan
dinding yang berfungsi sebagai atap dan sebagai talang.
2. Waterproofing yang dipakai adalah type coating dengan bahan dasar utama
semen dan bahan semacam karet / acrylic berkualitas tinggi dan bahan
kimia berbentuk cairan.
3. Mempunyai sifat sifat fleksible, impermeable, Aman, Tahan terhadap sinar
matahari dan mempunyai daya lekat tinggi.
4. Sebelum pemasangan kontraktor harus memastikan bahwa kemiringan atap /
pelat beton sudah cukup untuk mengalirkan air.
5. Teknik pemasangan/pelaksanaan sesuai petunjuk pabrik pembuat.
6. Mempunyai jaminan ketepatan penggunaan bahan dan aplikasi, berikut
jaminan kualitas selama minimal 3 tahun.

25. Pekerjaan Pemasangan Keramik Lantai dan Dinding.


1. Bahan penutup Lantai menggunakan keramik kualitas I, dengan ukuran
mulai 20x20 cm, 30x30 cm, 40x40 cm dan 60x60 cm dan Granit
40x40 cm serta warna dan keramik yang lain sesuai gambar atau sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi.
2. Warna dan motif keramik harus mendapat persetujuan direksi.
3. Bahan pengisi garis / siar-siar harus bermutu baik, dari bahan yang
disyaratkan sewarna dengan keramik yang terpasang.
4. Sebelum pelaksanaan di mulai, kontraktor diwajibkan membuat shop
drawing mengenai pola keramik dan diajukan ke Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
5. Permukaan lantai atau dinding yang akan dipasang keramik harus bersih dari
kotoran dan permukaan sudah dikasari dan basah SSD.
6. Adukan pasangan pengikat dengan campuran 1pc:3ps ditambah bahan
perekat seperti yang di syaratkan
7. Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang
benar- benar rata, tidak bergelombang dengan memperhatikan
kemiringaan di daerah basah.
8. Jarak antar unit-unit pasangan satu sama lain (garis/siar-siar) harus
sama lebar, maksimum 1mm, yang membentuk garis garis sejajar dan harus
sama lebar dan dalamnya, untuk garis /siar-siar yang terpotong harus
membentuk sudut siku saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
9. Garis/siar-siar diisi dengan bahan pengisi setelah 4 kali 24 jam.
10. Pemotongan unit-unit keramik untuk bagian bidang yang
terpotong harus menggunakan alat pemotong keramik khusus sesuai
persyaratan pabrik.
11. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segalamacam
noda pada permukaannya, sehingga betul - betul bersih.
12. Keramik yang sudah terpasang harus dihindarkan dari beban selama 2kali 24
jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.
13. Untuk pasangan keramik dinding KM/WC, sebagai acuan ukuran
finishing adalah pasangan keramik rata didinding (tebal 15 cm).

26. Pekerjaan Pengecatan.

1. Pengecatan Dinding dan Plafond


22

1. Bahan cat dinding bata, beton dan plafond digunakan cat jenis acrylic
emulsion produksi pabrik yang direkomendasikan.
2. Bidang bangunan yang akan di cat harus bersih dari kotoran dan
debu.
3. Bila terdapat bidangbidang yang tidak rata atau kasar plesterannya
harus diperbaiki terlebih dahulu dan di amplas halus.
4. Permukaan dinding sebelum dilaksanakan pekerjaan plamir /
pengecatan, harus benar benar sudah kering.
5. Cat dinding interior harus menggunakan plamir tembok.
6. Bila dimungkinkan supaya warna plamir sudah mendekati warna cat jadi.
7. Kontraktor harus menunjukan contoh cat yang akan dipakai minimal
seminggu sebelum pengecatan di mulai, dan dipakai bila telah disetujui
oleh Pimpro/ Direksi.
8. Pengecatan dilaksanakan lapis perlapis sampai ketebalan yang cukup rata
dan tidak terlihat bekas bekas plamir.
9. Merk cat sesuai persetujuan dari Direksi.

2. Pengecatan Besi

1. Lingkup Pekerjaan Pengecatan Besi adalah untuk Rangka Atap Baja dan
Rangka Atap Polycarbonat.
2. Besi yang akan dicat harus kering,bersih dari kotoran dan debu
3. Bila terdapat bidang bidang yang tidak rata atau kasar missal pada
sambungan harus diperbaiki terlebih dahulu dan diamplas sampai halus
4. Cat besi harus menggunakan Thinner A dan pelaksanaan pengecatan
harus mengunakan kompresor / disemprotkan lapis per lapis dengan
menunggu lapis pertama kering dan dilanjutkan lapis berikutnya.
5. Bila diperlukan untuk memperbaiki permukaan dipergunakan dempul besi.
6. Kontraktor harus menunjukan contoh cat yang akan dipakai seminggu
sebelum pengecatan dimulai, dan dipakai bila telah disetujui oleh
Pimpro/Direksi
7. Pengecatan dilaksanakan lapis perlapis sampai ketebalan yang cukup rata
dan tidak terlihat bekas bekas plamir
8. Merk cat sesuai persetujuan dari Direksi.

27. Pekerjaan Kusen Pintu Dan Jendela Alumunium.

A. Kusen
1. Alumunium Anodized, warna coklat tua (bronze) , kualitas baik
dengan merk standart pabrik yang direkomendasikan (merk INDAL
atau setara) tidak cacat dalam pengiriman dan proses perangkaian atau
proses penyetelan.
2. Tersedianya semua peralatan dan perlengkapan untuk
membantu dan mempermudah dalam pemasangan /
perangkaiannya,penyetelannya, terutama diterapkan pada lokasi site.
3. Untuk kusen jendela alumunium menggunakan ukuran standart 4/10
cm, atau sesuai gambar. Warna coklat tua (bronze), bentuk profil sesuai
dengan gambar rancangan atau standart type pabrik , dalam
penentuannya harus dikoordinasikan terlebih dahulu kepada direksi serta
mendapat persetujuannya.

B. Daun Pintu
1. Daun pintu setiap ruangan menggunakan daun pintu solid
engineering flush door dan kaca bening tebal 5mm/sesuai dengan
gambar. kualitas baik dengan merk standart pabrik yang
direkomendasikan, tidak cacat dalam pengiriman dan proses
perangkaian atau proses penyetelan.
23

2. Tersedianya semua peralatan dan perlengkapan untuk


membantu dan mempermudah dalam pemasangan /
perangkaiannya,penyetelannya, terutama diterapkan pada lokasi site.
3. Daun jendela rangka aluminium dengan penutup kaca bening tebal 5
mm.
4. Daun pintu pada Kamar mandi / WC /gudang belakang menggunakan
lapisan Pre Coated Steel Sheet tebal 1.20 mm.
5. Lapisan pelindung alumunium tidak boleh di kupas terlebih dahulu
sebelum pekerjaan pelaksanaan selesai, agar menghindari resiko rusak
/cacat atau harus mendapat ijin terlebih dahulu kepada direksi.
6. Setelah pemasangan lingkup pekerjaan pemasangan alumunium
selesai (termasuk pemasangan kaca), kontraktor wajib melindungi
dari kerusakan/cacat dengan cara membungkus dengan pelapis yang
cukup (tebal/kuat) sebagi antisipasi yang disebabkan benturan benturan,
kotoran semen, cat dan lain lain.
7. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus membuat shop drawing
terlebih dahulu yang di setujui Direksi.

8. Pekerjaan Kaca:
Kaca yang dipergunakan adalah kaca bening, dan kaca es kualitas
baik,yang harus mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan
Pengawas.
Kaca bening tebal 5mm
Kaca dipasang dan dikukuhkan dengan menggunakan
lis/karet/sealent sedemikian rupa hingga tdk bergetar.

28. Pekerjaan Lain-lain

Yang dimaksud dengan pekerjaan lain-lain adalah pekerjaan-pekerjaan


yang tidak tercantum dalam RKS ini, tetapi pekerjaan tersebut masih
berhubungan dengan pekerjaan di lapangan yang harus di selesaikan. Misalnya:
pembersihan lokasi pekerjaan/pengembalian sesuatu yang rusak karena pekerjaan
di lapangan.

29. Pemberitahuan penyerahan Pekerjaan Yang Pertama


Apabila dalam waktu pelaksanaan dalam kontrak, atau tanggal baru akibat
perpanjangan waktu sesuai dengan Addendum kontrak telah berakhir. Kontraktor
harus segera menyerahkan hasil pekerjaannya dengan baik sesuai dengan kontrak
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo secara tertulis, dan
pengawas berkewajiban:

1. Membuat evaluasi tentang hasil seiring pelaksanaan sesuai dengan


kontrak pemborongan.
2. Menanggapi/ melaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Sidoarjo tentang hasil pekerjaan pemborongan secara tertulis.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo akan mengadakan rapat
kegiatan mengenai pekerjaan penyerahan tersebut di atas berdasarkan:
a. Kontrak pemborong
b. Surat penyerahan pekerjaan dari kontraktor
c. Surat tanggapan dari pengawas, setelah dapat menerima penyerahan
pekerjaan tersebut.

30. Pemeliharaan Bangunan Sebelum Penyerahan Kedua

Terhitung mulai dari tanggal diterimanya penyerahan pekerjaan yang


pertama, hingga serah terima yang kedua adalah merupakan masa pemeliharaan
yang masih menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya antara lain:

1. Menyempurnaan dan pemeliharaan


24

2. Pembersihan
3. Keamanan dan penjagaan
Apabila pemborong telah melaksanakan hal tersebut diatas sesuai dengan
kontrak, maka penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti tata
cara (prosedur) pada penyerahan pekerjaan yang pertama.

Anda mungkin juga menyukai