PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu metode kepustakaan, dimana data-
data yang diperoleh didapatkan melalui buku dan juga dari internet.
TEORI PENYAKIT
2.1 Endokarditis
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
2.1.4 Klasifikasi
1) Endokarditis Infektif
Endokarditis infektif adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi pada endokardium
jantung atau pada pembuluh darah besar ditandai dengan adanya vegetasi (Team Fakultas
Kedokteran UI)
Endokarditis infektif adalah suatu infeksi ayng disebabkan oleh mikroba pada jaringan
endothelial jantung (Barbara Engran ; 1998)
Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardial yang biasanya meliputi dinding ventrikel,
katup-katup jantung, dinding arteri besar, septum, yang ditandai dengan mudah
terjadinya aggregasi dari trombin dan platelet yang disebut vegetasi, ini berisi
makro organisme. Vegetasi tersebut dapat terjadi didaerah endokardial yang manapun,
juga didaerah arteri besar.
Endokarditis Infektif adalah infeksipada endokardium(selaputjantung) dan katup jantung .
2) Endokarditis Non Infektif.
Endokarditis non infektif adalah penyakit yang disebabkan oleh trombosit yang disertai
dengan vegetasi (Team Fakultas Kedokteran UI)
Endokarditis Non-infektif adalah suatu keadaan yang ditandai dengan adanya bekuan-bekuan
darah pada katup jantung yang rusak.
Berdasarkan jenis katub jantung yang terkena infeksi dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Native valve endokartis adalah infeksi pada katub jantung alam.
2) Prostfektic valve endokarditis adalah infeksi pada katub jantung buatan.
2.1.5 Patofisiologi
2.1.7 Penatalaksanaan
1) Terapi parenteral.
2) Obat-obatan.
3) Antibiotik IV.
4) Antipiretik = salisilat.
5) Analgesik
6) Antikoagulasi.
7) Insisi dan drainase abses.
8) Pergantian katup.
9) Istirahat di tempat tidur.
2.1.8 Prognosis
Endokarditis akut yang disebabkan oleh S. aureus memiliki angka kematian yang
tinggi 40%, kecuali saat berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba intravena. Endokarditis
yang disebabkan oleh Streptococcus memiliki angka kematian sekitar 10%. Sebagian besar
prognosis bergantung pada terjadi atau tidaknya komplikasi yang menyertai. (Lily, 1996).
2.2 Perikarditis
2.2.1 Deinisi
1) Tanda yang khas: Friction rub (suara tambahan) adalah bising gesek yang terjadi
karena kantong berisi cairan membengkak.
2) Gejala-gejala :Sesak nafas saat bekerja, panas badan 39 c -40c, malaesa, kadang
nyeri dada, effuse cardial, nyeri dapat menyebar dari leher,bahu,punggung atau perut, rasa
tajam menusuk, berkeringat.
3) Manifestasi perikarditis konstriktif sangat bervariasi bergantung pada berat, distribusi,
dan kecepatan terjadinya sikatriks. Tanda-tanda perikarditis konstriktif menurut urutan, yaitu
dispnea, edema perifer, pembesaran perut, gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi,
batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
2.2.4 Klasifikasi
2.2.5 Patofisiologi
Adanya proses inflamasi dan sekunder dari fenomena infeksi pada perikaridtis akan
memberikan respons. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan kantong
perikardium.
Hal ini akan membuat terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular, sehingga kandungan
protein, termasuk fibrinogen atau fibrin di dalam cairan akan meningkat. Peningkatan
perpindahan leukosit dapat terjadi terutama pada perikarditis purulenta.
Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin. Perubahan
patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan parut dan perlengketan
disertai kalsifikasi dari lapisan perikardium viseral maupun parietal yang menimbulkan
perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat akan menghambat pengembangan volume
jantung pada fase diastolik.
Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium di mana sekresi melebihi
absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan cairan intraperikardium dalam
jumlah yang cukup untuk menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya darah kedua
bilik jantung bisa menimbulkan tamponade jantung. Salah satu komplikasi perikarditis yang
paling fatal dan memerlukan tindakan darurat adalah temponade. Temponade jantung
merupakan akibat peninggian tekanan intraperikardium dan restriksi progresif pengisian
ventrikel.
2.2.7 Penatalaksanaan
Pasien dibaringkan ditempat tidur bila curah jantung masih belum baik, sampai
demam, nyeri dada dan friction rub menghilang. Analgetik dapat diberikan untuk mengurangi
nyeri dan mempercepat reabsorbsi cairan pada pasien dengan perikarditis
rematik. Kortikosteroid dapat diberikan untuk mengontrol gejala, memperepat resolusi
proses inflamasi dalam perikordium dan mencegah kekambuhan efusi perikard.
Pasein dengan infeksi perikardium harus segera diobati dengan anti mikroba pilihan begitu
organisme penyebabnya dapat diidentifikasi. Perikarditis yang berhubungan dengan demam
rematik berespon baik dengan pinisilin. Perikarditis akibat tuberkulosis diobati dengan
isoniasid, etambutol hidroklorid, rifampisin, streptomisin dalam berbagai kombinasi .
ampoterisin B digunakan untuk perikarditis jamur, dan kartikosteroid digunakan pada lupus
eritematosus diseminata.
Bila kondisi pasien sudah membaik, aktivitas harus ditingkatkan secara bertahap, tetapi bila
nyeri demam atau friction rub kembali muncul, pasien harus segera tirah baring.
2.2.8 Prognosis
2.3.1 Definisi
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya
miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi,tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toksin bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis dapat
disebabkan infeksi, reaksi alergi,dan reaksi toksik.
Pada miokarditis,kerusakan miokardium disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan
basil miosit. Toksin akan menghambat sintesis protein dan secaramikrokopis akan didapatkan
miosit dengan infiltrasi lemak,serat otot mengalami nekrosit hialin.
Beberapa organisme dapat menyerang dinding arteri kecil,terutama arteri korona
intramuscular yang akan memberikan reaksi radang perivaskular miokardium. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh pseudomonas dan beberapa jenis jamur seperti aspergilus dan kandida.
Sebagian kecil mikroorganisme menyerang langsung sel-sel miokardium yang menyebabkan
reaksi radang. Hal ini dapat terjadi pada toksoplasmosis gondii. Pada trikinosis,sel-sel radang
yang ditemukan terutama eosinofil.
2.3.2 Etiologi
1) Infeksi
a. Virus (coxsackievirus, echo virus, HIV, virus epsteinbarr, influenza,
cytomegalovirus, adenovirus, hepatitis A dan B, MUMPs, folio virus, rabies, respiratori
syincitial virus, rubella, vaccinea, varicella zoster, arbovirus)
b. Bakteri (corynebacterio diphteriae, streptococuspyogenis, staphilococcus
aureus, haemophilus pneumoniae, salmonella, nieserria gonorrhoeae, leptospira, treponema
pallidum, mycobacterium tuberkulosis,mycoplasma pneumonia, riketsia.Jamur (candida,
aspergilus). Parasit (tripanosoma cruzii, toxoplasma, schistosoma, trichina)
2) Non infeksi
a. Obat-obatan yang menyebabkan reaksi hypersensitifitasAntibiotik (sulfonamida,
penisilin, cloramfenicol, tetrasiklin, streptomicyn); anti tuberculosis (isoniazin,
paraaminosalisilik acid); anti konfulsan (phenindion, phenitoin, carbamazepin); anti inflamasi
(indometasin, sulfonilurea); diuretik (acetazolamid, klortalidon, spironolacton)
b. Obat-obatan yang tidak reaksi hypersensitifitas : Kokain, Siklofosfamid, Litium,
Interferon alfa,
c. Penyebab lain selain obat-obatan adalah : radiasi, giant cell.
Manifestasi klinis miokarditis bervariasi, mulai dari asimtomatik sampai terjadi syok
kardiogenik. Tergantung pada tipe infeksi, derajat kerusakan miokardium, kemampuan
miokardium memulihkan diri. Gejala bisa ringan atau tidak ada sama sekali. Gejala bisa
ringan atau tidak sama sekali, biasanya :
a. Kelelahan dan dispneu
b. Demam
c. Nyeri dada
d. alpitasi
Gejala klinis mungkin memperlihatkan :
a. Gejala klinis tidak khas, kelainan ECG pada segmen ST dan gelombang T.
b. Takikardia, peningkatan suhu akibat infeksi menyebabkan frekuensi denyut nadi akan
meningkat lebih tinggi.
c. Bunyi jantung melemah, disebabkan penurunan kontraksi otot jantung Katub-katub
mitral dan trikuspid tidak dapat ditutup dengan keras.
d. Auskultasi: gallop, gangguan irama supraventrikular dan ventrikular
e. Gagal jantung (Dekompensasi jantung) terutama mengenai jantung sebelah kanan.
2.3.4 Klasifikasi
2.3.5 Patofisiologi
Fase kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system imun akan
diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokardium,akibat perubahan
permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai
beberapaaa bulan dan diikuti kerusakan miokrdium dan yang minimal sampai yang berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusak sel-sel endotel dan
terbentuknyaantibodi endotel,diduga sebagai penyebab spasme mikrovaskular. Walaupun
etiology kelainan mikrovaskular belum pasti,tetapi sangat mungkin berasal dari respin imun
atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi pda dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan proses berulang
antar obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutannya matriks miokardium dan
habisnya otot jantung secara fokal menyebabkan rontokny serabut otot, dilatasi jantung dan
hipertrofi miosit yang tersisa. Akhirnya proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi
mekanis dan biokimiawi yang berakhir dengan payah jantung.
1) Pemeriksaan laboratorium
Dijumpai leukositosis dengan poli morfonuklear atau limfosit yang dominan
tergantung penyebabnya.Pada infeksi parasit ditemukan eosinofilia.Laju endap darah
meningkat. Enzim jantung dan kreatinkinase atau LDH (Lactat Dehidrogenase) meningkat
tergantung luas nekrose.Peningkatan CKMB ditemukan pada kurang 10% pasien,namun
pemeriksaan Troponin lebih sensitif untuk mendeteksi kerusakan miokard.
2) Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan EKG yang sring ditemukan adalah sinus takikardia, perubahan
segmen ST dan/atau gelombang T, serta low voltage.Kadang-kadang ditemukan aritmia atrial
atau ventrikuler. AV blok total yang sifatnya sementara dan hilang tanpa bekas, tetapi
kandang-kadang menyebabkan kematian mendadak pada miokarditis.
3) Foto Rontgen Dada
Biasanya normal pada fase awal.Fungsi vebtrikel kiri yang menurun progresif
mengakibatkan kardiomegali.Dapat ditemukan gagal jantung kongestif dan edema paru.
4) Ekokardiografi
Sering didapatkan hipokinasis kedua ventrikel,ditemukan juga penebalan ventrikel,
trombus ventrikel kiri, pengisian diastolik yang abnormal atau efusi perikardial.
2.3.7 Penatalaksanaan
1) Perawatan untuk tindakan observasi.
2) Tirah baring/pembatasan aktivitas.
3) Antibiotik atau kemoterapeutik.
4) Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik (FKUI, 1999).
5) Antibiotik.
6) Obat kortison.
7) Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi
ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah
pembentukan bekuan (Griffith, 1994).
2.3.8 Prognosis
Sebagian cepat sembuh cepat, kadang jadi kronis. Prognosis buruk bila:
1) umur muda, sering mati mendadak
2) Bentuk akut fulminan karena virus atau difteri
3) Miokarditis yang sangat progresif
4) Bentuk kronis yang berlanjut menjadi kardiomiopati
5) Penyakit chaga.
BAB III
TEORI ASKEP
3.1 Pengkajian
e. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit
keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap
sitem GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
anda : demam
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : terapi intravena jangka panjang atau pengguanaan kateter indwelling atau
penyalahgunaan obat parenteral.
3.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia
jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard,
penurunan curah jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot
jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
1. Nyeri
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
intervensi
1. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun.
Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan
diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
R : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang
dengan duduk tegak/membungkuk.
2. Perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan
emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
3. Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
4. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ;
antipiretik ; steroid).
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ; steroid
diberikan untuk gejala yang lebih berat.
5. kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
2. Intoleransi aktivitas
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil :
- perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi
1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan
kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel
miokardial.
2. Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas
dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD,
takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap
aktivitas.
3. Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
4. Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.
R : memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung
5. Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari
tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang
diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.
6. Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
1. Menyelidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun.2.
Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan
diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
2. Berkolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi
3. Memberikan aktivitas hiburan yang tepat lingkungan yang tenang dan tindakan
kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres
hangat/dingin, dukungan emosional.
4. Berkolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ;
antipiretik ; steroid).
5. Mengkaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan
kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
6. Mempertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
7. Memantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah
aktivitas dan selama diperlukan.
3.5 Evaluasi
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
1. Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah Nyeri
hilang atau terkontrol.
2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
4. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard
atau katub jantung.mempunyai cirri yang hamper sama dengan perikarditis dan
myocarditis.diagnosa keperawatannya dapat di tegakkan melalui pemeriksaan fisik dan
diagnostic.penyakit ini dapat di obati dengan pengobatan medis seperti antibiotic dan
antipiretik sesuai indikasi dan bakteri penyebabnya.
Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal,perikardium viseral, atau keduannya.
Perikarditis dibagi atas perikaditis akut, perikarditis subakut, dan perikarditis kronis.
Perikarditis subakut dan perikarditis kronis mempunyai etiologi, manifestasi klinis,
pendekatan diagnostik, dan penatalaksanaan yang sama.
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya
miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi,tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toksin bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis dapat
disebabkan infeksi,reaksi alergi,dan reaksi toksik.
3.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena akan
menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education
kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis dan bagaimana
pengobatannya.
Daftar Pustaka
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan
Hematologi. Jakarta ; Salemba Medika.