PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Katarak
berasal dari bahasa Yunani yaitu katarrhakies yang berarti air terjun.1
Normalnya lensa memusatkan arah sinar. Kekeruhan pada lensa akan menyebabkan
sinar menjadi menyebar atau terhalang. Jika kekeruhan lensa berukuran kecil dan berada pada
daerah perifer lensa, hanya akan sedikit atau tidak ada gangguan pada penglihatan.
Sebaliknya, ketika kekeruhan terletak di tengah lensa dan bersifat padat atau tebal, arah sinar
akan terganggu. Hal ini akan menyebabkan penglihatan menjadi kabur.2
Penyakit Katarak merupakan penyakit yang sudah tersebar luas di seluruh dunia dengan
tingkat kecenderungan mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Angka kejadian katarak
di dominasi berada dinegara miskin dan berkembang, yaitu Asia dan Afrika, dengan besar
risiko 10 kali lipat mengalami kebutaan dibandingkan dengan penduduk dinegara maju,
sedangkan risiko kebutaan dinegara maju hanya sekitar 4 juta orang yang berisiko mengalami
kebutaan dengan penyebab utamanya adalah kemunduran maskular yang berhubungan
dengan faktor usia, dapat terlihat bahwa negara miskin dan berkembang mengambil andil
terbesar dalam peningkatan kasus kebutaan didunia. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan
jumlah katarak yang mengakibatkan kebutaan reversible melebihi 17 juta (47,8%) dari 37
juta penderita kebutaan di dunia dan angka ini diperkirakan mencapai 40 juta pada tahun
2020. Tingginya angka kebutaan di Indonesia menempatkan Indonesia pada urutan pertama
di Asia dengan tingkat kebutaan yang tertinggi, dengan perbandingan angka kebutaan 3 juta
orang buta diantara 210 juta penduduk Indonesia, sedangkan didunia Indonesia menempatkan
diri pada posisi kedua setelah negara-negara di Afrika Tengah dan sekitar Gurun Sahara yang
masalah utama kasus kebutaan disebabkan oleh Katarak. Berdasarkan data survei kesehatan
indera penglihatan tahun 1993-1996 menunjukkan bahwa di Indonesia angka kebutaan
mencapai 1,5% penyebab kebutaan di Indonesia adalah katarak yaitu memberikan andil
terbesar 0,78 % diakibatkan oleh katarak dan akan terus meningkat angka kebutaan karena
katarak kejadiannya diperkirakan 0,1 % atau (sekitar 210.000).3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Struktur lensa bikonveks, berada pada fossa hyaloids dan membagi mata menjadi
segmen anterior dan posterior.4
a. Kapsul lensa. Struktur tipis, transparan, membrane hialin mengelilingi lensa dimana
bagian anterior lebih tebal dibanding bagian posterior. Kapsul lensa paling tebal
pada region pre-equator (14) dan paling tipis didaerah posterior (3).
b. Epitel anterior. Ini merupakan lapisan tunggal dari sel kuboid yang terdapat pada
bagian dalam kapsul anterior. Pada region ekuatorial sel ini menjadi kolumner secara
aktif membagi dan memanjang untuk membentuk serat lensa yang baru sepanjang
kehidupan. Tidak ada epitel posterior karena sel ini digunakan untuk memenuhi
kavitas rongga sentral dari vesikel lensa sepanjang perkembangan lensa.
c. Serat lensa. Sel epitel memanjang untuk membentuk serat lensa yang memiliki
struktur bentuk yang kompleks. Serat lensa yang matur, adalah sel yang telah
kehilangan nukleusnya. Selama serat lensa dibentuk sepanjang kehidupan, ini
tersusun rapat sebagai nucleus dan korteks dari lensa.
1. Nukleus.
Ini adalah bagian sentral yang memuat serat yang tua. Ini terdiri dari zona- zona
yang berbeda yang terletak dibawah selama proses perkembangan. Pada penyinaran
slit lamp, dapat terlihat sebagai zona yang diskontinu. Tergantung pada periode dari
perkembangan zona yang berbeda dari nucleus lensa ini terbagi menjadi:
a. Nukleus embrionik. Ini adalah bagian terdalam dari nukleus yang
berhubungan dengan lensa pada masa gestasi 3 bulan pertama .terdiri dari
serat lensa primer yang dibentuk oleh pemanjangan dari sel dinding posterior
vesikel lensa.
b. Nukleus fetal. Berada disekitar nucleus embrionik dan berkaitan dengan
lensa pada 3 bulan pertama pada masa gestasi sampai dengan kelahiran.
c. Nukleus infantil. Berkaitan dengan lensa dari kelahiran sampai masa
remaja.
d. Nukleus dewasa. Berhubungan dengan serat lensa yang terbentuk setelah
masa remaja sampai dengan kematian.
2. Korteks.
Ini adalah bagian perifer yang terdiri dari serat lensa yang masih muda.
d. Ligamentum suspensorium dari lensa (Zonula Zinni). Juga dikenal dengan nama
Zonula siliar. Terutama terdiri dari rangkaian serat yang melintas dari badan siliar
ke lensa. Menahan lensa pada posisinya dan memungkinkan muskulus siliaris untuk
dapat digunakan bergerak. Serat ini tersusun dalam 3 kelompok:
1. Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior dari orra serrata. Berjalan
ke anterior untuk berinsersi pada anterior dari ekuator.
2. Serat yang berasal dari bagian anterior pada prosessus siliaris melintasi bagian
posterior untuk berinsersi dengan ekuator bagian posterior.
3. Kelompok ketiga dari serat ini melintas dari puncak prosessus siliaris secara
langsung masuk ke dalam untuk berinsersi pada ekuator.
Metabolisme Lensa4
Suplai makanan dari lensa berasal dari proses difusi humor aquos. Ini menyerupai
suatu struktur jaringan dengan humor aquos sebagai substratnya dan bola mata sebagai
wadah yang menyediakan suatu suhu yang konstan. Metabolisme dan proses biokimia
yang lebih detail melibatkan proses penuaan yang kompleks dan belum sepenuhnya
dimengerti karena itu, tidak memungkinkan untuk mempengaruhi perkembangan katarak
dengan pengobatan.
Metabolisme dan pertumbuhan dari sel lensa adalah suatu pengaturandiri sendiri
(self regulating).Aktivitas metabolik terutama untuk pemeliharaan kesatuan, transparansi
dan fungsi optik dari lensa.Epitel dari lensa membantu untuk menjaga keseimbangan ion
dan membolehkan transportasi nutrisi, mineral dan air pada lensa. Tipe transportasi ini
diartikan sebagai system pump-leak yang membuat transport aktif dari natrium,
kalium, kalsium dan asam amino dari humor aquos masuk ke dalam lensa sebagai suatu
proses difusi pasif sepanjang kapsul lensa posterior.Pemeliharaan keseimbangan
(homeostasis) adalah penting untuk kejernihan lensa dan ini sangat berkaitan erat dengan
keseimbangan cairan. Muatan air dari lensa normalnya stabil dan dalam keadaan
seimbang dengan humor akuos disekitarnya. Muatan air dari lensa berkurang seiring
dengan perjalanan usia, dimana isi dari protein lensa yang insoluble (albuminoid)
meningkat. Lensa menjadi lebih keras, kurang elastis, dan kurang transparan. Suatu
penurunan dalam kejernihan lensa yang berkaitan dengan usia adalah sesuatu yang tidak
dapat dihindari sama halnya dengan pengerutan kulit dan rambut putih. Gambaran klinik
dari penurunan kejernihan muncul pada 95 % dari seluruh orang.Diatas umur 65 tahun.
Porsi bagian tengah atau nukleus dari lensa menjadi sklerosis dan sedikit kekuningan
seiring dengan perjalanan usia.
Lensa kristalina adalah sebuah struktur yang menakjubkan pada kondisi normalnya
berfungsi memfokuskan gambar pada retina.Posisinya tepat disebelah posterior iris dan
disangga oleh serat zonula yang berasal dari korpus siliaris.Serat-serat ini meyisip pada
bagian ekuator kapsul lensa.kapsul lensa adalah suatu membran basalis yang
mengelilingi substansia lensa. sel-sel epitel dekat ekuator lensa membelah sepanjang
hidup dan terus berdiferensiasi membentuk serat-serat lensa baru sehingga serat-serat
lensa yang tua dipampatkan pada nucleus sentral; serat-serat muda, yang kurang padat
disekeliling nucleus menyusun korteks lensa. Karena lensa bersifat avaskuler dan tidak
mempunyai persarafan, nutrisi lensa didapat dari aquos humor. Metabolisme lensa
terutama bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen terlarut di dalam aquos.7
II. ETIOLOGI
Katarak senil terutama karena suatu proses penuaan meskipun etipatogenesisnya belum
jelas, berbagai faktor yang dapat menyebabkannya.5
1. Herediter
Ini memainkan peranan dalam insiden onset usia dan maturasi dari katarak senil
dalam berbagai famili yang berbeda.
2. Radiasi ultraviolet.
Banyaknya paparan dari radiasi UV yang berasal dari matahari telah menyebabkan
onset dini dan maturasi dari katarak senil dalam banyak studi epidemiologi
3. Faktor diet.
Kurangnya asupan protein, asam amino, vitamin (ribovlafin, Vit E, Vit C) dan
elemen esensial juga berperan pada onset dini dan maturasi katarak senil.
4. Dehidrasi.
Adanya keterkaitan dengan episode awal dari krisis dehidrasi yang berat (karena
diare, kolera, dan sebagainya) dan onset usia dan maturasi katarak memberikan
pengaruh.
5. Merokok.
Merokok juga telah dilaporkan memberikan efek pada onset usia katarak senil.
Merokok menyebabkan akumulasi dari molekul berpigmen -3 hydroxykynurine dan
Chromophores, yang menyebabkan kekuningan.Cyanates dalam rokok
menyebabkan carbamylation dan denaturasi protein.
III. PATOGENESIS
Mekanisme dari hilangnya kejernihan lensa. Pada dasarnya, berbeda antara katarak
senil nuklear dan katarak senil kortikal.5
1. Katarak senil kortikal.5
Gambaran biokimia utamanya adalah penurunan kadar protein total dan asam amino,
dan kalium yang terkait dengan peningkatan kadar Natrium dan proses hidrasi dari
lensa, yang diikuti dengan koagulasi dari protein.
2. Katarak senil nuklear.5
Dalam perubahan degeneratif yang sering terjai pada katarak senil nuklear adalah
intensifikasi dari sklerosis nuklear yang terkait dengan usia yang dihubungkan
dengan dehidrasi dan pemadatan dari nukleus sehingga menyebabkan katarak yang
keras (hard katarak). Ini disertai dengan peningkatan yang bermakna pada protein
yang tidak larut air. Bagaimanapun, isi dari protein total dan distribusi kation-kation
tetap normal. Hal ini berkaitan atau tidak dengan deposisi pigmen urokrom dan atau
melanin yang berasal dari asam amino pada lensa.
Gambar. 4: Bagan yang menggambarkan kemungkinan penyebab dari terjadinya katarak senil
kortikal.5
IV. KLASIFIKASI4
3. Morfologi.
1. Katarak insipien.
Dalam stadium ini, dapat ditemukan kekeruhan dengan area yang jernih diantara
dari kekeruhan tersebut.Dua perbedaan pada katarak kortikal senil dapat dikenali
pada stadium ini.
a. Katarak kortikal senil kuneiform. Dikarakteristikkan dengan kekeruhan wedge
shaped dengan area yang jernih diantaranya. Pemeriksaan iluminasi oblik dapat
ditemukan suatu gambaran tipikal seperti radial spok dengan kekeruhan putih
keabu-abuan.
2. Katarak imatur. Katarak imatur adalah katarak yang terjadi dimana kekeruhannya
hanya sebagian. Pada stadium ini, kekeruhan berlangsung progresif.Lensanya
tampak putih keabu-abuan tetapi korteks tetap ada, sehingga iris shadow dapat
terlihat.8
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan
dapat keluar melalui kapsul lensa. Lensa mengeriput dan berwarna kuning.Akibat
pengeriputan lensa dan mencairnya korteks nukleus lensa tenggelam ke arah bawah
(katarak morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik mata menjadi
dalam. Shadow test memberikan gambaran pseudopositif. Akibat massa lensa yang
keluar melalui kapsul lensa dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau
glaukom fakolitik.5
Gambar 7: kiri: Katarak hipermatur, kanan: deskripsi katarak hipermatur5
V.
2. Katarak kortikal.
Katarak kortikal sering berkaitan dengan perubahan korteks lensa. Ini menarik
untuk dicatat bahwa pasien dengan katarak kortikal cenderung untuk mendapatkan
hiperopia didapat jikadibandingkan dengan pasien katarak nuklear yang cenderung
untuk miop.Mengingat perubahan pada katarak nuklear adalah pengerasan,
perubahan pada katarak kortikalmempunyai karakteristik peningkatan kandungan
air.Beberapa perubahan morfologi akan tampak selama pemeriksaan slit lamp
dengan midriasis maksimum:
a. Vakuola: akumulasi cairan akan terlihat dalam bentuk vesikel kortikal sempit dan
kecil. Vakuolanya tetap kecil dan bertambah jumlahnya.
b. water fissures: gambaran radial dari cairan yang mengisi celah terlihat diantara
serat lensa.
c. Pemisahan dari lamellar. Tidak sesering dengan celah air, ini terdiri dari sebuah
zona cairan diantara lamella (sering antara lamella bersih dan serat kortikal).
d. Katark cuneiform. Ini sering ditemukan dalam opasitas yang menyebar dari
perifer lensa seperti jari-jari roda.
Gambar 10.
Katarak subskapular posterior9
Katarak komplikata10
Terjadi sekunder atau sebagai penyulit dari penyakit lain
Penyebab :
1. Penyakit lokal dimata (menyebabkan katarak monokuler)
a. Uveitis : kekeruhan dapat bermacam-macam, difus, total, terbatas pada tempat
posterior.
b. Glaukoma : kekeruhan sebagai bercak-bercak seperti porselen atau sebagai susu
didalam subskapsuler anterior
c. Miopia maligna : degenerasi badan kaca, mungkin merupakan proses primer,
yang menyebabkan nutrisi lensa terganggu.
d. Ablasi retina yang sudah lama
2. Penyakit sistemik, mengenai seluruh tubuh terutama penyakit endokrin
a. Yang tersering menyebabkan katarak yuvenilis adalah galaktosemia yaitu
penyakit sistemik dimana metabolisme galaktose terganggu. Kadar yang
meninggi didarah dan urine, 70% menimbulkan katarak.
b. Diabetes mellitus
Penyebab katarak diabetika pada umur pubertas atau dewasa muda tampak
sebagai kekeruhan berupa bercak-bercak salju di lensa. Katarak pada orang tua
dengan diabetes mellitus biasanya bukan katarak diabetika tetapi katarak senilis
yang dipercepat oleh diabetes mellitus.
c. Tetani
Akibat insufiensi glandula paratiroid. Dulu sering terjadi pasca bedah strauma,
sekarang jarang terjadi.
3. Trauma
Fisik : radiasi
Mekanis : pasca bedah, kecelakaan
Kimia : zat toksik
VI. GEJALA KLINIS
a. Gejala Subjektif
Kekeruhan dari lensa dapat hadir tanpa menyebabkan berbagai gejala, dan
dapat ditemukan dalam pemeriksaan mata rutin.Gejala umum dari katarak adalah:5
1. Silau.
Satu dari gejala awal gangguan penglihatan pada katarak adalah silau ( glare),
seperti sinar langsung dari matahari atau cahaya sepeda motor yang datang
menyinari. Tingkat dari silau akan bervariasi sesuai dengan lokasi dan ukuran
dari kekeruhannya.
2. Uniocular poliopia (penglihatan ganda dari suatu objek).
Ini sering merupakan salah satu gejala awal. Ini terjadi karena refraksi irregular
oleh lensa yang menyebabkan berbagai indeks refraktif sebagai suatu proses
dari katarak.
3. Lingkaran cahaya yang berwarna ( Coloured halos).
Ini akan dirasakan oleh beberapa pasien yang memberikan kerusakan sinar putih
dalam spectrum warna karena adanya tetesan air dalam lensa.
4. Titik hitam pada bagian depan mata.
Titik hitam yang menetap akan dirasakan oleh beberapa pasien.
5. Gambar kabur.
Distorsi dari gambar dan penglihatan berkabut akan terjadi pada stadium awal
dari katarak.
6. Kehilangan penglihatan.
Penurunan penglihatan karena katarak senile mempunyai beberapa gambaran
khusus.Ini tidak sakit dan berangsur progresif.Pasien dengan kekeruhan sentral
(katarak cupuliform) mempunyai kehilangan penglihatan yang lebih awal.
Pasien ini melihat lebih baik ketika pupil melebar, ini karena biasanya pada
malam hari cahaya menjadi suram (buta siang). Pasien dengan kekeruhan pada
perifer (katarak cuneiform) mengalami kehilangan penglihatan yang terlambat
dan penglihatan meningkat jika cahaya terang ketika pupil dikontraksikan. Pada
pasien dengan sklerosis nuclear penglihatan jauh terganggu karena miop indeks
yang progresif seperti pasien dapat membaca tanpa kacamata
presbiopi.Peningkatan dalam penglihatan dekat, dimaknai sebagai second
sight karena perkembangan kekeruhan. Penglihatan akan berkurang sampai
hanya dapat mempersepsikan cahaya dan proyeksi akurat dari sinar merupakan
stadium dari katarak matur.
b. Gejala Objektif5
Beberapa pemeriksan harus dilakukan untuk melihat berbagai tanda dari katarak. :
1. Pemeriksaan visus.
Bergantung pada lokasi dan maturasi dari katarak.ketajaman penglihatan
berkisar 6/9 sampai persepsi cahaya.
2. Pemeriksaan iluminasi oblik.
Ini menampakan warna dari lensa dalam area pupil yang bervariasi dalam tipe
katarak yang berbeda.
3. Pemeriksaan iris shadow.
Ketika cahaya oblik menyinari pupil, bayangan crescentric dari batas pupil dari
iris akan membentuk kekeruhan keabu-abuan dari lensa, sepanjang korteks
bersih (clear korteks) tampak antara kekeruhan dan batas pupil. Ketika lensa
menjadi lebih transparan atau keruh sempurna, tidak ada iris shadow yang
terbentuk oleh karena itu adanya iris shadow tanda dari katarak imatur.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi direk.
Cahaya fundus yang kuning kemerahan di observasi dalam tidak adanya
kekeruhan dalam media.Lensa katarak parsial menunjukkan bayangan hitam
yang berlawanan dengan cahaya merah pada daerah katarak.Lensa katarak
yang lengkap tidak menunjukkan cahaya merah.
5. Slit lamp.
Pemeriksaan ini harus dilakukan pada pupil yang berdilatasi
sempurna.Pemeriksaan menunjukkan morfologi lengkap dari kekeruhan
(tempat, ukuran, bentuk, warna, dan kekerasan nukleus).
ISC: Immature senile cataract, MSC: Mature senile cataract, HMSC (M) Hypermature senile cataract (Morgagnian),
HMSC (S): Hypermature senile cataract (Sclerotic), PL: Perception of light, HM: Hand movements, FC: Finger
counting.5
Derajat kekerasan nukleus pada lensa yang katarak adalah penting untuk mengatur
parameter dari mesin pada ekstraksi katarak tekhnik phacoemulsification. Kekerasan
dari nucleus bergantung pada warnanya dalam pemeriksaan slit lamp dapat
diklasifikasikan pada tabel dibawah:
VII. KOMPLIKASI
VIII. PROGNOSIS
Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat
jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak, resiko
ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan
ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat
hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan Snellen Chart.3
.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama : Ny. RT
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : APO
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Kristen Protetstan
Tanggal Pemeriksaan : 20 November 2015
No DM : 40 86 33
II. Anamnesis
Keluhan utama :
Mata kanan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata kanan terasa kabur dan lebih dirasakan pada
pagi hari saat bangun tidur, pasien mengatakan juga bahwa mata kirinya kabur tetapi
tidak sekabur mata kanan, keluhan ini sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu,
secara perlahan-lahan. Kemudian dalam 7 bulan terakhir ini sekitar bulan April
penglihatan dirasakan semakin menurun. Menurut pasien penglihatannya kabur dan
tidak jelas, seperti ada kabut. Pasien merasa matanya silau jika terkena cahaya / lampu.
Pasien menyangkal adanya keluhan mata merah dan nyeri pada mata.
2. Status Neurologis
Motoris : Parese (-)
Sensoris : Baik
Refleks : Baik
Kesan/Kesimpulan : Baik
3. Status psikiatri
Afek : Appopriate
Sikap : Kooperatif
Respon : Baik
Kesan/Kesimpulan : Baik
IV. Pemeriksaan Khusus / Status Oftalmologis
1. Pemeriksaan Subjektif
2. JENIS PEMERIKSAAN OD OS
3. Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan Bagian Luar
b. JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Edema -
Hiperemi - -
Sekret - -
Lakrimasi
Inspeksi Umum
Fotofobia + +
Blefarospasme - -
Benjolan / Tonjolan - -
Edema - -
Ulkus - -
Vesikel - -
Krusta - -
Tumor - -
Lain-lain - -
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Ulkus - -
Krusta - -
Margo Palpebra
Silia - -
Skuama - -
Warna - -
Palpebra Sekret - -
Warna - -
Konjungtiva
Bulbi Benjolan _ -
Injeksi - -
Perdarahan - -
Sklera
Benjolan - -
B
Lain-lain - -
u
l Kekeruhan - -
b
Ulkus - -
u
s Sikatriks - -
Panus - -
O Kornea
k Arkus senilis Ada Ada
u Permukaan - -
l
i Reflex kornea + +
Lain-lain _ _
Cukup Cukup
COA
dalam dalam
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
I Iris Perlekatan _ -
Reflex + +
Tumor - -
TIO digital N/palpasi N/palpasi
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Keruh Keruh
Lensa(kekeruhan) seluruhnya sebagian
Keruh Keruh
Lensa
Dbn Dbn
Badan kaca (kekeruhan)
2. Direct Ophtalmoscope
- + non uniform
Refleks fundus
Dbn Dbn
Pembuluh darah
Dbn Dbn
Makula lutea
3. Slit Lamp
_ _
Lensa
1.
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
V. Resume
Pasien wanita Ny.RT umur 50 tahun datang ke Poliklinik Mata Rumah Sakit Dok
2 Jayapura dengan keluhan mata kanan terasa kabur dan lebih dirasakan pada pagi hari
saat bangun tidur, pasien mengatakan bahwa mata kirinya juga kabur tetapi tidak
sekabur mata kanan, keluhan ini sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, secara
perlahan-lahan. Kemudian dalam 7 bulan terakhir sejak bulan April penglihatan
dirasakan semakin menurun pada kedua mata. Pasien merasa pada penglihatannya tidak
jelas seperti ada kabut. Pasien merasa silau ketika melihat cahaya / lampu. Pasien
menyangkal adanya keluhan mata merah dan nyeri pada matanya. Pasien memiliki
riwayat sakit Diabetes mellitus. Pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan status generalis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan visus didapati pada OD : visus = 1/300 dan kekeruhan pada
lensa yang menyeluruh dengan shadow test negatif. Pada OS, visus = 6/60,dan
kekeruhan pada lensa yang sebagian dengan shadow test positif. Funduskopi dari mata
kanan pasien didapatkan (-), hasil funduskopi mata kiri pasien + non uniform.
VI. DIAGNOSIS
Katarak Matur OD Komplikata
Katarak Imatur OS
VII. PROGNOSIS
Quo Ad vitam : Bonam
Quo Ad fungsionam : Bonam
Quo Ad sanationam : Bonam
VIII. TERAPI
Tidak ada obat-obatan yang efektif terhadap penanganan katarak. Penaganannya adalah
dengan pembedahan.8
Apakah dengan operasi atau tidak terutama bergantung pada efek katarak pada
penglihatan pasien.Beberapa tahun yang lalu, dokter bedah menunggu sampai katarak
menjadi matur atau matang (ketika isinya menjadi cair) karena ini membuat aspirasi
dari isi lensa menjadi lebih mudah. Dengan kemajuan dalam mikro surgery sekarang
tidak lagi menunggu lama untuk katarak menjadi matur dan pembedahan katarak dapat
dilaksanakan pada berbagai stadium dengan resiko yang minimal.
Adalah indikasi yang paling sering untuk operasi katarak, walaupun kebutuhan dari
orang ke orang berbeda. Operasi di indikasikan hanya jika dan ketika katarak
berkembang ke level yang cukup untuk menyebabkan kesulitan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
2. Indikasi medis.
Jarang dilakukan, seperti ketika katarak dalam keadaan matur. Dimana kebutaan
dihilangkan untuk mengembalikan pupil yang hitam
4. Informed consent, pada pasien untuk hasil yang diharapkan dan komplikasi dari
operasi.
3. Small Incision Cataract Surgery (SICS) adalah modifikasi dari ekstraksi katarak
ekstrakapsular merupakan salah satu teknik pilihan yang dipakai dalam operasi
katarak dengan penanaman lensa intraokuler.
Gambar 15: Teknik operasi SICS.A. Jahit muskulus rectus superior; B. Flap konjungtiva
dan buka sclera; C,D&E. Insisi sclera eksterna dan membuat insisi terowong;
F. terowong sclerakornea dengan pisau berbentuk bulan sabit; G. Insisi kornea
interna; H. Side port entry; I. CCC besar; J. Hydrodissection; K. Prolapsus
nukleus pada bilik mata depan; L. Irigasi nukleus dengan wire vectis; M.
Aspirasi korteks; N. Insersi inferior haptic IOL pada bilik mata depan; O.
Insersi superior haptic PCIOL; P. Putar IOL; Q. Reposisi dan konjungtival
flap.8
Gambar 17. Fakoemulsifikasi menggunakan getaran ultrasonik melalui insisi 2-3 mm.7
Gambar 18. Jenis-jenis IOL: A, Kelman multiflex (IOL bilik mata depan); B, Singh &
Worsts iris claw; C, IOL bilik mata belakang Modified C-loop type).8
Indikasi implantasi IOL.Tren terbaru pada operasi katarak adalah untuk melakukan
implantasi IOL pada setiap kasus, jika tidak ada kontraindikasi.8
Diagnosis pada pasien ini ditegakan berdasarkan anamnesis serta pemeriksaan fisik.
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan mata kanan kabur dengan penglihatannya yang
tidak jelas dan seperti ada kabut, pada mata kiri juga terasa kabur tetapi tidak seperti pada
mata kanan. Mata terasa silau ketika melihat cahaya / lampu. Hal ini sesuai dengan teori
tentang katarak, dimana katarak adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan
pada lensa yang menyebabkan kelemahan atau penurunan daya penglihatan. Pada pasien ini,
katarak yang terjadi adalah pada usia lanjut sehingga jenis katarak pada pasien ini adalah
katarak senil. Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Katarak secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur,hipermatur. Pada
pasien ini berdasarkan ciri-ciri dari stadium, katarak yang dialami oleh pasien ini adalah
katarak tipe matur pada mata kanan, katarak tipe imatur pada mata kiri dan komplikata
karena pada pasien ini terdapat penyulit atau penyakit lain yaitu pasien ini menderita
Diabetes mellitus. Pada pemeriksaan fisik mata pada mata kanan pasien ini ditemukan tanda-
tanda katarak matur, yaitu kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa, kedalaman bilik
mata depan berukuran normal.
Hasil pemeriksaan visus pada kedua mata pasien, masing-masing : mata kanan =
1/300, mata kiri = 6/60. Hal ini menunjukkan bahwa tajam penglihatan pasien berkurang.
Untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan disebabkan oleh kelainan refraksi
atau media maka harus dilakukan pemeriksaan pinhole. Bila setelah pemeriksaan pinhole,
tajam penglihatan meningkat berarti terjadi kelainan refraksi. Sebaliknya bila setelah
pemeriksaan pinhole tetap atau menurun maka letak kelainan terjadi pada media.
Pemeriksaan funduskopi juga penting dilakukan untuk mengetahui apakah kekeruhan telah
mengenai seluruh lensa atau tidak.pada pasien ini diperoleh refleks fundus pada mata kanan
(-), pada mata kiri (+) non uniform.
Penyakit katarak pada pasien ini dapat diduga disebabkan oleh penyakit yang diderita
pasien sebelumnya yaitu Diabetes mellitus. Penyakit diabetes mellitus ini diderita oleh pasien
sudah sejak lama. Diabetes mellitus dapat menyebabkan penyakit katarak. Patogenesa terjadi
katarak pada Diabetes Mellitus dapat diterangkan sebagai berikut : masuknya glukosa ke
dalam lensa mata tidak memerlukan adanya insulin. Dalam keadaan normal glukosa ini
direduksi menjadi sorbitol dalam jumlah terbatas dan oleh enzim sorbitol dehidrogenase
dirubah menjadi fruktosa. Pada diabetes mellitus dimana terjadi hiperglikemia yang diikuti
kadar glukosa dalam lensa tinggi sehingga pembentukan sorbitol meningkat yang akan
berubah menjadi fruktosa yang relatif lambat. Sorbitol akan menaikkan tekanan osmose
intraselular dengan akibat penarikan air kedalam lensa. Disamping itu terjadi pula mioinositol
dimana kedua peristiwa ini menyebabkan katarak.
Penatalaksanaan katarak pada pasien ini adalah operasi katarak dengan tekhnik
ECCE. Selain itu juga kondisi diabetesnya harus terkontrol dan tidak ada hipertensi agar tidak
terjadi komplikasi saat dan setelah melakukan operasi.
Pasien katarak dengan diabetes mellitus yang akan dioperasi katarak memiliki
prognosis baik bila penyakit diabetesnya terkontrol dan tidak ada komplikasi akibat
diabetesnya. Selain itu, pasien ini dapat memiliki prognosis yang buruk bila diabetesnya tidak
terkontrol dan telah terjadi komplikasi akibat diabetesnya yaitu retinopati diabetic. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui apakah telah terjadi
retinopati diabetic. Pemeriksaan funduskopi pada retinopati diabetic dapat ditemukan
mikroaneurisma, perdarahan retina, eksudat, neovaskularisasi retina, dan jaringan proliferasi
di retina atau badan kaca. Bila pada pasien katarak retinopati diabetic akan dioperasi katarak
dengan pemasangan IOL atau tidak (menggunakan kacamata) maka hasilnya akan sia-sia
karena tindakan operasi yang dilakukan tidak dapat meningkatkan visus. Hal ini disebabkan
karena kerusakan telah terjadi di retina.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2. Ming, Arthur. Color atlas of Opthalmology. Third edition. World science;2001.p. 51-
59.
3. Jurnalku. Faktor yang berhubungan dengan kejadian katarak. Repository. Unhas.
ac.id>handle>jurnalku/pdf. Juli 2014. Diakses pada tanggal 2 Desember 2015
4. Lang, Gerhard K. Opthalmology A Short Textbook. In: Lens. Thieme Stuttgart : New
York. 2000.p.165-179.
5. Khurana AK, editor. Comprehensive Ophthalmology. In: Diseases of the lens. 4th
Edition. New Delhi: New Age International; 2007.p.167-201.
6. Galloway NR, Galloway PH, Browning AC, editors. Common Eye Disease and Their
management. 3rd Edition. London: Springer; 2006.p.80-90.
7. Riordan P, Witcher J. In: Vaughan & Asburys General Ophtalmology 16th Edition.
London: Lange; 2007.
8. Chylack L.T, Wolfe J.K, Singer D.M dkk, The Lens Opacities Classifications System
III, Archives of Ophthalmology, Vol 111, Juni, 1993.p. 831-836
9. Olver J, Cassidy L. Cataract Assesment. In: Ophtalmology at a glance. India:
Blackwell science; 2005.p.72-77
10. Wijaya Nana. 1989. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FK Trisakti
11. Khalilullah, Said. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis. Desember
2010 . diakses dari : padmanaba.web.id/file/patologi-pada-katarak1.pdf pada
tanggal 4 Desember 2015