Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DIARE

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak
terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab
kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua
terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi
masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap
anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau
dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti
itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare
akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).

Menurut data United Nations Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3
pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak
meninggal dunia setiap tahunnya karena diare

Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung.
Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan
serius.

Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap
harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus
kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian
disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak
terkena diare.

Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan
kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan
diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.

Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan
tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu
bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan.
Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
(lifestyle.okezone.com).

Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di
Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya.
Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab
kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap
anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 2 kali per tahun

Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan
pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi
melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan
sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan
rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.
(piogama.ugm.ac.id).

Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan
adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan,
164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa

. (yankesriau.wordpress.com).

Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk
mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada beberapa
jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke
makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan
bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu.
(lovenhealth.blogspot.com).

B. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare

2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare


3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare

4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare

5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare

6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

BAB II

PEMBAHASAN

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3
kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.

Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya
inflamasi mukosa lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar
satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2. Etiologi

a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi
parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan
diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),


monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan
penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.

d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.

e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

3. Manifestasi klinis

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri
perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi
yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan
cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak
lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang
mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi
pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan
kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal
akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

4. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan tinja.

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.

Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

5. Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare.
Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti
oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan
kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS
baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena
merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus.
Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan
penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah
parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan
respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi
pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi
stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh
tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli
perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat
membasmi kuman.

Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka
pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab
pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

6. Komplikasi

Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, disritmia
jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan shock
hipovolemik.

1. Konsep Asuhan Keperawatan


1. 1. Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data
menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :

1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.

Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian


timbul diare.

Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan
konsistensi encer.

1. Riwayat kesehatan masa lalu.


Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

1. Riwayat psikososial keluarga.

Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

1. Kebutuhan dasar.

Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.

6. Pemerikasaan fisik.

a. Pemeriksaan psikologis :

keadaan umum tampak lemah, kesadaran

composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

b. Pemeriksaan sistematik :

Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.

Perkusi : adanya distensi abdomen.

Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.

d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.

e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.

1. 2. Diagnosa yang Mungkin Muncul

a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual).

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan
peristaltik usus.

c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

1. 3. Intervensi dan Rasional

Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual)

Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi

Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan

Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.


Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan
pengganti.
Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status
hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan

Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.


Menurunkan kebutuhan metabolic
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral
mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi
kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis
klien memungkinkan.
Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi
kebutuhan nutrisi klien
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja
gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju

Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri

Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung
dan kompres hangat abdomen
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan
kemampuan koping
Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan
perawatan kulit
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus
GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik
nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya
Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang
mekanisme koping yang tepat.
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien
yang anaknya mengalami masalah yang sama
Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang
yang mengalami masalah yang demikian

Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam
membantu klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan

Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang


penyakit dan perawatan anaknya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang
pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien
dan keluarga dalam proses perawatan klien
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek
samping yang mungkin timbul
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri
anaknya
Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru

Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan

Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam
perawatn yang dilakukan
Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien
Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum

1. 4. Implementasi

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan
sebelumnya.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang
belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum
teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

\
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Anak Arya

Umur : 4 bulan

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

Tanggal Masuk: 23 oktober 2010

Diagnosa medis: gastroenteritis

Nama Ayah : Tuan Endang

Umur :35 tahun

Pekerjaan : wiraswasta

Pendidikan : SMA

Suku bangsa : sunda

Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

Nama Ayah : Bu Novi

Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta

Pendidikan : SMA

Suku bangsa : sunda

Alamat : Kulim Jalan Harapan Raya

1. Keluhan Utama

Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu. BAB yang
sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya Bunda.

3. Keadaan Umum

Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar
kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB
berlendir dan berdarah serta encer.

4. Riwayat kesehatan

keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah
ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat
kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada penyakit
menular atau keturunan.

5. Riwayat Imunisasi

imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang
belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.
6. Psikososial

hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak ada
teman sebaya. karakter periang.

7. Riwayat Tumbuh Kembang

motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.

8. Jenis Kebutuhan

a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari

selama sakit ps tidak diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap
putting susu lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.

b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc
dan pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.

c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau
khas, jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas,
tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB selama
sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji. waktu
sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning
kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB
dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.

d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur
11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,

e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps
tidak bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.

9. Pemeriksaan Fisik

a. kepala :
lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut halus, warna
hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.

b. Mata :

mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m
ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..

c. Hidung :

hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak ada
kelainan, tidak ada sekret dan polip.

d. Telinga:

posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membne timpani

tidak ada peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.

e. Mulut :

simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.

f. Thorak / dada paru :

bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada simetris,
taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

g. Jantung:

iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas
jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2
terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.

h. Abdomen dan anus :

abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan asites.
Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak terdapat
massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada. Palpasi dalam
pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-
merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan hemoroid.

i. Genitalia :

simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.


j. Ektremitas dan punggung :

punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang belakang. Ekstremitas simetris,
tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak
ada keterbatasan gerak.

k. Kulit :

lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.

10. Pemeriksaan Neurologis

Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu
ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.

11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)

Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)

Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)

12. Terapi Yang Diberikan

02-11-2010 :

Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i


03-11-2010 :

Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

02-11-2010 :

Luminal 2 x 15 mg

Oralit 50 mg tiap mencret

Diit ML 700 kkal

IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

B. Analisa Data

No. Data Fokus Penyebab Masalah


1. DO: Alergi susu Diare
sapi
BAB encer, berlendir serta
berdarah
KU ps. Lemah
Bising usus 38x/menit
BAB 7-8 Perhari
TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140
x/menit, RR 46 x/menit

DS:

Keluaga mengatakan BAB


encer sudah 4 hari, jumlah
sedikit.

2. DO: ekskresi/BAB Kerusakan


sering integritas
Warna anus kemerahan kulit
Terdapat lesi disekitar anus
Frekuensi diare 7-8 x/ hari
Daerah sekitar anus lembab

DS:

Keluarga mengatakan lesi


dibagian anus sudah 2 hari.

3. Do: Kelemahan Menyusui


reflek tidak efektif
Bayi tampak malas menyusu menyusui
kepada ibunya
Reflek menyusu lemah
BB turun = 6,5 kg 6 kg dalam
3 hari
KU lemah
Ps. Hanya minum susu ASI
Hb: 9,8 gr%
Wajah bayi agak pucat

DS:

Ibunya mengataka bahwa jarang


menyusui anaknya
Ibunya mengatakan mrnyusui
anaknya tidak teratur

C. Diagnosa Keperawatan

Diare b.d Alergi susu sapi


kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

D. Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

(NOC) (NIC)
1 Diare b.d Alergi susu sapi Setelah dilakukan tidakan Fluid management
keperawatan dalam 5 x 24 jam
Ditandai dengan : eliminasi BAB dan status Timbang
hidrasi efektif. popok/pembalut jika
Keluaga diperlukan
mengatakan BAB Pertahankan catatan
encer sudah 4 hari, intake dan output
jumlah sedikit. Kriteria hasil: yang akurat
BAB encer, Monitor status
berlendir serta Tidak ada diare hidrasi (kelembaban
berdarah Konsistensi tidak cair membran mukosa,
KU ps. Lemah Ada ampas nadi adekuat,
Bising usus Tidak ada tanda-tanda tekanan darah
38x/menit dehidrasi ortostatik), jika
BAB 7-8 Perhari TTV dalam batas diperlukan
TTV: Suhu: 36,6 C, normal Monitor vital sign
Nadi 140 x/menit, Bising usus dalam Monitor masukan
RR 46 x/menit batas normal makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
Kolaborasikan
pemberian cairan
intravena IV
Monitor status
nutrisi
Dorong masukan
oral
Kontrol bising usus
Dorong keluarga
untuk membantu
pasien minum susu
Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
Berikan oralit sesuai
indikasi

2 kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tidakan Skin care


b/d ekskresi/BAB sering keperawatan dalam 5 x 24 jam
membrane mukosa dan kulit Hindari kerutan padaa
DO: kembali efektif tempat tidur

Warna anus Jaga kebersihan kulit agar


kemerahan tetap bersih dan kering
Terdapat lesi
disekitar anus Kriteria Hasil : Mobilisasi pasien (ubah
Frekuensi diare 7-8 posisi pasien) setiap dua jam
x/ hari v Integritas kulit yang baik sekali
Daerah sekitar anus bisa dipertahankan (sensasi,
lembab elastisitas, temperatur, hidrasi, Monitor kulit akan adanya
pigmentasi) kemerahan
DS:
v Tidak ada luka/lesi pada Oleskan lotion atau
Keluarga mengatakan lesi kulit minyak/baby oil pada derah
dibagian anus sudah 2 hari. yang tertekan
v Perfusi jaringan baik
Monitor status nutrisi
v Menunjukkan pemahaman pasien
dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya Memandikan pasien
sedera berulang dengan sabun dan air hangat

v Mampu melindungi kulit Jaga kulit tetap kering


dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
3 Menyusui tidak efektif b.d Setelah dilakukan tidakan Nutrition Management
Kelemahan reflek keperawatan dalam 7 x 24 jam
menyusui d.d: status nutrisi dan menyusui Kaji BB setiap hari
efektif.
Do: Kaji adanya kelemahan
Kriteria Hasil : dan kelasan bayi dalam
Bayi tampak malas menyusui
menyusu kepada Adanya peningkatan
ibunya berat badan sesuai Kaji kadar Hb
Reflek menyusu dengan tujuan
lemah malnutrisi Ajarkan ibu pentingnya
BB turun = 6,5 kg Tidak terjadi memberi susu secara teratur
6 kg dalam 3 hari penurunan berat badan
KU lemah yang berarti Kaji adanya pucat
Ps. Hanya minum Ibu mau menyusui
susu ASI anaknya dengan teratur Beritahu ibu pentingnya
Hb: 9,8 gr% Reflek menyusui anak ASI bagi bayi
Wajah bayi agak baik
pucat Hb dalam batas normal
Bayi tidak lagi malas
mengisap putting susu
Bayi tidak lagi pucat
DS:

Ibunya mengatakan
bahwa jarang
menyusui anaknya
Ibunya mengatakan
mrnyusui anaknya
tidak teratur

E. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf


Dx
/ hari
04 09.00 I Mengukur TTV S: TTD
Mengkaji keadaan
Nov. 09.10 umum ps O:
Memberikan cairan
2010 10.00 lewat infus berat popok 500
Mengukur balance gr
cairan
Mengkaji BAB TTV: S: 36,6 C
Kamis 12.00 Menimbang popok
Mengukur bising usus N:
12.30 140x/menit

12.45 RR:46
X/menit
13.00
IVFD=RL 20 tts
/ menit mikro.

Balance cairan
+150 ml

KU ps lemah

BAB encer,
berlendir, dan
berdarah

Bisisng usus =
38 x / menit
A: Diare b.d Alergi
susu sapi belum
teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan
04 09.00 II Mengkaji adnya lesi S: TTD
Mengkaji frekuensi
Nov. 09.10 diare setiap 24 jam keluaga
Mengobservasi tanda mengatakan ada lesi
2010 tanda kerusakan dibagian anus
integritas kulit
19.15 Memandikan ps O:
Melakukan verbeden
Kamis frekuensi
diare 7-8 x/ hari

terdapat
10.00 kemerahan disekitar
anus
12.00
verbeden
setiap hari

ps. Tamapk
tenag setelah
dimandikan dan
diberi lotion

A: kerusakan
integritas kulit b/d
ekskresi/BAB sering
belum teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan
04 10.00 III Mengkaji kekuatan menusui S:- TTD
pada bayi
Nov. O:
Menimbang BB
2010 12.00 Ps. Alergi susu
Mengkaji turgor kulit sapi
12.10
Mengkaji adanya alergi Diit diberikan
12.15 sesuai konsultasi ahli
Kamis Mengkaji tingkat kerajinan
12.30 ibu dalam menyusui bayinya. gizi

Memberiakn diit sesuai BB: 6 kg


indikasi
Turgor kulit
Mengukur Hb jelek
12.45
Lingkungan
nyaman selama
pemberian diit

Tidak ada
perubahan pigmen
kulit

Hb 9,8 gr%

A: Menyusui tidak
efektif b.d
Kelemahan reflek
menyusui belum
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf


Dx
/ hari
06 09.00 I Mengukur TTV S: TTD
Mengkaji keadaan
Nov. 09.10 umum ps O:
Memberikan cairan
2010 10.00 lewat infus berat popok 400 gr
Mengukur balance
cairan TTV: S: 36,8 C
Mengkaji BAB
Sabtu 12.00 Menimbang popok N: 148 x /menit
Mengukur bising
12.30 usus RR:50 x /menit
12.45 IVFD=RL 20 tts / menit mikro.

13.00 Balance cairan +170 ml

KU ps lemah

BAB encer, berlendir, dan


berdarah

Bisisng usus = 36 x / menit

A: Diare b.d Alergi susu sapi belum


teratasi

P=Intervensi dilanjutkan
06 09.00 II Mengkaji adnya lesi S: TTD
Mengkaji frekuensi
Nov. 09.10 diare setiap 24 jam keluaga mengatakan masih
Mengobservasi ada lesi dibagian anus
2010 tanda tanda
kerusakan integritas O:
19.15 kulit
Memandikan ps frekuensi diare 6-7 x / hari
Sabtu Melakukan
verbeden terdapat kemerahan disekitar
anus

10.00 verbeden setiap hari

12.00 ps. Tampak tenag setelah


dimandikan dan diberi lotion

A: kerusakan integritas kulit b/d


ekskresi/BAB sering belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
06 10.00 III mengkaji kekuatan S:- TTD
menusui pada bayi
Nov. O:
menimbang BB
2010 12.00 Ps. Alergi susu sapi
Mengkaji turgor kulit
12.10 Diit diberikan sesuai konsultasi
Mengkaji adanya alergi ahli gizi
Sabtu 12.15
Mengkaji tingkat
12.30 kerajinan ibu dalam BB: 6,1 kg
menyusui bayinya.
Turgor kulit jelek
Memberiakn diit sesuai
indikasi Lingkungan nyaman selama
pemberian diit
12.45 Mengukur Hb
Tidak ada perubahan pigmen
kulit

13.00 Hb 10,2 gr%

A: Menyusui tidak efektif b.d


Kelemahan reflek menyusui belum
teratasi

P : intervensi dilanjutkan

Tanggal Jam No. Implementasi Evaluasi Paraf


Dx
/ hari
05 09.00 I Mengukur TTV S: TTD
Mengkaji keadaan
Nov. 09.10 umum ps O:
Memberikan cairan
2010 10.00 lewat infus berat popok 350 gr
Mengukur balance
cairan TTV: S: 36,5 C
Mengkaji BAB
Jumat 12.00 Menimbang popok N: 140 x /menit
Mengukur bising
12.30 usus RR: 46 x /menit

12.45 IVFD=RL 20 tts / menit mikro.

13.00 Balance cairan +170 ml

KU ps lemah

BAB encer, berlendir, dan


berdarah

Bising usus = 32 x / menit


A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
teratasi

P=Intervensi dilanjutkan
05 09.00 II Mengkaji adnya lesi S: TTD
Mengkaji frekuensi
Nov. 09.10 diare setiap 24 jam keluaga mengatakan masih
Mengobservasi ada lesi dibagian anus
2010 tanda tanda
kerusakan integritas O:
19.15 kulit
Memandikan ps frekuensi diare 5 x / hari
Jumat Melakukan
verbeden terdapat kemerahan disekitar
anus

10.00 verbeden setiap hari

12.00 ps. Tampak tenag setelah


dimandikan dan diberi lotion

A: kerusakan integritas kulit b/d


ekskresi/BAB sering belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
05 10.00 III mengkaji kekuatan S:- TTD
menusui pada bayi
Nov. O:
menimbang BB
2010 12.00 Ps. Alergi susu sapi
Mengkaji turgor kulit
12.10 Diit diberikan sesuai konsultasi
Mengkaji adanya alergi ahli gizi
Jumat 12.15
Mengkaji tingkat BB: 6,3 kg
12.30 kerajinan ibu dalam
menyusui bayinya. Turgor kulit jelek

Memberiakn diit sesuai Lingkungan nyaman selama


indikasi pemberian diit

12.45 Mengukur Hb Tidak ada perubahan pigmen


kulit

Hb 10,7 gr%
13.00
A: Menyusui tidak efektif b.d
Kelemahan reflek menyusui belum
teratasi

P : intervensi dilanjutkan

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Sesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya dengan
Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut :

No. Data Senjang Penyebab Masalah


1. DO: Alergi susu Diare
sapi
BAB encer, berlendir serta
berdarah
KU ps. Lemah
Bising usus 38x/menit
BAB 7-8 Perhari
TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140
x/menit, RR 46 x/menit

DS:

Keluaga mengatakan BAB


encer sudah 4 hari, jumlah
sedikit.

2. DO: ekskresi/BAB Kerusakan


sering integritas
Warna anus kemerahan kulit
Terdapat lesi disekitar anus
Frekuensi diare 7-8 x/ hari
Daerah sekitar anus lembab

DS:

Keluarga mengatakan lesi


dibagian anus sudah 2 hari.

3. Do: Kelemahan Menyusui


reflek tidak efektif
Bayi tampak malas menyusu menyusui
kepada ibunya
Reflek menyusu lemah
BB turun = 6,5 kg 6 kg dalam
3 hari
KU lemah
Ps. Hanya minum susu ASI
Hb: 9,8 gr%
Wajah bayi agak pucat

DS:

Ibunya mengatakan bahwa


jarang menyusui anaknya
Ibunya mengatakan mrnyusui
anaknya tidak teratur

Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.

B. Diagnosa Keperawatan

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6 diagnosa.
Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini.
Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu:

1. Diare b.d Alergi susu sapi

Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.

2. kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering


Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda

3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur

C. Perencanaan

1. Intervensi Fluid management diangkat diharapkan eliminasi BAB dan status hidrasi
bias efektif

1. Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif

3. Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui


efektif.

1. Implementasi

1. Diare b.d Alergi susu sapi

1. Mengukur TTV

2. Mengkaji keadaan umum ps

3. Memberikan cairan lewat infus

4. Mengukur balance cairan

5. Mengkaji BAB

6. Menimbang popok

7. Mengukur bising usus

2. kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

1. Mengkaji adnya lesi

2. Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam

3. Mengobservasi tanda tanda kerusakan integritas kulit

4. Memandikan ps
5. Melakukan verbeden

3. Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

1. mengkaji kekuatan menusui pada bayi

2. menimbang BB

3. Mengkaji turgor kulit

4. Mengkaji adanya alergi

5. Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.

6. Memberiakan diit sesuai indikasi

7. Mengukur Hb

Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa
intervensi yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola
pasien.

E. Evaluasi

Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari
kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompok lakukan pada An. A dengan
Gastroenteritis diruangan Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu:

Diare b.d Alergi susu sapi


kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui

Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan, kelompok dapat


melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kelompok bekerjasama dengan klien, keluarga, dan perawat ruangan. Selain itu,
implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas ruangan perawatan
klien.

B. Saran

Bagi Institusi

Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah dalam pembuatan
tugas.

Bagi Rumah Sakit

Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan keperawatan yang
mengacu pada standar SNL (Standard Nursing Language) yang dianjurkan oleh NANDA.

DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC,
Jakarta

Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.

Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company,
USA.

NIC (Nursing Intervention Classification)

NOC (Nursing Outcomes Classification)

NANDA

Anda mungkin juga menyukai