Cedera pada kepada dapat dikelompokkan menjadi dua kategori berdasarkan mekanisme
bagaimana cedera itu dihasilkan : cedera langsung (impact injuries) dan cedera akselerasi
atau deselerasi.
Cedera langsung disebabkan ketika objek memukul atau dipukul oleh kepala. Cedera ini
memiliki efek lokal dari kontak antara kepala dan objek. Biasanya, cederanya adalah :
Cedera jaringan lunak : laselerasi, abrasi dan kontusio dari kulit kepala
Kontusio otak
Epidural hematoma
Perdarahan intraserebral
Cedera akselerasi atau deselerasi terjadi karena pergerakan tiba-tiba dari kepala akibat
benturan, menghasilkan resultan tekanan intrakranial positif yang mengakibatkan kekuatan geser
dan kekuatan tarik pada otak. cedera ini biasaya mengakibatkan : (1) Subdural hematoma dan (2)
Subdural hematoma terjadi karena robekan pada bridging vein subdural; diffuse axonal
injury terjadi karena cedera pada axon. secara teori, cedera langsung tidak berhubungan dengan
produksi dari cedera ini; hanya rotasi angular tiba-tiba dari kepala. Dalam situasi yang ditemui
oleh patologis forensik, cedera akselerasi atau deselerasi dari otak melibatkan cedera langsung.
Cedera Langsung (Impact Injury)
Ketika kepala mengalami trauma, cedera yang biasanya terjadi di kulit kepala adalah
laserasi, kontusio atau abrasi. Laserasi dapat menghasilkan pendarahan yang hebat karena kulit
kepala memiliki vaskularisasi yang banyak. Biasanya kondisi ini tidak mengancam nyawa.
cedera yang dapat terjadi selanjutnya adalah fraktur tulang tengkorak. Secara umum,
kapanpun ketika kepala mengalami trauma oleh obyek yang memiliki area permukaan datar yang
luas, tengkorak akan meratakan permukaannya untuk menyesuaikan dengan bentuk dari
permukaan obyek tersebut. Ketika tengkorak mendatar dan membengkok kedalam, area yang
berbatasan dengan lokasi trauma akan membengkok keluar karena adanya deformasi gelombang,
dengan area sentral yang membengkok ke dalam dan area perfier akan membengkok keluar
(Gambar 6.1). Pembengkokan keluar ini dapat terjadi pada jarak yang memungkinkan dari titik
benturan. Jika fraktur pada tengkorak terjadi, fraktur tidak akan mulai pada titik dari benturan,
tetapi pada titik dari pembengkokan keluar. Fraktur linear dimulai dari permukaan eksternal dari
tengkorak dengan kekuatan yang dihasilkan oleh pembengkokan keluar dari tulang. Setelah
pembengkokan kedalam, tengkorak akan mencoba untuk kembali ke konfigurasi normal. Ketika
terjadi pembengkokan kedalam dari tengkorak, garis fraktur akan memanjang dari lokasi awal
mula fraktur menuju ke area dari benturan, dan juga ke arah yang berlawanan. Garis fraktur bisa
Pada trauma kepala, derajat deformitas tengkorak, pembentukan fraktur dan adanya
Bentuk, berat dan konsistensi dari objek yang membentur atau terbentur oleh kepala
Kecepatan dari pukulan yang terjadi atau kepala membentur suatu objek
Jumlah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan fraktur linear tunggal dari trauma
dengan kecepatan rendah bergantung pada apakah kepala membentur permukaan yang keras atau
relatif pada permukaan yang lunak. permukaan obyek yang lebih lunak, akan mengirimkan
proporsi energi benturan ke permukaan dengan terjadi deformitas pada permukaan yang kena
benturan, sehingga menyebabkan penurunan jumlah energi yang menyebabkan cedera kepala.
Pada kasus permukaan yang keras, seperti pelat baja, dimana secara esensial tidak ada energi
yang akan dikirimkan pada permukaan yang terkena benturan, ini membutuhkan setidaknya
33.3-75 ft lb untuk menghasilkan fraktur linear tunggal. Energi ini akan diabsorbsi dalam 0.0012
s. 0.0006 s pertama yang digunakan untuk merusak dan menkompresi kulit kepala dan sisa
0.0006 s digunakan untuk merusak tulang. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan
fraktur linear multipel atau fraktur stelata hampir identik dengan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan fraktur linear tunggal, hanya sedikit peningkatan yang dibutuhkan. Pada
kenyataannya, jumlah yang sama dari kekuatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan fraktur
linear tunggal dapat menghasilkan fraktur stelata pada area lain dari tengkorak. Kecepatan dari
kepala pada waktu benturan hampir mendekati 20 ft/s atau 13.5 mph
Ketika kepala mengalami trauma oleh objek yang dapat berubah bentuk, tidak semua
energi akan dimiliki oleh baik objek atau kepala akan tersedia untuk deformitas dari tengkorak.
Pada benturan, objek akan cenderung untuk melekuk sehingga akan membungkus dirinya
disekitar kepala. Sehingga, energi yang terkirim tidak hanya pada fokus yang terlokalisasi tetapi
ini akan menyebar ke area lain yang tersedia, menurunkan kemungkinan fraktur tengkorak.
Fraktur linear atau comminuted dari tengkorak dihasilkan oleh benturan kepala dan biasanya
pada objek yang lembut dan fleksibel, seperti panel instrumen dari kendaraan bermotor, yang
membutuhkan level energi kinetik benturan diantara 268 dan 581 ft lbs. Kecepatan benturan
berkisar dari 43 ft/s (29 mph) hingga 65 ft/s (45 mph). Pada satu tes, benturan di kepala manusia
dengan energi 577 ft lb tidak akan menimbulkan fraktur. Fraktur yang dihasilkan dengan
benturan dikepala pada permukaan keras (dimana 33.3 hingga 75 ft lb energi dibutuhkan untuk
fraktur dari tengkorak) pada dasarnya identik untuk fraktur yang dihasilkan dengan kepala
membentur permukaan dan membutuhkan 268 hingga 581 ft lb untuk menimbulkan fraktur.
Sehingga, besarnya energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan fraktur tengkorak hampir
mendekati 33.3 hingga 75 ft lb, dengan energi lainnya digunakan untuk merusak dan
membengkokkan objek.
Pada satu titik yang mana telah diperbincangkan oleh beberapa narasumber dan harus
diulangi yaitu tidak adanya hubungan absolut antara keparahan dari cedera otak dan produksi
dari fraktur linear tengkorak. Fraktur tengkorak dapat terjadi tanpa cedera otak yang signifikan
atau yang dapat dikenal atau dengan adanya perburukan dari kesadaran. Kebalikannya, kematian
mungkin dapat terjadi dari cedera otak yang ekstensif tanpa adanya fraktur tengkorak.
Fraktur linear tunggal biasanya dapat dilihat pada benturan dengan kecepatan yang
lambat dengan kontak area yang luas antara kepala dan objek yang membentur. Contohnya
adalah jatuh ke trotoar. peningkatan kecepatan dan kekuatan, akan menyebabkan fraktur
sirkular yang komplit atau inkomplit yang mengelilingi titik benturan (Gambar 6.2). Fraktur ini
akibat dari patahnya permukaan eksternal tulang pada tepi area yang membengkok ke dalam,
karena pembengkokan ke dalam yang ekstrim pada waktu benturan. Jika kecepatan dan energi
dari benturan meningkat, akan terjadi fraktur stelata, dimana terjadi depresi tulang pada titik
pusat benturan. Pembengkokan kedalam yang berat pada lokasi benturan akan menghasilkan
fraktur pada permukaan dalam yang akan menyebar dari pusat lokasi benturan. Fraktur yang
dihasilkan dari pembengkokan keluar tulang pada lokasi perifer area benturan, yang muncul pada
permukaan luar tengkorak, akan meluas kearah pusat benturan dan bergabung dengan fraktur
yang menyebar dari pusat benturan. Fraktur sirkular dapat terjadi pada pertemuan dari tulang
yang membengkok kedalam pada permukaan eksternal (Gambar 6.2). Garis fraktur yang
konsentrik atau sirkular mungkin menjadi inkomplit karena garis tersebut berhenti pada fraktur
linear, yang menunjukkan bahwa fraktur linear akan mendahului fraktur konsentrik.
Fraktur depresi tengkorak terjadi ketika tengkorak dipukul dengan objek yang memiliki
jumlah energi kinetik yang relatif besar tetapi dengan permukaan objek pemukul yang kecil, atau
ketika objek dengan jumlah energi kinetik yang besar membentur hanya pada area kecil dari
tengkorak. Kulit kepala tidak signifikan dalam mempengaruhi terjadinya cedera tengkorak.
fraktur depresi memungkinkan adanya fragmentasi pada titik benturan. Fraktur depresi terjadi
akibat gagalnya permukaan dalam tengkorak untuk membengkok kedalam. Contoh dari tipe
fraktur ini adalah fraktur depresi sirkular dari benturan palu (Gambar 6.3). Disini tidak ada
fraktur linear yang memancar ke atau dari depresi sirkular tengkorak. Bisa juga terjadi fraktur
depresi di sebelah luar dengan bagian sebelah dalam yang intak jika tidak ada energi yang cukup.
Fraktur pada sebelah luar biasanya lebih besar daripada fraktur yang terjadi pada sebelah dalam.
Kebanyakan fraktur depresi disertai dengan laserasi dari kulit kepala. Epilepsi adalah komplikasi
Trauma kepala dapat menghasilkan fraktur basis cranii yang mungkin meluas ke regio temporal
atau basis dari tengkorak. Pukulan pada regio oksipital akan menghasilkan fraktur linear pada
fossa posterior; pukulan pada regio temporo-parietal akan terjadi fraktur yang melalui tulang
temporal ke dasar dari tengkorak; dan pukulan pada mid frontal akan menghasilkan fraktur yang
Fraktur basis cranii sering terjadi pada ilmu kedokteran forensik. Basis kranii memiliki
konstruksi dan bentuk yang iregular. Hal ini menyebabkan benturan apapun yang difus pada
vertex tengkorak kemungkinan besar akan menghasilkan fraktur basis kranii. Fraktur dapat
terjadi di anterior-posterior, posterior-anterior, sisi ke sisi dan kombinasi apapun dari tiga hal ini.
Fraktur basis cranii bisa tidak ditemukan pada X ray tengkorak. fraktur basis memungkinkan
terjadi pasase intrakranial dari nasogastric tube atau nasophrayngeal airway dapat terjadi.
Hinge fracture adalah fraktur transversum dasar tengkorak yang membagi dasar
tengkorak menjadi dua, yang akan membentuk hinge. Fraktur tersebut dibagi dalam tiga
kategori (Gambar 6.4 (A)). Tipe I mulai dari coronal plane, membentang dari ujung lateral dari
satu petrous ridge, melalui sella turcica, ke ujung lateral dari petrous ridge kontralateral. Tipe II
berjalan dari depan kontralateral, melewati sella turcica. Tipe III berjalan dari sisi coronal plane
tetapi tidak melewati sella turcica. Tipe I dari hinge fracture adalah bentuk yang paling sering
dari fraktur transversum dari dasar tengkorak. Fraktur tersebut dianggap berasal dari benturan
pada sisi kepala dan lebih sedikit dari benturan pada ujung dagu.
Fraktur cincin adalah fraktur sirkular dari dasar tengkorak yang mengelilingi foramen
magnum. Biasanya, garis fraktur dimulai dari sella turcica sebagian turun ke petrous ridge,
sebelum berbalik ke posterior dan kemudian ke medial, dan bergabung dengan fossa posterior,
mendekati foramen magnum (Gambar 6.4 (B)). Fraktur tersebut bisa akibat dari trauma pada atas
kepala yang akan mendorong tengkorak ke dalam kolumna vertebralis sehingga tengkorak jatuh
ke bawah dan mendorong tulang belakang ke dalam tengkorak, dengan trauma pada ujung dagu.
Pada fraktur cincin dengan trauma pada ujung dagu, kebanyakan ada laserasi pada dagu.
Walaupun kekuatan dari benturan ditransmisikan melalui mandibula ke dasar tengkorak, fraktur
dari mandibula tidak terjadi. Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak kekuatan yang
basal.
Pada tengkorak dimana sutura belum obliterasi sempurna, garis sutura merupakan area
yang lemah sehingga menyebabkan fraktur (fraktur diastatik). fraktur diastatik dapat dihasilkan
oleh edema cerebri yang berat pada bayi dan anak-anak.(Gambar 6.5).
otak, dengan titik benturan pada lokasi tengkorak yang berlawanan. Pada sebuah studi, dari 171
kasus kematian akibat trauma cranio-cerebral karena jatuh, Hein dan Schulz menemukan bahwa
fraktur contre-coup pada fossa cranii anterior terjadi pada 12 % kasus. Seluruh kasus memiliki
Perdarahan Epidural
Dura adalah membran abu-abu dari jaringan ikat yang terletak di permukaan dalam
tengkorak. Arteri berada di sepanjang permukaan dalam dura pada tempatnya dalam tengkorak.
Ruang potensial antara tengkorak dan dura adalah ruang epidural, sedangkan ruang subdural
berada di antara dura dan otak. Otak, ditutupi oleh dua membran yang tipis dan transparant :
piameter, dan araknoid di sebelah luar. Ruang subaraknoid berada di antara araknoid dan
membran pial. Ruang subarakhnoid dan ruang subdural mengandung cairan. Cairan pada ruang
subaraknoid adalah cairan cerebrospinal, yang dihasilkan oleh pleksus koroid yang akan
Epidural hematoma (EDH) adalah cedera trauma primer. biasanya terjadi pada kasus
jatuh dan kecelakaan lalu lintas. EDH jarang terjadi pada orang tua dan anak yang sangat muda
(kurang dari dua tahun) karena adanya hubungan yang kuat antara dura dan tengkorak pada dua
kelompok umur ini. Epidural hematoma disebabkan oleh trauma pada tengkorak dan pembuluh
darah meningeal (biasanya arteri). Pada trauma, tengkorak akan membengkok kedalam, dengan
pengupasan pada dura dan laserasi dari pembuluh darah meningeal. Fraktur biasanya ada pada
Area avulsi dura diperpanjang oleh perdarahan arteri yang akan melepaskan dura dari
tulang, yang sehingga terjadi akumulasi darah. sistem vena cenderung tidak memiliki cukup
tekanan untuk melepas dura dari tulang sehingga jarang terjadi EDH akibat cedera vena.
Epidural hematoma sering berhubungan dengan fraktur. Ini biasanya terjadi pada anak-anak
karena tulang yang sangat elastis, sehingga dura dapat lepas dari tulang tanpa fraktur. Pada
Epidural hematoma memiliki gambaran yang tebal dan disk shaped (Gambar 6.11 (B,C)).
EDH sebenarnya selalu unilateral. Kebanyakan epidural hematoma disebabkan oleh fraktur pada
tulang squamous-temporal, dengan laserasi pada arteri meningea media (Gambar 6.11 (A)).
Jarang ada laserasi pada arteri meningea anterior dan posterior dengan masing-masing hematoma
frontotemporal dan parieto-oksipital. Epidural hematoma yang disebabkan oleh kerusakan vena
merupakan akibat dari cedera pada vena diploic, vena meningea media dan dural sinus.
Gejala dari epidural hematoma biasanya terjadi 4-8 jam setelah cedera. Ada interval lucid
sebelum muncul gejala yang berat pada hampir sepertiga dari pasien. Biasanya, seorang individu
akan terjadi epidural hematoma dengan cepat sehingga kematian akan terjadi dalam 30 menit.
Kematian disebabkan oleh kompresi brain stem oleh pergeseran otak. fraktur yang besar,
Epidural hematoma kronik jarang terjadi. EDH kronik menghasilkan gejala dalam
periode waktu yang lama. Lesi ini mungkin asimptomatik untuk beberapa hari dan kemudian
secara tiba-tiba menimbulkan kematian. Maka dapat diduga bahwa epidural kronik biasanya
berhubungan dengan robekan vena dibandingkan arteri. Biasanya, tidak ada titik pendarahan
yang ditemukan. Gejala biasanya muncul mulai saat waktu terjadinya trauma, walaupun
mungkin sangat minimal, seperi sakit kepala atau muntah. Perasaan mengantuk dapat terjadi.
Epidural hematoma kronik bisa berhubungan dengan fraktur dari tengkorak. EDH kronik sering
ditemukan pada anak-anak yang berusia tua dan dewasa muda karena dura dapat dilucuti dari
tengkorak pada individu ini. Biasanya, epidural hematoma dipertimbangkan sebagai kasus kronik
ketika gejala muncul lebih dari 48-72 jam dari saat terjadi cedera hingga terdiagnosis. Pada
Cedera akselerasi/deselerasi
Cedera akselerasi atau deselerasi terjadi karena adanya pergerakan tiba-tiba dari kepala
setelah cedera, dengan resultan tekanan intrakranial positif sehingga otak mengalami kekuatan
geser dan kekuatan tarik. Dua tipe cedera yang biasanya dihasilkan adalah : subdural
hematoma dan diffuse axonal injury. Subdural hematoma (SDH) terjadi karena robekan pada
vena jembatan subdural (bridging veins); diffuse axonal injury terjadi karena cedera pada axon.
Secara teori, benturan tidak diperlukan untuk produksi dari cedera ini, hanya rotasi angular yang
tiba-tiba dari kepala. Pada situasi yang dijelaskan oleh patologis forensik, cedera akselerasi atau
deselerasi dari otak melibatkan trauma.
Kekuatan trauma pada kepala dapat menghasilkan akselerasi linear, akselerasi rotasional
(angular) atau kombinasi dari keduanya. Pada akselerasi linear, kekuatan akan melalui pusat
dari kepala sehingga akselerasi kepala terjadi pada garis lurus. Pada akselerasi rotasional atau
angular, kekuatan tidak melewati pusat dari kepala, kemudian kepala akan berotasi pada
pusatnya. Benturan pada depan dan belakang dari kepala akan menghasilkan akselerasi linear
dimana pada sisinya akan menghasilkan kombinasi dari linear dan angular. Kombinasi dari
akselerasi linear dan angular dari kepala pada coronal plane lebih menyebabkan cedera pada
otak dibandingkan akselerasi yang sama pada sagital plane (benturan frontal) dimana akselerasi
Subdural hematoma
Subdural hematoma (SDH) adalah cedera yang paling sering terjadi yang berhubungan
dengan trauma pada kepala (Gambar 6.12). Mortalitas yang tinggi berhubungan dengan subdural
hematoma karena adanya kerusakan pada otak. Karena sebagian besar dari hematoma subdural
terjadi karena jatuh, maka biasanya ditemukan kontusio contrecoup yang berhubungan dengan
subdural hematoma. Tidak seperti epidural hematoma, subdural hematoma biasanya tidak sering
berhubungan dengan fraktur pada tengkorak dan dapat terjadi tanpa kontusio cerebral atau cedera
otak lainnya. Subdural hematoma lebih sering terjadi pada orang tua dan alkoholik.
Secara klinik, biasanya 72 % dari seluruh subdural hematoma terjadi karena jatuh dan
usaha pembunuhan, dengan kecelakaan lalu lintas (KLL) hanya 24 %. Ini berkebalikan dengan
diffuse axonal injury, dimana hampir 89% kasus akibat KLL dan hanya 10 % disebabkan oleh
akut bermanifestasi secara klinis dalam 72 jam setelah cedera; subakut antara 3 hari dan 2 3
minggu, dan kronik lebih dari 3 minggu setelah cedera. Subdural hematoma disebabkan oleh
regangan dan robekan pada parasagittal bridging vein yang mendapat aliran dari hemisfer
cerabral lalu bermuara ke sinus duramater. Cedera ini terjadi setelah kepala membentur
permukaan yang keras dan otak mengalami akselerasi. Akselerasi yang cepat menyebabkan
robekan pada bridging vein. Akselerasi atau deselerasi yang lebih cepat dalam waktu yang lebih
singkat akan lebih sering menyebabkan subdural hematoma dibandingkan diffuse axonal injury.
Alasan mengapa subdural hematoma jarang terjadi pada KLL daripada diffuse axonal injury,
adalah bahwa pada KLL, kepala biasanya akan terbentur permukaan yang menyerap energi,
sehingga akan memperpanjang interval waktu dimana akselerasi atau deselerasi terjadi. Ini akan
menurunkan probabilitas dari terjadinya subdural hematoma, karena ini membutuhkan akselerasi
atau deselerasi yang besar dalam waktu yang singkat. Ini terjadi, namun, akan mempresdiposisi
Bagian yang mematikan yang berhubungan dengan subdural hematoma adalah karena
cedera di parenkim cerebral dengan kekuatan akselerasi/ deselerasi yang sama yang mana akan
menghasilkan subdural hematoma yang akut. Kekuatan akselerasi atau deselerasi juga dapat
menginduksi cedera otak dari tipe diffuse axonal injury. Keparahan dari cedera ini akan
berbeda dari hal yang dapat dipulihkan, terlepas dari subdural hematoma, kematian dapat
terjadi.
Tidak ada hubungan yang konsisten antara adanya fraktur atau lokasi dari fraktur
tengkorak dan ada tidaknya subdural hematoma. Fraktur mungkin saja berada pada lokasi yang
sama atau kontralateral dari hematoma atau mungkin bahkan tidak ada (yang mana lebih sering
terjadi pada individu yang lebih tua). Subdural hematoma mungkin pada lokasi yang sama atau
kontralateral pada titik dari benturan atau bilateral. Subdural hematoma dapat terjadi tanpa
cedera kepala yang nyata atau dengan cedera yang sangat minor pada orang tua dan pada
individu dengan penggunaan antikoagulan atau yang memiliki pendarahan diskrasia. Biasanya,
aneurisma cerebral atau pendarahan intracerebral akan ruptur ke dalam ruang subdural, yang
Pada subdural hematoma, onset dari gejala biasanya cepat. Pada individu yang tua, gejala
akan berkembang dalam beberapa hari. Mereka mungkin akan terjadi kekambuhan sekunder
gejala ketika perdarahan terjadi kembali. Pada orang dewasa, perkembangan yang cepat (akut)
dari subdural hematoma akan dapat mengancam nyawa ketika perdarahan mencapai sekitar 50
mL. Dengan pendarahan yang lambat, subdural hematoma yang lebih besar dapat ditoleransi
tanpa adanya gejala atau efek samping yang serius. Pada bayi, volume yang kecilpun dapat
mengancam nyawa. Perdarahan yang baru ke dalam subdural hematoma yang lama dapat terjadi.
Ini dapat terjadi secara spontan atau hasil dari trauma baru dari kepala. Ini berasal dari
pembuluh darah sinusoida pada neomembran luar yang terbentuk selama pembentukan awal dari
hematoma. Perkembangan yang cepat dari subdural hematoma dengan pergeseran massa otak
dengan atau tanpa edema cerebri generalisata akan menyebabkan kompresi pada batang otak dan
terbentuknya perdarahan sekunder (perdarahan Duret). Hal ini dapat terbentuk dalam 30 menit
Pada subdural hematoma, darah akan menekan dari puncak dan kedalaman dari gyrus
sehingga belokan dari cerebral akan menekan kontur normal mereka. Namun, hematoma akan
menyebabkan pergeseran dari hemisfer cerebral dengan pendataran dari pembelokkan dari
hemisfer yang berlawanan dimana mereka tertekan melawan dura dan tulang. Jika pendarahan
berulang terjadi di dalam kantong yang dibentuk oleh subdural hematoma, pembelokkan dari
lokasi pendarahan akan menjadi mendatar dimana membran fibrosa akan menekan puncak dari
gyrus.
Jika seseorang tidak langsung meninggal akibat subdural hematoma, hematoma secara
perlahan dilapisi kapsul oleh sel dura. Araknoid tidak berperan dalam pengkapsulan. Oleh karena
itu, kapsul yang menempel pada dura dan bukan araknoid. Ketika terbentuk, kantong darah akan
menekan gyrus, dan menyebabkan deformitas pada permukaan otak dibawahnya. Tetapi tidak
ada pergeseran dari hemisfer ke sisi berlawanan. Dimana ini ditemukan pada non organized
subdural memiliki kapasitas absorbsi yang terbatas, sehingga subdural hematoma akan dibuang
oleh suatu proses yang diinisiasi oleh dura. Untuk beberapa hari pertama pada perdarahan
subdural, bekuan darah tidak melekat pada dura. Sekitar 4 - 5 hari, bekuan darah akan mulai
Sekitar 24 jam setelah pembentukan dari subdural hematoma, lapisan dari fibrin akan
berdeposit di dalam dura dibawah subdural hematoma. Aktivitas fibroblastik dimulai pada
bagian pertemuan dengan dura selama 36 jam setelah lapisan fibroblas, dan ketebalan mencapai
2 - 5 sel yang muncul setelah 4 - 5 hari. Invasi subdural hematoma oleh pembuluh kapiler dan
fibroblas muncul dalam 5 10 hari. Hemosiderin-laden macrophages akan jelas ada. Eritrosit
akan mulai ada. Dalam 8 hari, ketebalan membran sel 12 14 sel akan terjadi di dalam dura.
Neokapiler di dalam membran adalah sumber dari perdarahan berulang ke dalam subdural
hematoma. Permukaan araknoid dari subdural hematoma biasanya hanya akan dilapisi oleh fibrin.
Membran yang menutupi permukaan araknoid dari hematoma akan mulai terbentuk dalam waktu
14 hari, dimana membran dura meliputi sepertiga hingga setengah dari ketebalan dura. Dalam 3
4 minggu setelah cedera, hematoma akan ditutupi oleh membran jaringan fibrosa yang akan
tumbuh kedalam dari ujung bekuan. Dalam 4 5 minggu, membran araknoid akan mengisi
separuh dari ketebalan dari dura, dengan permukaan dura yang sama dengan ketebalan dari dura.
Bekuan akan menjadi cair sempurna dan hemosiderin-laden macrophages akan ada di dalam
membran. Pada 1 3 bulan, membran akan mengalami hialinisasi pada aspek luar dan dalam,
dengan kapiler yang besar akan menginvasi bekuan. Ini akan menyebabkan resorbsi komplit,
dengan hanya menyisakan membran yang berwarna keemasan yang berikatan dengan dura.
Beberapa individu tidak akan mengalami gejala yang signifikan dari subdural hematoma
untuk beberapa minggu hingga bulan setelah terjadi cedera kepala. Hematoma yang terus
bertambah adalah subdural hematoma kronik. Pada keadaan ini, SDH akut tidak semakin
mengecil maupun direabsorbsi, tetapi semakin membesar. Ini akan berkelanjutan hingga
Korban dari subdural hematoma kronik cenderung baik bayi dengan usia lebih kecil dari
6 bulan atau pada orang tua. Keduanya memiliki kavitas kranial yang akan dapat
mengakomodasikan akumulasi yang lambat dari kuantitas darah yang besar. Pada kasus bayi, ini
terjadi karena fusi yang tidak komplit dari bony plates, pada orang tua, terjadi peningkatan ruang
intrakranial karena atrofi dari otak. Pada bayi, subdural hematoma kronik akan menyebabkan
pembesaran dari kepala. Orang tua dengan subdural kronik biasanya cenderung pengkonsumsi
alkohol. Karena waktu yang panjang dari trauma dan gejala, pada presentase signifikan pada
individu dengan subdural hematoma kronik, tidak ada riwayat trauma yang dapat didapatkan.
Etiologi dari subdural hematoma kronik biasanya terjadi karena pendarahan berulang dari
pembuluh darah sinusoidal berdinding tipis pada neo-membran dari subdural hematoma akut.
Lee et al, namun, merasakan bahwa banyak dari subdural kronik berasal dari subdural hygroma.
Subdural hygroma adalah akumulasi dari cairan spinal ke dalam ruang subdural.
Trauma dari otak menyebabkan efusi dari cairan spinal melalui araknoid, dengan perkembangan
menjadi hygroma. Jumlah yang kecil dari pendarahan juga dapat terjadi, yang memberikan
cairan yang berwarna xanthochromic. Hygroma dapat juga berkembang menjadi meningitis. Jika
hygroma, selain dapat direabsorbsi, akan terus berkembang, ini akan menghasilkan efek
Pendarahan subaraknoid traumatik pada dasar dari otak dapat disebabkan oleh laserasi
pada arteri karotis internal, vertebral atau basilar. Cedera ini dapat dengan cepat menjadi fatal.
Hiperekstensi dapat menyebabkan pendarahan karena laserasi dari basal atau arteri vertebral.
Pukulan pada wajah dapat menyebabkan laserasi pada arteri karotis internal atau pembuluh darah
dalam sirkulus Willisi. Pukulan pada leher dapat menyebabkan laserasi pada arteri vertebra
yang terlihat pada trauma diotak. Seperti pada kasus dimana kepala individu dipukul berulang
dengan laras senapan, dengan laserasi resultan multipel di kulit kepala tetapi tidak ada fraktur
pada tengkorak. Otak menunjukkan pendarahan subaraknoid masif, tetapi tidak ada kontusio atau
laserasi. Pendarahan subaraknoid ini sendiri dapat menyebabkan kematian yang mana
diilustrasikan kematian mengikuti adanya ruptur pada aneurisma atau laserasi dari arteri
vertebral. Dimana kebanyakan pendarahan subaraknoid berasal dari pembuluh darah vena,
kadang-kadang kasus disebabkan oleh laserasi dari arteri vertebral atau satu dari arteri basilar
dari otak.
Ini mungkin untuk memiliki cedera masif ke otak dengan pendarahan subaraknoid fokal
minor, terutama jika kematian terjadi cepat. Ini terutama sering terlihat pada kasus dengan cedera
mutilasi masif dari kepala, seperti ketika individu lompat ke tanah. Ada fraktur tengkorak yang
masif, gaping dan compound, dengan avulsi yang partial atau mungkin komplit dari otak. Otak
mungkin menunjukkan pendarahan subaraknoid dan tidak ada kontusio. Tidak adanya kontusio
pada kasus ini biasa terjadi. Pada satu kasus, seorang individu dengan kepala yang terkena
pemukul baseball didepan sejumlah saksi. Otaknya menunjukkan secara virtual tidak ada
pendarahan subaraknoid dan tidak ada kontusio, walaupun ada laserasi yang ekstensif. Tidak
adanya pendarahan yang mengikuti laserasi ke otak telah dilaporkan dalam waktu 1 tahun setelah
cedera, dan ini kemungkinan terjadi karena spasme pembulih darah dalam jangka waktu lama.
komunikatif karena kurangnya reabsorbsi dari cairan serebrospinal dibandingkan produksi. Ini
karena pendarahan subaraknoid menyebabkan scar pada arachnoid villi, dimana ini akan
dengan lisis dari sel darah, kehilangan integritas vaskular, dan kebocoran darah ke dalam ruang
proses dari pembuangan otak. Pada kasus ini, pada proses pada saat pembuangan dari tempurung
tengkorak, vena cerebral dan araknoid akan robek, dengan difusi dari darah ke dalam ruang
subaraknoid pada aspek posterior (dependen porsi) dari hemisfer cerebral dan cerebellum. Ketika
pendarahan ini biasanya sangat minor, jika otak tidak dibuang dari kavitas cranial dengan cepat
tetapi dibiarkan terlebih dahulu, kuantitas dari pendarahan subaraknoid mungkin akan
berakumulasi.
Trauma tumpul pada leher dapat menyebabkan cedera berat pada arteri verterbral.
Sepertiga atas dari regio cervical adalah area dimana arteri vertebral yang paling rentan terkena
trauma. Dua tipe dari trauma dapat menyebabkan. Pada kasus yang paling sering terjadi, ada
diseksi yang diinduksi oleh trauma pda dinding pembuluh darah, sepanjang dari panjang arteri
vertebral, dengan ruptur ke dalam ruang subaraknoid pada dasar dari otak (Gambar 6.14). Tipe
kedua dari cedera juga melibatkan diseksi tetapi daripada ruptur dari dinding pembuluh darah,
ada trombosis pada lumen dengan infark pada jaringan otak. Opeskin dan Burke melaporkan 25
kasus dari trauma arteri vertebral. Pada 19 kasus, ada terjadi ruptur dengan pendarahan
subaraknoid, sedangkan 4 kasusnya, ada trombosis dengan iskemik. Sisa dua kasus juga terjadi