Anda di halaman 1dari 2

Cara Penentuan Aspek Morfometri DAS secara Sederhana

Hidrologi pada dasarnya dapat diamati dengan menggunakan Daerah Aliran Sungai (DAS)
sebagai satuan pemetaannya. Dengan teknologi penginderaan jauh, maka pengamatan DAS dapat
lebih mudah diamati, dan juga meringankan pekerjaan, biaya, dan tenaga. DAS tidak dapat
dilepaskan begitu saja dari aspek morfometrinya, karena aspek inilah yang akan menjadi penciri
apakah suatu DAS dalam kondisi baik (khususnya untuk pemanfaatan lahan disekitarnya) atau tidak.
Morfometri DAS yang dijelaskan pada posting kali ini terkait dengan bentuk, ukuran, luas, keliling, dan
lainny.
Aspek morfometri yang akan saya ulas kali ini adalah aspek morfometri linear dan aspek
morfometri area. Untuk aspek morfometri linear, dapat dianalisis atau ditentukan dengan melakukan
pengamatan dan pengukuran mengenai orde sungai, Nisbah Percabangan, Sungai Utama, Panjang
Alur, Panjang dan lebar DAS, keliling DAS, dan pusat gravitasi. Sementara morfometri Areal
ditentukan melalui perhitungan mengenai Luas DAS, dan bentuk DAS. Aspek-aspek tersebut
tentunya dapat dilakukan melalui data penginderaan jauh seperti foto udara maupun citra satelit yang
memiliki resolusi spasial tinggi. Jika tidak ada, maka data-data sekunder seperti peta rupabumi
indonesia atau peta topografi, data kontur dapat digunakan.
Nisbah percabangan, sungai utama, dan lainnya dapat dilakukan dengan menentukan
terlebih dahulu orde sungai pada DAS yang akan dikaji. Pemberian orde sungai merupakan suatu
cara untuk memberikan klasifikasi terhadap sebuah aliran dilihat dari stratanya terhdap aliran induk.
Penamaan ini umumnya dengan angka. Ada beberapa metode penamaan, antara lain metode
Strahler, Horton, Shreve, dan Scheidegger. Salah satu contoh yang sederhana adalah dengan
menggunakan metode Strahler, yaitu memberikan nama atau angka 1 pada aliran yang tidak
bercabang, dan ordenya meningkat apabila orde yang sama bertemu (missal ; orde 1 bertemu orde 1
jadi orde 2). Nisbah percabangan merupakan suatu nilai yang diberikan terhadap suatu DAS yang
dilihat dari kelas kelas alirannya. Nisbah percabangan dapat ditentukan dengan formula;
WRb (nisbah percabangan) = [ (Nu/Nu+1).(Nu+Nu+1)]
Nu
dimana Nu = jumlah alur orde ke-u
(Seyhan, 1990)

Sungai utama juga perlu diperhatikan karena keberadaan dan/atau morfologi sungai utama
akan sangat menentukan karakteristik kondisi DAS meskipun parameter lainnya juga tak kalah
penting. Sungai utama merupakan aliran terbesar dan terlebar pada citra atau pada metode Strahler,
sungai utama adalah sungai yang menjadi orde 4 dalam pemberian orde. Pengukuran juga dilakukan
terhadap panjang alur, panjang dan lebar DAS,juga keliling DAS. Selain itu pusat gravitasi DAS (titik
berat DAS) juga perlu ditentukan, dimana pusat gravitasi DAS merupakan suatu titik dimana titik
tersebut merupakan pusat gravitasi atau berat dari DAS tersebut. Jika menggunakan metode manual,
perhitungan ini menggunakan grid grid koordinat dan dengan perhitungan tertentu maka didapat
koordinat (x,y) dari pusat gravitasi tersebut.
Dalam aspek morfometri areal, dilakukan pengukuran terhadap luas DAS, dan bentuk DAS.
Luas DAS dihitung menggunakan metode grid, dimana daerah DAS dibagi menjadi kotak kotak
kecil, dan kotak tersebut dihitung jumlahnya, kemudian dikalikan dengan penyebut skala, dan didapat
luas DAS. Bentuk DAS disini merupakan indeks bentuk DAS, dimana indeksnya memiliki rentang 0
sampai 1. Apabila DAS mendekati 1, maka DAS cenderung berbentuk bulat. Sebagai contoh suatu
DAS memiliki nilai yaitu 0,66, artinya bentuk DAS nya irregular.
Nisbah percabangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan karakteristik DAS
khususnya mengenaii input dan suplai airnya.
Contoh perhitungan;
Orde u Jumlah orde (Nu) Nu/Nu+1 Nu + Nu+1
cxd
a b c d
1 32 0.970 65 63.030
2 7 0.875 15 13.125
3 7 0.875 15 13.125
4 12 0.923 25 23.077
5 3 0.750 7 5.250
6 1 0.500 3 1.500
7 2 0.667 5 3.333
64 5.559 135 122.441
Nisbah Percabangan = 1.913
Jika dilihat dari nilai nisbah percabangannya, maka DAS dengan contoh perhitungan diatas
memiliki karakteristik dimana input atau suplai airnya sangat cepat bertambah, namun outputnya
sangat lambat. DAS dengan tipe seperti ini sangat berpotensi menyebabkan banjir, apalagi jika
daerah di sekitar DAS tidak diperuntukkan untuk keperluan lindung, sehingga infiltrasi tanahnya
menjadi semakin menurun. DAS semacam ini sangat cocok digunakan untuk keperluan irigasi
mengingat suplai airnya yang cukup besar dan relative cepat.

Sumber;
Seyhan, Ersin. 1990. Dasar - Dasar Hidrologi (terjemahan). Yogyakarta. Gadjah Mada
University Pers

Anda mungkin juga menyukai