Hilangnya hutan juga diikuti oleh maraknya kebakaran, tanah longsor, dan banjir
yang menjadi mengorbankan harta dan nyawa. Penebangan liar juga telah
mengancam eksistensi banyak spesies yang rentan. Data deforestasi di
Indonesia, khususnya pada 7 (tujuh) pulau besar yaitu Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, Papua, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, dalam kurun waktu
lima tahun dari tahun 2000-2005 menunjukkan total angka deforestasi sebesar
5.447.800 hektar. Dengan demikian, setiap tahun rata-rata telah terjadi
deforestasi sebesar 1.089.560 hektar.
PROPOSAL I-1
PENDAHULUAN
kehilangan 75% dari luas kawasan hutan alamnya. Sebagai akibatnya negara
menanggung kerugian sebesar Rp. 41 triliun setiap tahunnya. Untuk
memperbaiki hutan dan lahan kritis tersebut, Departemen Kehutanan telah
menempuh kebijakan rehabilitasi hutan dan lahan dengan penanaman pohon
sebagai tindakan nyata dalam upaya memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
Luasnya lahan kritis dan hutan produksi yang tidak produktif yang tersebar di
seluruh daerah, merupakan peluang positif untuk membangun HTI/HTR. Dengan
membangun HTI/HTR diharapkan secara bertahap akan mengubah lahan kritis
menjadi produktif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara
langsung pembangunan HTI/HTR akan mengubah penyerapan tenaga. Untuk
mewujudkan target pembangunan HTI/HTR 5 juta hektar, pemerintah telah
menetapkan kebijakan operasional, yaitu mengintensifkan pembangunan
PROPOSAL I-2
PENDAHULUAN
HTI/HTR pada unit-unit manajemen yang sudah ada dan memperluas areal
serta jumlah unit manajemen HTI/HTR baru.
PROPOSAL I-3
PENDAHULUAN
tenaga kerja 178.600 orang, dengan penerimaan devisa negara dari pulp dan
paper sekitar US$ 6 milyar per tahun.
PROPOSAL I-4
PENDAHULUAN
Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat peluang besar dengan iklim yang
baik untuk berinvestasi dalam pembangunan HTI/HTR, diberbagai daerah di
Indonesia. Demikian juga halnya untuk pengembangan HTI/HTR di Provinsi
Lampung, merupakan peluang investasi yang prospektif, mengingat kebutuhan
hasil hutan berupa pulp yang terus meningkat, serta berbagai dorongan yang
kondusif dari pemerintah. Namun demikian, mengingat investasi pembangunan
HTI memerlukan biaya besar dan berjangka panjang, serta diikuti oleh resiko
yang tinggi, maka upaya pembangunan HTI/HTR perlu kajian mendalam.
PROPOSAL I-5
PENDAHULUAN
PROPOSAL I-6