Anda di halaman 1dari 33

IE.

ENTERIAN KESEHATAN II
INIPEKTORATJENDERAL

PERMENKES NO. 6/2015


TENTANG

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN J2015
PERMENKES 6 - 2015

MENTERl kSEHATAN

REPUSUK tNOONES1A

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 6 TAHUN 2015

TENTANG

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa dalam rangka mewujudkan


pemerintahan yang bersih, baik, berdaya
guna, berhasil guna, dan bertanggung
jawab perlu dilakukan pengawasan yang
profesional dan akuntabel;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas
dan fungsi pengawasan serta untuk
meningkatkan kualitas pengawasan program
pembangunan kesehatan diperlukan
kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan ten tang Kebijakan
Pengawasan Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan Tahun 2015;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999


ten tang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 1999,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);

2
PERMENKES 6 - 2015

MENTERl kSEHATAN

REPUSUK tNOONES1A

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 6 TAHUN 2015

TENTANG

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa dalam rangka mewujudkan


pemerintahan yang bersih, baik, berdaya
guna, berhasil guna, dan bertanggung
jawab perlu dilakukan pengawasan yang
profesional dan akuntabel;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas
dan fungsi pengawasan serta untuk
meningkatkan kualitas pengawasan program
pembangunan kesehatan diperlukan
kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan ten tang Kebijakan
Pengawasan Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan Tahun 2015;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999


ten tang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 1999,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);

2
PERMENKES 6 - 2014

MENT RI ( ESEHAJAH

REPUBUI( INDONESIA

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003


tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 127,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4890);
7. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012
tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang
Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah
Tahun 2012-2014 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
122);

3
PERMENKES 6 - 2D15

MENTER I KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan


Aparatur Negara Nomor PER/05/M.
PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/
Menkes/ Per /VIII/20 10 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT
JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN
2015.

Pasal 1
Kebijakan Pengawasan InspektoratJenderal Kementerian Kesehatan
Tahun 2015 merupakan acuan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi
Inspektorat Jenderal dalam pengawasan secara efektif dan efisien
terhadap kegiatan prioritas Kementerian Kesehatanselama kurun
waktu tahun 2015.

Pasal 2
Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan Peraturan
Menteri ini.

4
PERMENKES 6 2015 PERMENKES 6 2014

MENTfRllESEHATA N
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
REPUBLIK INDON5IA

BAB IV Pasal3
PENUTUP Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian


Kesehatan Tahun 2015 dapat memberikan arah pelaksanaan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
kegiatan pengawasan Inspektorat Jenderal tahun 2015 . Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Selanjutnya kebijakan pengawasan tersebut dijabarkan dalam Republik Indonesia.
Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) 2015 Inspektorat
Jenderal Kementerian Kesehatan untuk diimplementasikan oleh
jajaran organisasi Inspektorat Jenderal. Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Februari 2015
Dengan disusunnya Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 ini diharapkan semua pihak MENTERIKESEHATAN
di lingkungan Kementerian Kesehatan dapat meningkatkan kinerja REPUBLIK INDONESlA,
dan akuntabilitas untuk terwujudnya Kementerian Kesehatan yang
bersih, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pada akhimya Kebijakan Pengawasan ini diharapkan dapat
diimplementasikan melalui berbagai program dan kegiatan dalam
rangka tercapainya visi dan misi Kementerian Kesehatan.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Februari 2015
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA, MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

~MOELOEK
REPUBLIKANDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESlA TAHUN 2015 NOMOR


255

28 5
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

~~
MENTER I KES EHATAN MENTERl KESEHATAN

REPUBUK INDONESIA REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN !fO PROORAJI I KEGlAT AIf OUTCOME/ OUTPUT IIIDIKATOR TARGET


2015
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 6 TAHUN 2015 Dukungan Manajemen Meningkatnya Dukungan Persentase satuan kcrja 20
dan Pelaksanaan Tugas Manaj cmen dan Pelaksan aan yang tclah menerapkan
TENTANG dan Teknis Lainnya pada Tu gas Tcknis Lainnya Program Aksi Pcncegahan
Program Peningkatan pada Program Peningkatan dan Pern berantasan Korupsi
Pengawasan dan Pengawasan dan Akuntabilitas
KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT
Akuntabilitas Aparatur Aparatur Kern enrcrian
JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN Kernen terian Kesehatan Keseh atan
TAHUN 2015
I

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki periode Tahap II Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019 dimana merupakan
tahap awal pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden
Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah memiliki
visi yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong". Serta Nawa
Cita-nya yang merupakan agenda prioritas untuk mendorong
pencapaian Visi tersebut .
Dari sembilan cita tersebut, ada salah satu Cita yang kedua
yaitu "Membuat Pemerintah Tidak Absen dengan Membangun
Tata Kelola Pemerintahan Yang Bersih , Efektif, Demokratis
dan Terpercaya". Cita ini mengarahkan pentingnya peranan
pengawasan untuk mewujudkannya. Arah program yang akan
dilaksanakan terkait program pengawasan di Iingkungan
instansi pemerintah adalah membangun transparansi tata
kelola pemerintahan dan menjalankan reformasi birokrasi
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagai Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), dituntut berperan
dalam mewujudkan transparansi tata kelola pemerintahan dan
pelaksanaan reformasi birokrasi di Iingkungan Kementerian
Kesehatan. Peran tersebut dilaksanakan sebagai pengawasan

6 27
PERMENKES 6 - 2015
PERMENKES 6 - 2014

MENTfU KES EHATAN MENTERI KSHATAN


REPUBUK INDONESIA REPUBUK IN DONESIA

BAB III internal pemerintah melalui fungs i assurance dan consulting


INDIKATOR KINERJA serta anti corruption activities.
Dalam menjalankan pe ran dan fungsi pengawasan internal
Berdasarkan Rencana Aksi Program (RAP) Inspektorat J enderal Kementerian Kesehatan, maka Inspektorat Jenderal menyusun
2015-201 9 , telah ditetapkan indikator kinerja dan target yang kebijakan pengawasan guna mengawal pelaksanaan program
dicapai pada tahun 20 15. Adapun indikator yang d itetapkan prioritas pemerintah khusus nya di lingkungan Kementerian
masing-masing In spektorat dan Sekretariat meliputi: program Kesehatan. Kebijakan pengawasan ini dis usun sebagai
kegiatan, outcome/output dan indikator serta capaian target penjabaran dari Rencana Aksi Program (RAP) Ins pektorat
sebagai berikut: J enderal Kem enterian Kesehatan Tahun 2015-2019 serta
mengacu pa da Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI
!f0 PROGRAMI KBGlATAK OUTCOIlI/ OUTPUT IIf1)IKATOR TARG.,.
2015 2015- 2019 .
I Peningkatan Pengawasan Meningkatnya Thon'paronsi Persen tase satuan kerja 88
dan Akuntabililas Aparatur Tala Kelola Pemerintahan yang memiliki tcoman
Kementerian Kesehar.a.n dan Terlaksananya Re formasi kerugian negara s 1persen
B. Ruang Lingkup
Birokrasi
Ruang lingkup Kebijakan Pengawasan Ins pektorat Jenderal
2 Peningkatan Pengawasan Meningkatnya Transparansi Persentase satuan kerj a di 84
Prograro / Kegiatan Li ngkup Tala Kelola Pemerin Lahan Iingkup binaan Inspektorat
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 menguraikan hal-hal
SaLker Binaan Inspektorat I dan Terlaksananya Reformasi I yang memiliki temuan mengenai:
Birokrasi Lingku p SaLker kerugian negara:s 1 persen
Binaan Inspektorat I 1. Arah Kebijakan Pengawasan
3 Peningkatan Pengawasan Meningkslnya Transparansi Persentase satuan kerja di 90 I
Program/ Kegiatan Lingkup Tala Kelo la Pemerintahan Iingkup binaan Inspe ktorat
2. Tujuan Penga wasan
SaLker Binaan Inspektorat II dan Terlaksananya Reformasi II yang memiliki tem uan
Birokrasi Lingkup SaLker kerugian nogara < 1 porsen 3 . Sasaran Pengawasan
Binaan Inspektora t II
4 . Kegiatan Penga wasan
4 Penin gkatan ?engawasan Meningkatnya Transparansi Persentase satuan keIja di 94
Program/Kegiatan Lingkup Tata Kelola Pe merintahan Iingkup binaan lnspektorat
Satker Binaan lnspektorat dan Terlaksananya Refonnasi III yang memiliki temuan
III Birokrasi Lingku p SaLker kerugian negara < 1 person c. Maksud dan Tujuan
Binaan Inspektorat HI
Kebijakan Pengawasan Inspektora t J enderal Kementerian
5 Peningkatan Pengawasan Meningkatnya Transparansi Persentase saman kerja di 80
Program / Kegiatan Lingkup Tala Kelola Pemerintahan Iingkup binaan lnspektorat Kesehatan Tahun 2015 disusun untuk memberikan arah
Salker Binaan Inspektorat dan Terlaksananya Reformasi IV yang memiliki temuan pe\aksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal dalam
rv Birokrasi Lingkup SaLker kerugian negara < 1 penen
Bmaan Inspektorat IV pengawasan kegia tan prioritas Kementerian Kesehatanselama
kurun waktu tahun 2015 .
6 Peningkatan Penanganan Meningkatnya penanganan Persentasc penanganan 100
Pengaduan Masyarakat di pengaduan masyarakat yang pengaduan masyaraka t
Lingkungan Kementenan berindikasi kerugian negata yang berindikasi kerugian
Tujuan Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal
Kesehatan negara <Ii Lingkungan Kementerian Kesehatan Tahun 2015 adalah :
Kemenlenan Kesehatan
sesuai kewenangan 1. Menetapkan kebij akan, program dan kegiatan pengawasan
Inspektorat Jenderal
Ins pektorat J enderal Kementerian Kesehatan tahun 2015 .
2. Pelaksanaan pengawa san yang efektif, efi sien , dan
berkesinam bungan .

26 7
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

~ ..
MENTERIKESEHATAN MENTRIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBUi<: INOON ESIA

3. Dasar penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan c. Bimbingan Teknis Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
(PKPT) tahun 2015 .
d. Pembahasan Penyelesaian Temuan Pemeriksaan
4. Optimalisasi peran Inspektorat Jenderal Kementerian yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TPTD).
Kesehatan dalam pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 8. Pengembangan Komunikasi dan Informasi Pengawasan
55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 Salah satu penunjang kelancaran pelaksanaan dan
2025 dan Jangka Menengah Tahun 2015-2019. peningkatan pengawasan adalah dengan tersedianya
informasi-informasi pengawasan melalui :
5. Meningkatkan peran Inspektorat Jenderal sebagai
konsultan, katalisator dan assurance mulai dari tahap a. Sarana informasi Itjen yaitu melalui Website
perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan Inspektorat Jenderal yang terus diperbaharui
(update) .
pengawasan.
b. Pengembangan dan updating software serta hardware
Sistem Informasi Manajemen (SIM).
D. Pengertian-pengertian
c. Majalah Inforwas, sebagai media komunikasi internal
1. Pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, dan eksternal Inspektorat Jenderal.
reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan
d. Media lainnya melalui leaflet, brosur, banner, poster,
lainnya berupa asistensi, sosialisasi dan konsultansi
buku saku dll.
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan to10k
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik.
2. Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi
pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
melakukan pengawasan intern.
3. Auditor adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup,tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk
melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah,
lembaga dan/atau pihak lain yang didalamnya terdapat
kepentingan negara sesuai dengan peraturan perundang
undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil
dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh
oleh pejabat yang berwenang.
4. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPlP) adalah
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan

8 25
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

MENTER! KESEHATAN MENTERI ICESEHATAN


REPU81IK INDONESIA REPUBUK INDONESIA

"

5. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM Pengawasan seluruh pegawai untuk rnernberikan keyakinan rnernadai
atas tercapainya tujuan organisasi rnelalui kegiatan
Dalam upaya peningkatan kuantitas dan kualitas serta yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
profesionalisrne SDM pengawasan dilakukan rnelalui: pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
a. Rekruitrnen SDM Pengawasan. peraturan perundang-undangan.
b . Peningkatan Kapasitas SDM Pengawasan . 5. Audit adalah proses identifikasi rnasalah, analisis, dan
c. Pendidikan dan Pelatihan internal dan Eksternal. evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif
dan profesional berdasarkan standar audit, untuk rnenilai
d. Peningkatan Kornpetensi SDM Pengawasan kebenaran , kecermatan, kredibilitas , efektifitas, efisiensi,
dan Penunjang Pengawasan (SDM Perencanaan, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi
Keuangan, Kepegawaian & Ketatausahaan). instansi pernerintah.
e. Pernbinaan Adrninistrasi Kepegawaian (Retensi,
6. Audit Kinerja adalah audit atas pelaksanaan tugas dan
Klasifikasi , Registrasi, dan Penerapan Sistern
fungsi instansi pernerintah yang terdiri atas audit aspek
Kearsipan).
ekonorni, efisiensi, dan audit aspek efektifitas.
6. Perencanaan Program Pengawasan Lintas Program Dan
7. Audit dengan tujuan tertentu rnencakup audit yang
Lintas Sektor
tidak termasuk dalam audit kinerja, antara lain audit
a . Penyusunan Program dan Rencana Kerja Pengawasan. investigatif, audit atas penyelenggaraan SPIP, dan audit
b. Rapat Kerja Pengawasan. atas hal-hal lain di bidang keuangan .
c. Rapat Koordinasi Pengawasan. 8. Klarifikasi adalah proses penjernihan atau kegiatan yang
berupa permintaan penjelasan rnengenai permasalahan
d. Kerjasama lintas program dan lintas sektor bidang
yang diadukan pada proporsi yang sebenarnya serta dapat
pengawasan .
dijadikan sebagai bahan audit.
e. Pengelolaan data dan informasi bahan pengawasan.
9. Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu
f. Penyusunan, pengolahan dan analisis data sebagai kegiatan untuk rnendapatkan keyakinan terbatas dan
upaya pelaksanaan tertib adrninistrasi yang rnernastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan
dilakukan secara berkala (bulanan, triwulanan dan sesuai dengan ketentuan , standar, rencana atau norma
tahunan) . yang telah ditetapkan .
7. Percepatan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan 10. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan rnernbandingkan hasil
Untuk rneningkatkan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan atau prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana
Aparat Pengawasan Fungsional (APF) yang belurn atau norma yang telah ditetapkan dan rnenentukan faktor
ditindaklanjuti rnaka dilakukan langkah-langkah faktor yang rnernpengaruhi keberhasilan atau kegagalan
percepatan tindak lanjut sebagai berikut suatu kegiatan dalam rnencapai tujuan.
a. Pernbahasan Hasil Tindak Lanjut dengan Unit Utama. 11 . Pernantauan adalah proses penilaian kernajuan suatu
b. Pernutakhiran Tindak Lanjut Hasil Pengawasan program atau kegiatan dalam rnencapai tujuan yang telah
dengan APF. ditetapkan.

24 9
~
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

MEtHERl l(ESEHATAtJ MENTER' KESE HATAN


REPUBl l1( INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

12. Satuan Organisasi adalah unit organisasi dimana 3 . Peningkatan Peran APIP Sebagai Quality Assurance
diselenggarakan ke-giatan-kegiatan administrasi yang (Penjamin Mutu) dalam Mendukung Reformasi Birokrasi
di dalamnya terdapat pejabat-pejabat yang mengurusi Peran APIP dalam mendukung pelaksanaan Reformasi
administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan , dan Birokrasi meliputi:
administrasi umum. a. Peningkatan pendampingan pelaksanaan Sistem
13 . Satuan Kerja adalah unit organisasi yang me1aksanakan Pengendalian Internal
administrasi tertentu dan tidak memenuhi unsur yang Pemerintah yang dilaksanakan oleh satuan kerja di
menangani urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, lingkungan Kementerian Kesehatan .
dan administrasi umum.
b. Penguatan peran Tim Konsultasi Pengadaan Barang/
14. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari Jasa.
APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil
c. Melakukan Probity Audit untuk kegiatan pengadaan
Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan
barang/ jasa serta kegiatan prioritas yang terkait
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi,
MDG'S
tidak termasuk dana yang dilaksanakan untuk instansi
vertikal pusat dan di daerah. d . Pembinaan , Koordinasi dan Konsultasi Pengawasan
dengan ruang lingkup:
15. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal
dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa 1) Koordinasi Penanganan Pengaduan Masyarakat;
yang mencakup semua penerimaan dalam rangka tugas 2) Pembinaan teknis penyelesaian Tindak Lanjut
pembantuan . Laporan Hasil Audit;
16. Reformasi Birokrasi adalah proses menata ulang, 3) Pembinaan Satuan Pemeriksaan Internal (SPI)
mengubah, memperbaiki , dan menyempurnakan birokrasi Satker BLU.
agar menjadi lebih baik (profesional , bersih, efisien, efektif, e. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
dan produktif). secara online.
17. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKlP) 4 . Peningkatan pengawasan Program Jaminan Kesehatan
adalah bentuk perwujudan kewajiban seseorang atau unit Nasional (JKN)
organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan
dan pengendalian sumber daya pelaksanaan kebijakan Peran APIP dalam mendorong peningkatan pengawasan
yang dipercayakan dalam rangka mencapai tujuan . program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi :
a. Mengkoordinir tindak lanjut hasil kajian KPK
18. Zona Integritas (ZI) adalah predikat yag diberikan kepada
mengenai implementasi program JKN.
instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya
mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM b. Mendorong unit terkait di lingkungan Kemenkes
melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal untuk menindaklanjuti hasil kajian KPK.
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan c. Bersinergi dengan unit terkait atau APIP lainnya
publik. dalam kegiatan monitoring dan evaluasi program
JKN.

10 23
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

MENTERIKES EHATAN MENTERIlf5EHATAN

REPUBlIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

e. Pembinaan Satker 19. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat
Pembinaan satker binaan di lingkungan Kementerian yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi
Kesehatan dilakukan dalam upaya tertib sebagian besar manajemen perubahan, penataan
pengelolaan pertanggungjawaban kinerja dalam tatalaksana, penataan sistem manajemen SOM , penguatan
rangka terselenggaranya good governance dan clean pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja.
government. 20 . Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) adalah
2. Peningkatan Program Pemberantasan dan Pencegahan predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang
Korupsi memenuhi sebagian besar manajemen perubahan,
penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SOM,
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012
penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja
tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan dan penguatan kualitas pelayanan publik.
Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 - 2025 dan Jangka
Menengah Tahun 2015-2019 yang dijabarkan setiap 21 . Penilaian Risiko adalah kegiatan penilaian atas
tahun melalui Instruksi Presiden Aksi Pencegahan dan kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian
Pemberantasan Korupsi, maka program pencegahan dan tujuan dan sasaran instansi pemerintah.
pemberantasan korupsi yang dilakukan meliputi:
22 . Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi yaitu membangun
a. Pendampingan Program Pengendalian Gratifikasi dan memperkuat sikap anti korupsi individu melalui
pada satuan kerja di lingkungan Kementerian pendidikan dalam berbagai cara dan bentuk.
Kesehatan .
b. Mendorong pelaporan harta kekayaan penyelenggara

negara bagi aparatur Kemenkes yang wajib lapor

kepada KPK .

c. Mendorong implementasi Pendidikan dan Budaya

Anti Korupsi (PBAK) di seluruh satuan kerja Kantor

Pusat dan Kantor Oaerah Kementerian Kesehatan.

d . Mendorong satuan kerja Kantor Pusat dan Kantor

Oaerah lingkungan Kemenkes untuk memenuhi

indikator-indikator Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)

dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) .

e. Mendorong dan melaksanakan Aksi Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (PPK) sesuai Instruksi

Presiden.

f. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang

berkadar pengawasan.

g. Melaksanakan kerja sama dengan Komisi


"
Pemberantasan Korupsi dalam Program Pencegahan

Korupsi di lingkungan Kementerian Kesehatan.

22 11
PERMENKES 6 - 2014
PERMENKES 6 - 2015

MENTERI K(SEHATAN MENTtRIKESEH,ATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBllK INDONESIA

BAB II
c. Reviu Laporan Keuangan
KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORATJENDERAL
Salah satu tugas Inspektorat JenderaI dalam
KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015
mendorong Kementerian Kesehatan menyusun
laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) yaitu dengan melakukan reviu
A. Arah Kebijakan Pengawasan terhadap laporan keuangan berdasarkan Peraturan
Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Pemerintah (APIP) dituntut untuk terus mengawaI perjaIanan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan, haI tersebut Inspektorat JenderaI berkewajiban untuk melakukan
dilakukan melaIui peningkatan peran dan fungsi pengawasan reviu terhadap laporan keuangan Kementerian
yang mendorong terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan Kesehatan yang akan disampaikan kepada Menteri
yang baik (good governance) , memastikan pelayanan publik Keuangan untuk dikonsolidasikan sebagai bagian
dilaksanakan sesuai kebijakan dan rencana yang ditetapkan pertanggungjawaban keuangan pemerintah.
serta mendorong agar tujuan pembangunan kesehatan dapat Dalam rangka meningkatkan kualitas Laporan
dicapai secara hemat, efisien, efektif, bebas dari Korupsi, Keuangan, selain kegiatan reviu Laporan Keuangan,
Kolusi dan Nepotisme (KKN). Inspektorat JenderaI juga melakukan pendampingan
Kebijakan Pengawasan Inspektorat JenderaI Kementerian daIam rangka penyusunan Laporan Keuangan
Kesehatan tahun 2015 ditetapkan untuk memberikan arah berbasis akruaI serta penataan pengelolaan aset.
dan acuan bagi Inspektorat Jenderal daIam melakukan d. Reviu penyusunan perencanaan dan penganggaran
kegiatan pengawasan secara efektif dan efisien melaIui:
Inspektorat Jenderal akan melaksanakan kegiatan
1. Kegiatan Pokok reviu penyusunan perencanaan dan penganggaran
di masing-masing unit utama atau satuan kerja di
a . Peningkatan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai
lingkungan Kementerian Kesehatan sebagai salah
konsultan, kataIisator dan quality assurance.
satu langkah untuk meningkatkan penyusunan
Fungsi Inspektorat JenderaI sebagai konsultan perencanaan anggaran Kementerian Kesehatan. Reviu
diharapakan dapat memberikan arah/petunjuk dilakukan terhadap RKA-K/ L Tahun 2016 serta RKA
kepada suatu masaIah agar pelaksanaan kebijakan/ K/L Tahun 2015 yang akan diusulkan revisinya oleh
program/kegiatan tidak bertentangan dengan satuan kerja kepada Direktorat JenderaI Anggaran.
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan
DaIam fungsi kataIisator , Inspektorat JenderaI terbatas mengenai akurasi, keandaIan dan
senantiasa mendorong/memacu terjadinya keabsahan informasi RKA-K/L sesuai dengan
perubahan untuk mewujudkan tata kelola RKP, Rencana Kerja K/L dan pagu anggaran serta
pemerintahan yang balk. kesesualan dengan standar biaya sebagai upaya
untuk membantu Menteri agar menghasilkan RKA
Dengan fungsi quality assurance, Inspektorat
K/L yang berkualitas.
Jenderal menerapkan sistem kendali mutu yang
dimulai sejak tahap perencanaan , pengorganisasian
dan pelaksanaan pengawasan .

12 21
PERMENKES 6 - 2014
PERMENKES 6 - 2015

R[PUBLIK INDONESIA
RfPUBlIK INDONESiA

Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, b . Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan
Pelayanan Kesehatan Haji. dengan upaya:
1) Peningkatan pengawasan terhadap program
Penetapan sasaran audit ditetapkan berdasarkan
kesehatan prioritas.
risiko sebagai berikut:
2) Penetapan sasaran/obyek audit berbasis risiko.
a) Besarnya alokasi anggaran ;
3) Menerapkan pedoman pengawasan secara
b) Besarnya belanja modal ; konsisten.
c) Saldo kerugian negara yang belum
c. Mempertahankan Opini Laporan Keuangan
ditindaklanjuti;
Kementerian Kesehatan Wajar Tanpa Pengecualian
d) Saldo temuan hasil pengawasan yang belum (WTP) , melalui :
ditindaklanjuti; dan
1) Reviu Laporan Keuangan
e) Program prioritas Kementerian Kesehatan.
Dalam rangka mempertahankan opini Laporan
2) Klarifikasi , Audit dengan Tujuan Tertentu/ Audit Keuangan Kementerian Kesehatan , maka
Investigasi yang dilaksanakan atas instruksi Inspektorat Jenderal akan melaksanakan
pimpinan, pengaduan masyarakat, Laporan Hasil kegiatan reviu atas Laporan Keuangan Kemenkes
Pemeriksaan Reguler yang perlu pemeriksaan tahun 2014 semester II dan Laporan Keuangan
lebih lanjut. tahun 2015 semester 1.
3) Joint Audit dengan APIP lain meliputi audit Reviu laporan keuangan bertujuan memberikan
terhadap pelaksanaan program BOK. keyakinan tentang akurasi, keandalan dan
keabsahan informasi yang disajikan pada
b. Pemantauan dan Evaluasi
laporan keuangan sehingga laporan keuangan
Pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
mendorong satuan kerja agar lebih meningkatkan
kinerjanya sehingga dapat mencapai target yang 2) Pendampingan penyusunan laporan keuangan
telah ditetapkan. Pemantauan dan evaluasi yang berbasis risiko
dilaksanakan Inspektorat Jenderal yaitu: Pendampingan penyusunan laporan keuangan
setiap satuan kerja diharapkan dapat tersusun
1) Pemantauan/evaluasi SPIP di Lingkungan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah
Kementerian Kesehatan;
(SAP), sehingga terselenggara laporan keuangan
2) Pemantauan/evaluasi Tindak Lanjut atas yang akuntabel dan berdasarkan bukti (evidence
laporan hasil audit APF; based).
3) Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi 3) Pengamanan aset Kementerian Kesehatan
Pemerintah (SAKIP); dan Pengamanan aset Kementerian Kesehatan
4) Pemantauan pelaksanaan Reformasi Birokrasi dilakukan dalam upaya mendorong
yang dilaksanakan oleh satuan kerja. terselenggaranya penatausahaan dan tata kelola
aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

20 13
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

~"'
MEN r ERI KESEHATAN MENTE RI KE5EHATAN

REPUSllK INDONESIA REPUBLIK !NDONESIA

4) Pendampingan / Konsultansi Pengadaan Barang/ 6. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Jasa Pengawasan dilakukan terhadap pe1aksanaan program
Pendampingan / konsultansi pengadaan barang/ dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Direktorat
jasa dilakukan dengan tujuan untuk memelihara Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Kantor
tingkat kepercayaan publik dan peserta tender, Pusat dan Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi) .
meyakinkan keputusan yang d ibuat terhindar 7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
dari tuntutan hukum , menciptakan akuntabilitas
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program
dalam proses pengadaan barang/ jasa dan
dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Badan
menghindari terjadinya praktik korupsi.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Kantor Pusat
d . Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja dan Kantor Daerah).
Dalam upaya meningkatkan akuntabilitas kinerja di 8. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
setiap Satuan Kerja, Inspektorat Jenderal melakukan Manusia (PPSDM) Kesehatan
Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program
Pemerintah (SAKIP). Evaluasi ini dilakukan sebelum dan kegia tan pada satuan kerja di lingkungan Badan
Kementerian PAN dan RB melakukan evaluasi SAKIP Pengembangandan Pemberdayaan Sumber Day a Manusia
Kementerian Kesehatan . (PPSDM) Kesehatan (Kantor Pusat, Kantor Daerah dan
e. Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Penganggaran Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi) .
Dalam rangka meningkatkan penyusunan
perencanaan dan penganggaran Kementerian D . Kegiatan Pengawasan
Kesehatan tahun 2016, Inspektorat Jenderal
akan melaksanakan kegiatan reviu Rencana Kerja Berdasarkan kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal
Anggaran Kementerian / Lembaga (RKA-K/ L) Tahun Kementerian Kesehatan tahun 2015 , selanjutnya disusun
2016 di masing-masing Unit Utama atau Satuan kegiatan-kegiatan pengawasan sebaga i berikut:
Kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan . Kegiatan 1. Peningkatan Pengawasan dan Pendampingan Penyusunan
ini dilakukan sebelum dilakukan penelahaan oleh Laporan Keuangan
Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan .
a . Audit
f. Percepatan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat
Pengawas Fungsional (APF) Audit dilaksanakan bertujuan untuk memberikan
Salah satu tugas lnspektorat Jenderal adalah keyakinan yang memadai bahwa pelaksanaan
memastikan bahwa satuan kerja telah program / kegiatan di seluruh s a tker telah me menuhi
menindaklanjuti rekomendasi atau saran hasil aspek efe ktifitas, efisiensi, ekonomis dan mematuhi
audit internal maupun eksternal . Oleh karena ketentuan perundangan yang berlaku. Kegiatan audit
itu , lnspektorat Jenderal mempunyai peran yang meliputi:
sangat penting dalam memantau percepatan tindak 1) Audit Reguler yaitu audit terhada p satuan kerja
lanjut, sehingga tindak lanjut dapat terlaksana tepat di lingkungan Kementerian Kesehatan baik
waktu sesuai k etentuan . Percepatan tindak lanjut Kantor Pusat, Kantor Daerah ,Satker Penerima

14 19
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

MENTERI KESEHATAN MENTERI IC ES EHATAN


REPUBLIK INDONESIA
\ REPUBUK INDONESIA

3. Meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas


dan fungsi Kementerian Kesehatan yang akuntabel. I
,I
dilakukan melalui pemantauan dan pemutakhiran
data, serta dilakukan bimbingan teknis dalam
rangka memberikan masukan kepada satker untuk
penyelesaian tindak lanjut hasil audit yang dilakukan
C. Sasaran Pengawasan secara berkala.
1. Sekretariat Jenderal g. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawas
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program Internal Pemerintah (APIP) lain
dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Sekretariat Kerjasama pengawasan dilakukan dengan aparat
Jenderal (Kantor Pusat dan Satuan Kerja penerima dana pengawasan lain yaitu Inspektorat Jenderal
Dekonsentrasi). Kementerian/Lembaga, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) maupun
2. Inspektorat Jenderal
Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota.
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program
h. Penanganan pengaduan masyarakat
dan kegiatan pada satuan kerja Inspektorat Jenderal.
Dalam rangka meningkatkan penyelesaian
3. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan lbu dan pengaduan masyarakat, Kementerian Kesehatan
Anak telah membentuk tim untuk menangani pengaduan
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program masyarakat berdasarkan Keputusan Menteri
dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Direktorat Kesehatan Nomor 134/Menkes/SK/III/2012 tanggal
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (Kantor 21 Maret 2012 tentang Tim Penanganan Pengaduan
Pusat, Kantor Daerah dan Satuan Kerja penerima dana Masyarakat Terpadu. Dalam pelaksanaannya
Dekonsentrasi) . dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.
4. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
PAN/14/2009 Tentang Pedoman Umum Penanganan
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program
Pengaduan Masyarakat bagi Instansi Pemerintah.
dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Direktorat

i. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik


Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Kantor Pusat, Kantor

Daerah dan Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi 1) Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan
serta Tugas Pembantuan). Pemberantasan Korupsi diantaranya melalui :
5. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
a) Pembangunan Zona Integritas menuju
Penyehatan Lingkungan

Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program


I WBK/WBBM
b) Penerapan Sistem Pengendalian Intern
dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Direktorat Pemerintah (SPIP) melalui Pendampingan
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (Kantor Pusat, Kantor Daerah dan Satuan 1 penilaian risiko dalam rangka penerapan
SPIP di seluruh satuan kerja di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
Kerja penerima dana Dekonsentrasi serta Tugas
c) Pemantapan Pendidikan dan Budaya

_ 18
Pembantuan) . j
Anti Korupsi (PBAK) melalui pelaksanaan
I

15
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

MfNTERIKESEHATAN MENTERl l(fSEHATAN

REPUBL)I( INDONESIA REPUBLiK INDONESIA

kegiatan sosialisasi dan diseminasi Pengawasan meliputi: SlM TLHP, Keuangan , Rencana
pencegahan korupsi di satuan kerja. Pengawasan (Renwas), Tata Persuratan, Electronic
Data Management System (EDMS) .
2) Mendorong pengendalian gratifikasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai c. Sosialisasi Bidang Pengawasan
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Sosialisasi yang dilakukan mengenai pencapaian
Tahun 2014 tentang Pengendalian Gratifikasi
program Itjen, kegiatan pengawasan maupun
di Lingkungan Kementerian Kesehatan dan
program pencegahan korupsi. Sosialisasi dilakukan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02 .02/
menggunakan media elektronik dan cetak (website,
Menkes/306 / 20 14.
inforwas, leaflet, banner dll) , serta ikut serta dalam
3) Mengoptimalkan pelaporan Harta Kekayaan kegiatan pameran dalam rangka Hari Kesehatan
Penyelenggara Negara bagi aparatur wajib lapor Nasional dan Peringatan Hari Anti Korupsi Se-dunia.
di lingkungan Kementerian Kesehatan.
d . Penguatan Satuan Pemeriksaan Internal (SPI) pada
4) Memantau implementasi pelaksanaan Reformasi satker Badan Layanan Umum (BLU)
Birokrasi melalui monitoring dan evaluasi
Melalui bimbingan teknik (Bimtek) , Koordinasi
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Pengawasan pada Satker BLU diharapkan
Birokrasi (PMPRB) online di Kementerian
dapat meningkatkan kapasitas SDM SPI sebagai
Kesehatan dengan cara mengoptimalkan
peran agent of change dan assessor di seluruh perpanjangan tangan Itjen pada satker BLU.
unit utama untuk mendukung pelaksanaan e. Peningkatan SDM Penunjang
Reformasi Birokrasi.
Kegiatan peningkatan SDM penunjang dilaksanakan
5) Melakukan monitoring dan evaluasi Program melalui Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan,
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bersama Kepegawaian, Pelayanan Prima, Keuangan , Arsip/
dengan Unit Teknis terkait (Pusat Pembiayaan Tata Usaha, dll.
dan Jaminan Kesehatan) atau dengan APIP
lainnya,
B. Tujuan Pengawasan
2 . Kegiatan Penunjang
Tujuan pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian
a . Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan terhadap pelaksanaan program satuan kerja di
Pengawasan lingkungan Kementerian Kesehatan adalah:
Peningkatan SDM pengawasan dilakukan melalui
1. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan ,
pendidikan dan pelatihan substansi audit , seminar,
Workshop Pengawasan dan Diklat Jabatan Fungsional kehematan, efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan
Auditor (JFA) , Diklat Manajemen resiko baik yang penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan.
dilakukan di dalam negeri maupun luar negeri. 2. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas
b. Pengembangan dan pemantapan pelaksanaan serta pengendalian intern dan manajemen risiko
kegiatan penunjang pengawasan dengan teknologi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian
informasi melalui Sistem Informasi Manajemen (SIM) Kesehatan.

16 17
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

MfNTERIKESEHATAN MENTERl l(fSEHATAN

REPUBL)I( INDONESIA REPUBLiK INDONESIA

kegiatan sosialisasi dan diseminasi Pengawasan meliputi: SlM TLHP, Keuangan , Rencana
pencegahan korupsi di satuan kerja. Pengawasan (Renwas), Tata Persuratan, Electronic
Data Management System (EDMS) .
2) Mendorong pengendalian gratifikasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai c. Sosialisasi Bidang Pengawasan
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Sosialisasi yang dilakukan mengenai pencapaian
Tahun 2014 tentang Pengendalian Gratifikasi
program Itjen, kegiatan pengawasan maupun
di Lingkungan Kementerian Kesehatan dan
program pencegahan korupsi. Sosialisasi dilakukan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02 .02/
menggunakan media elektronik dan cetak (website,
Menkes/306 / 20 14.
inforwas, leaflet, banner dll) , serta ikut serta dalam
3) Mengoptimalkan pelaporan Harta Kekayaan kegiatan pameran dalam rangka Hari Kesehatan
Penyelenggara Negara bagi aparatur wajib lapor Nasional dan Peringatan Hari Anti Korupsi Se-dunia.
di lingkungan Kementerian Kesehatan.
d . Penguatan Satuan Pemeriksaan Internal (SPI) pada
4) Memantau implementasi pelaksanaan Reformasi satker Badan Layanan Umum (BLU)
Birokrasi melalui monitoring dan evaluasi
Melalui bimbingan teknik (Bimtek) , Koordinasi
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Pengawasan pada Satker BLU diharapkan
Birokrasi (PMPRB) online di Kementerian
dapat meningkatkan kapasitas SDM SPI sebagai
Kesehatan dengan cara mengoptimalkan
peran agent of change dan assessor di seluruh perpanjangan tangan Itjen pada satker BLU.
unit utama untuk mendukung pelaksanaan e. Peningkatan SDM Penunjang
Reformasi Birokrasi.
Kegiatan peningkatan SDM penunjang dilaksanakan
5) Melakukan monitoring dan evaluasi Program melalui Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan,
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bersama Kepegawaian, Pelayanan Prima, Keuangan , Arsip/
dengan Unit Teknis terkait (Pusat Pembiayaan Tata Usaha, dll.
dan Jaminan Kesehatan) atau dengan APIP
lainnya,
B. Tujuan Pengawasan
2 . Kegiatan Penunjang
Tujuan pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian
a . Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan terhadap pelaksanaan program satuan kerja di
Pengawasan lingkungan Kementerian Kesehatan adalah:
Peningkatan SDM pengawasan dilakukan melalui
1. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan ,
pendidikan dan pelatihan substansi audit , seminar,
Workshop Pengawasan dan Diklat Jabatan Fungsional kehematan, efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan
Auditor (JFA) , Diklat Manajemen resiko baik yang penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan.
dilakukan di dalam negeri maupun luar negeri. 2. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas
b. Pengembangan dan pemantapan pelaksanaan serta pengendalian intern dan manajemen risiko
kegiatan penunjang pengawasan dengan teknologi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian
informasi melalui Sistem Informasi Manajemen (SIM) Kesehatan.

16 17
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

MENTERI KESEHATAN MENTERI IC ES EHATAN


REPUBLIK INDONESIA
\ REPUBUK INDONESIA

3. Meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas


dan fungsi Kementerian Kesehatan yang akuntabel. I
,I
dilakukan melalui pemantauan dan pemutakhiran
data, serta dilakukan bimbingan teknis dalam
rangka memberikan masukan kepada satker untuk
penyelesaian tindak lanjut hasil audit yang dilakukan
C. Sasaran Pengawasan secara berkala.
1. Sekretariat Jenderal g. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawas
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program Internal Pemerintah (APIP) lain
dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Sekretariat Kerjasama pengawasan dilakukan dengan aparat
Jenderal (Kantor Pusat dan Satuan Kerja penerima dana pengawasan lain yaitu Inspektorat Jenderal
Dekonsentrasi). Kementerian/Lembaga, Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) maupun
2. Inspektorat Jenderal
Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota.
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program
h. Penanganan pengaduan masyarakat
dan kegiatan pada satuan kerja Inspektorat Jenderal.
Dalam rangka meningkatkan penyelesaian
3. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan lbu dan pengaduan masyarakat, Kementerian Kesehatan
Anak telah membentuk tim untuk menangani pengaduan
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program masyarakat berdasarkan Keputusan Menteri
dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Direktorat Kesehatan Nomor 134/Menkes/SK/III/2012 tanggal
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (Kantor 21 Maret 2012 tentang Tim Penanganan Pengaduan
Pusat, Kantor Daerah dan Satuan Kerja penerima dana Masyarakat Terpadu. Dalam pelaksanaannya
Dekonsentrasi) . dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.
4. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
PAN/14/2009 Tentang Pedoman Umum Penanganan
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program
Pengaduan Masyarakat bagi Instansi Pemerintah.
dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Direktorat

i. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik


Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Kantor Pusat, Kantor

Daerah dan Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi 1) Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan
serta Tugas Pembantuan). Pemberantasan Korupsi diantaranya melalui :
5. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
a) Pembangunan Zona Integritas menuju
Penyehatan Lingkungan

Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program


I WBK/WBBM
b) Penerapan Sistem Pengendalian Intern
dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Direktorat Pemerintah (SPIP) melalui Pendampingan
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (Kantor Pusat, Kantor Daerah dan Satuan 1 penilaian risiko dalam rangka penerapan
SPIP di seluruh satuan kerja di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
Kerja penerima dana Dekonsentrasi serta Tugas
c) Pemantapan Pendidikan dan Budaya

_ 18
Pembantuan) . j
Anti Korupsi (PBAK) melalui pelaksanaan
I

15
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

~"'
MEN r ERI KESEHATAN MENTE RI KE5EHATAN

REPUSllK INDONESIA REPUBLIK !NDONESIA

4) Pendampingan / Konsultansi Pengadaan Barang/ 6. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Jasa Pengawasan dilakukan terhadap pe1aksanaan program
Pendampingan / konsultansi pengadaan barang/ dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Direktorat
jasa dilakukan dengan tujuan untuk memelihara Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Kantor
tingkat kepercayaan publik dan peserta tender, Pusat dan Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi) .
meyakinkan keputusan yang d ibuat terhindar 7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
dari tuntutan hukum , menciptakan akuntabilitas
Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program
dalam proses pengadaan barang/ jasa dan
dan kegiatan pada satuan kerja di lingkungan Badan
menghindari terjadinya praktik korupsi.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Kantor Pusat
d . Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja dan Kantor Daerah).
Dalam upaya meningkatkan akuntabilitas kinerja di 8. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
setiap Satuan Kerja, Inspektorat Jenderal melakukan Manusia (PPSDM) Kesehatan
Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan program
Pemerintah (SAKIP). Evaluasi ini dilakukan sebelum dan kegia tan pada satuan kerja di lingkungan Badan
Kementerian PAN dan RB melakukan evaluasi SAKIP Pengembangandan Pemberdayaan Sumber Day a Manusia
Kementerian Kesehatan . (PPSDM) Kesehatan (Kantor Pusat, Kantor Daerah dan
e. Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Penganggaran Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi) .
Dalam rangka meningkatkan penyusunan
perencanaan dan penganggaran Kementerian D . Kegiatan Pengawasan
Kesehatan tahun 2016, Inspektorat Jenderal
akan melaksanakan kegiatan reviu Rencana Kerja Berdasarkan kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal
Anggaran Kementerian / Lembaga (RKA-K/ L) Tahun Kementerian Kesehatan tahun 2015 , selanjutnya disusun
2016 di masing-masing Unit Utama atau Satuan kegiatan-kegiatan pengawasan sebaga i berikut:
Kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan . Kegiatan 1. Peningkatan Pengawasan dan Pendampingan Penyusunan
ini dilakukan sebelum dilakukan penelahaan oleh Laporan Keuangan
Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan .
a . Audit
f. Percepatan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat
Pengawas Fungsional (APF) Audit dilaksanakan bertujuan untuk memberikan
Salah satu tugas lnspektorat Jenderal adalah keyakinan yang memadai bahwa pelaksanaan
memastikan bahwa satuan kerja telah program / kegiatan di seluruh s a tker telah me menuhi
menindaklanjuti rekomendasi atau saran hasil aspek efe ktifitas, efisiensi, ekonomis dan mematuhi
audit internal maupun eksternal . Oleh karena ketentuan perundangan yang berlaku. Kegiatan audit
itu , lnspektorat Jenderal mempunyai peran yang meliputi:
sangat penting dalam memantau percepatan tindak 1) Audit Reguler yaitu audit terhada p satuan kerja
lanjut, sehingga tindak lanjut dapat terlaksana tepat di lingkungan Kementerian Kesehatan baik
waktu sesuai k etentuan . Percepatan tindak lanjut Kantor Pusat, Kantor Daerah ,Satker Penerima

14 19
PERMENKES 6 - 2014
PERMENKES 6 - 2015

R[PUBLIK INDONESIA
RfPUBlIK INDONESiA

Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, b . Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan
Pelayanan Kesehatan Haji. dengan upaya:
1) Peningkatan pengawasan terhadap program
Penetapan sasaran audit ditetapkan berdasarkan
kesehatan prioritas.
risiko sebagai berikut:
2) Penetapan sasaran/obyek audit berbasis risiko.
a) Besarnya alokasi anggaran ;
3) Menerapkan pedoman pengawasan secara
b) Besarnya belanja modal ; konsisten.
c) Saldo kerugian negara yang belum
c. Mempertahankan Opini Laporan Keuangan
ditindaklanjuti;
Kementerian Kesehatan Wajar Tanpa Pengecualian
d) Saldo temuan hasil pengawasan yang belum (WTP) , melalui :
ditindaklanjuti; dan
1) Reviu Laporan Keuangan
e) Program prioritas Kementerian Kesehatan.
Dalam rangka mempertahankan opini Laporan
2) Klarifikasi , Audit dengan Tujuan Tertentu/ Audit Keuangan Kementerian Kesehatan , maka
Investigasi yang dilaksanakan atas instruksi Inspektorat Jenderal akan melaksanakan
pimpinan, pengaduan masyarakat, Laporan Hasil kegiatan reviu atas Laporan Keuangan Kemenkes
Pemeriksaan Reguler yang perlu pemeriksaan tahun 2014 semester II dan Laporan Keuangan
lebih lanjut. tahun 2015 semester 1.
3) Joint Audit dengan APIP lain meliputi audit Reviu laporan keuangan bertujuan memberikan
terhadap pelaksanaan program BOK. keyakinan tentang akurasi, keandalan dan
keabsahan informasi yang disajikan pada
b. Pemantauan dan Evaluasi
laporan keuangan sehingga laporan keuangan
Pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
mendorong satuan kerja agar lebih meningkatkan
kinerjanya sehingga dapat mencapai target yang 2) Pendampingan penyusunan laporan keuangan
telah ditetapkan. Pemantauan dan evaluasi yang berbasis risiko
dilaksanakan Inspektorat Jenderal yaitu: Pendampingan penyusunan laporan keuangan
setiap satuan kerja diharapkan dapat tersusun
1) Pemantauan/evaluasi SPIP di Lingkungan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah
Kementerian Kesehatan;
(SAP), sehingga terselenggara laporan keuangan
2) Pemantauan/evaluasi Tindak Lanjut atas yang akuntabel dan berdasarkan bukti (evidence
laporan hasil audit APF; based).
3) Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi 3) Pengamanan aset Kementerian Kesehatan
Pemerintah (SAKIP); dan Pengamanan aset Kementerian Kesehatan
4) Pemantauan pelaksanaan Reformasi Birokrasi dilakukan dalam upaya mendorong
yang dilaksanakan oleh satuan kerja. terselenggaranya penatausahaan dan tata kelola
aset sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

20 13
PERMENKES 6 - 2014
PERMENKES 6 - 2015

MENTERI K(SEHATAN MENTtRIKESEH,ATAN


REPUBLIK INDONESIA REPUBllK INDONESIA

BAB II
c. Reviu Laporan Keuangan
KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORATJENDERAL
Salah satu tugas Inspektorat JenderaI dalam
KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015
mendorong Kementerian Kesehatan menyusun
laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) yaitu dengan melakukan reviu
A. Arah Kebijakan Pengawasan terhadap laporan keuangan berdasarkan Peraturan
Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Pemerintah (APIP) dituntut untuk terus mengawaI perjaIanan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan, haI tersebut Inspektorat JenderaI berkewajiban untuk melakukan
dilakukan melaIui peningkatan peran dan fungsi pengawasan reviu terhadap laporan keuangan Kementerian
yang mendorong terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan Kesehatan yang akan disampaikan kepada Menteri
yang baik (good governance) , memastikan pelayanan publik Keuangan untuk dikonsolidasikan sebagai bagian
dilaksanakan sesuai kebijakan dan rencana yang ditetapkan pertanggungjawaban keuangan pemerintah.
serta mendorong agar tujuan pembangunan kesehatan dapat Dalam rangka meningkatkan kualitas Laporan
dicapai secara hemat, efisien, efektif, bebas dari Korupsi, Keuangan, selain kegiatan reviu Laporan Keuangan,
Kolusi dan Nepotisme (KKN). Inspektorat JenderaI juga melakukan pendampingan
Kebijakan Pengawasan Inspektorat JenderaI Kementerian daIam rangka penyusunan Laporan Keuangan
Kesehatan tahun 2015 ditetapkan untuk memberikan arah berbasis akruaI serta penataan pengelolaan aset.
dan acuan bagi Inspektorat Jenderal daIam melakukan d. Reviu penyusunan perencanaan dan penganggaran
kegiatan pengawasan secara efektif dan efisien melaIui:
Inspektorat Jenderal akan melaksanakan kegiatan
1. Kegiatan Pokok reviu penyusunan perencanaan dan penganggaran
di masing-masing unit utama atau satuan kerja di
a . Peningkatan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai
lingkungan Kementerian Kesehatan sebagai salah
konsultan, kataIisator dan quality assurance.
satu langkah untuk meningkatkan penyusunan
Fungsi Inspektorat JenderaI sebagai konsultan perencanaan anggaran Kementerian Kesehatan. Reviu
diharapakan dapat memberikan arah/petunjuk dilakukan terhadap RKA-K/ L Tahun 2016 serta RKA
kepada suatu masaIah agar pelaksanaan kebijakan/ K/L Tahun 2015 yang akan diusulkan revisinya oleh
program/kegiatan tidak bertentangan dengan satuan kerja kepada Direktorat JenderaI Anggaran.
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan
DaIam fungsi kataIisator , Inspektorat JenderaI terbatas mengenai akurasi, keandaIan dan
senantiasa mendorong/memacu terjadinya keabsahan informasi RKA-K/L sesuai dengan
perubahan untuk mewujudkan tata kelola RKP, Rencana Kerja K/L dan pagu anggaran serta
pemerintahan yang balk. kesesualan dengan standar biaya sebagai upaya
untuk membantu Menteri agar menghasilkan RKA
Dengan fungsi quality assurance, Inspektorat
K/L yang berkualitas.
Jenderal menerapkan sistem kendali mutu yang
dimulai sejak tahap perencanaan , pengorganisasian
dan pelaksanaan pengawasan .

12 21
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

MENTERIKES EHATAN MENTERIlf5EHATAN

REPUBlIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

e. Pembinaan Satker 19. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat
Pembinaan satker binaan di lingkungan Kementerian yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi
Kesehatan dilakukan dalam upaya tertib sebagian besar manajemen perubahan, penataan
pengelolaan pertanggungjawaban kinerja dalam tatalaksana, penataan sistem manajemen SOM , penguatan
rangka terselenggaranya good governance dan clean pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja.
government. 20 . Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) adalah
2. Peningkatan Program Pemberantasan dan Pencegahan predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang
Korupsi memenuhi sebagian besar manajemen perubahan,
penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SOM,
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012
penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja
tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan dan penguatan kualitas pelayanan publik.
Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 - 2025 dan Jangka
Menengah Tahun 2015-2019 yang dijabarkan setiap 21 . Penilaian Risiko adalah kegiatan penilaian atas
tahun melalui Instruksi Presiden Aksi Pencegahan dan kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian
Pemberantasan Korupsi, maka program pencegahan dan tujuan dan sasaran instansi pemerintah.
pemberantasan korupsi yang dilakukan meliputi:
22 . Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi yaitu membangun
a. Pendampingan Program Pengendalian Gratifikasi dan memperkuat sikap anti korupsi individu melalui
pada satuan kerja di lingkungan Kementerian pendidikan dalam berbagai cara dan bentuk.
Kesehatan .
b. Mendorong pelaporan harta kekayaan penyelenggara

negara bagi aparatur Kemenkes yang wajib lapor

kepada KPK .

c. Mendorong implementasi Pendidikan dan Budaya

Anti Korupsi (PBAK) di seluruh satuan kerja Kantor

Pusat dan Kantor Oaerah Kementerian Kesehatan.

d . Mendorong satuan kerja Kantor Pusat dan Kantor

Oaerah lingkungan Kemenkes untuk memenuhi

indikator-indikator Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)

dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) .

e. Mendorong dan melaksanakan Aksi Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (PPK) sesuai Instruksi

Presiden.

f. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang

berkadar pengawasan.

g. Melaksanakan kerja sama dengan Komisi


"
Pemberantasan Korupsi dalam Program Pencegahan

Korupsi di lingkungan Kementerian Kesehatan.

22 11
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

MEtHERl l(ESEHATAtJ MENTER' KESE HATAN


REPUBl l1( INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

12. Satuan Organisasi adalah unit organisasi dimana 3 . Peningkatan Peran APIP Sebagai Quality Assurance
diselenggarakan ke-giatan-kegiatan administrasi yang (Penjamin Mutu) dalam Mendukung Reformasi Birokrasi
di dalamnya terdapat pejabat-pejabat yang mengurusi Peran APIP dalam mendukung pelaksanaan Reformasi
administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan , dan Birokrasi meliputi:
administrasi umum. a. Peningkatan pendampingan pelaksanaan Sistem
13 . Satuan Kerja adalah unit organisasi yang me1aksanakan Pengendalian Internal
administrasi tertentu dan tidak memenuhi unsur yang Pemerintah yang dilaksanakan oleh satuan kerja di
menangani urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, lingkungan Kementerian Kesehatan .
dan administrasi umum.
b. Penguatan peran Tim Konsultasi Pengadaan Barang/
14. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari Jasa.
APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil
c. Melakukan Probity Audit untuk kegiatan pengadaan
Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan
barang/ jasa serta kegiatan prioritas yang terkait
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi,
MDG'S
tidak termasuk dana yang dilaksanakan untuk instansi
vertikal pusat dan di daerah. d . Pembinaan , Koordinasi dan Konsultasi Pengawasan
dengan ruang lingkup:
15. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal
dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa 1) Koordinasi Penanganan Pengaduan Masyarakat;
yang mencakup semua penerimaan dalam rangka tugas 2) Pembinaan teknis penyelesaian Tindak Lanjut
pembantuan . Laporan Hasil Audit;
16. Reformasi Birokrasi adalah proses menata ulang, 3) Pembinaan Satuan Pemeriksaan Internal (SPI)
mengubah, memperbaiki , dan menyempurnakan birokrasi Satker BLU.
agar menjadi lebih baik (profesional , bersih, efisien, efektif, e. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
dan produktif). secara online.
17. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKlP) 4 . Peningkatan pengawasan Program Jaminan Kesehatan
adalah bentuk perwujudan kewajiban seseorang atau unit Nasional (JKN)
organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan
dan pengendalian sumber daya pelaksanaan kebijakan Peran APIP dalam mendorong peningkatan pengawasan
yang dipercayakan dalam rangka mencapai tujuan . program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi :
a. Mengkoordinir tindak lanjut hasil kajian KPK
18. Zona Integritas (ZI) adalah predikat yag diberikan kepada
mengenai implementasi program JKN.
instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya
mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM b. Mendorong unit terkait di lingkungan Kemenkes
melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal untuk menindaklanjuti hasil kajian KPK.
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan c. Bersinergi dengan unit terkait atau APIP lainnya
publik. dalam kegiatan monitoring dan evaluasi program
JKN.

10 23
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

MENTER! KESEHATAN MENTERI ICESEHATAN


REPU81IK INDONESIA REPUBUK INDONESIA

"

5. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM Pengawasan seluruh pegawai untuk rnernberikan keyakinan rnernadai
atas tercapainya tujuan organisasi rnelalui kegiatan
Dalam upaya peningkatan kuantitas dan kualitas serta yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
profesionalisrne SDM pengawasan dilakukan rnelalui: pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
a. Rekruitrnen SDM Pengawasan. peraturan perundang-undangan.
b . Peningkatan Kapasitas SDM Pengawasan . 5. Audit adalah proses identifikasi rnasalah, analisis, dan
c. Pendidikan dan Pelatihan internal dan Eksternal. evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif
dan profesional berdasarkan standar audit, untuk rnenilai
d. Peningkatan Kornpetensi SDM Pengawasan kebenaran , kecermatan, kredibilitas , efektifitas, efisiensi,
dan Penunjang Pengawasan (SDM Perencanaan, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi
Keuangan, Kepegawaian & Ketatausahaan). instansi pernerintah.
e. Pernbinaan Adrninistrasi Kepegawaian (Retensi,
6. Audit Kinerja adalah audit atas pelaksanaan tugas dan
Klasifikasi , Registrasi, dan Penerapan Sistern
fungsi instansi pernerintah yang terdiri atas audit aspek
Kearsipan).
ekonorni, efisiensi, dan audit aspek efektifitas.
6. Perencanaan Program Pengawasan Lintas Program Dan
7. Audit dengan tujuan tertentu rnencakup audit yang
Lintas Sektor
tidak termasuk dalam audit kinerja, antara lain audit
a . Penyusunan Program dan Rencana Kerja Pengawasan. investigatif, audit atas penyelenggaraan SPIP, dan audit
b. Rapat Kerja Pengawasan. atas hal-hal lain di bidang keuangan .
c. Rapat Koordinasi Pengawasan. 8. Klarifikasi adalah proses penjernihan atau kegiatan yang
berupa permintaan penjelasan rnengenai permasalahan
d. Kerjasama lintas program dan lintas sektor bidang
yang diadukan pada proporsi yang sebenarnya serta dapat
pengawasan .
dijadikan sebagai bahan audit.
e. Pengelolaan data dan informasi bahan pengawasan.
9. Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu
f. Penyusunan, pengolahan dan analisis data sebagai kegiatan untuk rnendapatkan keyakinan terbatas dan
upaya pelaksanaan tertib adrninistrasi yang rnernastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan
dilakukan secara berkala (bulanan, triwulanan dan sesuai dengan ketentuan , standar, rencana atau norma
tahunan) . yang telah ditetapkan .
7. Percepatan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan 10. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan rnernbandingkan hasil
Untuk rneningkatkan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan atau prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana
Aparat Pengawasan Fungsional (APF) yang belurn atau norma yang telah ditetapkan dan rnenentukan faktor
ditindaklanjuti rnaka dilakukan langkah-langkah faktor yang rnernpengaruhi keberhasilan atau kegagalan
percepatan tindak lanjut sebagai berikut suatu kegiatan dalam rnencapai tujuan.
a. Pernbahasan Hasil Tindak Lanjut dengan Unit Utama. 11 . Pernantauan adalah proses penilaian kernajuan suatu
b. Pernutakhiran Tindak Lanjut Hasil Pengawasan program atau kegiatan dalam rnencapai tujuan yang telah
dengan APF. ditetapkan.

24 9
~
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

~ ..
MENTERIKESEHATAN MENTRIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBUi<: INOON ESIA

3. Dasar penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan c. Bimbingan Teknis Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
(PKPT) tahun 2015 .
d. Pembahasan Penyelesaian Temuan Pemeriksaan
4. Optimalisasi peran Inspektorat Jenderal Kementerian yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TPTD).
Kesehatan dalam pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 8. Pengembangan Komunikasi dan Informasi Pengawasan
55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 Salah satu penunjang kelancaran pelaksanaan dan
2025 dan Jangka Menengah Tahun 2015-2019. peningkatan pengawasan adalah dengan tersedianya
informasi-informasi pengawasan melalui :
5. Meningkatkan peran Inspektorat Jenderal sebagai
konsultan, katalisator dan assurance mulai dari tahap a. Sarana informasi Itjen yaitu melalui Website
perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan Inspektorat Jenderal yang terus diperbaharui
(update) .
pengawasan.
b. Pengembangan dan updating software serta hardware
Sistem Informasi Manajemen (SIM).
D. Pengertian-pengertian
c. Majalah Inforwas, sebagai media komunikasi internal
1. Pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, dan eksternal Inspektorat Jenderal.
reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan
d. Media lainnya melalui leaflet, brosur, banner, poster,
lainnya berupa asistensi, sosialisasi dan konsultansi
buku saku dll.
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan to10k
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik.
2. Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi
pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
melakukan pengawasan intern.
3. Auditor adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup,tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk
melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah,
lembaga dan/atau pihak lain yang didalamnya terdapat
kepentingan negara sesuai dengan peraturan perundang
undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil
dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh
oleh pejabat yang berwenang.
4. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPlP) adalah
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan

8 25
PERMENKES 6 - 2015
PERMENKES 6 - 2014

MENTfU KES EHATAN MENTERI KSHATAN


REPUBUK INDONESIA REPUBUK IN DONESIA

BAB III internal pemerintah melalui fungs i assurance dan consulting


INDIKATOR KINERJA serta anti corruption activities.
Dalam menjalankan pe ran dan fungsi pengawasan internal
Berdasarkan Rencana Aksi Program (RAP) Inspektorat J enderal Kementerian Kesehatan, maka Inspektorat Jenderal menyusun
2015-201 9 , telah ditetapkan indikator kinerja dan target yang kebijakan pengawasan guna mengawal pelaksanaan program
dicapai pada tahun 20 15. Adapun indikator yang d itetapkan prioritas pemerintah khusus nya di lingkungan Kementerian
masing-masing In spektorat dan Sekretariat meliputi: program Kesehatan. Kebijakan pengawasan ini dis usun sebagai
kegiatan, outcome/output dan indikator serta capaian target penjabaran dari Rencana Aksi Program (RAP) Ins pektorat
sebagai berikut: J enderal Kem enterian Kesehatan Tahun 2015-2019 serta
mengacu pa da Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI
!f0 PROGRAMI KBGlATAK OUTCOIlI/ OUTPUT IIf1)IKATOR TARG.,.
2015 2015- 2019 .
I Peningkatan Pengawasan Meningkatnya Thon'paronsi Persen tase satuan kerja 88
dan Akuntabililas Aparatur Tala Kelola Pemerintahan yang memiliki tcoman
Kementerian Kesehar.a.n dan Terlaksananya Re formasi kerugian negara s 1persen
B. Ruang Lingkup
Birokrasi
Ruang lingkup Kebijakan Pengawasan Ins pektorat Jenderal
2 Peningkatan Pengawasan Meningkatnya Transparansi Persentase satuan kerj a di 84
Prograro / Kegiatan Li ngkup Tala Kelola Pemerin Lahan Iingkup binaan Inspektorat
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 menguraikan hal-hal
SaLker Binaan Inspektorat I dan Terlaksananya Reformasi I yang memiliki temuan mengenai:
Birokrasi Lingku p SaLker kerugian negara:s 1 persen
Binaan Inspektorat I 1. Arah Kebijakan Pengawasan
3 Peningkatan Pengawasan Meningkslnya Transparansi Persentase satuan kerja di 90 I
Program/ Kegiatan Lingkup Tala Kelo la Pemerintahan Iingkup binaan Inspe ktorat
2. Tujuan Penga wasan
SaLker Binaan Inspektorat II dan Terlaksananya Reformasi II yang memiliki tem uan
Birokrasi Lingkup SaLker kerugian nogara < 1 porsen 3 . Sasaran Pengawasan
Binaan Inspektora t II
4 . Kegiatan Penga wasan
4 Penin gkatan ?engawasan Meningkatnya Transparansi Persentase satuan keIja di 94
Program/Kegiatan Lingkup Tata Kelola Pe merintahan Iingkup binaan lnspektorat
Satker Binaan lnspektorat dan Terlaksananya Refonnasi III yang memiliki temuan
III Birokrasi Lingku p SaLker kerugian negara < 1 person c. Maksud dan Tujuan
Binaan Inspektorat HI
Kebijakan Pengawasan Inspektora t J enderal Kementerian
5 Peningkatan Pengawasan Meningkatnya Transparansi Persentase saman kerja di 80
Program / Kegiatan Lingkup Tala Kelola Pemerintahan Iingkup binaan lnspektorat Kesehatan Tahun 2015 disusun untuk memberikan arah
Salker Binaan Inspektorat dan Terlaksananya Reformasi IV yang memiliki temuan pe\aksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal dalam
rv Birokrasi Lingkup SaLker kerugian negara < 1 penen
Bmaan Inspektorat IV pengawasan kegia tan prioritas Kementerian Kesehatanselama
kurun waktu tahun 2015 .
6 Peningkatan Penanganan Meningkatnya penanganan Persentasc penanganan 100
Pengaduan Masyarakat di pengaduan masyarakat yang pengaduan masyaraka t
Lingkungan Kementenan berindikasi kerugian negata yang berindikasi kerugian
Tujuan Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal
Kesehatan negara <Ii Lingkungan Kementerian Kesehatan Tahun 2015 adalah :
Kemenlenan Kesehatan
sesuai kewenangan 1. Menetapkan kebij akan, program dan kegiatan pengawasan
Inspektorat Jenderal
Ins pektorat J enderal Kementerian Kesehatan tahun 2015 .
2. Pelaksanaan pengawa san yang efektif, efi sien , dan
berkesinam bungan .

26 7
PERMENKES 6 - 2015 PERMENKES 6 - 2014

~~
MENTER I KES EHATAN MENTERl KESEHATAN

REPUBUK INDONESIA REPUBUK INDONESIA

LAMPIRAN !fO PROORAJI I KEGlAT AIf OUTCOME/ OUTPUT IIIDIKATOR TARGET


2015
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 6 TAHUN 2015 Dukungan Manajemen Meningkatnya Dukungan Persentase satuan kcrja 20
dan Pelaksanaan Tugas Manaj cmen dan Pelaksan aan yang tclah menerapkan
TENTANG dan Teknis Lainnya pada Tu gas Tcknis Lainnya Program Aksi Pcncegahan
Program Peningkatan pada Program Peningkatan dan Pern berantasan Korupsi
Pengawasan dan Pengawasan dan Akuntabilitas
KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT
Akuntabilitas Aparatur Aparatur Kern enrcrian
JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN Kernen terian Kesehatan Keseh atan
TAHUN 2015
I

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki periode Tahap II Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019 dimana merupakan
tahap awal pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden
Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah memiliki
visi yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong". Serta Nawa
Cita-nya yang merupakan agenda prioritas untuk mendorong
pencapaian Visi tersebut .
Dari sembilan cita tersebut, ada salah satu Cita yang kedua
yaitu "Membuat Pemerintah Tidak Absen dengan Membangun
Tata Kelola Pemerintahan Yang Bersih , Efektif, Demokratis
dan Terpercaya". Cita ini mengarahkan pentingnya peranan
pengawasan untuk mewujudkannya. Arah program yang akan
dilaksanakan terkait program pengawasan di Iingkungan
instansi pemerintah adalah membangun transparansi tata
kelola pemerintahan dan menjalankan reformasi birokrasi
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagai Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), dituntut berperan
dalam mewujudkan transparansi tata kelola pemerintahan dan
pelaksanaan reformasi birokrasi di Iingkungan Kementerian
Kesehatan. Peran tersebut dilaksanakan sebagai pengawasan

6 27
PERMENKES 6 2015 PERMENKES 6 2014

MENTfRllESEHATA N
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
REPUBLIK INDON5IA

BAB IV Pasal3
PENUTUP Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian


Kesehatan Tahun 2015 dapat memberikan arah pelaksanaan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
kegiatan pengawasan Inspektorat Jenderal tahun 2015 . Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Selanjutnya kebijakan pengawasan tersebut dijabarkan dalam Republik Indonesia.
Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) 2015 Inspektorat
Jenderal Kementerian Kesehatan untuk diimplementasikan oleh
jajaran organisasi Inspektorat Jenderal. Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Februari 2015
Dengan disusunnya Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 ini diharapkan semua pihak MENTERIKESEHATAN
di lingkungan Kementerian Kesehatan dapat meningkatkan kinerja REPUBLIK INDONESlA,
dan akuntabilitas untuk terwujudnya Kementerian Kesehatan yang
bersih, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pada akhimya Kebijakan Pengawasan ini diharapkan dapat
diimplementasikan melalui berbagai program dan kegiatan dalam
rangka tercapainya visi dan misi Kementerian Kesehatan.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Februari 2015
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA, MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

~MOELOEK
REPUBLIKANDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESlA TAHUN 2015 NOMOR


255

28 5
PERMENKES 6 - 2D15

MENTER I KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA

8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan


Aparatur Negara Nomor PER/05/M.
PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/
Menkes/ Per /VIII/20 10 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT
JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN
2015.

Pasal 1
Kebijakan Pengawasan InspektoratJenderal Kementerian Kesehatan
Tahun 2015 merupakan acuan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi
Inspektorat Jenderal dalam pengawasan secara efektif dan efisien
terhadap kegiatan prioritas Kementerian Kesehatanselama kurun
waktu tahun 2015.

Pasal 2
Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan Peraturan
Menteri ini.

4
IE.ENTERIAN KESEHATAN II
INIPEKTORATJENDERAL

PERMENKES NO. 6/2015


TENTANG

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN J2015

Anda mungkin juga menyukai