Anda di halaman 1dari 20

DESAIN BLOK ACAK (RANDOMIZED BLOCK DESIGN)

Pengaruh Model Pembelajaran Pada Gaya Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 8 Makassar

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Desain dan Analisis
Eksperimen
Dosen Pengampu: Dr. Edi Istiyono, M.Si.

Disusun oleh :

Bayuk Nusantara 15701251004

PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
A. Pendahuluan
Pendidikan mempunyai peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Melalui pendidikan dapat diwujudkan cita-cita suatu bangsa kepada
generasi muda, khususnya bagi mereka yang masih mengenyam pendidikan formal di
sekolah-sekolah. Sehubungan dengan pelaksanaan pendidikan formal di sekolah, maka
dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari adanya seseorang yang mendidik yaitu guru dan
orang yang dididik yaitu siswa. Hubungan antara keduanya tercipta dalam beberapa hal,
baik itu dalam hubungan di dalam kelas maupun hubungan di luar kelas.
Hubungan di dalam kelas antara guru dan siswa salah satuntya terlihat dalam proses
pembelajaran di kelas. Terkait dengan hubungan antara guru dan siswa di dalam kelas,
ada beberapa permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses
pembelajaran di sekolah, yaitu belum maksimalnya prestasi belajar yang diperoleh siswa.
Ada banyak faktor yang memperngaruhi baik buruknya prestasi belajar yang diperoleh
siswa. faktor penyebab tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri
siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa salah satunya adalah model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru untuk melakukan transfer ilmu dan gaya belajar
siswa itu sendiri. Pemilihan dan pengembangan model pembelajaran yang tepat
merupakan salah satu indikator agar proses pembelajaran di dalam kelas itu berhasil.
Pemilihan dan pengembangan model pembelajaran yang tepat bertujuan untuk
menciptakan kondisi yang memungkin siswa dapat belajar secara aktif dan
menyenangkan, sehingga siswa dapat belajar meraih prestasi belajar yang optimal.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dari seorang siswa adalah gaya belajar siswa itu
sendiri. Setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda tergantung bagaimana
seorang siswa dapat mengolah, menerima dan mengatur informasi yang diterimanya.
Karakteristik siswa yang berbeda-beda tersebut menjadikan adanya perbedaan siswa
dalam memahami setip materi yang disampaikan oleh guru. Uno (2006) mengatakan
bahwa gaya belajar pada siswa secara garis besar ada 3, yaitu gaya belajar visual, auditory,
dan kinestetik. Oleh karena itu, guru mempunyai tufas yang lebih berat karena guru harus
mengetahui karakteristik setiap siswa, dengan cara demikian akan memudahkan guru
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
Penelitian ini akan membahas mengenai perbandingan dari berbagai macam model
pembelajaran dengan gaya belajar siswa sebagai blok terhadap prestasi belajar matematika
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Makassar. Desain yang akan digunakan dalam
eksperimen ini adalah desain Blok Acak Lengkap, yaitu gaya belajar siswa sebagai blok
dan macam-macam model pembelajaran sebagai perlakuan. Dengan demikian, penelitian
ini ingin mengetahui keefektifan dari macam-macam model pembelajaran terhadap
prestasi belajar matematika siswa dengan gaya belajar siswa sebagai blok.

B. Dasar Teori
1. Gaya Belajar
Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti
berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang ,dan ada pula yang sangat lambat (Hamzah
B. Uno, 2008: 180). Oleh karena itu, mereka sering kali harus menempuh cara yang
berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Ada siswa
yang lebih senang menulis hal-hal yang telah disampaikan oleh guru ketiak proses
pembelajaran berlangsung. Adapula siswa yang lebih senang mendengarkan materi
yang disampaikan oleh guru, serta adapula siswa yang senang praktek secara
langsung. Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran berlangsung maka akan tercipta suatu cara belajar yang menjadi suatu
kebiasaan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Cara belajar yang dimiliki siswa sering disebut dengan gaya belajar atau
modalitas belajar siswa. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaiman ia
menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter & Hernacki,
2002: 110). Dunn & Dunn dalam Sugihartono (2007: 53) menjelaskan bahwa gaya
belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran
efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain. Keefe dalam
sugihartono (2007: 53) menyatakan bahwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak
belajar,serta cara belajar yang disukai. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang
dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara
mengingat, berfikir, dan memecahkan soal (S. Nasution, 2003: 94).
Siswa pada umumnya akan sulit memperoses informasi dalam satu cara yang
dirasa tidak nyaman bagi mereka. Siswa memiliki kebutuhan belajar sendiri, belajar
dengan cara yang berbeda. Sebagian orang mungkin memiliki gaya belajar tertentu
yang dominan digunakan dalam berbagai situasi, sehingga kurang menggunakan gaya
yang berbeda untuk situasi yang berbeda.
Dari beberapa definisi gaya belajar di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar adalah cara yang dipakai seseorang dalam proses belajar yang meliputi
bagaimana menangkap, mengatur, serta mengolah informasi yang diterima sehingga
pembelajaran menjadi efektif.
Menurut DePorter & Hernacki (2002: 112) terdapat tiga gaya belajat seseorang
yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Walaupun masing-masing siswa
belajar dengan menggunakan ketiga gaya belajar ini, kebanyakan siswa lebih
cenderung pada salah satu diantara gaya belajar tersebut.
1) Gaya Belajar Visual
Siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting
adalah mata/penglihatan (visual), mereka cenderung belajar melalui apa yang
mereka lihat. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa
tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka
cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir
menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan
menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai
detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Orang-orang visual: rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, perencana
dan pengatur jangka panjang yang baik, teliti terhadap detail, mementingkan
penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi, pengeja yang baik dan
dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka, mengingat apa
yang dilihat dari pada yang didengar, mengingat dengan asosiasi visual, biasanya
tidak terganggu oleh keributan, mempunyai masalah untuk mengingat intruksi
verbal kecuali jika ditulis dan sering kali minta bantuan orang untuk
mengulanginya, pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca daripada
dibacakan, membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap
waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek,
mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat, lupa
menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, sering menjawab pertanyaan
dengan jawaban singkat ya atau tidak, lebih suka melakukan demonstrasi
daripada berpidato, lebih suka seni daripada musik, sering kali mengetahui apa
yang harus dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata-kata, kadang-kadang
kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan (DePorter &
Hernacki, 2002: 116-118).
2) Gaya Belajar Auditorial

Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui


telinga (alat pendengarannya). Siswa yang mempunyai gaya belajar auditori dapat
belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa
yang guru katakan. Mereka dapat mencerna dengan baik informasi yang
disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara
dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang sulit diterima oleh siswa
bergaya belajar auditori. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih
cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Orang-orang auditorial: berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, mudah


terganggu oleh keributan, menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan
di buku ketika membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan,
dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara, mereka
kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam berbicara, berbicara dengan irama
yang terpola, biasanya pembicara yang fasih, lebih suka musik daripada seni,
belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada
yang dilihat, suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan segala sesuatu
panjang lebar, mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain, lebih
pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan lisan
daripada membaca komik (DePorter & Hernacki, 2002: 118).

3) Gaya Belajar Kinestetik


Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak,
menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini tidak tahan untuk duduk berlama-
lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya
disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan
mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak
tubuh.
Orang-orang kinestetik: berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian
fisik, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, berdiri dekat ketika
berbicara dengan orang, Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak,
mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, belajar melalui
memanipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat,
menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan
isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, tidak dapat mengingat
geografi kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu,
menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, menyukai buku-buku yang
berorientasi pada plot, mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat
membaca, kemungkinan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu,
menyukai permainan yang menyibukkan (DePorter & Hernacki, 2002: 118-120).

2. Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian strategi
pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada
suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan istilah strategi awal mulanya dikenal
dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau dunia olah raga, namun
demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja
akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.
Menurut Ruseffendi (1980), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik
didefinisikan sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang
telah dikaitkan dengan faktor yang menetukan warna atau strategi tersebut,
yaitu :
a. Pemilihan materi pelajaran ( guru atau siswa )
b. Penyaji materi pelajaran ( perorangan atau kelompok, atau belajar
mandiri
c. Cara menyajikan materi pelajaran ( induktif atau deduktif, analitis atau
sintesis, formal atau non formal )
d. Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen,
atau homogen).
2. Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru
atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi
itu disajikan. Misalnya memahami suatu prinsip dengan pendekatan
induktif atau deduktif.
3. Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat
diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah,
ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya.
4. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode
pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan
guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa. Misalnya
teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.
Sedangkan Model Pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan
pada diri siswa.
Istilah model pembelajaran berbeda dengan strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu
model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan
berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang
dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh
Bruce dan koleganya.
Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai
empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
1. Rasional Teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2. Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai,
3. Tingkah Laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan secara berhasil dan
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dirangkai menjadi
satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah Model Pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam.
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu
yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari prestasi belajar yang diharapkan
akan cepat dapat di capai dengan lebih efektif dan efisien.

3. Prestasi belajar
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh
individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu
tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang
dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau
nilai nilai kecakapan. Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana mengatakan
Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability)
yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial
(potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang
dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan
kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih
umum yaitu kemampuan (ability).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa yang
bersangkutan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kecakapan nyata
(actual) bukan kecakapan potensial. Menurut Nila Parta prestasi siswa pada
mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa yang
belajar yang meliputi IQ, motivasi, minat, bakat, kesehatan dan faktor luar
siswa yang belajar yang meliputi guru pengajar, materi ajar, latihan, sarana
kelengkapan belajar siswa, tempat di sekolah atau di rumah serta di
lingkungan sosial siswa.
Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai
setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan
prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek aspek tertentu
dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi
belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu
sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda
sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang
berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan
prestasi belajar, Poerwanto, yang dikutip oleh Doantara Yasa, memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.
Selanjutnya menurut S. Nasution yang dikutip oleh Doantara Yasa
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai
seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan
sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor,
sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika
seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam
proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses
belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan
evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau
rendahnya prestasi belajar siswa.

C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan
menggunakan desain blok acak lengkap. Desain blok acak lengkap digunakan bila
unit percobaan tidak homogen, dimana ketidakhomogenan ini diduga mengarah pada
satu arah. Rancangan desain blok acak yaitu model pembelajaran sebagai perlakuan
eksperimen dan gaya belajar siswa sebagai blok.

2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 8
Makassar yang berjumlah 12 orang siswa.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Makassar yang dimulai pada
tanggal 1 Agustus 2016 sampai dengan tanggal 26 Agustus 2016 sebanyak 12 kali
pertemuan.

4. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
instrumen tes yang diberikan pada akhir pertemuan dimana instrumen tes dirancang
untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa setelah diberikan perlakuan.

5. Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan tes prestasi belajar siswa. jenis tes yang digunakan adalah
jawab singkat dan essay. Sebelum instrumen tes digunakan terlebih dahulu akan
dilakukan uji coba sehingga akan diperoleh instrumen yang valid dan reliabel.
Indikator dalam instrumen tes adalah sebagai berikut:

Variabel Indikator No. Soal

Prestasi Belajar Menggunakan aturan pangkat 1, 2, 3,


matematika
Menggunakan aturan akar 4, 5, 6, 7,

Menggunakan aturan logaritma 8, 9, 10, 11

Melakukan manipulasi aljabar dalam 12, 13, 14, 15


perhitungan yang melibatkan pangkat, akar, dan
logaritma

6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial
dimana data dihitung menggunakan program SPSS.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hipotesis
Hipotesis : H0 : = = =
Ha : , i,j = 1,2,3,4
2. Data
Peneliti akan meneliti 4 macam model pembelajaran ditinjau dari prestasi belajar
siswa. Namun, diasumsikan bahwa setiap siswa memilki gaya belajar yang berbeda
dan berpengaruh terhadap tingkat kemampuan berfikir siswa. Skor siswa ditampilkan
pada tabel di bawah ini.
Model Pembelajaran
Gaya Total
Problem
Belajar Langsung Cooperative Contextual
Solving

Visual 75 70 60 50 255

Auditorial 70 60 45 40 215

Kinestetis 60 55 50 48 213

Total 205 185 155 138 683

Prosedur Analisis SPSS

Hasil perhitungan dengan program SPSS sebagai berikut:

1. Uji Normalitas
Diketahui: = 0.05
Hipotesis : H0 : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Penolakan : H0 ditolak jika Sig <
Hasil :
Tests of Normality

Perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Langsung ,253 3 . ,964 3 ,637

cooperative ,253 3 . ,964 3 ,637


Hasil
problem solving ,253 3 . ,964 3 ,637

contextual ,314 3 . ,893 3 ,363

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Blok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

visual ,214 4 . ,963 4 ,798

Hasil auditori ,237 4 . ,939 4 ,650

kinestetis ,227 4 . ,950 4 ,717

a. Lilliefors Significance Correction

Jumlah sampel penelitian ini adalah 12 siswa atau kurang dari 50 orang sehingga
nilai sig. yang digunakan adalah nilai sig. yang berada di kolom Shapiro-Wilk.
Berdasarkan tabel diatas, dapati dilihat bahwa perlakuan dan blok berdistribusi
normal karena nilai sig. > 0,05 sehingga H0 diterima.

2. Uji Beda
Diketahui : = 0,05
Hipotesis : H0 : = = =
Ha : , i,j = 1,2,3,4
Penolakan : H0 ditolak jika Sig <
Hasil :

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Hasil

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 1179,583a 5 235,917 11,294 ,005


Intercept 38874,083 1 38874,083 1860,993 ,000
Perlakuan 898,917 3 299,639 14,344 ,004
Blok 280,667 2 140,333 6,718 ,029
Error 125,333 6 20,889
Total 40179,000 12
Corrected Total 1304,917 11

a. R Squared = ,904 (Adjusted R Squared = ,824)

Interpretasi:
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai sig model pembelajaran
(perlakuan) lebih kecil dari (0,004 < 0,05), sehingga H0 ditolak yang berarti
bahwa ada perbedaan keefektifan dari kelima model pembelajaran terhadap
prestasi belajar matematika siswa. Oleh karena itu, maka akan dilakukan uji post
hoc.

3. Uji Lanjut (Post Hoc)

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Hasil
Tukey HSD

(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound

cooperative 6,6667 3,73175 ,363 -6,2516 19,5849

Langsung problem solving 16,6667* 3,73175 ,017 3,7484 29,5849

contextual 22,3333* 3,73175 ,004 9,4151 35,2516


Langsung -6,6667 3,73175 ,363 -19,5849 6,2516
cooperative problem solving 10,0000 3,73175 ,126 -2,9182 22,9182
contextual 15,6667* 3,73175 ,022 2,7484 28,5849
Langsung -16,6667* 3,73175 ,017 -29,5849 -3,7484
problem solving cooperative -10,0000 3,73175 ,126 -22,9182 2,9182
contextual 5,6667 3,73175 ,483 -7,2516 18,5849
Langsung -22,3333* 3,73175 ,004 -35,2516 -9,4151

contextual cooperative -15,6667* 3,73175 ,022 -28,5849 -2,7484

problem solving -5,6667 3,73175 ,483 -18,5849 7,2516

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 20,889.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.

Post Hoc:
- Uji Signifikansi (p) perbedaan mean:
Jika p > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika p < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
- Keputusan :
Nilai p = 0,363 > 0,05. H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi tidak ada
perbedaan rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan keempat model pembelajaran.
Nilai p = 0,017 < 0,05. H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi ada perbedaan
rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan
keeempat model pembelajaran.
Nilai p = 0,004 < 0,05. H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi ada perbedaan
rata-rata prestasi belajar siswa yang menggunakan keempat model
pembelajaran.
Nilai p = 0,363 > 0,05. H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi tidak ada
perbedaan rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan keempat model pembelajaran.
- Interpretasi
Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa model pembelajaran langsung dan
model pembelajaran contextual merupakan model pembelajaran yang paling
efektif terhadap prestasi belajar matematika siswa.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada siswa Kelas XI
IPA3 SMA Negeri 8 Makassar, dapat disimpulkan bahwa:
1. Keempat model yang diberikan kepada siswa memberikan nilai berbeda satu sama
lain terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 8
Makassar.
2. Berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran langsung dan model pembelajaran
contextual merupakan model yang paling efektif dari dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa.
F. Daftar Pustaka

DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. 2002. Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Hamzah B. Uno. 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek
Peningkatan Mutu SLTP
Mihibbin Syah. 1999. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu
Ruseffendi. 1980. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid Guru dan
SPG Seri 5. Bandung: Tarsito.
S. Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Uno, H. B. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
LAMPIRAN INSTRUMEN TES

TES PRESTASI BELAJAR


Jenjang : SMA
Waktu : (40 menit) 1 jam pelajaran

Petunjuk :
a. Tulis nama, nomor absen dan kelas di lembar jawaban
b. Bacalah setiap soal dengan teliti kemudian tulislah langkah-langkah jawaban Anda
pada lembar jawaban yang disediakan
c. Tidak diperbolehkan menggunakan kalkulator atau alat hitung lainnya selama tes ini
berlangsung

1. Sederhanakanlah.
a. 7 : 2
5 2 4 (4 5 )
b. 22 2 2

2. Nyatakan bilangan berikut dalam pangkat positif dan sederhanakan.


a. (3 2 ) (5 1 )
2
(32 3 )
b. (32 1 2 )3

3. Nyatakan bilangan berikut dalam notasi ilmiah.


a. 0,00000002578
b. 820.000.000.000.000
4. Di antara bilangan-bilangan berikut, manakah yang merupakan bilangan bentuk akar?
a. 20
3
b. 8
5. Nyatakan penjumlahan dan pengurangan berikut dalam bentuk akar yang sederhana.
a. 23 + 43
b. 46 + 24 54
18
6. Rasionalkan penyebut pecahan 33

3 1
7. Bentuk pangkat dari 5 adalah...
1
8. Tentukan bentuk logaritma dari 62 =
1
9. Sederhanakanlah log 3 2 + log 3 54
log 22+log 83+log 92
10. Nilai adalah
log 12

11. Jika log 5 6 = , maka log 36 125 =


1

4 2
12. Bentuk sederhana dari (42 ) adalah ....

13. Buktikan bahwa log log = log , > 0, 1, dan , > 0
2 3

3 . 4
14. Jika = dengan = 64 dan = 64, maka nilai F =
0
12+18
15. Dengan cara merasionalkan bagian penyebut ekuivalen dengan..
6

KUNCI JAWABAN

No Jawaban Skor

1a 7 : 2 = 72 1
= 5
1

1b 5 2 4 (4 5 ) 5.4. 2+52 . 4+12 1


=
22 2 2 4
5 3 1
= 5

2a (3 2 ) (5 1 ) = 2 3 1

1 1
= 2 3

2b (32 3 )2 32 4 6 1
=
(32 1 2 )3 36 3 6
32+6 6+6 1
=
3+4
38 12 1
=
7

3a 0,00000002578 = 2,578 108 2

3b 820.000.000.000.000 = 8,2 1014 2


4 20 = 25 2

5a 23 + 43 = (2 + 4)3 2

5b 46 + 24 54 = 46 + 26 36 1

= (4 + 2 3)6 1

6 18 18 3 1
=
33 33 3

= 23
1

7 2
31 1
= 53
5

8 1 1 2
62 = log 6 =
2

9 1 1 1
log 3 + log 3 54 = log 3 ( 54)
2 2
1
= log 3 27

10 log 22 + log 83 + log 92 log(22 83 92) 1


=
log 12 log 12
1
22 83 92
=
12
1
2883
=
12
1
= 243

11 Dikt. log 5 6 =

Dit. log 36 125 =


Penyls.

log 36 125 = log 62 53 1

3
= log 5 1
2 6
3 1
= 1
2 log 5 6

3 1 3
= = 1
2 2

12 1 1

4 2 2
( 2 ) = 1
4 4

1 1
=
42

13 Misalkan:

1
Dari bentuk pangkat tersebut diperoleh:

1

Jadi, log log = log 1

2 3
14
3 . 4
Dikt. = 0

= 64
= 64

Dit. F =

Penyls.
2 3 1
643 . 644
=
640 1
2 3 1
= 6434 = 6412

15 12 + 18 12 + 18 6 1
=
6 6 6

(12 + 18)6
= 1
6
12+18 (12+18)6
Jadi, ekuivalen dengan
6 6

Total 40

Anda mungkin juga menyukai