Askep Febris
Askep Febris
1
d. Manifestasi klinik
1. Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat (>38oC)
2. Serangan kejang terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dari benruk tonik-klonok,
tonik, klonok, fokal atau akinetik.
3. Nadi dan pernafasan cepat
Klasidikasi
a. Livingston membuat criteria dan membagi kejang demam atas dua
golongan yaitu
1. Kejang demam sederhana (simple Fibrite convulsiom)
2. Epilefsi yang dipropokasi oleh demam (epilefsi triggered off
fever)
Adapun kriterianya adalah:
a) Kejang demam sederhana ialah:
1. Kejang umum
2. Waktunya singkat
3. Umur serangan pertama kurang dari 6 tahun
4. Frekuensi serangan 1-4 kali /tahun
5. EEG normal
b) Yang digolongkan epilepsy yang diprovokasi oleh demam
ialah:
a) Kejang lama atau fokal
b) Umer lebih dari 6 tahun
c) Frekuensi serangan lebih dari 4 kali/tahun
d) EEG setelah demam tidak normal
2
(a) Adapun criteria untuk kejang demam sederana:
(1) Penderita dengan neurologis normal
(2) Umur 6 bulan sampai 4 tahun
(3) Suhu 100oF atau lebih
(4) Kejang simetris
(5) Kejang berlangsung kurang dari 30 menit
(6) Setelah kejang, neurologis normal
(7) EEG normal setelah tidak normal
(b) Penderita kejang demam yang tidak memenuhi kriteria diatas
digolongkan kedalam kejang demam atipikal
c. Sub Bagian anak FKUI-RSCM jakarta memodifikasi kriteria kejang
demam menurut Living Stone menjadi lebih sederhana yaitu :
- Kriteria kejang demam sederhana
- Penderita kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau
lebih dari 7 kriteria tersebut digolongkan kepada epilepsi yang
diprovokasi oleh demam dimana epilepsi ini mempunyai suatu
dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang sedangkan
demam hanya merupakan pencetus faktor pencetus saja.
d. Kriteria kejang demam sederhana menurut Thesis Lumban Tobing
- Adanya kejang dan demam
- Tidak ada deficit neurologist sebelum dan sesudah serangan kelang
- Liquar normal
e. Penatalaksanaan medik
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan
yaitu:
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila anak kejang segera berikan
1) Diazepam intravena dosis rata-rata 0,3 mg/kg atau
Diazepam rectal dosis 10 kg = 5 mg
3
10 kg = 10 mg
Bila kejang tidak berhenti tunggu 15 menit, dapat diulangi dosis yang
sama, tetapi bila kejang berhenti berikan dosis awal Fenibarbiturat
Neonatus : 30 mg
1 bulan sampai 1 tahun : 50 mg
> 1 tahun : 75 mg
2) Bila Diazepam tidak tersedia pakai fenobarbital dengan dosis awal
yaitu:
Neonatus : 30 mg 1 M
1 bulan sampai 1 tahun : 50 mg 1 M
> 1 tahun : 75 mg 1 M
b. Pengobatan penunjang
1) Semua ketat dibuka
2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
3) Usahakan jalan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
4) Pengisapan lender secara teratur dan diberikan oksigen
5) Menurunkan suhu yang tinggi dengan kompres hangat
c. Pengobatan rumat (Pengbatan yang diberikan sesudah kejang dapat diatasi
atau biasa disebut pengobatan untuk pemulihan).
d. Mencari penyebab dan mengobati
f. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak
perlu menyebabkan kematian. Adapun frekuensi terulangnya kejang
umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.
Apabila melihat kepada umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga maka
lennox Bucthai (1973) mendapatkan :
1. Pada anak berumur (13 tahun terulangnya kejang pada wanita 30 % dan
pria 33 %)
4
2. Pada anak berumur antara 14 bulan sampai 3 tahun dengan riwayat
keluarga adanya kejang. Terulangnya kejang adalah 30 % sedangkan pada
tanpa riwayat kejang 25%
Resiko yang akan dihadapi oleh seseorang anak sesudah menderita kejang
demam tergantung dari faktor :
1) Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam kelurga
2) Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak
menderita kejang demam.
3) Kejang demam berlangsung lama atau kejang total.
2. Konsep Dasar Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
- Aktivitas / Istrahat
Gejala : Kelelahan, Kelemahan umum
Tanda : perubahan tanus / kekuatan otot
Gerakan incolunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot
ataupun sekelompok otot
- Sirkulasi
Gejala : Hipertensi, peningkatan nadi, sianosis, posiktal, tanda vital
normal atau defresi dengan penurunan nadi
- Eliminasi
Gejala : Inkontinensia
Tanda : Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus otot spingter
Otot relaksasi yang menyebabkan inkontinensia
- Makanan / Cairan
Gejala : Sensivitas terhadap makanan, mual/muntah
Tanda : Kerusakan jaringan / gigi
- Nyeri / Kenyamanan
- Pernafasan
5
- Keamanan
b. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
1. Sistem pernapasan
Pernapasan cepat, apnoa, sianosis
2. Sistem kardiovaskuler
Bibir sianosis, kesadaran menurun, TD, akral dingin, nadi cepat
3. sistem pencernaan
Bibir kering, nafsu makan menurun, mual, diare, mukosa mulut luka
4. Sistem perkemihan
5. Sistem muskuloskeletal
Kelemahan otot-otot, kontraktor sendi
6. Sistem integumen
Kulit kering, turgor jelek, rambut rontok dan kotor, kulit panas dan kasar
7. Sistem penginderaan
Mata rabun senja tanpa kekurangan vitamin A
8. Sistem persyaratan
Perkembangan sel otak kurang, IQ rendah, retardasi mental, kelumpuhan
9. Sistem imunolgi
Menurun sehingga mudah terkena infeksi seperti ISPA, OMA, ISK
c. Diagnostik Test
- Pemeriksaan Laboratorium
1) Elektrolit : tidak seimbang
2) Glukosa hipoglikemia (normal : 80-120)
3) Ureum/kreatinin : meningkat (U : 10-15 & K = < 1,4 mg /dl)
4) Sel darah merah (Hb) menurun (N L : 14-18 & P : 12-26 g / dl )
5) Sel darah putih (leukosit) meningkat (N : 4-10 ribu / ul)
6) LED 1 jam / 2 jam meningkat
6
7) Fungsi lumbal : untuk menegtahui tekanan normal dari css tanda-
tanda infeksi.
- EEG digunakan menentukan adanya kelainan pada SSP
- Pemeriksaan radiology
3. Masalah Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b/d adanya infeksi
2. Resiko tinggi cedera fisik : lidah tergigit b/d aktivitas motorik meningkat
3. Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh b/d intaske kurang.
4. Resiko tinggi perubahan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d
pengeluaran berlebihan.
5. Kecemasan orang tua b/d dampak hospitalisasi.
6. Kurang pengetahuan orang tentang penanganan saat kejang b/d kurangnya
informasi.
4. Intervensi dan Rasional
1. Hipertermi b/d adanya proses infeksi.
Tujuan : suhu tubuh normal 36 0C-37 0C pada klien
Intervensi :
- Kaji penyebab hipertermi
R/ Hipertermi merupakan salah satu gejala/kompensasi tubuh terhadap
adanya infeksi baik secara lokal maupun secara sistemik. hal ini perlu
diketahui sebagai dasar dalam rencana intervensi.
- Observasi suhu badan
R/ proses peningkatan suhu menunjukkan proses penyakit infeksius akut
- Beri kompres hangat pada dahi/axilla
R/ Daerah dahi / axilla merupakan jaringan tipius dan terdapat pembuluh
darah sehingga proses vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat sehingga
pergerakan molekul cepat.
- Beri minum sering tapi sedikit.
7
R/ Untuk mengganti cairan yang hilang selama proses evaporasi.
- Anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian tipis dan yang dapat menyerap
keringat.
R/ Pakaian yang tipis dapat membantu mempercepat proses evaporasi.
- Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
R/ Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas
2. Resko tinggi cedera fisik: lidah tergigit b/d altivitas meningkat
(kejang)
Tujuan : lidah tidak tergigit
- Jelaskan kepada keluarga akibat-akibat yang terjadi saat kejang berulang
R/ Penjelasan yang baik dan tepat pada keluarga sangat penting untuk
meningkatkan pengetahuannya dalam mengatasi kejang
- Sediakan spatel lidah
R/ spatel lidah sangat penting untuk mencegah jika tergigitnya lidah
- Beri posisi miring kiri dan kanan
R/ mencegah aspirasi lambung
- Lakukan suction bila banyak lendir
R/ secret yang banyak dapat menyumbat jalan nafas dalam hal ini dapat
mengakibatkan disteress pernapasan sehingga harus dilakukan suction bila
banyak lender.
- Penatalaksanaan pemberian obat anti konvulsan
R/ sebagai pengatur gerakan motorik / menghentikan gerakan motorik
yang berlebihan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
- Kaji pola makan
R/ adanya perubahan pola makan seperti nafsu makan menurun dan dapat
memperburuk status anak
- Timbang BB bila memungkinkan
8
R/ peningkatan BB penting untuk mengetahui perubahan status nutrisi
- Anjurkan ibu untuk memberi makanan sedikit tapi sering
R/ membantu mengurangi distensi lambung
- Beri makanan yang bervariasi
R/ menambah nafsu makan
- Monitor dan catat makanan yang dihabiskan klien
R/ mengetahui intake yang masuk
- Penatalaksanaan pemberian nutirisi parental.
R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
4. Resiko tinggi perubahan volume cairan kurangdari kebutuhan b/d
intake yang berlebihan
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan
Intervensi
- Monitor tanda-tanda dehidrasi
R/: adanya perubahan pola makan seperti nafsu makan berkurang akan
dapat memperburuk status klien karena intake kurang
- Anjurkan beri minum banyak sesuai kebutuhan klien
R/: dapat mengganti kebutuhan cairan klien yang hilang
- Observasi tanda-tanda vital
R/: merupakan indikator dari volume cairan
- Observasi frekuensi dan konsistensi bab
R/: mengetahui perkembangan penyakit serta indikasi dalam rencana
intervensi
- Penatalaksanaan pemberian infus parental
R/: memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang.
5. Kecemasan orang tua
Tujuan : Kecemasan pada orang tua berkurang
Intervensi
- Kaji pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya
9
R/: mengetahui kebutuhan keluarga akan pengetahuan sehingga dapat
mengurangi kecemasan
- Beri support pada keluarga bahwa anaknya akan sembuh kalau disiplin
dalam mengikuti perawatan
R/: memberikan harapan, menurunkan kecemasan, mentaati anjuran
pengobatan
- Beri kesempatan pada keluarga untuk mengungkapkan perasaanya
R/: mengurangi beban psikologi dan menyalurkan aspek emosional secara
efektif dan cepat
- Beri informasi yang nyata tentang perawatan yang diberikan
R/: Dapat meningkatkan pengetahuan orang tua sehingga dapat
mengurangi kecemasan
6. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penanganan saat kejang b/d
kurang terpajang informasi.
Tujuan : orang tua dapat memahami tentang penanggulangan kejang
Intervensi
- Kaji tingkat pengetahuan orang tua tentang penanggulangan kejang
R/: memudahkan dalam pemberian pemahaman tentang kejang sesuai
dengan tingkat pengetahuan orang tua
- Berikan penjelasan pada orang tua klien tentang penanggulangan kejang
R/: penjelasan yang baik dan tepat meningkatkan pengetahuan orang tua
dalam menangani kejang
- Anjurkan pada orang tua klien tentang cara penggunaan spatel
R/: informasi tentang cara penggunaan spatel sangat penting agar dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga klien
- Anjurkan pada orang tua untuk segera membawa anaknya kerumah sakit
atau puskesmas bila anaknya kejang yang lama
Mengurangi komplikasi atau bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kejang.
10
LAPORAN KASUS
11
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Gowa Ria Sudiang
II. Riwayat kesehatan saat ini
1. Keluhan Utama : Demam
2. Alasan masuk RS : menurut orang tua anaknya demam mulai tadi
malam, tapi panas tidak turun-turun malahan
tambah naik/ tinggi, tadi pagi anak kejang 1x
dirumah akhirnya keluarga langsung membawa
anaknya ke rumah sakit dan diopname di UGD anak
kejang 1x.
III. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Prenatal
a.Pemeriksaan kehamilan : ibu memeriksakan kehamilan hanya pada awal
trisemester I
b. Kebutuhan selama hamil : tidak ada infeksi,
perdarahan, muntah hebat dan tidak riwayat
terpapar radiasi
c.Riwayat terapi obat : selama hamil ibu mengkonsumsi vitamin penambah
darah yang diberikan saat pemerikasaan kehamilan
tetapi hanya trisemester I
d. Riwayat berat badan selama hamil : ibu lupa berapa
peningkatan berat badan selama hamil
e.Imunisasi TT : hanya 1x.
2. Natal
a. Tempat melahirkan : rumah
b. Lama dan jenis persalinan : persalinan spontan
c. Penolong persalinan : bidan
d. Tidak ada komplikasi persalinan
3. Post Natal
12
a. Kondisi bayi ; berat badan lahir dan panjang lahir : lupa
b. Penyakit anak : tidak ditemukan adanya kelainan dan gangguan pada anak
c. Problem menyusui : asi encer tidak ada kelaianan
4. Penyakit yang pernah dialami : menurut orang tua anak biasa demamdi rumah
dan flu tetapi hanya diberikan obat yang dibeli di apotik ( paracetamolsyrup dan
OBH syrup ) dan sembuh sehingga anak belum pernah dirawat di rumah sakit.
5. Kecelakaan yang pernah dialami
6. Riwayat alergi : tidak ada
7. Riwayat imunisasi
No. Jenis Imunisasi Waktu pemberian Reaksi
1 BCG 1 bulan -
2 DPT (I,II,III) 1,2,3 bulan Demam
3 POLIO (I,II,III) 1,2,3,4 bulan -
4 CAMPAK 9 bulan -
5 HEPATITIS 2,3,4 bulan -
X 6 60 5
8 5
42 40 39 39 3 3 34
8 6
12 7 5 10bln
Keterangan :
: laki-laki : Klien
: perempuan X : Meninggal
13
Penjelasan : kakek klien dari ayah meninggal sejak 2 bukan yang lalu karena
faktor usia, tidak ditemukan adanya penyakit keturunan dalam
keluarga dan tidak dijumpai penyakit yang sama pada setiap
keturunan.
V. Riwayat tumbuh kembang anak
1. pertumbuhan fisik :
a. berat badan : 10 kg
b. panajang badan : 92 cm
2. perkembangan tiap tahap
a. berguling : 4 bulan
b. duduk : 6 bulan
c. merangkak: 7 bulan
d. berdiri : 9 bulan
e. berjalan : 11 bulan
f. senyum I pada orang lain : 2 bulan
g. bicara I x : lupa
VI. Riwayat nutrisi
1. Pemberian asi : ibu memberi asi sejak klien baru
lahir sampai berusia 1 tahun 6 bulan.
2. Pemberian susu formula, jarang diberikan
3. Pemberian makanan tambahan : diberikan sejak
klien berusia 4 bulan yaitu : pisang atau pepaya, selanjutnya bubur halus
4. Pola perubahan nutrisi
usia jenis nutrisi lama pemberian
1. 0-4 bulan asi
4 bulan
2. 4-12 bulan buah-buahan, bubur
saring, bubur tim -
3. saat ini 2,5 tahun nasi, sayur, lauk
14
VII. Riwayat psiko-sosio-spiritual
Riwayat psiko-sosio-spiritual
1. riwayat psiko-sosial
a. tempat tinggal : klien tinggal serumah denganoarang
tua dan saudara-saudaranya
b. lingkungan rumah : cukup aman dan bersih
c. hubungan antar anggota keluarga : baik
d. pengasuh anak : anak diasuh sendiri oleh ibunya, kadang dibantu oleh
saudara-saudaranya.
2. riwayat hospitalisasi
a. pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap di rumah sakit.
Sakit pada anak merupakan stressor bagi keluarga, menurut ibu saat ini
dia merasa cemas sekali, selalu menanyakan keadaan anaknya, tegang
dan kadang menangis.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap.
Belum mengerti apa itu sakit tapi menurutnya rawat inap di rumah sakit
itu orang akan disuntik
VIII. Kebutuhan dasar/ pola kebiasaan setiap hari
1. Nutrisi
sebelum sakit : anak makan 3-4x sehari dengan menu asi, lauk,dan sayur,
anak sangat menyukai telur rebus.
Saat sakit : pada saat pengkajian anak belum makan karena tertidur setelah
pemberian stesolid rectal 1 tube di UGD.
2. Cairan
sebelum sakit : anak kuat minum +_ 6-7 gelas / hari ( 1500-1750cc).
saat sakit : dirumah anak malas minum, setelah adirumah sakit
saat pengkajian anak belum pernah minum, kebutuhan
cairan dibantu dengan cairan IV RI : tetesan dipercepat.
3. Istirahat/tidur
15
sebelum sakit : anak biasa tidur siang pada saat setelah capek bermain
+_ 1-2 jam, pada malam hari biasanya tidur pukul
20.00 atau 21.00 wita dan bangun pagi jam 06.00.
saat sakit : anak cenderung tidur, pada saat pengkajian anak
masih tidur karena pengaruh kelemahan, dan efek
diasepem dan stesolid.
4. Eliminasi fekal/BAB
sebelum sakit : menurut ibu anak BAB 1-2x / hari dengan konsistensi
lembek, dengan warna kuning.
Saat sakit : BAB 1x saat setelah kejang, encer warna kuning.
5. Eliminasi urine/BAK
sebelum sakit : anak BAK 4-5x / hari, warna kuning jernih dan bau
pesing.
Saat sakit : anak BAK 4-5x / hari, warna kuning jernih dan bau
pesing.
6. Personal hygiene
sebelum sakit : dengan menggunakan sabun mandi, keramas biasa 2
hari dengan menggunakan shampoo, sikat gigi 1x
sehari bila ingin tidur.
Saat sakit : anaknya dilap basah oleh ibunya diatas tempat tidur.
7. Aktivitas sehari-hari
sebelum sakit :anak banyak bermain dengan teman sebaya
dilingkungannya.
Saat sakit : aktivitas terbatas karena kelemahan dan pemasangan
infus
IX. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1. Motorik kasar : anak mampu berjalan sendiri
2. Motorik halus : belum dapat dikaji langsung, tapi menurut ibu anak sudah
dapat membedakan antara dua jenis benda
16
3. Bahasa : anak mampu berbicara tapi belum lancar
4. Personal sosial : anak sudah bermain dengan di lingkungannya.
X. Pemeriksaan fisik
Hari rabu, 07 06 2006 jam 10.30
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : tidak bisa dinilai karena sudah diberi stezolid rectal 1 tube di
UGD.
b. Penampilan dihubungkan dengan usia : sesuai, anak tampak lemah.
c. Kebersihan secara umum : anak cukup bersih, kuku tangan dan kaki
bersih.
2. Head to toe
a. Kulit/ integimen
Turgor kulit baik, tidak ada solema, kulit agak kecoklatan, tekstur banyak,
kulit teraba panas obs sb : 40oC
b. Kepala dan rambut
Rambut hitam, agak ikal, tipis, tidak mudah dicabut, kulit kepala bersih
tidak ada kutu dan ketombe, tidak ada peradangan.
c. Kuku
Kuku tangan dan kaki amat bersih dan pendek
d. Mata atau penglihatan
Refleks cahaya normal, sclera putih, conjungtiva hiperamik, pupil isokor,
tidak ada pandangan pada mata.
e. Hidung atau penciuman
Posisi septum ditengah, tidak ada polik, tidak ada peradangan dan
pendarahancairan dari hidung (-), terpasang sonde pada hidung kanan
untuk pemberian obat.
f. Telinga/ pendengaran
Liang telinga bersih , tidak ada peradangan, tidak ada alat Bantu
pendengaran, fungsi pendengaran baik.
17
g. Mulut dan gigi
Bibir agak kering, kemerahan, gigi anak belum lengkap.
h. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada kaku duduk.
i. Dada
Penerapan : nampak pernapasan dada dominant, gerakan ikut gerak nafas,
simentris, pernapasan vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan.
Jantung : irama jantung teratur 130x permenit, batas atas jantung 1 cs II
kiri, kanan : linea parastrenalis kanan, kiri media midklaricularis , bawah ;
1 cs V kiri, kesan normal.
j. Abdomen : peristaltic usus 8x/ menit, kuat, tidak teraba adanya perbesaran
hepar maupun lien.
k. Perineu dan genitalia : bersih, tidak ada peradangan dan pendarahan.
l. Ekstremitas atas dan bawah : terpasang infus pada tangan kanan dengan
RL : tetesan dipercepat tidak ada kekakuan sendi.
3. Pengakajian data fokus
a. Sistem respirasi
Pernapasan 32x/menit, tidak ada bunyi nafas tambahan, batuk (-).
b. Sistem kardiovaskuler
Nadi 30x/menit, irama teratur.
c. Sistem gastrointestinal
Anak belum pernah makan sejak tadi malam,
d. Sisctem integument
Badan teraba panas obs sb : 40oC
4. Penatalaksanaan medis
Infus dengan RI 30 tetesan/i
Paracetamol 3x1 sendok
Ampicillin 250 mg x 8 jam/ iv
Stezolid rectal bila / kejang(diazepam)
5. Pemeriksaan laboratorium : belum ada
18
ANALISA MASALAH
Respon Menggigil
19
3. Peningkatan Metabolisme Resiko tinggi
basale dan kebutuhan cedera fisik lidah
oksigen tergigit
dengan bantuan
neurotransmitter
kejang
20
PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial klien : By. DZP Ruangan : BD III RS Labuang Baji No. RM : 084235
Perencanaan
Diagnosa
No Data Tujuan dan Rasionalisasi Implementasi Evaluasi
Keperawatan Intervensi
Kriteria hasil
1. DS : ibu klien Defisit volume cairan Deficit volume - - Tanggal 07-06-2006 Pukul 14.00
mengatak b/d meningkat (demam) cairanteratasi Kaji intake dan Untuk menentukan Pukul 10.30 S : Menurut ibu anak
an badan intake inadekuat d/d : denngan kriteria : output balance cairan - Mengkaji intake dan belum pernah
anaknya DS : ibu klien - - oputput minum karena
panas mengatakan badan Anak menunjukan - Selaput mukosa Hasil : Intake masih tertidur
sekali anaknya panas hidrasi yang monitor tanda- tanda kering, turgor - air minum : tapi sering
Ibu klien sekali adekuat dehidrasi kulit buruk, 50cc ngompol 3x
mengatak Ibu klien - produksi urine - infuse ::400cc O : - Ku lemah
an mengatakan Anak minum 1500 - kurang normal ( 1 450cc - Badan masih
anaknya anaknya belum 2000cc/hr cc/kg BB/jam ) Output : panas
belum pernah minum - adalah tanda-tanda - IWL : 1120cc - Infuse +
pernah sejak pagi / kejang Suhu tubuh anak dehidrasi - Urine : 60cc dengan RL :
minum DO : klien nampak dalam batas - - BAB : 100cc masuk
sejak lemah normal 36,5 - - Takikardi dan 1280cc 1200cc
pagi / Badan teraba panas 37,4oc Obserbasi TTV hipotensi Pukul 11.00 A : Defisit volume
kejang Obs sb : 40oc tergantung pada - Monitor tanda-tanda cairan belum teratasi
DO : klien Nadi 130x / menit derajat dehidrasi P : Intervensi lanjut
nampak lemah kekurangan Hasil : turgor - Kaji intake dan
Badan volume cairan kecil baik, bibir output
teraba - agak kering, anak - Monitor tanda-tanda
panas Obs - Membantu sering BAK dehidrasi
sb : 40oc beri minum sedikit mengganti cairan Pukul 11.10 - Beri minum sedikit
Nadi 130x / tapi sering yang hilang - Menganjurkan pada tapi sering
menit Untuk memenuhi ibu untuk memberi -Pertahankan infuse
kebutuhan cairan minum pada anak
dalam tubuh Pukul 11.10
- Mengatur tetesan
pada infuse
Hasil : tetetesan
infuse dipercepat
2. DS : orang tua Hipertensi berhubungan Hitertensi teratasi - - Tanggal 07-06-2006 Pukul 13.55
mengata dengan adanya infeksi dengan kriteria : Observasi suhu Menetukan Pukul 10.30 S : Ibu klien
kan d/d : - badan intervensi - Mengobservasi mengatakan badan
demam DS : orang tua Ibu melporkan selanjutnya suhu badan anaknya masih
sejak mengatakan demam anaknya sudah - - pukul 10.35 panas
tadi sejak tadi malam tidak demam Beri kompres hangat Dahi/ axilla - Menganjurkan pada O : Badan teraba
malam DO : badan teraba - badan tidak teraba pada dahi merupakan bu memberikan panas Obs sb: 39,7oc
DO : badan panas : 40oc panas atau axilla jaringan tipis dan kompres air hangat Nadi 128x/mnt
teraba panas : Nadi : 130x /mnt - terdapat pembuluh pada dahi dan axilla A : Masalah
40oc suhu tubuh dalam darah banyak, pukul 10.36 hipetermi masih
Nadi : batas normal sehingga proses - Menganjurkan pada belum teratasi
130x /mnt vasodilatasi lebih ibu untuk mengganti P : Lanjutkan
cepat sehingga baju anaknya intervensis
evaporasi dengan baju tipis - Obs suhu badan
menigkat. dan menyerap - Beri kompres pada
- - keringat dahi
Anjurkan kepada ibu Mengganti cairan pukul 10.40 - Anjurkan beri
untuk memberi yang hilang - Mengatur ventilasi minum banyak
minum sedikit tapi karena proses ruangan dan - Batasi pembesuk
sering (500cc- evaporasi membatasi - Beri antipiretik
1500cc/hari) pengunjung
- - Memberikan
Atur ventilasi - antipiretik
ruangan Suhu ruangan yang (paracetamol syrup 1
lebih rendah dari sendok lewatb
suhu tubuh dapat sonde )
menyebabkan
konveksi
- -
Berikan pakaian tipis Membantu
dan menyerap mempercepat
keringat proses evaporasi
keringat
menimbulkan rasa
tak nyaman
- -
Penatalaksanaan Menurunkan panas
pemberian dengan efeksentral
antipiretik pada hipotalamus
3. Resiko cidera fisik : Cedera fisik tidak - sediakan spatel penting untuk Tanggal 07-06-2006 Pukul 14.00
lidah tergigit terjadi dengan cidera lidah mencegah Pukul 10.35 S : Keluarga
berhubungan aktivitas lidah tidak tergigit tergigitnya lidah - Menjelaskan pada mengatakan
motorik meningkat - beri posisi miring - mencegah aspirasi keluarga akibat anaknya masih
(kejang) kiri dan kanan yang dapat terjadi demam dan kejang
- jelaskan pada - penjelasan yang saat kejang O : Klien tampak
keluarga akibat- baik meningkatkan berlangsung ( lidah lemah
akibat yang terjadi pemahaman tergigit ) Badan teraba
saat kejang (lidah sehingga hasil : keluarga panas
tergigit bekerjasama dalam tampak memahami Obs sb : 39,7oc
intervensi apa penjelsanyang Lidah tidak
- penatalaksanaan - mengatur gerakan diberikan tergigit
pemberian antu motorik pukul 10.37 A : Masalah tidak
konvulsan (menghentikan - Menyediakan terjadi
gerakan motorik spatel lidah P : Intervensi lanjut
yang berlebihan. pukul 10.40 - Sediakan spatel
- Memberikan posisi - Beri posisi kir /
miring kiri kanan
pukul 11.30 - Beri anti
- Memasang spatel konvulsan
lidah karena anak
kejang
pukul 11.35
- Memberi stesolid
rectal
pukul 12.00
- Memberikan
diazepam 1 tube
lewat sonde
lambung
Endotoksin
Merangsang Hipotalamus
Anterior sebagai Thermoregolotor
Respon Menggigil
OLEH
HASNAH TAPA, S.Kep
(100090113)
DISETUJUI OLEH
PEMBIMBING / CI INSTITUSI
PROGRAM NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA
MAKASSAR