Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian akibat kekerasan fisik yang dilakukan oleh seseorang dengan

sengaja maupun tidak sengaja dengan ataupun tanpa melawan hukum dapat

dikatakan sebagai pembunuhan dan dapat dikategorikan sebagai kematian tidak

wajar. Berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, kematian tidak wajar

seharusnya mendapat perlakuan khusus yaitu dengan dilakukannya pemeriksaan

jenazah luar dan dalam. Pemeriksaan dalam jenazah ini disebut sebagai autopsi

dan hanya bisa dilakukan oleh pihak yang berwenang yaitu dokter atas permintaan

penyidik.1

Autopsi medikolegal dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang

kasus kematian tidak wajar meliputi nama, umur, jenis kelamin, serta pola dan

karakteristik perlukaan, mekanisme mati, sebab mati, cara mati, serta asal polisi

sektor yang meminta penyidikan. Dimana informasi tersebut bertujuan untuk

menemukan bukti dan fakta yang ada yang nantinya akan digunakan penyidik

untuk proses penegakan hukum. Oleh karena berhubungan dengan ranah hukum,

autopsi medikolegal hanya dapat dilakukan apabila polisi atau penyidik meminta

dilakukannya autopsi medikolegal kepada rumah sakit yang berwenang di

daerahnya.2 Terdapat studi yang dilakukan oleh Bagian Forensik dan Medikolegal

Fakultas Kedokteran Universitas Riau pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa

terdapat 613 kasus kematian tidak wajar di Provinsi Riau, dan hanya 73 (11,9%)

diantaranya dilakukan autopsi medikolegal.3

1
2

Apabila terjadi suatu kasus yang memerlukan tindakan autopsi

medikolegal di wilayah kerjanya, maka penyidik akan meminta kepada Bidang

Kedokteran Kesehatan (Biddokkes) Polda Riau untuk melakukan autopsi.

Kemudian Biddokkes Polda Riau akan mengirimkan tenaga medisnya ke daerah

yang meminta dilakukannya autopsi. Nantinya autopsi itu akan menghasilkan

surat keterangan berupa Visum et Repertum yang merupakan laporan yang dibuat

oleh dokter mengenai pemeriksaan medik terhadap manusia hidup atau mati

dibawah sumpah berdasarkan keilmuannya yang digunakan untuk kepentingan

penyidikan.4

Penelitian Afandi (2012) yang dilakukan pada periode tahun 2007 hingga

2011 terhadap 73 subjek, menunjukkan bahwa 60 (82,2%) diantaranya merupakan

kematian tidak wajar. Penyebab utama kematian disebabkan oleh kekerasan

tumpul sebanyak 30,1% dan kekerasan tajam sebanyak 20,5%. Penelitian lain

yang pernah dilakukan di India oleh Prajapati tahun 2010 mengenai kasus

pembunuhan dengan cedera mekanik menunjukkan bahwa dari 166 kasus

pembunuhan dengan kekerasan, 80 (48,19%) disebabkan oleh kekerasan tumpul

dan 74 (44,57%) disebabkan oleh kekerasan tajam.5

Dari data yang didapat, menurut kematian yang disebabkan oleh karena

kekerasan tumpul menurut Afandi menjadi yang terbanyak yaitu 22 orang

(30,1%). Data menunjukkan bahwa korban terbanyak akibat kekerasan tumpul

adalah laki laki sebanyak 16 korban dan 6 diantaranya adalah perempuan dan

semua korban adalah korban pembunuhan.

Berdasarkan data tersebut, terdapat fakta yang muncul bahwa autopsi

medikolegal belum sepenuhnya dilakukan pada semua korban kematian tidak


3

wajar yaitu hanya 11,9% (73) kasus. Data juga menunjukkan bahwa kekerasan

tumpul merupakan penyebab terbanyak kematian tidak wajar. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai profil autopsi kekerasan

tumpul di Provinsi Riau periode tahun 2010 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana profil autopsi kekerasan tumpul di Provinsi Riau

periode tahun 2010 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dari kasus korban

kekerasan tumpul yang dilakukan autopsi di Provinsi Riau periode tahun 2010 -

2014.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui angka kejadian kasus korban kekerasan tumpul yang

dilakukan autopsi di Provinsi Riau periode tahun 2010 - 2014.

2. Mengetahui karakteristik dari korban kekerasan tumpul yang dilakukan

autopsi di Provinsi Riau periode tahun 2010 2014 berdasarkan nama,

umur, dan jenis kelamin

3. Mengetahui pola dan ciri kekerasan pada korban kasus kekerasan tumpul

berdasarkan jenis luka, lokasi luka dan jenis kekerasannya. Dan juga

mengetahui sebab mati, mekanisme mati dan cara mati pada kasus korban
4

kekerasan tumpul yang dilakukan autopsi di Provinsi Riau periode tahun

2010 - 2014.

4. Mengetahui asal Polisi Sektor (Polsek) yang meminta Visum et Repertum

pada kasus korban autopsi kekerasan tumpul di Provinsi Riau periode

tahun 2010 - 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui profil autopsi

kekerasan benda tumpul beserta permasalahan yang dihadapi di lapangan.

2. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat membuka wawasan dan

membuka jalan bagi penelitian yang lain untuk mengadakan penelitian

yang berkaitan dengan proses autopsi.

3. Bagi rumah sakit terkait, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan

informasi yang bisa dipakai untuk meningkatkan kualitas dan mutu

pelayanan. Sehingga terciptanya data yang akurat agar bisa menjadi acuan

bagi penyidik untuk proses penegakan hukum.

4. Bagi penyidik diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi yang

berguna dalam penegakan hukum.

Anda mungkin juga menyukai