PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini ISPA masih menjadi masalah kesehatan dunia. Menurut WHO
(2007) dalam Nindya dan Sulistyorini (2012), ISPA adalah penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit menular didunia dengan angka kejadian
hampir 4 juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut. Tingkat mortalitas sangat
tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara
dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah.
Prevalensi ISPA tahun 2013 di Indonesia adalah 25,5% (rentang: 17,5%-
41,4%) dengan 16 provinsi diantaranya mempunyai prevalensi diatas angka
nasional. Kasus ISPA pada umumnya terdeteksi berdasarkan gejala penyakit.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya.
Angka ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada
kelompok umur 15-24 tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai
dengan meningkatnya umur. Antara laki-laki dan perempuan relatif sama, dan
sedikit lebih tinggi dipedesaan. ISPA cenderun lebih tinggi pada kelompok
dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran per kapita lebih rendah
(Riskesdas, 2013).
Faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA adalah faktor anak,
faktor lingkungan dan faktor ibu. Faktor anak terdiri dari umur, status gizi,
jenis kelamin, status imunisasi campak, pemberian vitamin A dan pemberian
ASI (Hidayati, 2007). Faktor lingkungan terdiri dari kepadatan hunian,
pencemaran udara dalam rumah (Sukamawa & Sulistyorini, 2008).
Selanjutnya faktor ibu meliputi pendidikan dan pengetahuan ibu (Hidayati,
2007).
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan ibu pada penyakit ISPA. Pendidikan kesehatan
mengupayakan perilaku masyarakat untuk menyadari atau mengetahui cara
memelihara kesehatan, menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan
kesehatan dan tempat untuk mencari pengobatan jika menderita suatu
penyakit (Hidayati, 2007)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian ISPA?
2. Apa saja penyebab/etiologi terjadinya ISPA?
3. Apa saja klasifikasi ISPA?
4. Apa saja tanda dan gejala ISPA?
5. Bagaimana patofiologi terjadinya ISPA?
6. Apa komplikasi dari penyakit ISPA?
7. Bagaimana cara pencegahan penyakit ISPA?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ISPA
2. Mengetahui penyebab/etiologi terjadinya ISPA
3. Mengetahui klasifikasi ISPA
4. Mengetahui tanda dan gejala ISPA
5. Mengetahui patofiologi terjadinya ISPA
6. Mengetahui komplikasi dari penyakit ISPA
7. Mengetahui cara pencegahan penyakit ISPA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah
ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan
akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah, 2005):
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract).
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas
14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari. Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok
penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai
etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan riketsia
serta jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk
di dalamnya virus influensa, virus para-influensa dan virus campak), dan
adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus,
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan
Korinebakterium Diffteria (Achmadi, dkk, 2004).
B. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
(Soegijanto, 2007).
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari penyakit ISPA menurut Soegijanto (2007) adalah
sebagai berikut:
1. Batuk
2. Nafas cepat
3. Bersin
4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan
E. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap,
yaitu:
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
memang sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal
akibat pneumonia.
Penyakit ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri yang disebarkan melalui
saluran pernafasan yang kemudian dihirup dan masuk ke dalam tubuh,
sehingga menyebabkan respon pertahanan bergerak yang kemudian masuk dan
menempel pada saluran pernafasan yang menyebabkan reaksi imun menurun
dan dapat menginfeksi saluran pernafasan yang mengakibatkan sekresi mucus
meningkat dan mengakibatkan saluran nafas tersumbat dan mengakibatkan
sesak nafas dan batuk produktif (Hidayanti, 2007).
F. Komplikasi
Menurut Soegijanto (2007), komplikasi yang dapat terjadi akibat ISPA
antara lain :
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman
G. Pencegahan
Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang penting bagi
pencegahan ISPA. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA
menurut Suriadi & Yuliani (2005) adalah sebagai berikut:
1. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
2. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
4. Pengobatan segera
BAB III
KASUS
A. Pengkajian
Mahasiswa Co-Ners melakukan kunjungan rumah ke salah satu keluarga di
RT 015 RW 004 Kel. Gandus Kec. Gandus Palembang. Mahasiswa bertemu
langsung dengan kepala keluarga yaitu Tn.P yang berumur 37 tahun. Tn.M tinggal
di rumah bersama istrinya Ny.S, dan anak perempuannya yaitu An. O. Tn.P
bekerja sebagai pegawai pabrik (pabrik karet) sedangkan Ny.S sebagai ibu rumah
tangga. Pengkajian pada keluarga Tn.M dilakukan sejak tanggal 30 Mei 2017
sampai 03 Juni 2017.
Ny.S mengatakan bahwa anaknya An. O sering sakit batuk pilek. Jika sakit
maka Ny.S akan menyuruh anaknya beristirahat kemudian jika masih belum
membaik maka Ny.S akan membawa anaknya berobat ke bidan desa atau dokter
praktek swasta. Saat dilakukan pengkajian hari berikutnya yaitu tanggal 31 Mei
2017 An. O sedang mengalami batuk pilek.
B. Analisa Data
C. Penilaian Skoring
Gangguan pernafasan pada keluarga Tn.M khususnya An. R berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga ISPA
No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat Masalah 1 3/3x1= 1 Pilek yang dirasakan
Skala : oleh An. O sudah sering
Potensial = 1 terjadi.
Resiko = 2
Aktual = 3
2. Masalah diatasi 2 1/2 x Masalah yang dapat
Skala : 2=1 diubah sebagian karena
Mudah = 2 Ny.S selalu menutup
Sebagian = 1 jendela Rumah saat
Tidak dapat = 0 Asap banyak yaitu
dipagi hari dan sore
hari.
Jumlah 3 1/6
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, T.N. 2007. Tingkat Pengetahuan Tentang Ispa Pada Balita Dan Sikap
Tentang Pencarian Pengobatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Jogonalan I
Kabupaten Klaten. Jurnal keperawatan Vol.01 No.01. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yusup & Lilis. 2005. Hubungan Sanitasi Rumah Secara Fisik dengan Kejadian
ISPA pada Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.1 No.02. Surabaya :
FKM Universitas Airlangga.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
2.Keluarga mampu Respon Verbal ISPA dapat bertambah 1. Jelaskan akibat lanjut
mengambil keputusan parah bila tidak segera bila ISPA tidak diatasi
untuk segera mengatasi diobati dapat menjadi dengan tepat.
ISPA terutama pada Ibu ISPA. 2. Beri kesempatan keluar-
S, yaitu : ga untuk bertanya.
a. Menjelaskan akibat 3. Dorong keluarga untuk
yang terjadi bila mengungkapkan
ISPA tidak di atasi kembali akibat lanjut
dengan baik. bila ISPA tidak segera
diatasi.
4. Beri pujian atas kemam-
puan keluarga.
3.Keluarga dapat melaku- Respon verbal Berikut beberapa cara 1. Gali pengalaman keluar-
kan tindakan keperawat untuk mencegah ISPA ga dalam mencegah
an kesehatan terutama 1. menghindari alergi ISPA
kepada Ibu S bila 2. menggunakan 2. Beri pujian atas usaha
mengalami ISPA : masker keluarga yang sudah
a.Menjelaskan cara 3. tidak keluar rumah tepat.
mencegah ISPA apabila cuaca tidak 3. Diskusikan cara mence-
bagus gah ISPA.
4. mempertahankan 4. Dorong keluarga untuk
nurtisi mengungkapkan
5. menjaga stamina kembali penjelasan yang
dengan olahraga telah diberikan
b.Menjelaskan cara Respon verbal Beberapa hal yang 1. Gali pengalaman keluar-
mengatasi ISPA dapat mengatasi ISPA ga dalam mengatasi
adalah dengan : ISPA yang selama ini
1. meminum obat dilakukan.
batuk 2. Beri pujian atas usaha
2. meminum air keluarga yang sudah
hangat tepat
3. meminum obat 3. Diskusikan berbagai
tradisional jeruk cara mengatasi ISPA
nipis dan kecap 4. Dorong keluarga untuk
mengungkapkan kem-
bali penjelasan yang
telah diberikan.