4. Patofisiologi
Mekasnisme dasar yang menyebabkan diare adalah adanya gangguan osmotik
yaitu akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga teradi pergeseran air dan
elek trolit ke dalam rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga akan timbul diare.
Penyebab yang kedua adanya gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misal
toksik) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam
rongga usus selanjutnya timbul diare. Penyebab ketiga adalah adanya gangguan
motilitas usus yaitu hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya peristaltik usus menurun
akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare.
Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam tubuh manusia melalui
makanan dan minuman yang tercemar, tertelan lalu masuk kedalam lambung yang
akan dinetralisir oleh asam lambung. Mikroorganisme akan mati atau bila
jumlahnya banyak maka akan ada yang lolos sampai usus duabelas jari
(duodenum) dan akan berkembangbiak di usus halus bakteri memproduksi enzim
mucinosa yang akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri memproduksi enzim
mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel. Di dalam membrane
bakteri mengeluarkan sehingga penyerapan makanan/ air terganggu terjadilah
hipersekresi sehingga terjadilah diare.
Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak dapat diserap
oleh lambung yang terdapat keseimbangan mikrofora melalui prses fermentasi,
mikroflora usus metabolisme berbagai macam substrat terutama komponen dari
diet dengan hasi akhir asam lemak dan gas sehingga tekanan osmotik dari rongga
usus meningkat dan terjadi perpindahan cairan dari rongga usus yang berakibat
mobilitas usus meningkat sehingga menimbulkan diare.
Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran hormon adrenalin
meningkat dan akan mempengaruhi kerja saraf parasimpatik sehingga terjadi
hiperperistaltik yang akhirnya timbul diare.
5. Manifestasi klinis
1) Nyeri perut ( abdominal discomfort )
2) Rasa perih di ulu hati
3) Mual, kadang-kadang sampai muntah
4) Nafsu makan berkurang
5) Rasa lekas kenyang
6) Perut kembung
7) Rasa panas di dada dan perut
8) Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba ).
9) Diare
10) Demam
11) Membran mukosa mulut dan bibir kering
12) Lemah
13) Fontanel Cekung
6. Pemeriksaan penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang menurut Mansjoer (2000) adalah :
1) Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar
intolerance)
- biakan kuman dan uji resistensi
2) Pemeriksaan darah
- Darah perifer lengkap
- Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum
pada diare yang disertai kejang)
- Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui
faal ginjal
- Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kulitatif terutama pada diare kronik.
7. Penatalaksanaan
1) Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa,
10- 20ml
2) Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual muntah.
3) Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg.
4) Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali.
5) Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic
6) Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, psikal assessment.
Identitas klien.
Riwayat keperawatan.
- Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh
meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
- Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi
BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur
dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan
bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
Kebutuhan dasar.
- Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
- Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
- Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman
- Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
- Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen.
Pemerikasaan fisik.
- Pemeriksaan psikologis : Keadaan umum tampak lemah, kesadran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan
lemah, pernapasan agak cepat.
- Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun.
Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
2. Diagnosa keperawatan
1) Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
2) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan.
3. Intervensi
DX 1 : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan : Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil :
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
Mukosa mulut
Bibir lembab
Cairan seimbang
Intervensi :
DX 2 : Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah
Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil :
Intake nutrisi klien meningkat
Diet habis 1 porsi yang disediakan
Mual dan muntah tidak ada.
Intervensi :
1) Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
2) Timbang berat badan klien
3) Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
4) Lakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
5) Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
6) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
DX 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Integritas kulit kembali normal
Iritasi tidak ada
Tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
1) Ganti popok anak jika basah.
2) Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi
iritasi pada kulit.
3) Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.