Anda di halaman 1dari 15

JURNAL KEDOKTERAN YARSI 23 (3) : 197-211 (2015)

Pemendekan Telomer Pada Penderita Diabetes Melitus


(DM)

Telomere Shortening In Patients With Diabetes Melitus


(DM)

M Syamsul Mustofa
Department of Biology, Faculty of Medicine, YARSI University, Jakarta

KATA KUNCI Diabetes Melitus; Telomer; Telomerase; Stres Oksidatif;


Pemendekan Telomer
KEYWORDS Diabetes Melitus; Telomeres; Telomerase; Oxidative Stress;
Telomere Shortening

ABSTRAK Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit multisistem


dengan ciri hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin,
resistensi seluler terhadap insulin, atau kedua-duanya. Kelainan
tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. Kelainan metabolisme dapat
mengakibatkan kerusakan DNA telomer. Tulisan ini membahas
tentang pemendekan telomer pada penderita Diabetes Melitus.
Penderita diabetes melitus mengalami peningkatan stres
oksidatif, yang secara simultan diikuti oleh penurunan sistem
pertahanan antioksidan, ketidakseimbangan antara stres
oksidatif dan mekanisme pertahanan antioksidan. Stres oksidatif
yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan organel sel, enzim
dan peningkatan peroksidasi lipid dan timbulnya komplikasi
penyakit diabetes. Telomer adalah struktur DNA non-coding
yang terdapat di ujung kromosom. Telomer merupakan untai
tunggal kaya G, dengan urutan nukleotida (5'-TTAGGG-3').
DNA telomer sangat rentan terhadap kerusakan oksidatif pada
urutan GGG. Stres oksidatif yang tinggi mengakibatkan
pemendekan telomer dan proses penuaan lebih cepat.
Pemendekan telomer pada penderita DM tipe 2 lebih cepat
dibandingkan dengan bukan penderita DM.

ABSTRACT Diabetes mellitus (DM) is a multisystem disease characterized


by hyperglycemia due to abnormalities in insulin secretion,
cellular resistance to insulin, or both. The disorder causes
abnormalities in the metabolism of carbohydrates, fats, and
proteins. Metabolic disorders can lead to telomere DNA damage.
This paper discusses telomere shortening in patients with
diabetes mellitus. Patients with diabetes mellitus have increased

197
PEMENDEKAN TELOMER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS (DM)

oxidative stress, which is followed by a simultaneous decrease in


the antioxidant defense system, the imbalance between oxidative
stress and antioxidant defense mechanisms. High oxidative
stress can cause damage to cell organelles, enzymes and
increased lipid peroxidation and the incidence of diabetes
complications. Telomeres are non-coding DNA structures found
at the ends of chromosomes. The telomere is a single-stranded G-
rich, with a nucleotide sequence (5'-TTAGGG-3'). Telomere
DNA is highly susceptible to oxidative damage at GGG
sequence. High oxidative stress results in telomere shortening
and aging faster. Telomere shortening in patients with type 2
diabetes progresses more rapidly than non- diabetic patients.

DIABETES MELITUS melitus tipe 2 (DMT- 2) disebut juga


non-insulin dependent diabetes mellitus
Diabetes Melitus (DM) (NIDDM) atau diabetes onset dewasa,
merupakan suatu penyakit multisistem meliputi individu-individu yang
dengan ciri hiperglikemia akibat memiliki resistensi insulin. Jumlah
kelainan sekresi insulin, resistensi antara 90-95% dari penderita diabetes.
seluler terhadap insulin, atau kedua- Kerusakan autoimun dari sel- tidak
duanya. Kelainan tersebut menyebab- terjadi meskipun etiologi spesifik tidak
kan abnormalitas dalam metabolisme diketahui, (3). Diabetes melitus tipe
karbohidrat, lemak, dan protein. lain disebabkan karena kelainan
Penderita diabetes memiliki peningkat- genetik fungsi sel beta, kelainan genetik
an risiko terhadap penyakit makrovas- kerja insulin, penyakit endokrinopati
kuler dan penyakit mikrovaskuler. pankreas, karena obat/zat kimia,
Penyakit makrovaskuler meliputi infeksi; (4). Diabetes kehamilan
penyakit serebrovaskular, penyakit (gestasional), didefinisikan sebagai
arteri koroner dan penyakit pembuluh intoleransi glukosa dengan onset pada
darah perifer serta sebagian besar waktu kehamilan. Biasanya toleransi
aterosklerosis. Penyakit mikrovaskuler, glukosa akan kembali normal pada
meliputi retinopati, nefropati, trimester ketiga.
neuropati perifer dan otonom serta Penderita diabetes di dunia pada
penyakit ekstremitas bawah tahun 2000 diperkirakan sekitar 2.8%
(Kangralkar dkk., 2010). atau 171 juta, dan pada tahun 2030
Klasifikasi DM menurut meningkat menjadi 4.4% atau 366 juta
American Diabetes Association (ADA) (Wild dkk., 2004). Mitra dkk. (2007)
tahun 2009 menjadi (1). Diabetes menyampaikan prevalensi penderita
melitus tipe 1 (DMT-1) disebut juga DM di dunia pada tahun 2007 sekitar
insulin-dependent diabetesmellitus 4% atau 143 juta, dan akan meningkat
(IDDM) atau diabetes remaja, menjadi 300 juta pada tahun 2025.
diperkirakan berjumlah antara 5-10%
dari penderita diabetes, disebabkan Correspondence :
M Syamsul Mustofa, Department of Biology, Faculty of
oleh kerusakan sel- pankreas adanya Medicine, YARSI University, Jakarta.
gangguan sistem imun; (2). Diabetes Email: samsul.mustofa@yarsi.ac.id

198
M SYAMSUL MUSTOFA

Peneliti lain melaporkan, lain, jumlah kematian akibat DM tetap


penderita diabetes di dunia (usia 20-79 sama dengan perkiraan tahun 2007
tahun) pada tahun 2010 berjumlah (Roglic dan Unwin, 2010).
6,4%, atau kurang lebih 285 juta orang,
dan akan meningkat menjadi 7,7%, atau Diabetes dan Stres oksidatif
439 juta pada 2030. Stres oksidatif didefinisikan
Hal ini terjadi peningkatan pada sebagai suatu keadaan peningkatan
tahun 2030, di negara berkembang produksi dan penurunan kemampuan
sebesar 69% dan di negara maju 20% eliminasi molekul-molekul yang
(Shaw dkk., 2010). Organisasi bersifat sangat reaktif didalam tubuh
Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi seperti Reactive Oxygen Species (ROS)
penderita DM di Indonesia mengalami dan Reactive Nitrogen Species (RNS).
kenaikan dari 8,4 juta jiwa pada tahun Ketidakseimbangan antara ROS dan
2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada pertahanan antioksidan menyebabkan
tahun 2030. Hal ini akan menjadikan stres oksidatif (Srvidya dkk., 2009).
Indonesia menduduki rangking ke 4 ROS meliputi Radikal bebas yaitu:
(empat) dunia dalam prevalensi Superoksida (O2-), Hidroksil (OH),
diabetes (Wild dkk., 2004). Peningkatan Peroksil (RO2), Hidroperoksil
penderita diabetes diperkirakan ber- (HRO2-) dan spesies non radikal
kaitan dengan pertumbuhan populasi yaitu: Hidrogen peroksida (H2O2),
penduduk, bertambahnya usia lanjut, Asam hidrokhlor (HOCl). RNS meliputi
urbanisasi dengan perubahan gaya Radikal bebas yaitu: Nitrat oksida
hidup dan kurang gerak fisik. Hal ini (NO), Nitrat dioksida (NO2-), dan
menyebabkan peningkatan jumlah spesies non radikal yaitu: Peroksinitrit
diabetes di seluruh dunia menjadi 54% (ONOO-), Nitros oksida (HNO2), Alkil
pada 2030 (Shaw dkk., 2010; Wild dkk., peroksinitrat (RONOO). Molekul-
2004). Angka kematian global dapat molekul reaktif, O2-, NO dan
dihubungkan dengan penderita ONOO- adalah spesies yang paling
diabetes. Diperkirakan sekitar 5.2 % banyak dipelajari dan berperan penting
atau 2.9 juta dari kematian global pada dalam komplikasi diabetes.
tahun 2000 disebabkan karena ROS dan RNS dalam keadaan
menderita DM (Roglic dkk., 2005). fisiologik terbentuk sebagai hasil dari
Peningkatan jumlah kematian mekanisme pertahanan tubuh seperti
karena DM juga terjadi pada tahun pada proses fagositosis, fungsi netrofil,
2007 sebesar 5,5 % dan pada 2010 dan shear stress yang menyebabkan
menjadi hampir 6,8 % atau 4 juta vasorelaksasi. Produksinya yang
kematian (Roglic dan Unwin, 2010). berlebihan akan menyebabkan stres
Peningkatan jumlah kematian ini oksidatif yang mengakibatkan keadaan
disebabkan terjadi peningkatan patologik seperti kerusakan protein,
kematian 29 % di wilayah Amerika lipid dan DNA yang mengakibatkan
Utara, 12% di Wilayah Asia Tenggara disfungsi dan kerusakan sel permanen
dan 11% di Kawasan Pasifik Barat. Hal (Moussa, 2008; Salpeaa dkk., 2010;
ini berhubungan dengan peningkatan Srvidya dkk., 2009). Radikal
prevalensi penderita DM di beberapa superoksida pada DM dapat meng-
negara padat penduduk (Amerika akibatkan berbagai kerusakan melalui
Serikat, India dan Indonesia). Di negara pembentukan Advanced Glycation End
Products (AGEs), jalur poliol, jalur

199
PEMENDEKAN TELOMER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS (DM)

heksosamin dan Protein Kinase C superoksida akan segera dieliminir


(PKC) yang pada akhirnya melalui mekanisme pertahanan tubuh
menimbulkan komplikasi penyakit (Srvidya dkk., 2009).
mikrovaskular (penyakit serebrovas- Penderita diabetes melitus
kular, penyakit arteri koroner dan diketahui mengalami peningkatan stres
penyakit pembuluh darah perifer dan oksidatif. Peningkatan stres oksidatif
sebagian besar aterosklerosis), dan secara simultan diikuti oleh penurunan
penyakit mikrovaskuler (termasuk sistem pertahanan antioksidan, yang
retinopati dan nefropati, neuropati mengakibatkan ketidakseimbangan
perifer dan otonom) serta penyakit antara stres oksidatif dan mekanisme
ekstremitas bawah (Kaneto dkk., 2010; pertahanan antioksidan. Stres oksidatif
Kangralkar dkk., 2010). Disamping itu yang tinggi dapat menyebabkan
juga dapat pemicu pemendekan kerusakan organel sel, enzim dan
telomer (Sampson dkk., 2006; peningkatan peroksidasi lipid (Moussa,
Kaszubowska, 2008; Salpeaa dkk., 2008). Lipid bereaksi dengan radikal
2010). bebas, mengalami peroksidasi
Stres oksidatif pada DM dapat membentuk peroksida lipid. Peroksida
terjadi melalui jalur non enzimatik, lipid terurai membentuk berbagai
jalur enzimatik dan jalur mitokhondria. produk termasuk malondialdehid
Jalur non enzimatik berasal dari sifat (MDA) (Kangralkar dkk., 2010).
oksidatif glukosa itu sendiri. Keadaan Menurut Qujeq dkk., (2005),
hiperglikemi secara langsung akan peningkatan MDA terjadi secara
menyebabkan peningkatan produksi signifikan dalam eritrosit tikus diabetes
ROS. Glukosa dapat mengalami oto dibandingkan dengan kontrol.
oksidasi membentuk radikal hidroksil. Peningkatan kadar MDA darah
Glukosa dapat bereaksi dengan protein juga menunjukkan adanya kerusakan
membentuk Amadori products yang membran lipid yang disebabkan oleh
selanjutnya diikuti oleh pembentukan oksigen reaktif. Terjadinya peningkatan
AGEs. Dalam keadaan hiperglikemi, peroksida lipid, berhubungan dengan
terjadi peningkatan metabolisme meningkatnya kejadian aterosklerosis
glukosa melalui jalur poliol (sorbitol) dan komplikasi pada diabetes melitus
yang juga meningkatkan produksi (Moussa, 2008).
radikal superoksida.
Jalur-jalur enzimatik pada DM Diabetes dan Antioksidan
dapat meningkatkan produksi ROS dan Radikal bebas diproduksi dalam
RNS, seperti jalur NOS, NAD(P)H tubuh secara terus menerus sebagai
oxidase dan xanthine oxidase. Sumber hasil dari proses metabolisme normal
lain produksi nonenzimatik dari ROS dan interaksi dengan rangsangan
dan RNS adalah dari rantai respirasi lingkungan. Reactive Oxygen Species
mitokhondria. Selama berlangsung (ROS) dan Reactive Nitrogen Species
proses fosforilasi oksidatif, elektron (RNS) dapat dieliminir melalui
akan ditransfer dari pengangkut sejumlah mekanisme antioksidan
elektron NADH dan FADH2 melewati enzimatik dan non enzimatik.
bagian dalam membran mitokhondria Superoksida dismutase (SOD) segera
menuju oksigen untuk membentuk mengubah superoksida menjadi H2O2
ATP. Dalam keadaan normal, radikal yang kemudian akan mengalami

200
M SYAMSUL MUSTOFA

detoksifikasi menjadi air oleh enzim tipe 2, tingkat glutation (GSH) eritrosit
katalase (CAT) didalam lisosom atau menjadi rendah, dan terjadi
oleh enzim glutathione (GSH) peroxidase peningkatan kadar glutathione disulphide
di dalam mitokhondria. Enzim lain (GSSG). Hal ini terjadi karena adanya
yang penting adalah glutathione penurunan aktivitas glutathione
reductase, yang meregenerasi glutathione reductase (GR) dan penurunan transport
yang digunakan sebagai donor GSSG keluar dari sel (Livingstone dan
hidrogen oleh enzim glutathione Davis, 2007).
peroxidase selama eliminasi H2O2. Beberapa penelitian menunjuk-
Disamping enzim-enzim diatas, kan bahwa pemberian antioksidan
terdapat pula zat-zat yang bersifat dapat mengurangi efek yang ditimbul-
antioksidan non enzimatik seperti kan stres oksidatif. Antioksidan lebih
vitamin A, C dan E, -lipoic acid; efektif dan lebih murah daripada terapi
carotenoids; trace elements seperti copper konvensional dalam pengelolaan
(tembaga), zinc (seng) dan selenium; beberapa penyakit. Oleh karena itu,
koenzim Q10 (CoQ10) dan kofaktor antioksidan atau nutrisi dengan
seperti folic acid, uric acid, albumin dan kapasitas antioksidan yang tinggi
vitamin-vitamin B1, B2, B6 dan B12 mungkin sebagai alternatif untuk
(Moussa, 2008). memperoleh kesehatan yang lebih baik
Glutathione (GSH) bekerja dan bermanfaat dengan potensi untuk
sebagai scavenger langsung dan mengurangi keparahan diabetes dan
kosubstrat bagi enzim GSH komplikasi yang terkait (Erejuwa dkk.,
peroksidase. GSH merupakan 2011).
penyanggah utama proses reduksi Penderita DM tipe 2 mengalami
oksidasi intraseluler. Vitamin E kerusakan oksidatif dalam sel-, dan
merupakan vitamin yang larut didalam terdapat hubungan terbalik antara
lemak, berperan mencegah peroksida volume sel- dan tingkat kerusakan
lipid. Bentuk paling aktif dari vitamin E DNA. Kerusakan sel- pada DM tipe 2
pada manusia adalah -tocopherol. juga dipengaruhi oleh hiperglikemia
Sistem pertahanan antioksidan kronis dan menjadi target komplikasi
mengatur tingkat ROS secara sekunder (Salpeaa dkk., 2010). Semakin
keseluruhan dan mempertahankan meningkat hiperglikemia, sel- akan
homeostasis fisiologis. Rendahnya terus mengalami penurunan massa sel,
kadar ROS di bawah titik ambang sebagaimana dilaporkan oleh Zhang
homeostatik dapat mengganggu peran dkk. (2010), bahwa jaringan pankreas
fisiologis oksidan dalam proliferasi dan dari spesimen otopsi penderita DMT2
pertahanan sel. Peningkatan ROS menunjukkan peningkatan apoptosis
melebihi batas ambang dapat pada sel- sekitar 3-10 kali lipat
menyebabkan kematian sel, percepatan dibandingkan dengan orang tanpa
penuaan usia dan timbulnya penyakit diabetes. Paparan konsentrasi glukosa
(Kangralkar dkk., 2010). suprafisiologi secara terus menerus
Hiperglikemia menyebabkan menyebabkan penurunan fungsi sel,
kadar antioksidan selular turun dan disebut toksisitas glukosa.
sebaliknya kadar radikal bebas Berkurangnya massa dan fungsi
meningkat (Sharma dkk., 2010; Tsuruta sel- menjadi penyebab berkurangnya
dkk., 2010). Pada pasien dengan DM sekresi insulin (Robertson, 2004).

201
PEMENDEKAN TELOMER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS (DM)

Hiperglikemia kronis mengakibatkan nukleotida (5'-TTAGGG-3')n, dikenal


hilangnya ekspresi gen insulin disertai sebagai telomeric sequence yang
dengan penurunan ekspresi atau mempunyai ukuran panjang antara 5
pengikatan aktifitas DNA pada dua gen sampai 15 kilobase (kb). Pada manusia,
faktor transkripsi pankreas: PDX-1 dan setiap ujung kromosom mempunyai
MafA yang selanjutnya menekan 1.000 sampai 2.000 telomeric sequence.
biosintesis dan sekresi insulin. Keseluruhan panjang dari telomeric
Adanya perubahan faktor sequence dikenal sebagai Terminal
transkripsi tersebut menjelaskan Restriction Fragment (TRF) (Borek, 2002;
terjadinya penekanan biosintesa dan Hiyama dan Hiyama, 2007).
sekresi insulin, yang disebabkan oleh Telomer berfungsi menjaga
toksisitas glukosa pada sel- (Kaneto stabilitas dan integritas kromosom agar
dkk., 2010). tidak terjadi penggabungan dan
peleburan dengan kromosom lain, atau
TELOMER terjadi degradasi oleh enzim nuklease.
Telomer berperanan penting dalam
Telomer adalah struktur DNA menentukan banyaknya pembelahan
non-coding yang terdapat di ujung sel yang dapat dilakukan secara normal
kromosom. Telomere merupakan untai (Wong dkk., 2008). (Gambar 1).
tunggal kaya G, dengan urutan

Gambar. 1 Telomer yang terletak di ujung dari kromosom linier pada


vertebrata terdiri dari ulangan TTAGGG (Zhu dkk., 2011)

202
M SYAMSUL MUSTOFA

Ujung-G pada tahap non-mitotic mempunyai telomere shelterin complex.


dari siklus sel, terlindungi oleh telomere Akibatnya, t-loop tidak dapat dibentuk
shelterin complex.Telomer mengikat dan ujung kromosom akan membuka.
bagian internal dengan membentuk Hal ini menjadikan untai ganda DNA
dua lingkaran (loop), D-loop dan t-loop. rusak, dan menyebabkan keadaan
telomere shelterin complex dirancang selular sangat tidak stabil dan dapat
untuk melindungi ujung kromosom mengakibatkan aktivasi p53 dan
dan dibentuk oleh protein yang menyebabkan penuaan atau apoptosis
berbeda dengan telomer, seperti (Oeseburg dkk., 2010).
telomeric repeat binding factor 1 (TRF1) Telomer dilindungi oleh 6
dan 2 (TRF2) yang mengikat pada untai protein (TRF1, TRF2, TPP1, POT1,
ganda DNA telomer. Protein lain yaitu TIN2, dan Rap1), secara kolektif
protein protection of telomeres 1 (Pot1), dikenal sebagai shelterin, yang secara
mengikat langsung ke untai tunggal fisik merupakan perisai DNA. TRF1,
DNA, dan mengikat ujung 3' overhang TRF2, dan TPP1 khusus mengenali dan
untuk pembentukan D-loop. untuk mengikat ulangan untai ganda
Protein lain yang terlibat dalam TTAGGG; POT1 mengikat untai
kompleks shelterin yang direkrut oleh tunggal telomer, overhang;, TIN2 dan
TRF1 dan TRF2 yaitu repressor activator Rap1 menyelesaikan kompleks
protein 1 (Rap1), TPP1, dan TRF1- shelterin (Calado dkk., 2008). Setiap
interacting nuclear factor 2 (TIN2) terjadi pembelahan, sel telomer
(Gambar 2). Shelterin melindungi untai memendek antara 30-200 bp dan
ganda DNA telomer agar tidak terjadi memicu terjadinya penuaan. Hal ini di
kerusakan. Adanya kerusakan protein dukung penelitian bahwa pada telomer
shelterin dapat diidentifikasi sebagai sel somatik dari individu yang sudah
untai ganda DNA yang pecah dan tua memiliki telomer lebih pendek
selanjutnya memicu kerusakan DNA. daripada individu yang lebih muda
Pemendekan telomer akan mengakibat- (Cao dkk., 2011).
kan destabilisasi kromosom dan tidak

Gambar 2. Untai tunggal (ss) overhang melipat ke daerah untai ganda dari
telomer membentuk telomer pelindung t)-loop dan menginvasi untai ganda
telomer membentuk D- loop.

203
PEMENDEKAN TELOMER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS (DM)

Laju pemendekan telomer end-replication problem, dengan


berhubungan dengan tingkat stres demikian replikasi secara penuh di
oksidatif. Semakin tinggi stres oksidatif ujung kromosom bisa terlaksana
pemendekan telomer meningkat secara (Gambar. 3) (Artandi, 2006). Protein
signifikan dibandingkan dengan telomerase seperti TEP1, POT1, dan
normal (Cui dkk., 2012). TPP1 berperan penting dalam
mempertahankan integritas telomer
Telomerase pada sel normal (Indran dkk., 2010).
Telomerase merupakan enzim Telomerase berperan dalam
reverse transcriptase yang berfungsi mempertahankan telomer dan
memperpanjang telomer dengan berhubungan dengan keutuhan atau
menambahkan urutan nukleotida keabadian (immortality) sel kanker,
TTAGGG telomeric sequence di ujung germ-line cells, dan embryonic stem cells.
kromosom, (Ishikawa, 2000) dan Aktivitas telomerase dimulai sejak
bekerja sebagai suatu immortalizing terjadinya konsepsi, tetapi ketika
enzim. Telomerase terdiri dari dua embrio menjadi dewasa aktivitas
subunit yang penting yaitu Telomerase telomerase menurun dan hal ini terjadi
Reverse Transcriptase (TERT), suatu pada semua sel kecuali pada germ cell
subunit katalitik protein, dan Telomerase dan stem cell (Hiyama dan Hiyama,
RNA Componen (TERC atau TR), 2007). Telomerase pada sel somatik
(Artandi, 2006) yang digunakan sebagai hanya ditemukan pada populasi stem
template reverse transcriptase untuk cell, sebagai contoh, pada kulit, sistem
memperpanjang telomer. Mekanisme hematopoietik, dan gut epithelia.
penambahan telomer dilakukan oleh
telomerase dengan cara memecahkan

Gambar 3. Struktur dan fungsi telomer.

204
M SYAMSUL MUSTOFA

Telomerase terdiri dari dua sub- terganggu, sehingga toleransi glukosa


unit yaitu, telomerase reverse transcriptase terganggu menyebabkan sekresi insulin
(TERT) dan Telomerase RNA Componen secara in vivo berkurang.
(TERC atau TR). Telomerase berfungsi
menambahkan telomeric sequence di Efek Pemendekan Telomer
ujung kromosom dengan penulisan Teori telomere shortening
urutan secara terbalik pada daerah (pemendekan telomer) menyatakan
template TERC (di dalam kotak) dari bahwa pemendekan telomer terjadi
RNA menjadi enam nukleotida DNA pada setiap pembelahan mitosis (jika
(urutan ditunjukkan warna merah). telomerase tidak cukup atau tidak ada),
Telomerase dapat melanjut perpanjang- yang mengakibatkan terjadinya
an telomer melalui suatu mekanisme penuaan. Terjadinya pemendekan
seperti roda bergigi searah, dengan DNA telomer yang terus menerus
berulang-kali penguraian (dissociating) menyebabkan perubahan protein di
dari sintesis telomer yang baru, sekitar telomer, dan hal ini akan
penyetelan kembali, dan menimbulkan perubahan ekspresi gen
menambahkan enam nucleotides yang dari keseluruhan kromosom (Aho
lain pada waktu yang sama (Artandi, dkk., 2005). Pada sel yang kekurangan
2006). telomerase, telomer memendek secara
Sel manusia jika dikultur secara progresif pada setiap pembelahan sel
in vitro dan TERT tidak mencukupi yang disebabkan tidak adanya
untuk memelihara telomer, maka kemampuan DNA polymerase untuk
telomer semakin memendek setiap kali melakukan replikasi secara penuh pada
pembelahan sel yang akan menyebab- ujung kromosom.
kan cellular senescence, sehingga sub Jika telomer yang melindungi
group telomer kehilangan kemampuan kromosom menjadi lemah, maka akan
untuk melindungi ujung kromosom. terjadi kerusakan DNA dan
Sebaliknya apabila TERT overexpression, menyebabkan cellular senescence atau
akan memberi kemampuan sel normal apoptosis. Hilangnya perlindungan
untuk berkembang secara tak terbatas telomer menyebabkan terjadinya
yang akan menjadi sel kanker (Artandi, sambungan telomer yang tidak sesuai
2006). Cui dkk. (2012) menyampaikan, dan menghasilkan suatu penyatuan
bahwa peningkatan ROS intraseluler kromosom, yang sangat peka terhadap
menyebabkan hilangnya aktivitas terjadinya kerusakan, menghasilkan
TERT. ketidakstabilan genomik. Kedua respon
Selain itu Kuhlow dkk. 2010, ini dapat berperan dalam proses
menyampaikan bahwa defisiensi terjadinya kanker, aging, lemahnya
telomerase seperti yang ditemukan di fungsi stem cell, dan pewarisan
TERC pada hewan percobaan dyskeratosis congenita sindrome (Artandi,
menyebabkan penurunan jumlah sel- 2006).
karena kapasitas regenerasi pankreas

205
PEMENDEKAN TELOMER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS (DM)

Gambar 4. Cellular Effects pada pemendekan telomer.

Proses sintesis DNA dan tingkat genom, selanjutnya mem-


pembelahan sel akan selalu menyebab- pengaruhi kontrol pertumbuhan dan
kan terjadi pemendekan telomer yang menghasilkan tumorigenesis (Calado
disebabkan DNA polymerase tidak dapat dan Young, 2008; Ishikawa, 2000 ).
mengkopi satu untai dari untai ganda Fenomena ini tidak dapat diperbaiki,
DNA kromosom sampai selesai. Kejadi- selanjutnya sel somatik akan memasuki
an ini disebut sebagai end replication apoptosis. Semakin banyak sel mati
problem (Hiyama dan Hiyama, 2007). atau masuk cellular senescence fungsi
Akibatnya, terjadi gap untai tunggal organpun semakin menurun (Ishikawa,
yang dibuat pada setiap akhir dari 2000).
siklus replikasi. Selanjutnya exonuclease
memotong untai tunggal overhang dan Pemendekan Telomer pada Penderita
mengakibatkan hilangnya kira-kira 100 DM
bp telomeric sequence pada setiap siklus Hiperglikemia menginduksi
sel (Wong dkk., 2008). stres oksidatif dan mempercepat proses
Terjadinya pemendekan telomer penuaan lokal dan sistemik,
yang terus menerus mengakibatkan sebagaimana tercermin pada dinamika
fungsi telomer sebagai penutup dan telomer. Mekanisme yang terjadi pada
pelindung kromosom menghilang. penderita DM tipe 2, kemungkinan
Keadaan ini memungkinkan ujung terjadi induksi stres oksidatif tinggi,
kromosom saling bersatu dan yang pada gilirannya menyebabkan
menghasilkan kromosom disentrik, kerusakan DNA telomerik sehingga
yang menyebabkan ketidak stabilan terjadi pemendekan telomer, dan
pada genom. Sebagai konsekuensi akhirnya menyebabkan penuaan dini
hilangnya integritas genomik akan serta timbulnya komplikasi penyakit
mengawali hilangnya pengaturan pada diabetes (Salpeaa dkk., 2010).

206
M SYAMSUL MUSTOFA

Tingkat pemendekan telomer oxoG, 1-2 per 106 residu guanin dalam
sangat tergantung pada induksi DNA inti dan sekitar 1-3 per 105 dalam
oksidatif dan keseimbangan oksidan DNA mitokondria. Perkiraan ini
selular (Sampson dkk., 2006). DNA menunjukkan bahwa dapat dibentuk
Telomer sangat rentan terhadap hingga 100.000 8-oxoG lesi dalam DNA
kerusakan oksidatif pada urutan GGG. per sel setiap hari (Radak dan Boldogh,
Susunan urutan 5 'guanin GG dan GGG 2010).
lebih mudah teroksidasi daripada Jalan utama untuk menghapus
guanin tunggal dalam DNA dan 5' lesi oksidatif tersebut adalah melalui
guanin GGG lebih mudah teroksidasi perbaikan yaitu dengan jalur base
daripada 5 'guanin GG (Borek, 2002; excision repair (BER). Secara singkat, 8-
Kajimoto dan Kaneto, 2004; Livingstone oxoguanine DNA Glycosylase (OGG1)
dan Davis, 2007). Urutan GGG telomer merupakan glycosylase utama yang
(5'-TTAGGG- 3 ') juga lebih mudah dapat memotong 8-oxodG dan me-Fapy
terjadi kerusakan oksidatif (David dkk., dengan efisiens, mulai masuk jalur BER
2011; Grach, 2013). dengan menghapus basa guanin yang
Studi lain menemukan bahwa rusak, diikuti oleh sayatan, perbaikan
radiasi ultraviolet dikombinasikan sintesis, dan ligasi di jalur BER untuk
dengan riboflavin menginduksi menyelesaikan proses perbaikan
pembentukan 8-oxo-7, 8-dihidro-2'- (David, dkk., 2011). Jika lesi basa tidak
deoxyguanosine (8-oxodG) dalam diperbaiki, basa ini dapat menimbulkan
fragmen DNA dengan urutan telomer masalah karena 8-oxodG mengganggu
yang lebih mengarah ke penampilan TRF1 dan TRF2 dalam mengikat pada
kerusakan di daerah guanin urutan ulangan DNA telomerik, misalnya,
GGG (Grach, 2013). Guanin memiliki TRF2 yang terlibat dalam pembentukan
potensi oksidasi terendah di antara t-loop (David, dkk., 2011).
basa DNA, artinya basa asam nukleat Penurunan perbaikan 8-oxoG
tersebut paling mudah teroksidasi oleh bisa disebabkan oleh kombinasi
OH dan singlet oksigen. peristiwa, seperti ketidak-seimbangan
Sebagai contoh, interaksi guanin antara 8-oxoG dan OGG1 karena terkait
dengan OH pada C8 melalui transfer usia untuk mengimpor atau
elektron, membentuk 8-oxoG. Feno- menargetkan OGG1 masuk ke dalam
mena ini dikaitkan dengan migrasi kompartemen inti dan mitokondria
kation radikal ke guanin yang memiliki (Radak dan Boldogh, 2010). Panjang
potensi redoks terendah, dengan cara telomer pada penderita DM tipe 2 lebih
melalui penghentian penangkapan dan pendek secara signifikan dibandingkan
pembentukan produk. 8-oxoG dengan kontrol non-diabetes (Kuhlow
mempunyai potensi redoks paling dkk., 2010; Sampson dkk., 2006), yaitu
rendah, selanjutnya teroksidasi menjadi sekitar 780 bp lebih pendek daripada
spiroiminodihydantoin dan individu yang normal (Salpeaa dkk.,
guanidinohydantoin. Reduksi ini 2010). Monickaraj dkk. (2012),
menghasilkan 2,6-diamino-4-hydroxy-5- membanding-kan panjang telomer
formamidopyrimidine (FapyG). Paparan mtDNA antara pasien dengan diabetes
oksidatif pada DNA menghasilkan 8- mellitus tipe 2 (n = 145) dan pada
oxoG dan produk modifikasi paling subyek dengan toleransi glukosa
melimpah. Diperkirakan tingkat basa 8- normal (n = 145).

207
PEMENDEKAN TELOMER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS (DM)

Hasil menunjukkan bahwa Hasil penelitian tersebut


panjang telomer berkorelasi positif menjunjukkan bahwa pemendekan
dengan adiponektin, HDL dan kadar telomer terkait juga dengan adanya
glikemik, serta berkorelasi negatif komplikasi diabetes. Shen dkk. (2012)
dengan adipositas dan resistensi melakukan penelitian mengenai
insulin. Analisis regresi menunjukkan hubungan antara panjang telomer
bahwa pemendekan telomer leukosit (LTL) dan DMT2 dalam studi
berhubungan secara signifikan dengan kasus-kontrol retrospektif dengan
DMT2. Murillo dkk. (2012). sampel 4016 subyek semua dari etnis
Menyampaikan hasil penelitian- Han China, (1.936 terkait kasus DMT2
nya terhadap 93 pria DMT2 dengan dan 2080 kontrol). Analisis regresi
diagnosis menderita sudah 10 tahun logistik dilakukan untuk mengevaluasi
atau lebih, 96 dengan diagnosis hubungan antara LTL dan DMT2,
menderita kurang dari satu tahun, dan disesuaikan dengan usia dan jenis
98 pria sehat dengan usia yang sesuai. kelamin.
Hasil yang ditemukan adalah Hasilnya menunjukkan rasio
pemendekan telomer lebih cepat pada panjang telomer (T)/jumlah salinan
kelompok pria dengan DMT2 sudah 10 gen tunggal (S) (T/S) dari LTL
tahun atau lebih, dibandingkan dengan ditemukan jauh lebih pendek dalam
kelompok kontrol pria sehat (5,4 vs 9,6 kasus DMT2 (1.00 T/S, 95%)
Kb) (p = 0,04) dan dengan kelompok dibandingkan dengan kontrol (1,08
pria penderita kurang dari satu tahun T/S, 95%) selama rentang usia yang
(5.4 vs 8.7 kb) (p = 0,05). luas.
Selain itu juga ditunjukkan
terjadi peningkatan progresif stres KESIMPULAN
oksidatif. Penelitian cross-sectional yang
dialkukan oleh Testa dkk. (2011), dari Penderita diabetes melitus
901 subyek dengan 501 pasien dengan mengalami peningkatan stres oksidatif
diabetes tipe 2, di antaranya 284 secara simultan diikuti oleh penurunan
memiliki setidaknya satu komplikasi sistem pertahanan antioksidan, yang
dan 217 yang tanpa komplikasi, dan mengakibatkan ketidakseimbangan
400 subyek kontrol. Panjang telomer antara stres oksidatif dan mekanisme
leukosit (LTL) diukur dengan pertahanan antioksidan. DNA telomer
kuantitatif real-time PCR. Hasil yang (5'-TTAGGG- 3')n, sangat rentan
diperoleh adalah pasien dengan terhadap kerusakan oksidatif pada
komplikasi diabetes memiliki panjang urutan GGG, menghasilkan 8-oxoG. 8-
telomer leukosit jauh lebih pendek dari oxoG yang mempunyai potensi redoks
kedua pasien tanpa komplikasi paling rendah, selanjutnya teroksidasi.
diabetes dan subyek kontrol sehat. Jalan utama untuk menghapus lesi
Selain itu, di antara pasien dengan oksidatif yaitu dengan perbaikan
komplikasi diabetes, LTL menjadi melalui jalur base excision repair (BER).
signifikan dan secara bertahap lebih Hiperglikemia dan proses perbaikan
pendek dengan meningkatnya jumlah melalui jalur BER mengakibatkan
komplikasi diabetes. telomer lebih pada penderita DM lebih
pendek dari bukan penderita.

208
M SYAMSUL MUSTOFA

KEPUSTAKAAN Grach A 2013. Telomere Shortening


Mechanisms in The Mechanisms of
Aho AD, Wagner W and Mahlknecht U DNA Replication. Chapter 18.
2005. Stem cells and ageing. The Published by InTech. Janeza Trdine 9,
potential of stem cells to overcome 51000 Rijeka, Croatia Copyright 2013
age-related deteriorations of the body InTech.
in regenerative medicine. EMBO Hiyama E and Hiyama K 2007. Telomere
reports VOL 6. S35 38. and telomerase in stem cells. Brit J
American Diabetes Association 2009. Cancer (2007) 96: 1020 1024.
Diagnosis and Classification of Indran IR, Hande MP, dan Pervaiz S 2010.
Diabetes Mellitus. hTERT Overexpression Alleviates
http://creativecommons.org/licenses Intracellular ROS Production,
/by-nc-nd/3.0/. Improves Mitochondrial Function, and
Artandi SE 2006. Telomeres, Telomerase, Inhibits ROS-Mediated Apoptosis in
and Human Disease. N Engl J Med Cancer Cells. Cancer Res; 71(1): 266
355;12 www.nejm.org september 21, 76.
1195 1197. Ishikawa F 2000. Aging clock: the
Borek C 2002. Telomere Control & Cellular watchmakers masterpiece. CMLS,
Aging LE Magazine. Available at Cell. Mol. Life Sci. 57: 698704.
http://www.lef.org/. Kajimoto Y dan Kaneto H 2004. Role of
Cao K, Blair CD, Faddah DA, Kieckhaefer oxidative stress in pancreatic -cell
JE, Olive M, Erdos MR, Nabel EG, dan dysfunction. Ann N Y Acad Sci 1011:
Collins FS 2011. Progerin and telomere 168176.
dysfunction collaborate to trigger Kaneto H, Katakami N, Matsuhisa M, dan
cellular senescence in normal human Matsuoka T 2010. Role of Reactive
fibroblasts. J Clin Invest. 121(7):2833 Oxygen Species in the Progression of
2844. Type 2 Diabetes and Atherosclerosis.
Calado RT, dan Young NS 2008. Telomere Mediators Inflamm. 2010. 2010: 453892.
maintenance and human bone marrow Kangralkar VA, Patil SD, Bandivadekar
failure. Blood. 2008;111:4446-4455. RM 2010. Oxidative Stress and
Cui H, Kong K, dan Zhang H 2012. Diabetes a Review. Int J Pharm Appl.
Oxidative Stress,Mitochondrial Vol 1, Issue 1, June, 2010, pp 38-45.
Dysfunction, and Aging. J Signal http://www.bipublication.com.
Transduct. Volume 2012, Article ID Kaszubowska L 2008. Telomere Shortening
646354, 1-13. and Ageing of The Imune System. J
David BR, Ghosh A, Lu J, Bohr VA, and Phys Pharm. 59, Suppl (9): 169-186.
Liu Y 2011. Factors that influence www.jpp.krakow.pl.
telomeric oxidative base damage and Kuhlow D, Florian F, von Figura G,
repair by DNA glycosylase OGG1 Weimer S, Schulz N, Petzke KJ, Zarse1
DNA Repair (Amst). 2011 January 2. K, Pfeiffer AFH, Rudolph KL, Ristow
10(1): 3444. M 2010. Telomerase deficiency impairs
doi:10.1016/j.dnarep.2010.09.008. glucose metabolism and insulin
Erejuwa OO, Sulaiman SA, Wahab MS, secretion. Aging, October 2010, Vol 2
Sirajudeen KNS, Salleh MS, Gurtu S No 10. www.impactaging.com.
2011. Effect of Glibenclamide alone Livingstone C, Davis J 2007.Targeting
versus Glibenclamide and Honey on therapeutics against glutathione
Oxidative Stress in Pancreas of depletion in diabetes and its
Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. complications. Br J Diabetes Vasc Dis
International Journal of Applied 2007. (7): 25865.
Research in Natural Products. Vol. 4
(2): 1-10.

209
PEMENDEKAN TELOMER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS (DM)

Mitra A, Bhattacharya D dan Roy S 2007. Roglic G, Unwin N 2010. Mortality


Dietary influence on TYPE 2 Diabetes attributable to diabetes: Estimates for
(NIDDM). J. Hum. Ecol., 21(2): 139-147. the year 2010 diabetes research and
Monickaraj F, Aravind S, Gokulakrishnan clinical practice (87): 15 19.
K, Sathishkumar C, Prabu P, Prabu D, Salpeaa KD, Talmuda PJ, Coopera JA,
Mohan V, Balasubramanyam M 2012. Maubareta CG, Stephensb JW, Abelaka
Accelerated aging as evidenced by K, Humphriesa SE 2010. Association of
increased telomere shortening and telomere length with type 2 diabetes,
mitochondrial DNA depletion in oxidative stress and UCP2 gene
patients with type 2 diabetes. Mol Cell variation. Atherosclerosis 209: 4250.
Biochem. 2012 Jun;365(1-2):343-50. www.elsevier.com/locate/atheroscler
Epub 2012 Mar 13. osis.
Moussa SA 2008. Oxidative stress in Sampson MJ, Winterbone MS, Hughes JC,
Diasbetes mellitus. Romanian J Dozio N, Hughes DA 2006. Monocyte
Bhiophys., Vol. 18, No. 3, P. 225236, Telomere Shortening and Oxidative
Bucharest. DNA Damage in Type 2 Diabetes.
Murillo OB, Albarrn TF, Arenas AD, Diabetes Care 29:283289.
Bentez BL, Malacara HJM, Martnez Sharma R, Buras E, Terashima T, Serrano F,
GS, Hernndez GM, Solorio S, Garay Massaad CA, Hu L, Bitner B, Inoue T,
SME, Mora VC. 2012. Telomere length Chan L, Pautler RG 2010.
and type 2 diabetes in males, a Hyperglycemia induces oxidative
premature aging syndrome. Aging stress and impairs axonal transport
Male. 2012 Mar;15(1):54-8. Epub 2011 rates in mice. PloS one 5(10):e13463.
Aug 9. Shaw JE, Sicree RA, Zimmet PZ 2010.
Oeseburg H, de Boer RA, van Gilst WH, Global estimates of the prevalence of
van der Harst P 2010. Telomere diabetes for 2010 and 2030. Diabetes
biology in healthy aging and disease. res Clin Pract 87: 4 14.
Pflugers Arch - Eur J Physiol (2010) Shen Q, Zhao X, Yu L, Zhang Z, Zhou D,
459:25926. Kan M, Zhang D, Cao L, Xing Q, Yang
Qujeq D, Habibinudeh M, Daylmkatoli M, Y, Xu H, He L, and Liu Y 2012.
Rezvani T 2005. Malondialdehyde and Association of Leukocyte Telomere
carbonyl contents in the erythrocytes Length with Type 2 Diabetes in
of streptozotocin-induced diabetic rats. Mainland Chinese Populations. J Clin
Int J Diabetes & Metabolism.13: 96-98. Endocrinol Metab 97: 00000000. 2012.
Radak Z and Boldogh I 2010. 8-Oxo-7,8- Srvidya AR, Yadev AK, Dhanbal SP 2009.
dihydroguanine: Links to gene Antioxidant and antimicrobial activity
expression, aging, and defense against of rhizome of Curcuma aromatica and
oxidative stress. Free Radical Biology Curcuma zeodaria, Leaves of
& Medicine 49 (2010): 587596. Arbutilon indicum. Arch. Pharm. Res.
Robertson RP 2004. Chronic Oxidative 1(1): 14-19.
Stress as a Central Mechanism for Testa R, Olivieri F, Sirolla C, Spazzafumo
Glucose Toxicity in Pancreatic Islet L, Rippo MR, Marra M, Bonfigli AR,
Beta Cells in Diabetes. JBC, Vol. 279, Ceriello A, Antonicelli R, Franceschi C,
No. 41, pp. 4235142354. Castellucci C, Testa I, Procopio AD.
Roglic G, Unwin N, Bennett PH, Mathers 2011.. Leukocyte telomere length is
C, Tuomilehto J, Nag S, Connolly V, associated with complications of Type
King H 2005. The Burden of Mortality 2 diabetes mellitus. Diabet. Med. 28,
Attributable to Diabetes. Realistic 13881394
estimates for the year 2000. Diabetes Tsuruta R, Fujita M, Ono T, Koda Y, Koga
Care (28):21302135. Y, Yamamoto T, Nanba M, Shitara M,
Kasaoka S, Maruyama I, Yuasa M,

210
M SYAMSUL MUSTOFA

Maekawa T 2010. Hyperglycemia Telomere biology in heart failure. Eur J


enhances excessive superoxide anion Heart Failure 10: 10491056.
radical generation, oxidative stress, Zhang Z, Liew CW, Handy DE, Zhang Y,
early inflammation, and endothelial Leopold JA, Hu J, Guo L, Kulkarni RN,
injury in forebrain Loscalzo J, dan Stanton RC 2010. High
ischemia/reperfusion rats. Brain glucose inhibits glucose-6-phosphate
research 1309: 155-163. dehydrogenase, leading to increased
Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H oxidative stress and -cell apoptosis.
2004. Global Prevalence of Diabetes. Faseb J. 24: 14971505. www.fasebj.org.
Estimates for the year 2000 and Zhu H, Belcher M, dan Harst F 2011.
projections for 2030. Diabetes Care 27: Healthy aging and disease: role for
10471053. telomere biology? Clinical Science 120:
Wong LSM, de Boer RA, Samani NJ, van 427440 (Printed in Great Britain).
Veldhuisen DJ, van der Harst P 2008.

211

Anda mungkin juga menyukai