Kata
Agung Dwi Ertato
Daftar Isi
I.
II.
ya akulah abdimu
dari kandung leluhurku aku telah lahir
kubawa namanya dalam berkatmu
di tengah hutan memancar kesegaran mata air yang berlinang
III.
2
Esai tersebut dimuat dalam Majalah Horison edisi XXXII/7-8/1998 dengan judul
Sastra Indonesia dalam Empat Orde Baru.
Dalam buku Pacar Senja, puisi yang berusia paling tua adalah
puisi ‘Layang-layang’ (1980). Di dalam puisi tersebut kita bisa
melihat wacana estetik yang digunakan Joko Pinurbo pada awal
kepenyairannya.
LAYANG-LAYANG
1980
TUKANG CUKUR
Ia menyayat-nyayat kepalaku,
mengkapling-kapling tanah pusaka nenekmoyangku.
1989
….
Di stasiun, orang-orang berdiri. Mereka
saling berdiam di hadapan spiker. Tahu,
jam-jam berlalu, tidak membawa siapa
pun pergi ke rumah sendiri. Sebuah kota
penuh spiker, tahu, tidak perlu mendengar
suaramu.
1989
IV.
....
Tuhan datang malam ini
di gudang gulita yang cuma dihuni cericit tikus
dan celoteh sepi. Ia datang dengan sebuah headline
yang megah: “Telah kubredel ketakutan
dan kegemetaranmu. Kini bisa kaurayakan kesepian
dan kesendirianmu dengan lebih meriah.”
Dengar, Tuhan melangkah lewat dengan sangat gemulai
di atas halaman-halaman yang hilang,
rubrik-rubrik terbengkelai.
....
.....
Dan Tuhan datang malam ini
di gudang gelap, di bawah tanah, yang cuma dihuni
cericit tikus dan celoteh sepi.
Ia datang bersama empat ribu pasukan,
lengkap dengan borgol dan senapan.
Dengar, mereka menggedor-gedor pintu dan berseru:
“Jangan halangi kami. Jangan lari dan sembunyi.
Kami cuma orang-orang kesepian.
Kami ingin bergabung bersama Anda
di sebuah kolom yang teduh, kolom yang rindang.
Kami akan kumpulkan senjata
1997
...
Ia pergi juga malam itu, menemui kekasih
yang menunggunya di pojok kuburan.
Ia pamerkan celananya: “Ini asli buatan Amerika.”
Boneka, 1
V.
4
Dalam buku Kerusuhan Mei: Data, Fakta, dan Analisa, tercatat 111 lokasi
pembakaran, sebagian besar adalah pertokoan etnis Tionghoa seperti di Penjaringan
Utara, Pluit Muara Karang, Mangga Dua, Kapuk Raya, Sunter, Harmoni, dan lain-
lain.
5
Sapardi Joko Damono yang beberapa puisinya sering berbicara tentang kegelisahan
eksistensial kemudian menulis puisi “Ayat-ayat Api” yang menggambarkan peristiwa
Mei 1998. Puisi tersebut dimuat dalam buku puisinya Ayat-ayat Api (2000).
Patroli
6
Terdapat pada esai Agus R. Sarjono, Sastra Indonesia dalam Empat Orde Baru,
dimuat dalam majalah Horison XXXII/7-8/1998.
(1998)
Pada puisi “Mei” tidak ada lagi humor yang biasanya menjadi
ciri khas puisi Joko Pinurbo. Joko Pinurbo kembali pada gaya
liris yang penuh ironi. Puisi “Mei” sendiri di tulis pada tahun
Mei
Jakarta, 1998
2000
...
mei, bulan kita itu, belum ditinggalkan penghujan
...
VI.
Kepada Puisi
Kau adalah mata, aku airmatamu.
2003
Pacar Senja
Senja mengajak pacarnya duduk-duduk di pantai.
Pantai sudah sepi dan tak akan ada yang peduli.
Pacar senja sangat pendiam: ia senyum-senyum saja
mendengarkan gurauan senja. Bila senja minta peluk,
setengah saja, pacar senja tersipu-sipu.
“Nanti saja kalau sudah gelap. Malu dilihat lanskap.”
Cinta seperti penyair berdarah dingin
yang pandai menorehkan luka.
Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya.
Tak terasa senyap pun tiba: senja tahu-tahu
melengos ke cakrawala, meninggalkan pacar senja
yang masih megap-megap oleh ciuman senja.
“Mengapa kau tinggalkan aku sebelum sempat
kurapikan lagi waktu? Betapa lekas cium
Celana Ibu
Maria sangat sedih menyaksikan anaknya
mati di kayu salib tanpa celana
dan hanya berbalutkan sobekan jubah
yang berlumuran darah.
Ketika tiga hari kemudian Yesus bangkit
dari mati, pagi-pagi sekali Maria datang
ke kubur anaknya itu, membawakan celana
yang dijahitnya sendiri dan meminta
Yesus untuk mencobanya.
“Paskah?” tanya Maria.
“Pas sekali, Bu,” jawab Yesus gembira.
VII.
Daftar Pustaka
In a drear-nighted December,
Too happy, happy brook,
Thy bubblings ne'er remember
Apollo's summer look;
But with a sweet forgetting
They stay their crystal fretting,
Never, never petting
About the frozen time.
/1/
(Senja Pun Jadi Kecil Kota Pun Jadi Putih, Goenawan Muhamad)
/2/
/3/
RUANG INI
7
Konvensi-konvensi yang dimaksud adalah konvensi sastra dan tentu saja konvensi
bahasa, karena bahasa merupakan media dalam karya sastra. Karya sastra tidak bisa
lepas begitu saja dari konvensi bahasa yang berlaku pada waktu karya tersebut dibuat.
Periksa A. Teeuw dalam Sastra dan Ilmu Sastra halaman 95.
/4/
‘Ia’ dalam sajak ini menjadi objek utama. ‘Ia’ berkaitan dengan
anak kecil karena merujuk pada judul sajak—Catatan Masa Kecil 4.
Anak kecil mengacu pada keadaan awal mula, awal mula dari sebuah
kehidupan. Anak kecil merupakan simbol kepolosan. Pada
/5/
/6/
Sumber Acuan
/1/
/2/
Sita Obong
/3/
/4/
Sita Sihir
(1990)
/5/
Elegi Sinta
kuburu rahwana,
dan kuminta ia menyetubuhi nafasku
menuju kehampaan langit.
kubiarkan terbang, agar tangan yang
takut dan kalah itu tak mampu menggapaiku.
Prambanan, 2002
/6/
/1/
(celana, 3: 1996)
/2/
/3/
ada seorang perempuan
diam saja berdiri
di dekat tukang rokok
di seberang jalan raya itu
(1998)
Paskah menjadi suatu kisah yang pedih dan sendu pada hari
Minggu pagi yang seharusnya diisi oleh suatu kebahagian.
Minggu pagi identik dengan hari libur yang biasa digunakan oleh
orang-orang untuk melepas kelelahan setelah bekerja selama
seminggu. Kebahagiaan hari Minggu kemudian dirusak oleh
berita pagi yang memberikan berita tentang tragedi. Tragedi
tersebut kemudian dikuatkan dengan suasana hari yang masih
Darah menandai keadaan yang penuh luka, penuh rasa perih dan
pedih. Penderitaan yang terjadi menyebabkan suasana yang sunyi
sehingga jalan kecil tak dilewati kata-kata.
/3/
/4/
Sumber Acuan
Damono, Sapardi Djoko. 1999. “Burung dalam Celana” dalam
Joko Pinurbo Celana. Magelang: Indonesia Tera.
________. 2000. Ayat-ayat Api. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Pinurbo, Joko. 1999. Celana. Magelang: Indonesia Tera.
________. 2005. Pacar Senja. Jakarta: Grasindo.
Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington:
Indiana University Press.
Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
________. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Utami, Ayu. 2005. “Joko Pinurbo: Mengapa Kematian,
Penyairku?” dalam Joko Pinurbo Pacar Senja. Jakarta:
Grasindo.
81
Dalam esai catatan penutup Kumpulan Puisi Celana tahun 1999
/1/
9
Penjelasan tentang Asmaradana terdapat pada buku Goenawan Muhamad Selected
Poems halaman 221. Asmaradana: A classical form of Javanese poetry. In the
Javanese opera Damarwulan, it is used to express the hero’s farewell to his beloved,
the lovely Anjasmara, before he went to meet his death in a battle againts a powerful
rebel under the reign of Queen Kencana Wungu in 13th century Java.
/2/
ASMARADANA
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun,
karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah
pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti,
yang jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang
berkata-kata.
Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok
pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara,
ia takkan mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba,
1971
/3/
/4/
/5/
/1/
Rindu
Nisan
Untuk nenekanda
(Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus, Chairil Anwar)
/2/
/3/
Aku
Doa
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Tuhanku
Tuhanku
Tuhanku
dipintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
10
H.B. Jassin, Chairil Anwar Pelopor Angkatan ’45, (Jakarta: 1968), hal. 15.
11
Sajak “Cemara Menderai sampai Jauh” dalam buku Aku Binatang Jalang berjudul
“Derai-derai Cemara”.
(Kerikil Tajam dan Yang Terampas Dan Yang Putus, Chairil Anwar)
/4/
“Habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu”
(Padamu Jua, Amir Hamzah)
Pengantar
Awal mula Pujangga Baru tentu saja tidak lepas dari gerakan
pemuda pada tahun 1928. Pada tahun tersebut terjadi gerakan
Sumpah Pemuda yang isinya tentang wacana “keindonesiaan”.
Pada tahun 1930 gerakan-gerakan pemuda kemudian bisa bersatu
dalam gerakan pemuda Indonesia, Indonesia muda [ CITATION
Kei91 \l 1033 ]. Kemudian permasalahan baru muncul.
Permasalahan-permasalahan tersebut adalah menyangkut identita
Indonesia.
12
Ajip Rosidi, Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1986) hal. 34
Rindu
Habis kikis
Daftar Pustaka
I.
II.
III.
IV.
...
/2/
V.
/1/
/2/
Celana 1
Lalu ia ngacir
Tanpa celana
Dan berkelana
Mencari kubur ibunya
Hanya untuk menanyakan,
“Ibu, kausimpan di mana celana lucu
Yang kupakai waktu bayi dulu?”
(1996)
Gaya humor khas Joko Pinurbo muncul pada bait ketiga dan
kelima. Pada bait ketiga, pria tersebut bahkan di depan
pramuniaga/yang merubung dan membujuk-bujuknya/ ia malah
mencopot celananya sendiri/ dan mencampakkannya/. Pada bait
kelima, pria tersebut ngacir/ tanpa celana/ dan berkelana/
mencari kubur ibunya/ hanya untuk menanyakan,/ “Ibu,
kausimpan di mana celana lucu/ yang kupakai waktu bayi
/3/
Sumber Acuan