Pendahuluan
Sastra tidak diciptakan bagitu saja atau dalam bahasa puitik jatuh dari langit.
Sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dipelajari oleh masyarakat. 2 Drama
merupakan bagian dari karya sastra. Drama adalah semua teks yang bersifat dialog-
dialog yang isinya membentangkan sebuah alur. Kekhasan drama adalah bentuknya
sehingga drama sah sebagai karya sastra disamping puisi dan prosa. Karya sastra—
tertentu yang dialami oleh sastrawan dengan sendirinya akan melahirkan suatu jenis
1 Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir matakuliah Pengkajian Drama
2 Sapardi Djoko Damono,Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas, (Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984), 1.
3 Drama dalam hal ini berbentuk naskah sedangkan naskah yang dipentaskan adalah teater.
4 Kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan yang mencakup hubungan antarmasyarakat, antara
masyarakat dengan-orang seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin
seseorang.
1
adalah sosiologi menitikberatkan pada unsur luar sebagai latar belakang diri
pengarang dan karyanya. Masyarakat merupakan faktor yang menentukan apa yang
harus ditulis orang, bagaimana menulisnya, untuk siapa karya sastra ini ditulis, apa
tujuan dan maksudnya. Pendekatan sosiologi sastra inilah yang akan dipakai dalam
sandiwara dan orkestra sedang memainkan atau mementeskan cerita. Cerita tersebut
mengisahkan tentang Madekur dan Tarkeni yang sedang jatuh cinta. Mereka adalah
kaum urban yang tinggal di kota besar. Madekur (pencopet) dan Tarkeni (pelacur)
bertemu di pelacuran kota besar. Madekur ingin menikah dengan Tarkeni namun
Tarkeni tidak mau menikah tanpa persetujuan orangtuanya. Madekur dan Tarkeni
pulang ke desa untuk meminta restu kepada orangtua mereka. Baik orang tua
Madekur menikah dengan Tarkeni. Madekur tetap menikah dengan Tarkeni dan
tetap melacur. Orangtua Madekur yang sebelumnya hidup dari uang hasil copetan
5 Orkes Madun karya Arifin C. Noer merupakan pentalogi. Orkes Madun terdiri dari Madekur dan
Tarkeni, Umang-umang, Ozone, dan Sandek, Pemuda Pekerja.
2
Madekur. Mereka menuju kantor gubernur karena d.ulu Madekur mengaku sebagai
gubernur. Mereka tidak diterima dengan baik oleh penerima tamu di kantor Gubernur.
Orangtua Madekur akhirnya hidup menggelandang karena tidak punya uang lagi
profesinya sebagai pelacur. Madekur tetap menerima istrinya apa adanya. Bahkan
tahu istrinya menderita penyakit kelamin. Madekur dan Tarkeni meninggal dunia
yaitu tokoh, alur, dan tema. Dalam drama “Madekur dan Tarkeni” tokoh sentral
adalah Madekur dan Tarkeni. Kedua tokoh ini membentuk cerita yang
yang tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar penduduknya bekerja di luar
Dalam ilmu sosiologi struktur sosial adalah pola-pola nyata hubungan atau interaksi
3
antara berbagai komponen masyarakat—pola-pola yang relatif bertahan lama karena
kota sangat jelas terlihat. Gambaran masyarakat kota yang terdiri dari berbagai
lapisan masyarakat. Gambaran yang paling jelas ditampilkan adalah masyarakat kecil
(Noer : 5-7)
Mereka hanya bisa memaki-maki semesta atau bahkan Tuhan. Kekesalan terhadap
7 Achmad Fedyani, Ph.D, Antropologi Kontemporrer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma,
(Jakarta : Pranada Media, 2005), 156.
4
berkumpul, maklum ini pasar. Mereka
mengacungkan tangan mereka karena mereka
ingin mengacungkannya. Dan sesuai dengan
anjuranMu dalam semua buku-buku karanganMu,
saya bersama-sama mereka setiap kali
menghadap kepadaMu mengadu sambil mengadu
untung kalau-kalau kejatuhan reze…..rezekiMu.
Kau sendiri yang memanggil kami, dan kami
memenuhi panggilanMu.
(Noer : 9-7)
masyarakat rural (desa) yang ingin mencari nafkah ke kota. Masyarakat desa
umumnya tidak mempunyai keahlian tertentu. Mereka hanya menjadi bagian kecil
dari kota yang jika tidak kuat akan dianggap sebagai sampah masyarakat. Perhatikan
kutipan berikut.
Satu
[…]
(Noer : 18-19)
Tiga
5
Madekur seorang pencopet
Lantaran di Jakarta ia tergencet
Bulan dari Jatibarang yang ia kepit
Bersama kertas ijasah di ketiaknya
Lusuh dan kehilangan cahaya
[…]
[…]
(Noer : 23-24)
drama ini. Kisah cinta yang sederhana dan tidak dilebih-lebihkan. Perhatikan kutipan
berikut ini.
MADEKUR : Lebih bagus lagi. Dan lebih dari itu ketika kita
kecil kita pernah jadi pengantin-pengantinan.
Dan saya kira saya masih cinta sama kamu.
(Noer : 22-23)
6
memperlihatkan realitas sosial tentang masyarakat urban. Drama ini juga mengkritik
SESEORANG : Pembersihan.
SESEORANG : Sampah?
(Noer : 102)
Orangtua Madekur dan Tarkeni tidak setuju jika anak mereka menikah dengan
masyarakat.
7
mengutarakan niatnya akan kawin dengan
seorang pelacur/pencopet! Buat saya yang tidak
punya penyakit jantung hal ini tidak
membahayakan jiwa, dan saya bisa secara jernih
menimbang dan merundingkan dan meyakinkan,
tapi buat yang berpenyakit jantung? (KEPADA
ISTRINYA) Tidak, tidak – kamu jangan sekali-
kali membantu dia untuk memaksa saya
mengambil keputusan gila.
(Noer : 26)
potret masyarakat urban. Kota terlalu angkuh terhadap masyarakat yang tinggal di
dalamnya. Banyak orang yang ingin menaklukkan kota namun pada akhirnya
masyarakat tersebut terjebak dalam keangkuhan kota. Orang yang kuat akan terjebak
arus keangkuhan kota. Mereka merasa dapat menaklukan kota namun sebenarnya
mereka hanya diperalat oleh kota. Orang atau masyarakat yang kuat akan merasa
angkuh. Mereka menganggap orang atau masyarakat yang lemah—yang tidak bisa
Dalam sudut pandang masyarakat lemah, kota adalah harapan. Mereka akan
harapan hidup layak di kota yang mereka bawa dari daerah asal—desa—lambat laun
akan sirna. Keterbatasan keahlianlah yang membawa masyarakat lemah ini menyerah
pada keangkuhan kota. Masyarakat lemah ini kemudian hanya menjadi sampah
8
Permasalahan ekonomi adalah masalah paling pelik yang menimbulkan
struktur sosial.
Drama “Madekur dan Tarkeni” adalah kritik sosial terhadap realitas sosial
saat ini. “Madekur dan Tarkeni” mengkritik kota, terutama tatana sosial masyarakat
kota.
merekonstruksi tatanan sosial masyarakat kota. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
drama berikut.
8 N. Riantarno, Komentar mengenai Pentalogi Orkes Madun, tertulis pada sampul belakang buku
Orkes Madun.
9
“Bagaimana pun kalian adalah putra-putriku
yang terbesar bagiku……”
merupakan sampah mayarakat. Sikap tersebut memang jarang sekali terjadi namun
Penutup
Drama “Madekur dan Tarkeni” merupakan potret masyarakat urban saat ini.
Dalam drama ini banyak menggambarkan tatanan sosial masyarakat kota. Tatanan
sosial tersebut membuat kota menjadi angkuh. Masyarakat yang kuat semakin
angkuh sedangkan masyarakat lemah hanya bisa pasrah dan ingin marah dengan
masyarakat kota dan merekonstruksi tatanan tersebut agar lebih baik. Kritik sosial
Daftar Pustaka
10
Hardjana, Andre. 1981. Kritik Sastra Sebagai Pengantar. Jakarta : Gramedia.
Marhaeni, Ni Made Tuti. 1991. Analisis Deskriptif, Alur, Latar dan Tema “Orkes
Madun”. Skripsi
11