Buku Puisi
28wArtLab Press
2010
Taman Kota
Buku Puisi
Diterbitkan oleh
28wArtLab Press
Jalan Margonda 28w
Depok, Jawa Barat
(021) 98363462
duadelapanwartlab@rocketmail.com
©2010
ISBN -071088-081191
2 | Taman Kota
“Sebuah taman kota yang sering ramai setiap sore sekarang
seakan sunyi, bangku taman dan lampunya
hanya berdiam sembil menunggu tik-tok jam.”
Taman Kota | 3
ISI BUKU
ISI BUKU 4
Sajak tentang Kebingungan 10
Kosong dalam Hampa 11
Kau dan Aku 13
Desiran Angin 14
Hujan 15
Barangkali Aku 16
Jam Duabelas Siang Tepat 17
Fragmen: Mencari Aku 19
Ada Rindu pada Lot itu 21
Perihal Kehidupan 23
Titik 24
Dialektika Sepi 25
Dan Senja Itu 27
Sajak Lima musim 28
Cerita Malam 29
Nokturno 30
Bukankah Malam Ini Semakin Mesra 31
Aku Ingin Menjadi Bulan 32
Fragmen Tak Berima 33
Pelabuhan Kecil 35
Ode untuk Kapal 37
Fragmen Taman Kota, 1 51
Fragmen Taman Kota, 2 52
Lalu Desember 53
Tiba-tiba saja 54
Stasiun Tua 55
Selamat Tinggal 56
4 | Taman Kota
Masih Saja Kau Melamun 57
Rindu yang Kekal 58
Sepasang Cangkir di Meja Kedai Kecil 59
Fragmen Kecil tentang Laut 61
Sore yang Kau Tinggalkan Tiba-tiba 62
Dalam Kereta 63
Ada Apa dengan Hujan Malam ini 64
Ada yang tak biasa malam itu, aku lupa ada waktu yang terjepit di
antara kita 65
Ada yang Ingin Mencuat 66
Dan Cat Air itu Masih Tergeletak di Sudut Ruang 67
Bersatulah Lumpur-lumpur yang Telah Mengisi Hidup Kami 69
Kepada Pemilik Lumpur 71
Dan Senja pun Turun Pelan-pelan 73
Keluarlah, Ada Hujan Berdansa dengan Malam 74
Tidurlah Sejenak 75
Berjalanlah Pelan-pelan 76
Di Beranda: Pada Suatu Malam 77
Tiga Fragmen tentang Kertas 78
Aku Rahwana dan Kau Sinta 79
Perihal Waktu 83
Subuh 85
Jalan Menuju Rumahnya Terlalu Panjang, Tidak Ada Jalan Terdekat,
Kecuali Kau Begitu Dekat 86
18. 18 89
Selamat Pagi Jogja 90
Televisi 92
Waktu Berjalan Menuju Rumahmu 93
Aku Rindu Kau yang Mungkin Tak Ada 95
Surat Kepada Penyairku 97
Selamat Pagi, Kau Bangun Juga Akhirnya 98
Pertemuan 99
Taman Kota | 5
6 | Taman Kota
“ I do not write this till the last that no eye may catch it.”
(John Keats.)
Taman Kota | 7
8 | Taman Kota
Untuk ibuku, kau,
dan semestaku
Taman Kota | 9
Sajak tentang Kebingungan
2008
10 | Taman Kota
Kosong dalam Hampa
2008
Taman Kota | 11
12 | Taman Kota
Kau dan Aku
2009
Taman Kota | 13
Desiran Angin
2009
14 | Taman Kota
Hujan
2009
Taman Kota | 15
Barangkali Aku
: DL
2009
16 | Taman Kota
Jam Duabelas Siang Tepat
ada yang selalu ingin kupandang tepat pukul duabelas siang. detak
jantung selalu melebihi detik jam tangan. desiran angin perlahan
tapi selalu membawa daundaun bernari mengitari akasia.
2009
Taman Kota | 17
18 | Taman Kota
Fragmen: Mencari Aku
Hujan turun
Awan menghitam kelam
Angin menghembus hingga akasia
Tak sampai menahannya
Rintihan hujan
Taman Kota | 19
Membentuk suara-suara kelabu
2009
20 | Taman Kota
Ada Rindu pada Lot itu
/1/
/2/
2009
Taman Kota | 21
22 | Taman Kota
Perihal Kehidupan
2009
Taman Kota | 23
Titik
seninselasarabukamisjumatsabtuminggu
harihari taklagi berjeda
mereka menunggu titik entah kapan
2009
24 | Taman Kota
Dialektika Sepi
2009
Taman Kota | 25
26 | Taman Kota
Dan Senja Itu
2009
Taman Kota | 27
Sajak Lima musim
2009
28 | Taman Kota
Cerita Malam
2009
Taman Kota | 29
Nokturno
- Namun aku lebih suka pada pekat malam. Setiap malam hanya
ada aku, lampulampu kecil, dan rindurindu. Kadang gerimis kecil
bernyannyi riang. Aku suka.
2009
30 | Taman Kota
Bukankah Malam Ini Semakin Mesra
: sendu
2009
Taman Kota | 31
Aku Ingin Menjadi Bulan
2009
32 | Taman Kota
Fragmen Tak Berima
2009
Taman Kota | 33
34 | Taman Kota
Pelabuhan Kecil
2009
Taman Kota | 35
36 | Taman Kota
Ode untuk Kapal
/1/
Taman Kota | 37
/2/
38 | Taman Kota
/3/
Taman Kota | 39
/4/
/5/
40 | Taman Kota
Tibatiba aku ingat ketika
kau mengajakku ke kedai kopi kecil.
Sekadar melepas lelah katamu,
namun bagiku melepaskan dahaga.
Aku memesan kopi pahit
tanpa gula. Kau memesan kopi
yang telah dicampur—susu dan coklat.
/6/
Taman Kota | 41
Aku merasa dekat dengan surga.
Entah surga seperti apa,
bahkan aku tidak pernah melihat surga.
Surgaku dan surga Tuhan mungkin berbeda.
/7/
42 | Taman Kota
Aku masih mendengarkan
lagulagu yang sering kita putar di tamankota.
Duduk di taman
sambil meracau tentang:
aku, kamu, dia, kita, kami, kalian, dan mereka.
/8/
Taman Kota | 43
sepotong sajak yang kubacakan untukmu:
yang fana adalah waktu. Kita abadi.
/9/
44 | Taman Kota
Badai sudah reda. Lautan akan menyambut kapal lagi dan
menghantarkannya ke pelabuhan akhir—tempat yang menjadi
tumpukan impian kapal dan bukan di pelabuhan kecil.
/10/
Taman Kota | 45
aku tidak ingin memakannya karena aku tidak bisa
memakannya. Aku sudah tidak bisa membedakan manis dan
pahit. Sepotong roti kuletakkan di atas meja yang
menghadap jendela tepat menghadap cakrawala. Di
atasnya, burungburungkertas—merah, hijau, kuning, dan
biru yang juga kautitipkan padaku—kubiarkan terbang di
jendela.
2009
46 | Taman Kota
Taman Kota | 47
Delapan Sonnet yang Terserak di
antara Kertas Lusuh
48 | Taman Kota
Taman Kota | 49
Fragmen Taman Kota, 1
terbelai oleh angin yang sedari tadi bersinjingkat entah apa yang
ia cari. Sepasang burung dara tak datang sore ini.Jam taman
berdentang,
kali ini menandakan waktu sudah menjelang petang. Matahari
senja
yang tadi memancarkan cahaya merah, redup perlahan-lahan.
2010
50 | Taman Kota
Fragmen Taman Kota, 2
lembutnya. Aku yakin, dia adalah gadis yang biasa duduk di sini.Tapi
dia tak
lagi sendiri.Ronanya tak lagi sendu. Langit pun tak lagi mendung.
Bulan sudah tak lagi
tertutup. Cahayanya perak memancar hingga membentuk bayang-
bayang
akasia. Angin tak lagi bertingkah seperti sore tadi.
2010
Taman Kota | 51
Lalu Desember
: duadua, dua
2010
52 | Taman Kota
Tiba-tiba saja
:dr
2010
Taman Kota | 53
Stasiun Tua
Sudah berapa kali kau berputar? Mungkin kau sudah lelah. Hanya
angin yang
mendesir sore itu, ketika stasiun tua melepas penjaga stasiun.
Mungkin kau sudah lelah.
2010
54 | Taman Kota
Selamat Tinggal
2010
Taman Kota | 55
Masih Saja Kau Melamun
2010
56 | Taman Kota
Rindu yang Kekal
Tak ada lagi denyut waktu atau rintihan pasir yang jatuh
di antara kaca. Aku rindu dongeng-dongeng itu. Aku rindu
suara lirih yang mengantarku ke tempat itu.
aku rindu helai derai rambutmu. Aku rindu ronamu.
2010
Taman Kota | 57
Sepasang Cangkir di Meja Kedai Kecil
berpandangan satu sama lain. Kau tahu? Inilah yang aku suka
menjadi cangkir. Sepasang cangkir tersenyum, ia tidak
memikirkan kenapa ia hanya cangkir, bukan harpa,
maupun secarik puisi. Ia hanya tersenyum saja.
2010
58 | Taman Kota
Taman Kota | 59
Fragmen Kecil tentang Laut
2010
60 | Taman Kota
Sore yang Kau Tinggalkan Tiba-tiba
2010
Taman Kota | 61
Dalam Kereta
Dalam kereta:
aku diam
hening
meniti jalan
panjang
yang tak
tahu ujung
2010
62 | Taman Kota
Ada Apa dengan Hujan Malam ini
2010
Taman Kota | 63
Ada yang tak biasa malam itu, aku lupa ada
waktu yang terjepit di antara kita
: duadua, dua
Ada yang tak biasa dari malam itu. Aku berdua denganmu,
menghabiskan malam yang tak biasa. Langit seperti taman yang
penuh dengan bunga. Entah berapa bunga, kita berdua tak sempat
menghitung. Bukankah malam ini begitu indah. Desiran angin
mengiringi malam yang berjalan pelan, mengenaimu dan
mengenaiku. Malam itu tidak dingin, karena ada sisa bara
di antara kita. Kau masih juga memejamkan mata. Ronamu begitu
tenang bersama senyum. Coba kau pejamkan mata, dengarkan
nyanyian ombak, bintang, angin, dan malam.
Ada yang tak biasa malam itu, aku lupa ada waktu yang terjepit di
antara kita.
2010
64 | Taman Kota
Ada yang Ingin Mencuat
2010
Taman Kota | 65
Dan Cat Air itu Masih Tergeletak di Sudut
Ruang
2010
66 | Taman Kota
Taman Kota | 67
Bersatulah Lumpur-lumpur yang Telah
Mengisi Hidup Kami
2010
68 | Taman Kota
Taman Kota | 69
Kepada Pemilik Lumpur
2010
70 | Taman Kota
Taman Kota | 71
Dan Senja pun Turun Pelan-pelan
2010
72 | Taman Kota
Keluarlah, Ada Hujan Berdansa dengan
Malam
: dr
2010
Taman Kota | 73
Tidurlah Sejenak
tidurlah sejenak
langit telah terlelap
bulan akan menjagamu
--pada malam yang pekat
tidurlah sejenak :
--sambil tertawa riang
di tengah padang ilalang
aku akan menjemputmu
2010
74 | Taman Kota
Berjalanlah Pelan-pelan
2010
Taman Kota | 75
Di Beranda: Pada Suatu Malam
/1/
Kopi ampas yang kau sajikan padaku, sudah kuminum. Kini hanya
tinggal ampas yang membekas di gelas. Malam telah lewat tengah.
Kau tetap saja menemaniku dengan wajah yang sungguh aku tak
mengerti. Kau bawakan aku setumpuk cerita yang kau bawa dari
padang ilalang. Sebentar saja, aku hanya ingin berbagi denganmu.
/2/
Kau bawakan lagi aku kopi ampas lalu kau tambahkan dengan
beberapa batang kretek. Nanti saja, bukankah kita sudah lama tak
bertemu.
/3/
2010
76 | Taman Kota
Tiga Fragmen tentang Kertas
/1/
/2/
/3/
2010
Taman Kota | 77
Aku Rahwana dan Kau Sinta
/1/
78 | Taman Kota
/2/
kau sinta
aku rahwana
Taman Kota | 79
/3/
2010
80 | Taman Kota
Taman Kota | 81
Perihal Waktu
ku pandang jamtanganku
sambil berbisik kepadanya
: diamlah, aku hanya ingin abadi di sini
2010
82 | Taman Kota
Taman Kota | 83
Subuh
2010
84 | Taman Kota
Jalan Menuju Rumahnya Terlalu Panjang,
Tidak Ada Jalan Terdekat, Kecuali Kau Begitu
Dekat
Magrib, ketika kakiku masih saja tak beranjak dari tempat aku
melihat orang-orang berjalan itu, masih saja aku ingin bertanya
pada orang-orang itu. Tuan, aku ingin menuju magrib terdekat.
Suara penuh tanda tanya tak pernah berhenti memanggil. Ada
yang menggigil, ada yang terjatuh, ada yang terlena, ada juga yang
tersenyum. Aku ingin cepat-cepat menuju rumahmu.
Taman Kota | 85
jalan terdekat, kecuali kau begitu dekat. Kau tak pernah memberi
alamat pasti rumahmu. Yang kutahu hanya magrib sebagai
penanda rumahmu sudah dekat.
2010
86 | Taman Kota
Taman Kota | 87
18. 18
2010
88 | Taman Kota
Selamat Pagi Jogja
/1/
Taman Kota | 89
/2/
2010
90 | Taman Kota
Televisi
2010
Taman Kota | 91
Waktu Berjalan Menuju Rumahmu
2010
92 | Taman Kota
Taman Kota | 93
Aku Rindu Kau yang Mungkin Tak Ada
2010
94 | Taman Kota
Taman Kota | 95
Surat Kepada Penyairku
2010
96 | Taman Kota
Selamat Pagi, Kau Bangun Juga Akhirnya
/1/
/2/
2010
Taman Kota | 97
98 | Taman Kota
Pertemuan
2010
Taman Kota | 99
100 | Taman Kota