TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO, PANDUAN MANAJEMEN RISIKO,
HASIL PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO, IDENTIFIKASI
RISIKO,ANALISIS RISIKO, PENCEGAHAN RISIKO
Ditetapkan di Salang
Pada tanggal 2017
KEPALA PUSKESMAS SALANG
Ritawaty
NIP. 196712251990012001
PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA
Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul kode pos : 2457
Email :puskesmassaitnihuta@yahoo.co.id
BAB I. PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG.
B.TUJUAN:
1. Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di UPT
Puskesmas Saitnihuta.
C.SASARAN:
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan
unit layanan fungsional dan manajerial serta pegawai UPT Puskesmas
Saitnihuta .
DEFINISI:
Yang dimaksud dengan risiko adalah kerugian yang mungkin terjadi pada tiap
unit, waktu atau kegiatan
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai
dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada
kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan
menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan
pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.
BAB III. ELEMEN KUNCI DISAIN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
A. TUJUAN
B. KEWENANGAN.
Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten Humbang Hasundutan selaku pemilik puskesmas memiliki tanggung-
jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman untuk memberikan
pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan
mendelegasikan kewenangan kepada Kepala Puskesmas Saitnihuta untuk
membentuk organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan berperan secara
luas.
Kepala UPT Puskesmas Saitnihuta menugaskan kepada Tim Peningkatan Mutu
Layanan dan Keselamatan Pasien untuk melaksanakan tugas manajemen risiko, dan
bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko dengan Kepala
Puskesmas, semua anggota staf medis, semua pegawai dan dengan pihak luar
Puskesmas .
C. KOORDINASI.
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas yang
sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko, Puskesmas
harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun informal
antara manajemen risiko professional dengan semua unit layanan struktural dan
fungsional Puskesmas serta fungsi lain di dalam dan di luar Puskesmas .
Kepala Puskesmas, berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk berbagai
kegiatan penting dalam program manajemen risiko. Bagian Keuangan bertanggung-
jawab dalam pembiayaan dan memberikan informasi yang berharga untuk program
manajemen risiko, mengawasi operasi keuangan sesuai dengan dana yang ada dan
mengawasi kinerja analisis keuangan Puskesmas. Bagian Tata Usaha dan
Kepegawaian, bertanggung jawab untuk mengembangkan efektifitas uraian tugas
dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang pegawai, verifikasi izin,
pemberian cuti pegawai dan pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala yang
semuanya penting untuk mencegah serta melindungi staf medis dan non medis yang
melakukan tindakan/ pelayanan.
Ketua Tim Peningkatan Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien memiliki
tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan Puskesmas dan keselamatan pasien. Tugas Tim Peningkatan Mutu
Layanan dan Keselamatan Pasien dalam hal manajemen risiko sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut : Mengembangkan
mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden, rujukan staf, tinjauan
rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
b. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit layanan
terkait yaitu semua ruang/unit pelayanan.
c. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko seperti
informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel.
d. Membuat dan menyampaikan laporan kinerja tahunan kepada Kepala Puskesmas
Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas
terutama untuk pelayanan kepada pasien. Tujuan umum laporan insiden Puskesmas
adalah menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi
Potensial cedera (KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien.
Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:
1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius sebagai berikut
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri)
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan
orang tuanya.
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinyainsiden
yang belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi
yangsangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.
Tipe Insiden :
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi / Cairan Infus
5. Oxigen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11. Sumber daya / Manajemen
12. Laboratorium
Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah
disusun dalam rencana, ditinjau minimal sekali 2 (dua) tahun oleh kepala
Puskesmas.