Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Kanker mulut rahim (serviks) masih menjadi momok bagi wanita. Sebab

penyakit akibat human papilloma virus (HPV) menjadi mesin pembunuh di

kalangan kaum hawa.Dan yang mengkwatirkan angka kejadiannya menunjukkan tren

meningkat, berdasar data RSU dr Soetomo, tiap hari tak kurang dari 8 pasien baru

kanker leher rahim berobat.dalam setahun diperkirakan terdapat 700-800 pasien baru.

Kebanyakan pasien yang berobat berusia 40-50 tahun (Askandar, 2008).

Kanker serviks mempunyai insiden tertinggi di Negara berkembang dan di

Indonesia khususnya. Frekwensi relative di Indonesia adalah 27% berdasarkan data

patologik atau 16% berdasarkan data rumah sakit. Lebih dari tiga perempat kanker

ginekologi di RSCM adalah kanker serviks dan 62% diantaranya dengan stadium

lanjut (stad.II-III), dan ia merupakan penyebab kematian terbanyak diantara kematian

kanker ginekologik yaitu 66% (Azis, 2003). Di RSUD Dr.Soeroto Ngawi pada tahun

2008 jumlah penderita kanker serviks sebanyak 54 orang, sedang pada tahun 2009

mengalami peningkatan yaitu 65 penderita (40%), dan menduduki urutan pertama

dari 5 penyakit ginaekologi, lebih banyak menyerang ibu multipara.

Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui .Namun kejadiannya

mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrensik, yang penting meliputi

1) insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin ,

terutama pada gadis yang koitus pertama pada usia muda ( < 16 tahun ). 2) tingginya

paritas, apalagi jarak persalinan terlampau dekat, 3) social ekonomi rendah, 4)

berganti-ganti pasangan, 5) wanita yang mengalami infeksi virus HPV (Human


i
2

Papilloma Virus)-tipe 16atau18,dan 6) kebiasaan merokok (Prawiroharjo,1999).

Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar

serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti,

nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki hal ini menandakan keterlibatan ureter,

dinding panggul atau nervus skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri

berkemih, hematuri, perdarahan rectum, sampai sulit berkemih dan buang air besar.

Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat menimbulkan oedema

tungkai bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter

(Prawirohardjo,2006).

Untuk mengendalikan kejadian kanker serviks perlu dimasyarakatkan upaya

pengenalan kasus secara dini melalui program skrining. Tingkat keberhasilan

pengobatan sangat baik pada stadium dini dan hampir tidak terobati bila tumor telah

menyebar sampai dinding panggul atau organ disekitarnya. Salah satu upaya untuk

mendeteksi secara dini kanker serviks dapat di lakukan dengan pap smear.

Pemeriksaan pap smear bertujuan untuk mengenali adanya perubahan awal sel epitel

serviks hingga dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya kanker invasive. Pap

smear ini menjadikan kanker serviks sebagai suatu penyakit yang dapat dicegah

(Prawirohardjo,2006).

Dari fenomena di atas peneliti ingin meneliti hubungan usia menikah dan

paritas dengan kejadian kanker serviks di RSUD Dr Soeroto Ngawi.

1.1 Identifikasi faktor penyebab masalah

Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Kejadiannya

mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrensik, diantaramya yang

penting : insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin ,
3

terutama pada gadis yang koitus pertama pada usia muda ( < 16 tahun ), tingginya

paritas,apalagi jarak persalinan terlampau dekat, social ekonomi rendah, berganti-

ganti pasangan,wanita yang mengalami infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus)-

tipe 16atau 18, dan kebiasaan merokok (Prawiroharjo,1999).

1.2 Pembatasan masalah

Pada penelitian ini dibatasi pada hubungan usia menikah dan paritas

dengan kejadian kanker serviks.

1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut Apakah ada hubungan usia menikah dan paritas dengan kejadian

kanker serviks di RSUD Dr.Soeroto Ngawi tahun 2009?

1.4 Tujuan penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan usia menikah dan paritas dengan kejadian kanker

serviks.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi kasus kanker serviks.

2. Mengidentifikasi faktor usia menikah pada kasus kanker serviks.

3. Mengidentifikasi faktor paritas pada kasus kanker serviks.

4. Menganalisa hubungan usia menikah dengan kanker serviks.

5. Menganalisa hubungan paritas dengan kanker serviks.

6. Menganalisa besar resiko usia pertama melakukan hubungan seksual dengan

kanker serviks.
4

7. Menganalisa besar resiko paritas dengan kanker serviks.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

Bahan kajian teori tentang hubungan usia menikah dan paritas dengan

kejadian kanker serviks.

1.5.2 Manfaat praktis

1. Bagi institusi

Masukan bagi kebijaksanaan program dalam rangka meningkatkan pengetahuan

dan kesadaran masyarakat tentang usia menikah dan pembatasan kelahiran.

2. Bagi peneliti

Menambah wawasan serta meningkatkan pemahaman tentang hubungan

usia menikah dan paritas dengan kanker serviks.

3. Bagi peneliti lain

Sebagai gambaran untuk pengembangan penelitian tentang faktor resiko

kanker serviks.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.6 Hasil penelitian terdahulu (yang terkait dengan penelitian ini).

Penelitian oleh Laminem tahun 2007, dengan judul Gambaran Pap Test.

Untuk Mendeteksi Dini Kanker Leher Rahim Pada Wanita Usia 20-60 Tahun.

Penelitian ini adalah deskriptip dengan instrument berupa pedoman wawancara

dan dukumen hasil pap test pada wanita usia 20-60 tahun. Jumlah populasi

sebanyak 35 orang, seluruhnya di ambil sebagai responden penelitian (total

populasi). Tehnik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan

analisa data menggunakan analisa tabel dan grafik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa gambaran pap test untuk mendeteksi dini kanker leher

rahim pada wanita usia 20-60 tahun yang hasilnya termasuk klasifikasi stadium

I sebanyak 2 orang (5,7%) dan stadium II sebanyak 33 orang (94,3%). Dan


5
dari hasil penelitian disimpulkan, usia pertama kali melkukan seks atau

perkawinan sebanyak 85,7% pada usia 21-25 tahun, PNS 54,3% dan ibu rumah

tangga 45,7%.

1.7 Konsep dasar kanker serviks

1.7.1 Definisi

Kanker serviks adalah tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan (epitel)

dari leher rahim atau serviks, di mana sel-sel permukaan tersebut mengalami

penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel yang normal (Hartono, 2004).

5
6

1.7.2 Penyebab dan faktor predisposisi

Penyebab pasti dari kanker serviks belum diketahui banyak teori yang

mengemukakan kanker serviks disebabkan bahan-bahan perangsang terjadinya

kanker (bahan karsinogenik), penyakit kelamin, gizi jelek, kebersihan dan lain-lain.

Teori yang paling banyak dianut sampai saat ini, sebagai penyebab adalah infeksi

HPV 16, 18 (Human Pappiloma Virus) dan HSV (Herpes Simplex Virus) yang

merupakan akibat dari hubungan seksual (Prawirohardjo,1999). Dari penelitian

didapatkan kelompok wanita yang mempunyai resiko lebih tinggi menderita kanker

serviks dibandingkan wanita lain, disebut kelompok resiko tinggi (high risk group)

yaitu :1) wanita dengan umur di atas 40 tahun,2) wanita dengan banyak anak,3)

wanita yang kawin pada usia muda atau yang mulai kegiatan seks pada usia muda,4)

keadaan sosial ekonomi yang rendah,5) golongan wanita tuna susila, wanita-wanita

yang berganti partner seks,6) adanya penyakit kelamin,7) adanya infeksi virus tipe

tertentu,8) dan wanita perokok (Hartono,2004).


7

1.7.3 Tanda dan gejala

Gejala kanker serviks dibagi dalam beberapa fase :

1. Masa tanpa gejala

Artinya pada masa ini tak mengeluh atau merasakan suatu gejala atau keluhan

apapun, meskipun sebenarnya penderita sudah mengidap penyakit kanker serviks, ini

terjadi pada kanker serviks stadium dini (Hartono, 2004).

2. Keputihan

Pada masa ini penderita mengeluh adanya keputihan yang lama, tak sembuh-

sembuh meskipun telah dicoba dengan diobati sendiri maupun ke dokter. Keputihan

mula-mula sedikit tambah lama tambah banyak (Hartono, 2004) dan berbau busuk

jika terjadi nekrosis dan infeksi (Harahap, 1984). Pada waktu ini kanker sudah

mencapai permukaan epitel.

3. Perdarahan

Pada umumnya penderita mengeluh haid tidak teratur. Perdarahan terjadi bila

permukaan serviks sudah mulai timbul perlukaan. Mula-mula perdarahan hanya

terjadi bila ada kontak dari luar, misalnya sesudah senggama disebut post coitus

bleeding, lama-lama perdarahan terjadi dengan sendirinya atau spontan (Hartono,

2004). Jika terjadi perdarahan maka tentu terjadi kerusakan pada pembuluh darah dan

gejala tersebut terjadi pada stadium lanjut (Harahap, 1984).

4. Rasa nyeri

Rasa nyeri timbul bila sel kanker sudah mencapai ujung syaraf daerah

pinggul, atau syaraf yang menuju ke kaki, ke tulang belakang. Rasa nyeri juga dapat
8

timbul karena adanya infeksi sekunder yang diakibatkan adanya luka pada serviks

(Hartono, 2004).

5. Gejala penyakit yang sudah lanjut

Gejala ini disebabkan karena adanya penyebaran dari sel ganas ke berbagai

alat tubuh yang lain, baik penyebaran langsung, lewat pembuluh darah atau lewat

saluran getah bening.

Gejala yang timbul misalnya : kencing sakit, tidak bisa kencing, ngompol atau

kencing darah, terjadi bila sudah ada penyebaran ke kandung kencing atau saluran

kencing. Sukar berak, berak berdarah atau beraknya lewat kemaluan bila kanker

sudah menjalar ke jalan BAB. Timbul gejala kuning bila sudah menjalar ke hati,

batuk darah atau sesak nafas bila menjalar ke paru, terjadi kelumpuhan bila menjalar

ke otak dan lain-lain (Hartono, 2004).

1.7.4 Penyebaran dan perjalanan penyakit

Penyebaran pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh darah getah

bening menuju 3 arah yaitu :1) ke arah fornises dinding vagina,2) ke arah corpus

uterus,3) ke arah parametrium, yang pada tingkat lanjut menginfiltrasi septum

rektovaginal dan kandung kemih (Hanifa,1999).

Perjalanan penyakit kanker serviks lama tetapi terus progresif, yang dibagi

dalam beberapa stadium.

1. Stadium pra kanker (pre cancer stage)

Pada stadium ini belum ada gejala dari penyakit kanker, tetapi sudah terdapat

kelainan dari jaringan yang bila dibiarkan saja akan menjadi kanker.

Pra kanker serviks disebut Neoplasma Intraepitelial Servikal (NIS), merupakan cikal
9

bakal kanker serviks terdiri dari : NIS 1 (displasia ringan), NIS 2 (displasia sedang),

NIS 3 (displasia berat).

Keadaan ini dapat diketahui dengan pemeriksaan pap smear atau kolposkopi,

dapat diobati dengan cara mudah dan murah sehingga tidak terus berlanjut menjadi

kanker serviks.

2. Stadium pra klinik (pre clinical stage)

Pada stadium ini sudah didapatkan kelainan jaringan yang memenuhi

keganasan tetapi belum memberikan keluhan pada penderita dan belum dapat

diketahui bila dilakukan dengan pemeriksaan klinik biasa. Pada kanker serviks

kelompok ini dimasukkan dalam kelompok stadium 0/insitu/mikro invasif (Hartono,

2004).

Tabel 2.1

Data angka ketahanan hidup (AKH) 5 tahun

Stadium AKH 5 tahun


0 100%
I 80%
II 50-60%
III 20-30%
IV 0-5%

Dari gambaran di atas terlihat semakin dini kanker serviks ditemukan

semakin baik hasil dari pengobatan, lebih baik lagi dapat ditemukan dalam fase pra

kanker, selain angka kesembuhannya sangat baik, mencegah perjalanan penyakit

menjadi kanker, cara penanganannya jauh lebih sederhana dan murah dibandingkan

dengan yang sudah pasti kanker.


10

1.7.5 Diagnosis kanker serviks

Bila dokter mencurigai suatu kelainan yang berhubungan dengan kanker

serviks dilakukan tindakan yang meliputi :

1. Pap smear.

Cara ini dilakukan di puskesmas sampai di kota besar, sangat berguna untuk

dilakukan ibu-ibu terutama yang masuk golongan resiko tinggi untuk diperiksa secara

teratur.

2. Biopsi

Pengambilan sedikit jaringan dari serviks kemudian dikirim ke laboratorium.

3. Kolposkopi

Melihat keadaan serviks dengan alat optik dengan pembesaran tertentu untuk

lebih jelas dan lebih tepat kelainan yang ada, juga untuk melakukan biopsi lebih tepat

pada tempat yang dicurigai. Hasilnya dikirim ke laboratorium.

4. Konisasi

Mengambil sebagian besar dari serviks untuk menentukan seberapa jauh

penembusan dari penyakit kankernya.

1.7.6 Pengobatan kanker serviks

Tahapan pengobatan penyakit kanker pada umumnya

1. Tahap operasi

2. Tahap penyinaran

3. Tahap pengobatan dengan obat anti kanker.

4. Tahap pengobatan dengan kekebalan


11

Pengobatan kanker serviks bergantung pada penyakitnya. Di laboratorium

/UPF RSUD dr Soetomo Surabaya dilakukan pengobatan :

Stadium O : Dilakukan operasi konisasi atau pengangkatan kandungan.

Stadium IA-IIA : Dilakukan operasi angkat kandungan secara radikal, disertai

penyinaran atau pemberian obat anti kanker.

Stadium IIB : Dilakukan penyinaran internal kandungan dilanjutkan dengan

penyinaran eksternal.

Stadium III : Dilakukan penyinaran.

Stadium IV : Pengobatan suportif dan paliatif.

Hasil dari pengobatan penyakit kanker banyak dipengaruhi faktor-faktor :

stadium penyakit, jenis sel ganas, kondisi fisik maupun psikis penderita, macam

pengobatan, respons terhadap pengobatan.

Respons yang mungkin dialami penderita kanker serviks yang diobati :

1. Complete respons

Reaksi yang sempurna, di mana penderita dalam jangka waktu tertentu tidak

menunjukkan lagi adanya kanker dalam tubuhnya.

2. Partial respons

Terjadi penyembuhan 50% dari penyakit sehingga pengobatan tetap harus

diteruskan.

3. No respons

Tidak ada reaksi dari pengobatan.

4. Progressive disease
Tidak hanya tidak ada reaksi terhadap pengobatan tetapi penyakit tetap
berjalan terus.
12

2.3 Hubungan usia menikah dan paritas dengan kanker serviks.

Pada kawin muda sperma yang pertama kali mengenai serviks mempunyai

pengaruh besar terhadap terjadinya keganasan. Dan paritas lebih ternyata

mengakibatkan naiknya frekwensi karsinoma 3 x(Prawiroharjo, 1999).

2.4 Kerangka konseptual

Usia menikah

Paritas

Umur
Kanker serviks
Ganti-ganti pasangan

Social ekonomi rendah

perokok
HPV no 16 dan 18

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1

Kerangka konseptual

Penyebab pasti dari kanker serviks belum diketahui banyak teori yang

mengemukakan kanker serviks disebabkan bahan-bahan perangsang terjadinya

kanker (bahan karsinogenik), penyakit kelamin, gizi jelek, kebersihan dan lain-lain.

Teori yang paling banyak dianut sampai saat ini, sebagai penyebab adalah infeksi
13

HPV 16, 18 (Human Pappiloma Virus) dan HSV (Herpes Simplex Virus) yang

merupakan akibat dari hubungan seksual (Prawirohardjo,1999). Dari penelitian

didapatkan kelompok wanita yang mempunyai resiko lebih tinggi menderita kanker

serviks dibandingkan wanita lain, disebut kelompok resiko tinggi (high risk group)

yaitu :1) wanita dengan umur di atas 40 tahun,2) wanita dengan banyak anak,3)

wanita yang kawin pada usia muda atau yang mulai kegiatan seks pada usia muda,4)

keadaan sosial ekonomi yang rendah,5) golongan wanita tuna susila, wanita-wanita

yang berganti partner seks,6) adanya penyakit kelamin,7) adanya infeksi virus tipe

tertentu,8) dan wanita perokok (Hartono,2004). Pada penelitian ini mengganalisis

hubungan usia menikah dan paritasdengan kanker serviks.

2.5 Hipotesa penelitian

Hipotesa penelitian adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang

telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2005).

Hipotesesa pada penelitian ini:

2.5.1 Ada hubungan antara usia menikah dengan kejadian kanker serviks.

2.5.2 Ada hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks.


14

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan metode penelitian sebagai berikut:

1.8 Jenis penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian analitik epidemiologi kasus kontrol yaitu

rancangan studi epidemologi yang mempelajari hubungan antara paparan (Faktor

Penelitian) dan penyakitdengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok

control bedasarkan status paparannya (Bisma Murti : 111 112). Kasus penelitian ini

adalah kejadian kanker serviks di RS Dr. Soeroto Ngawi dengan paparan usia menikah

dan paritas.

1.9 Rancangan penelitian


Rancangan penelitian ini retrospektip yaitu penelitian dimulai dengan
klasifikasi status penyakit kemudian di ikuti riwayat paparan penyakit.
Gambaran studi kasus control retrospektif sebagai berikut:

E+
D+

E-

E+

D-
E-
15

Keterangan

E + : terpapar faktor penelitian

E : tidak terpapar faktor penelitian

D + : mengalami penyakit

D : tidak mengalami

Gambar 3.1

Rancangan penelitian retrospektip

1.10 Kerangka operasional

Kerangka operasional adalah merupakan langkah-langkah yang akan

dilakukan dalam penelitian yang akan ditulis dalam bentuk kerangka alur

penelitian (Azis, 2003).


16

Populasi

kasus kanker serviks kontrol ibu bersalin normal


jumlah 65 jumlah 226

Sampel diambil teknik sampel random

Kasus kanker serviks Kontrol ibu bersalin normal


jumlah jumlah

Pengumpulan data

Kasus
Kontrol

Usia menikah
Usia menikah
Paritas
Paritas

Pengolahan data dan analisa data


dengan chi square dan odd ratio

Hasil dan kesimpulan

Laporan

Publikasi

Gambar 3.1 Kerangka operasional

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di RSUD Dr.Soeroto Ngawi bulan Maret September 2010.

1.12 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2002). Populasi penelitian ini adalah data rekam medik semua
17

penderita kanker serviks sebanyak 65 dan semua ibu bersalin normal sebanyak 226 di

RSUD Dr.Soeroto Ngawi tahun 2008.

1.13 Sampel, Besar sampel dan teknik sampling

3.1.1 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Sampel dalam penelitian

ini adalah sebagian dari populasi penderita kanker serviks (65) dan seluruh ibu

bersalin normal (226) di RSUD Dr.Soeroto Ngawi tahun 2008.

3.1.2 Besar sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel

(Nursalam, 2003). Dan dapat dihitung dengan rumus: n=

3.1.3 Teknik sampling

Pada penelitian ini menggunakan probality sampling dengan teknik sampel

random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana dan setiap

anggota atau unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005). Sampel kasus ditentukan dengan

memberi nomer dari seluruh data kanker serviks, kemudian diambil secara

acak sebanyak .........Sampel kontrol ditentukan dengan memberi nomer dari

seluruh data ibu melahirkan, kemudian diambil secara acak sebanyak .........

1.14 Variabel penelitian

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian

tertentu (Notoadmodjo, 2002).


18

1.14.1 Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain

(Nursalam, 2003:102). Variabel bebas penelitian ini adalah usia menikah dan paritas.

1.14.2 Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain

(Nursalam, 2003). Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian kanker serviks.

1.15 Definisi operasional


No Variabel Definisi Kategori Skala
1. Bebas .
Usia Data sekunder dari rekam Umur berisiko 16 Nominal
menikah medik RSUD dr Soeroto
Ngawi tentang usia menikah tahun
/ aktifitas seksual terlalu
muda Umur tidak berisiko

> 16 tahun.
Paritas Data sekunder dari RM 1. : berisiko > 2 Nominal
RSUD Ngawi jumlah berapa 2. : tidak berisiko
kali wanita melahirkan. 2.

2. Terikat Data sekunder RM RSUD Kanker serviks Nominal


tentang kanker seviks yang Tidak kanker serviks
di diagnosa oleh dokter
Kejadian
kanker
serviks

1.16 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.9.1 Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,

2003). Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari status pasien

di RSUD Soeroto Ngawi tahun 2008

2.1.1 Instrumen penggumpulan data


19

Instrumen pada penelitian ini adalah chek list yaitu suatu daftar pengecek,

berisi nama subyek dan beberapa gejala/identitas lainnya dari sasaran

pengamatan (Notoatmodjo, 2005).

3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.10.1 Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Editing yaitu memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan melalui

formulir pengumpulan data.

2.Coding

Coding yaitu dari seluruh factor penyebab kanker serviks di lakukan

pengkodean dengan menggunakan angka, agar memudahkan dalam

proses pengolahan data. Variabel umur berisiko < 16 tahun diberi kode 3,

Umur tidak berisiko > 16 tahun diberi kode 2, variabel paritas anak >2

diberi kode 3, < 2 diberi kode 2.

Tabel 3.2

Tabel data
No responden Kasus dan kontrol Paritas Usia menikah

3. Tabulating

Tabulating data setiap penyebab kanker seviks di tabulasi dalam bentuk table

kontigensi yaitu sel-sel yang terjadi karena perpotongan antara dua alternatip dari

Kasus Kontrol Jumlah

+ a b a+b

- c d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d


20

dua responden (Arikunto, 2006). Untuk proses analisa ini digunakan bantuan

tabel kontigensi sebagai berikut:

Tabel 3.3

Tabel kontigensi
F a k to r r e s ik o

Keterangan:

1. Sel a : kasus yang mengalami pajanan

2. Sel b : kontrol yang mengalami pajanan

3. Sel c : kasus yang tidak mengalami pajanan

4. Sel d : kontrol yang tidak mengalami pajanan

3.10.2 Analisa Data

1. Untuk mengetahui hubungan variabel bebas dan variabel terikat

digunakan uji statistik Chi Square dengan rumus:

2 N (AD - BC)
X =
(A+B) (B+C) (A+C) (B+D)

Keterangan :

A :

B :

C :
21

D :

X :

N :

Kesimpulan : Ho diterima jika .......

Ho ditolak jika .......

Analisa data dirancang dengan program komputer.

2.Untuk mengetahui besar resiko paparan terhadap efek digunakan rumus

Odd Ratio sebagai berikut:

a / b ad
O R = =
c / d bc

Keterangan:

a : Jumlah kasus yang menggalami pejana

b : Jumlah kontrol yang menggalami pejana

c : Jumlah kasus yang tidak menggalami pejana

d : Jmlah kontrol yang tidak menggalami pejana

3.11 Etik penelitian

Penelitian diawali dengan menggajukan ijin ke RSUD Dr Soeroto dengan

pengantar Kaprodi Kebidanan Magetan, setelah mendpat ijin penelitian menekankan

pada etik meliputi:

1.16.1 Anonimity (Kerahasiaan nama/identitas)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi

nomor kode pada masing lembar tersebut.


22

1.16.2 Confidentiality (Kerahasiaan hasil)

Informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin kerahasiaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2005. Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.

Harahap Rustam E, 1984. Kanker Ginekologi, Jakarta: Gramedia.

Hartono Poedjo, 2004. Kanker Leher Rahim, Surabaya: Lab/SMF Obstetri dan
Ginekologi FK Unair/RSUD dr Soetomo.
23

ID, 2002. Kanker Mulut Rahim, Momok Semua Wanita, (On Line), http : //
www.Media Indonesia.com.

Notoatmodjo Soekidjo, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo Soekidjo, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka


Cipta

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian ilmu keperawatan,


Jakarta: Salemba medika.

Riono Yohanes, 1999, Kanker Leher Rahim, Dept of Surgery Holywood Hospital.

Sastrawinata Sulaiman, 1983. Obstetri Fisiologi, Bandung:Elemen.

Soedoko Roem, 2004. Hidup Sehat Menanggulangi Kanker, Surabaya: PKTP RSU
dr. Soetomo/Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Sudjana, Nana , 1999, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah - Makalah - Skripsi - tesis
- Disertasi, Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono, 1998. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: CV ALFABTA.

Sugiyono, 2000. Statistika Untuk Penelitian, Bandung:CV ALFABETA

Sukardja I Dewa Gede, 1995. Deteksi dini dan Diagnosis kanker leher rahim,
Surabaya: Tim kanker FK UNAIR/RSUD dr.Soetomo.

Sukardja I Dewa Gede, 2000. Onkologi klinik, Surabaya: Airlangga University Press.

Team Uji Coba PKTP, 1995. Terapi Pembedahan pada Pra Kanker dan Kanker
Leher Rahim, Surabaya.

Tejawinata R Sunaryadi,2004. Perawatan paliatif di Indonesia, Surabaya Team


Penanggulangan Penyakit Kanker RSUD Dr. Soetomo - FK Unair.

Wiknjosastro Hanifa, 1999. Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai