Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

CARSINOMA KOLORECTAL

Disusun Oleh :

Emy Novita Sari

NIM (01.208.5645)

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

RST dr.Soedjono Magelang

2013
Halaman pengesahan

Nama : Emy Novita Sari

Fakultas : Kedokteran

Perguruan tinggi : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang

RST dr. Soedjono Magelang

Mengesahkan,
Pembimbing

dr. Dadiya, SP.B


Letkol CKM
BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma rektum adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di anterior
sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir
mesocolon sigmoid. Ca Recti dapat menyebar sebagai embulus vena kedalam hati. Pembuluh
limfe dari rektum diatas garis anorektum berjalan seiring vena hemorriodalos superior dan
melanjut ke kelenjar limfa mesenterika inferior dan aorta.

Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling sering terjadi dan
nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang. Tahun 2005, diperkirakan ada
145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA, 104,950 kasus terjadi di kolon dan 40,340 kasus
di rektal. Pada 56,300 kasus dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus Ca kolon
dan 8,600 kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian kematian dari semua
jenis kanker.
Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi kematian pada
hampir 500,000 kasus tiap tahunnya. (World Health Organization, 2003). Menurut data di RS
Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal menempati urutan keenam dari 10 jenis
kanker dari pasien yang dirawat di sana. Kanker rektal tercatat sebagai penyakit yang paling
mematikan di dunia selain jenis kanker lainnya. Namun, perkembangan teknologi dan juga
adanya pendeteksian dini memungkinkan untuk disembuhkan sebesar 50 persen, bahkan bisa
dicegah. Dari selutruh pasien kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun. Hanya 5% pasien
berusia kurang dari 40 tahun. Di negara barat, laki laki memiliki insidensi terbanyak mengidap
kanker rektal dibanding wanita dengan rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5.
Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi demikian juga angka
kematiannya. Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak pada orang muda.
Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid.
BAB II

ISI

2.1 Definisi

Karsinoma rektum adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di
anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak
pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya
dibungkus oleh peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah
ektraperitoneral. Vaskularisasi rektum berasal dari cabang arteri mesenterika inferior dan
cabang dari arteri iliaka interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus
hemorriodalis internus dan berjalan ke kranial ke vena mesenterika inferior dan
seterusnya melalui vena lienalis ke vena porta. Ca Recti dapat menyebar sebagai embulus
vena kedalam hati. Pembuluh limfe dari rektum diatas garis anorektum berjalan seiring
vena hemorriodalos superior dan melanjut ke kelenjar limfa mesenterika inferior dan
aorta. Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma rektum dan anus didasarkan pada
anatomi saluran limfa ini. Dinding rektum terdiri dari 5 lapisan, yaitu mukosa yang
tersusun oleh epitel kolumner, mukosa muskularis, submukosa, muscularis propria dan
serosa.

2.2 Epidemiologi

Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling sering


terjadi dan nomor dua sebagai penyebab kematian di negara berkembang. Tahun 2005,
diperkirakan ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA, 104,950 kasus terjadi di
kolon dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus dilaporkan berhubungan dengan
kematian, 47.700 kasus Ca kolon dan 8,600 kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11
% dari kejadian kematian dari semua jenis kanker.
Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi kematian
pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya. (World Health Organization, 2003). Menurut
data di RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-2002, kanker rektal menempati urutan
keenam dari 10 jenis kanker dari pasien yang dirawat di sana. Kanker rektal tercatat
sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia selain jenis kanker lainnya. Namun,
perkembangan teknologi dan juga adanya pendeteksian dini memungkinkan untuk
disembuhkan sebesar 50 persen, bahkan bisa dicegah. Dari selutruh pasien kanker rektal,
90% berumur lebih dari 50 tahun. Hanya 5% pasien berusia kurang dari 40 tahun. Di
negara barat, laki laki memiliki insidensi terbanyak mengidap kanker rektal dibanding
wanita dengan rasio bervariasi dari 8:7 - 9:5.
Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi demikian juga
angka kematiannya. Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak pada
orang muda. Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid.

2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Price dan Wilson (1994) mengemukakan bahwa etiologi karsinoma rektum sama
seperti kanker lainnya yang masih belum diketahui penyebabnya. Akan tetapi, terdapat
beberapa factor presdiposisi yang ditengarai mengakibatkan munculnya karsinoma rekti,
antara lain:
Diet tinggi lemak, rendah serat
Usia lebih dari 50 tahun
Riwayat pribadi mengidap adenoma atau adenokarsinoma kolorektal mempunyai
resiko lebih besar 3 kali lipat.
Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker kolorektal
mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome, pada semua
pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang menjadi kanker rektal
Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome, Peutz-Jeghers
syndrome, dan Muir syndrome.
Terjadi pada 50 % pasien Kanker kolorektal Herediter nonpolyposis
Inflammatory bowel disease
Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun)
Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat.
2.4 Patogenesis

Polip jinak pada kolon atau rektum


|
menjadi ganas
|
menyusup serta merusak jaringan normal kolon
|
meluas ke dalam struktur sekitarnya
|
bermetastatis dan dapat terlepas dari tumor primer menyebar ke bagian tubuh yang lain dengan
cara :
1. Limfogen ke kelenjar parailiaka, mesenterium dan paraaorta
2. Hematogen terutama ke hati
3. Perkontinuitatum (menembus ke jaringan sekitar atau organ sekitarnya) misalnya : ureter,
buli-buli, uterus, vagina, atau prostat dan dapat mengakibatkan peritonitis karsinomatosa.

2.5 Patologi

Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma rektum: pertama, tipe polipoid

atau vegetatif yang tumbuh menonjol ke dalam lumen usus dan berbentuk bunga kol,

kedua tipe skirus (keras) yang dapat mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi

stenosis dan gejala obstruksi, ketiga adalah bentuk ulseratif yang terjadi karena nekrosis

di bagian sentral
2.6 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :

Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses. Darah berwarna merah
segar
Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat BAB
Feses yang lebih kecil dari biasanya
Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada
perut atau nyeri
Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
Mual dan muntah,
Gejala anemia seperti rasa letih dan lesu
Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah
gluteus.

2.7 Metastasis

Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada saat
direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus. Metastase
sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan
tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik dan vena dari rektum
menuju vena cava inferior, maka metastase kanker rektum lebih sering muncul pertama
kali di paru-paru

2.8 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan dibantu dengan pemeriksaan
penunjang.
1. Anamnesis
BAB berdarah, merah segar, berlendir dan berbau disertai gangguan kebiasaan BAB
(diare selama beberapa hari yang disusul konstipasi selama beberapa hari). Nyeri pada
saat BAB, tenesmus, dan pada kasus yang lebih lanjut ileus obstruksi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Dipastikan dengan pemeriksaan colok dubur. Teraba tumor berbenjol, rapuh, tukak,
mudah berdarah. Bila letaknya rendah (2/3 bawah) dapat dicapai dengan baik, bila
letaknya tinggi (1/3 atas) biasanya tidak dapat diraba. Dari pemeriksaan colok dubur
ditetapkan mobilitasnya untuk mengetahi prospek pembedahan. bila dapat digerakkan
u berarti masih terbatas pada mukosa rektum saja. Bila sudah terfiksasi, biasanya
sudah terjadi penetrasi hingga ke struktur ekstrarektal seperti kelenjar prostat, buli-
buli, dinding posterior vagina atau dinding anterior uterus.
3. Pemeriksaan penunjang
Proktosigmoidoskopi
Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus besar. Jika
tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma kolon di bagian proksimal
sering berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
Koloskopi
Diperiksa dengan alat yang sekaligus dapat digunakan untuk biopsi tumor.
Sistoskopi
Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang mencurigai invasi
keganasan ke kandung kencing.
Barium colon in loop
Dengan menggunakan kontras akan tampak gambaran apple core appearance
Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan.
Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu
sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel
skuamosa, carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated
tumors.
Klasifikasi modifikasi Dukes
TNM Stadium Stadium Deskripsi

T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada submucosa

T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis propria

T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural

T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric

T3 N1 M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesenteric

T4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan

Any T, M1 D Metastasis jauh

2.9 Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk karsinoma rectum antara lain: polip, proktitis, fisura
anus, hemmoroid, dan karsinoma anus.

2.10 TERAPI
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum antara lain
1. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen, kolon kiri atau
sigmoid dibuat anastomosis dengan rectum
1. Bila letaknya 12 cm diatas anus dilakukan reseksi anterior
2. Bila letaknya krang dari 12 cm dari anus, T1, diferensiasi baik, dilakkan eksisi
local
3. Bila 6-12 cm diatas anus:
o Stage II : reseksi anterior rendah
o Stage II/III : terapi kombinasi multiple + reseksi anterior rendah
4. Bila < dari 6 cm dari anus
o Stage I diferensiasi baik : reseksi abdomino perineal
o Stage II/III : terapi kombinasi + RAP
2. Prosedur paliatif, dibuat stoma saja
3. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian Distal
sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi
4. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat menyebabkan
komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
5. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel.
Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung/terapi
ajuvan yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau imunoterapi

2.11 KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu obstruksi usus parsial atau lengkap,
perforasi, perdarahan, dan penyebaran keorgan lain.

2.12 PROGNOSIS
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah sebagai
berikut :
Stadium I - 72%
Stadium II - 54%
Stadium III - 39%
Stadium IV - 7%
50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa kekambuhan
lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering terjadi. Penyakit kambuh
pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun pertama setelah operasi. Faktor faktor yang
mempengaruhi terbentuknya rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor,
lokasi, dan kemapuan untuk memperoleh batas - batas negatif tumor.
Tumor poorly differentiated mempunyai prognosis lebih buruk dibandingkan
dengan well differentiated. Bila dijumpai gambaran agresif berupa signet ring cell dan
karsinoma musinus prognosis juga buruk.
Rekurensi lokal setelah operasi reseksi dilaporkan mencapai 3-32% penderita.
Beberapa faktor seperti letak tumor, penetrasi dinding usus, keterlibatan kelenjar limfa,
perforasi rektum pada saat diseksi dan diferensiasi tumor diduga sebagai faktor yang
mempengaruhi rekurensi lokal.

2.13 OPERASI MILES


2.13.1 Definisi
Suatu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan melakukan abdominal reseksi
pada rektum 1/3 distal dilanjutkan dengan reseksi perianal karena suatu proses
malignancy.Prosedur ini dilakukan melalui pendekatan abdominal dan perianal,dibuat
proksimal end colostomi permanent untuk diversi dan anus ditutup.
2.13.2 Ruang Lingkup
Lesi/ kelainan pada rektum 1/3 distal sampai anal .Dalam kaitan penegakan diagnosis
dan pengobatan lebih lanjut diperlukan beberapa disiplin ilmu yang terkait: patologi
anatomi dan radiologi
2.13.3 Indikasi operasi
Proses malignancy pada rektum dan anal

2.13.4 Pemeriksaan Penunjang:


Colon inloop

Colonoscopy

2.13.5 Teknik Operasi


a. Secara singkat teknik operasi Miles dapat dijelaskan sebagai berikut. Setelah
penderita diberi narkose dengan endotracheal tube, penderita dalam posisi terlentang
dan litotomy(posisi modifikasi litotomy-Trendelenburg). Desinfeksi lapangan
pembedahan dengan larutan antiseptik juga dilakukan irrigasi pada rektal, kemudian
dipersempit dengan linen/doek steril. Dibuat insisi midline dua jari di tas umbillikal
sampai dua jari di atas symphisis pubis atu insisi transversalis diantara umbillikal
dan symphisis pubis. Insisi diperdalam hingga tampak peritoneum dibuka secara
tajam. Dilakukan identifikasi lesi/ kelainan . Dilakukan tindakan mobilisasi rektum
dengan melakukn insisi paada lateral refleksi peritoneal (white line of Told) sambil
mengidentifikasi vena spermatika kiri atau ovari kiri serta ureter kiri.
b. Mobilisasi rektum posterior: dengn melakukan diseksi secara tumpul dan tajam, spce
retrorectal dengan mudah dapat dicapai.Setelah memotong fasia rectosacral berarti
kita sudah sampai coccygis. Mobilisasi anterior:insisi refleksi rectovesical dan
immobilisasi antara vesica seminalis dan fasia Denonvillier.Diseksi dilanjutkan
dengan memisahkan rectum dengan vesica seminalis pada pria dan rectum dengan
vagina pada perempuan. Setelah mobilisasi posterior dan anterior,harus dicapai fasia
pelvic( ligamentum lateral) dipisahkan dan diikat.Dilanjutkan dengan transeksi
rektum diatas lesi/tumor. Dilakukan insisi ellip sekeliling anus sampai batas
m.spincter anus.Insisi diperdalam dengan insisi sirkumferensial sampai stumpdistal
rectum dapat lewat.Stump proximl dibuat colostomi permnent.,jaringan tumor diPA-
kan. Perdarahan dirawat,luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan meninggalkan
drain perianal (drain Redon).
2.13.6 Komplikasi operasi
Perdarahan
Infeksi
Cidera ureter kiri
Myocard infarc
Emboli pulmonal
Komplikasi stoma

2.13.7 Mortalitas
Angka mortalitas perioperatif rendah sekitar 42%
2.13.6 Perawatan paska bedah
Pasca bedah penderita dirawat diruangan selama 7 10 hari,diobservasi
kemungkinan terjadinya komplikasi dini yang membahayakan jiwa penderita seperti
perdarahan.Diet diberikan setelah penderita sadar dan pasase usus baik.Drain Redon
dilepas setelah 1 2 hari dan jahitan luka diangkat pada hari ke-7.

2.13.7 Follow up

Penderita pasca operasi Miles perlu dievaluasi:

Klinis
Pemeriksaan CEA setiap 3 bulan selama 2 tahun,setiap 6 bulan selama 2-5
tahun(cancer)
Colonoscopy setelah 1 tahun setelah reseksi,dan direkomendasikan untuk pemeriksaan
ulang setiap 2-3 tahun(cancer)
CT scan thorax, abdomen dan pelvis setiap tahun selama 3 tahun untuk pasien dengan
resiko tinggi untuk rekurens(cancer)

2.14 KOLOSTOMI
Kolostomi (colostomy) berasal dari kata colon dan stomy. Colon (kolon)
merupakan bagian dari usus besar yang memanjang dari sekum sampai rektum dan
stomy (dalam bahasa Yunani stoma berarti mulut). Kolostomi dapat diartikan
sebagai suatu pembedahan dimana suatu pembukaan dilakukan dari kolon (atau usus
besar) ke luar dari abdomen. Feses keluar melalui saluran usus yang akan keluar di
sebuah kantung yang diletakkan pada abdomen.
Pembedahan kolostomi biasanya memakan waktu dua hingga empat jam, tergantung dari
tingkat kesulitan, adanya infeksi, atau beratnya trauma misalnya apabila penyebabnya
adalah trauma kolon.
Kolostomi dapat dibuat sementara ataupun permanen. Kolostomi sementara dapat
digunakan ketika bagian kolon perlu diperbaiki/disembuhkan, misalnya setelah trauma
atau pembedahan. Setelah kolon membaik/sembuh, kolostomi dapat ditutup, dan fungsi
usus dapat kembali normal. Kolostomi permanen (disebut juga end colostomy) biasanya
diperlukan pada beberapa kondisi tertentu, termasuk sekitar 15% kasus kanker kolon.
Jenis kolostomi ini biasanya digunakan saat rektum perlu diangkat akibat suatu penyakit
ataupun kanker. Sebagian besar feses akan lebih lunak dan lebih encer dibandingkan
feses yang keluar secara normal lewat anus. Konsistensi feses tergantung dari letak
segmen usus yang dipakai pada tindakan kolostomi. Letak kolostomi pada abdomen bisa
dimana saja sepanjang letak kolon, namun biasanya dilakukan pada bagian kiri bawah,
di daerah kolon sigmoid. Namun dapat pula dibuat dilokasi kolon asendens,
transversum, dan desendens. Letak kolostomi sebaiknya dipilih dengan hati-hati
sebelum tindakan operasi. Sebaiknya hindari lokasi yang memiliki jaringan lemak yang
tebal dan terdapat skar.

2.14.1 Tujuan Kolostomi


Umumnya kolostomi dilakukan pada pembedahan kanker, namun kadang-kadang
diperlukan pada penyakit infeksi usus dan penyakit divertikulum, dan pada pembedahan
yang darurat untuk perforasi atau obstruksi pada usus. Indikasi kolostomi ialah
dekompresi usus pada obstruksi, stoma sementara untuk bedah reseksi usus pada radang,
atau perforasi, dan sebagai anus setelah reseksi usus distal untuk melindungi anastomosis
distal.

2.14.2 Pembagian Kolostomi

A. Berdasarkan Penggunaannya
1. Kolostomi Permanen
Kolostomi permanen diperlukan ketika tidak terdapat lagi segmen usus bagian distal
setelah dilakukan reseksi atau untuk alasan tertentu usus tidak dapat disambung lagi.
Kolostomi dibuat untuk menggantikan fungsi anus bila anus dan rectum harus diangkat.
Kolostomi permanen harus hati-hati ditempatkan untuk memudahkan dalam penganganan
jangka panjang. Kolostomi permanen biasanya dibuat pada kolon kiri pada fossa iliaka
kiri. Kolostomi permanen dilakukan pada beberapa kondisi tertentu, termasuk sekitar 15%
oleh karena kasus kanker kolon. Kolostomi ini biasanya digunakan saat rektum perlu
diangkat akibat suatu penyakit ataupun kanker.
2. Kolostomi Sementara
Kolostomi sementara sering dilakukan untuk mengalihkan aliran feses dari daerah distal
usus. Setelah masalah pada usus bagian distal telah teratasi, maka kolostomi dapat ditutup
kembali.

Kolostomi sementara berguna untuk:


a. Mengatasi obstruksi pada operasi elektif maupun tindakan darurat. Kolostomi
dilakukan untuk mencegah obstruksi komplit usus besar bagian distal yang
menyebabkan dilatasi bagian proksimal.
b. Melakukan proteksi terhadap anastomosis kolon setelah reseksi. Kolostomi sementara
dibuat, misalnya pada penderita gawat abdomen dengan peritonitis yang telah
dilakukan reseksi sebagian kolon. Pada keadaan demikian, membebani anastomosis
baru dengan pasase feses merupakan tindakan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk pengamanan anastomosis, aliran feses
dialihkan sementara melalui kolostomi dua stoma yang disebut stoma double barrel.
Dengan cara Hartman, pembuatan anastomosis ditunda sampai radang di perut telah
reda.
c. Kolostomi sementara dapat berguna untuk mengistirahatkan segmen usus bagian distal
yang terlibat pada proses inflamasi misalnya abses perikolik, fistula anorektal.

B. Tipe Kolostomi
1. Kolostomi loop
Jenis kolostomi ini didesain sehingga baik segmen distal maupun proksimal usus
terdapat pada permukaan kulit.
2. Kolostomi double barrel
Pada kolostomi double barrel, dibuat dua stoma yang terpisah pada dinding abdomen.
Stoma bagian proksimal berhubungan dengan traktus gastrointestinal yang lebih atas
dan akan menjadi saluran pengeluaran feses. Stoma bagian distal berhubungan dengan
rectum. Kolostomi double barrel termasuk jenis kolostomi sementara. Kolostomi
double barrel mudah dan aman digunakan pada neonatus dan bayi.

3. Kolostomi devided
Kolostomi ini sering dibuat pada sigmoid pada karsinoma rektum yang tak dapat
diangkat, sehingga karsinoma tersebut tidak teriritasi oleh tinja.

4. Kolostomi terminal
Tipe ini dilakukan bila diperlukan untuk membuang kolon karena terlalu
membahayakan bila dilakukan anastomosis yang memudahkan timbulnya sepsis.
Kontinuitas dapat diperbaiki kemudian hari bila sepsis telah dapat diatasi dan kondisi
penderita lebih baik.

5. Sekostomi dengan pipa (tube)


Sekostomi merupakan kolostomi sementara. Berguna untuk dekompresi gas dalam
usus. Sekostomi tidak cocok untuk diversi aliran feses. Saat ini sekostomi jarang
digunakan karena stoma sering tersumbat oleh feses dan seringkali diperlukan irigasi
untuk kembali melancarkan.

2.14.3 Komplikasi

1. Nekrosis kolostomi.
Hal ini diakibatkan tidak adekuatnya suplai darah. Komplikasi ini biasanya terlihat
12-24 jam setelah pembedahan dan biasa diperlukan pembedahan tambahan untuk
menanganinya.
2. Kolostomi retraksi.
Disebabkan karena tidak cukupnya panjang stoma. Komplikasi ini dapat ditangani
dengan menyediakan kantong khusus. Memperbaiki stoma dapat pula menjadi pilihan
penanganan.
3. Parastomal hernia.
Keadaan ini dapat timbul akibat letak stoma pada dinding abdomen yang lemah atau
dibuat terbuka terlalu besar pada dinding abdomen.
4. Prolaps
Keadaan ini sering diakibatkan pembukaan yang terlalu besar pada dinding abdomen
atau fiksasi usus yang tidak cukup kuat pada dinding abdomen. Pembedahan ulang
untuk mengatasi prolaps dengan mengambil vaskularisasi yang melampaui segmen
usus yang disuplai.
5. Obstruksi
Obstruksi dapat terjadi akibat udem ataupun timbunan feses.

2.14.4 Teknik Irigasi Dalam Penanganan Kolostomi


Beberapa pasien yang menggunakan kolostomi memilih untuk mengeluarkan feses ke
kantong stoma dengan menggunakan teknik irigasi kolon. Beberapa hari sekali, pasien
mengalirkan sekitar satu liter air melewati kolostomi dengan saluran/pipa khusus, dan air akan
lewat keluar dengan tujuan untuk mengosongkan dan membersihkan kolon.
Pada kolostomi sigmoid biasanya pola defekasi sama dengan semula. Banyak penderita
mengadakan pembilasan sekali sehari sehingga mereka tidak terganggu oleh pengeluaran feses
dari stomanya. Kolostoma pada kolon tranversum mengeluarkan isi usus beberapa kali sehari
karena isi kolon transversum tidak padat, sehingga lebih sulit diatur.
BAB III
KESIMPULAN

Karsinoma rektal berasal dari epitel hampir sama dengan neoplasma kolon, jenis
terbanyak adalah adenokarsinoma. Umumnya didahului oleh kondisi pramaligna seperti
adenomatous, villous polyp, familial adenomatous polyposis dan kolitis ulseratif.
Karsinoma kolorektal masih merupakan penyebab kematian kedua untuk kanker terutama
di Amerika Serikat. Skrening awal untuk mengarahkan diagnosa Karsinoma kolorektal penting
dilakukan untuk meningkatkan survivalnya. Skrening awal yang dapat dilakukan yaitu:
pemeriksaan darah samar di feses, sigmodoskopi, kombinasi darah samar feses dan
sigmoidoskopi, kolonoskopi, dobel kontras barium enema.
Penyebab pasti karsinoma rektal belum diketahui, diduga dipengaruhi beberapa
komponen genetik dan faktor lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, appendiks, kolon, dan anorektum. Dalam
Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 646-53.

2. Zinner, Schwartz, Ellis. 2001. Rectal Cancer. In Maingotss Abdominal operation. 10th
edition. 2001. Singapore: McGraw-Hill. P1455-99
3. Wikipedia. 2007. Cancer colorectal. http://www.wikipedia.org.
4. Hassan, Isaac., 2006. Rectal carcinoma.
Available from www.emedicine.com. Acces on Sunday July 24, 2011
5. Colon cancer.
Available at http://health.yahoo.com/topic/other/other/article/mayoclinic/. Acces on Sunday
July 24, 2011

Anda mungkin juga menyukai