Anda di halaman 1dari 28

4

BAB 2

DATA & ANALISA

2.1 Sumber Data

2.1.1 Literatur Buku

1.Apa, Siapa dan Bagaimana Tan Malaka karya LPPM Tan Malaka

2. Pemikiran Politik Tan Malaka, Kajian terhadap perjuangan Sang Kiri

Nasionalis karya Safrizal Rambe

3. Tan Malaka, Bapak Republik Yang Dilupakan Majalah Tempo Edisi Khusus

Hari Kemerdekaan 11-17 Agustus 2008

2.1.2 Literatur Artikel

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Tan_Malaka

2. http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/tan-malaka-dihujat-dan-dilupakan

3. http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=3124

4.http://magazineforum.blogspot.com/2010/10/pengertian-biografi-cara-menulis.html

5.http://edukasi.kompas.com/read/2009/07/10/22573556/tidak.sekadar.biografi.tan.m

alaka

6. http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/01/13/brk,20070113-

91200,id.html

7. http://arie-widodo.blogspot.com/2008/08/tan-malaka-korban-pemalsuan-

sejarah.html

8.http://salihara.org/community/2010/10/14/tan-malaka-ceramah-apresiasi-dan-

ceramah

4
5

2.2 Pengertian Biografi

Pengertian biografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bi.o.gra.fi [n]

riwayat hidup (seseorang) yg ditulis oleh orang lain. Biografi sendiri berasal dari bahasa

Yunani, yaitu bios dan graphien yang berarti hidup dan tulis. Sehingga dapat diartikan

sebagai kisah riwayat hidup seseorang.

Biografi dapat memuat, menganalisa dan menerangkan fakta-fakta dari kehidupan

seseorang dan peran pentingnya. Biografi dapat bercerita tentang tokoh sejarah ataupun

tokoh yang masih hidup, orang terkenal ataupun orang yang tidak terkenal. Kebanyakan

biografi ditulis secara kronologis, dan dibagi kepada beberapa bagian. Adapula beberapa

biografi yang hanya berfokus kepada bagian-bagian atau pencapaian-pencapaian tertentu.

Macam-macam biografi :

1. Berdasarkan sisi penulis :

-Autobiografi:

Biografi yang ditulis sendiri oleh tokoh yang terkait

-Biografi :

Biografi yang ditulus oleh orang lain. Dibagi dua berdasarkan izin penulisan

-Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau

sepengetahuam tokoh didalamnya

-Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin

dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat)


6

2. Berdasarkan Isi yang dibahas:

-Biografi Perjalanan Hidup,

Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau sebagian paling berkesan.

-Biografi Perjalanan Karir,

Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir hingga karir terbaru, atau sebagian

perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu.

3.Berdasarkan Persoalan yang dibahas :

-Biografi politik.

biografi yang ditulis dari sudut politik. Namun, biografi semacam ini kadang kala

tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya.

-Intelektual biografi

yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkan penulisnya dalam

gaya penulisan ilmiah.

-Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra

yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh

yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan.
7

2.2.1 Biografi Tan Malaka

Beberapa buku atau tulisan yang membahas tentang biografi atau perjalanan hidup

Tan Malaka antara lain adalah.

1. Tan Malaka : Strijder Voor Indonesies Vrijheid, levensloop van 1897 tot 1945

yang merupakan disertasi Harry A. Poeze untuk Universiteit Amsterdam. Terbit

di Indonesia dalam bentuk buku dengan judul Tan Malaka; Pergulatan Menuju

Republik, 1897-1925 (Jakarta, 1988, 2000) dan Tan Malaka: Pergulatan Republik

Indonesia, 1925-1945 (Jakarta, 1999).

2. Tan Malaka : A Political Personalitys Struture of Experience

Karya Rudolf Mzarek yang mempelajari sosok Tan melalui studi yang disebut

"struktur pengalaman seorang personalitas politik". Pendekatan ini adalah upaya

untuk melihat pola-pola dalam diri seseorang secara total.

3. Tan Malaka Revolutionary or Renegade?

Karya Helen Jarvis terbit ahun 1987

4. Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia

Ditulis oleh Muhammad Yamin.

5. Majalah Tempo edisi khusus Kemerdekaan Tan Malaka : Bapak Republik yang

Dilupakan. Edisi khusus yang membahas tentang perjalanan hidup Tan Malaka,

edisi khusus ini juga dicetak ke dalam bentuk buku yang juga merupakan salah

satu rangkaian dari paket buku Bapak Bangsa - 4 Serangkai Pendiri Republik

6. Pemikiran Politik Tan Malaka, Kajian terhadap perjuangan Sang Kiri

Nasionalis karya Safrizal Rambe yang juga merupakan disertasi S2 sang penulis.

7. Apa, Siapa dan Bagaimana Tan Malaka


8

Diterbitkan oleh LPPM Tan Malaka dan berisi tulisan-tulisan tentang Tan Malaka

dari beberapa tokoh.

8. Dari Penjara ke Penjara

Merupakan autobiografi yang ditulis oleh Tan Malaka sendiri ketika di penjara

sekitar tahun 1946 sampai dengan 1948.

Dalam membuat film animasi dokumenter ini penulis menggunakan buku Tan

Malaka : Bapak Republik yang Dilupakan yang dierbitkan oleh TEMPO sebagai sumber

data dan bahan dasar untuk pembuatan karya, karena buku ini merupakan rangkuman dari

beberapa buku lain yang juga membahas tentang Tan Malaka, selain itu buku yang

berbetuk majalah ini ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga

memudahkan dalam penulisan cerita. Adapun buku lain yang juga digunakan untuk

mendukung dan melengkapi adalah Pemikiran Politik Tan Malaka, Kajian terhadap

perjuangan Sang Kiri Nasionalis karya Safrizal Rambe dan Apa, Siapa dan Bagaimana

Tan Malaka terbitan LPPM Tan Malaka.

2.2.2 Tan Malaka Dalam Media Hiburan/Audio Visual

1. Opera Tan Malaka (2010)

Opera Tan Malaka adalah salah satu cerita teater yang disutradarai oleh Goenawan

Mohamad yang dipentaskan di teater Salihara, dalam cerita opera ini cukup unik karena

sosok Tan Malaka sendiri tidak ditampilkan. Opera ini ditolak tayang oleh KSTV Kediri.

2. Tan Malaka (2008)


9

Film Pendek ini berdurasi 22 menit dan disutradarai oleh Erik Wirawan ini menitik

beratkan cerita ketika perjuangan Tan Malaka pada saat bergerilya sampai ia ditangkap,

dan beberapa kilas balik ketika Tan Malaka mengajar di Deli dan Semarang. Diperankan

oleh bebeapa actor.

3. Pacar Merah Indonesia (1938)

Cerita fiksi berlatar sejarah karya Matu Mona, dengan tokoh-tokoh ceritanya antara

lain adalah tokoh-tokoh komunis Indonesia seperti Tan Malaka, Semaun, Muso, Alimin,

dan Darsono yang naman-namanya diubah dan disamarkan.

2.3 Data Tan Malaka

2.3.1 Riwayat Tan Malaka (berdasarkan tahun)

Gambar 1.1 Foto Tan Malaka


10

1897 Tahun ini adalah tahun dimana diperkirakan tahun lahirnya Tan Malaka oleh

Harry A. Poeze, dengan melihat riwayatnya yang pada 6 tahun kemudian Tan Malaka

masuk ke sekolah rendah yang menerima murid dengan umur minimal 6 tahun. Tan

Malaka lahir dengan nama asli Ibrahim dan biasa dipanggil Ibra, lahir di Suliki, Desa

Nagari Pandan Gadang Sumatra barat. Ibra lahir dari Ayah yang bekerja sebagai seorang

mantri, Ibra adalah anak sulung dari dua bersaudara. Ibra gemar bermain sepak bola,

layang-layang, berenang dan mengaji, pada usia 16 Ibra sudah hafal Al-Quran. Ibra ini

dikenal sebagai seorang yang pemberani dan nakal namun juga cerdas. Karena

kecerdasannya ia direkomendasikan untuk menempuh pendidikan di Sekolah Guru

Negeri Fort de Kock (sekarang bukit tinggi) setelah lulus sekolah kelas dua, sekolah

dengan julukan sekolah raja karena hanya anak ningrat atau pegawai tinggi yang bisa

masuk kesana. Semenetara Tan Malaka berasal dari keluarga seorang pegawai rendahan.

Ibra bisa masuk kesana karena asal-usul keluarga ibunya dianggap cukup untuk

alasan mendaftar. Tan Malaka senior adalah salah satu pendiri Pandan Gadang dan juga

membawahi bebeerapa datuk, ditambah dengan kecerdasan Ibra yang luar biasa.

1907- Ibra terdaftar sebagai murid di Fort De Kock, peratauannya ke sini adalah

perantauannya yang pertama. Merantau adalah salah satu budaya masyarakat

Minangkabau. Merantau diyakini akan membawa nilai-nilai kebaikan yang ada diluar

sana. Di Bukittinggi Ibra banyak belajar budaya Belanda yang kala itu menjajah

Indonesia. Di sana ia belajar bahasa Belanda, dan bergabung dengan orkes sebagai

pemain cello, di bawah pimpinan G.H Horensma. Di sana ia juga masih meneruskan

hobinya bermain sepak bola. G.H Horesma menganggap Ibra seperti anaknya sendiri. Ia

terkesan dengan kecerdasan dan tingkah laku yang baik dari Tan.
11

1913- Ibra lulus dari Sekolah guru negeri Fort de Kock ia pun kembali ke kampung

untuk upacara pemberian gelar. Kini nama lengkapnya menjadi Ibrahim Datuk Tan

Malaka. DI tahun ini pula Tan Malaka meneruskan pendidikannya ke Belanda, atas saran

dan bantuan G.H Horesma dan bantuan dana dari para pemuka kampungnya di Suliki.

Ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah guru Rijkweekschool di Haarlem, Belanda.

Selama di Belanda ia tiggal berpindah-pindah tempat. Pertama ia tinggal di pemondokan

bersama murid Rijkweekschool yang lain, namun ia tidak betah disana. Ia pun pindah ke

Jacobijnestraat, ia tinggal di sebuah rumah kecil menmpati kamar loteng yang sempit dan

gelap. Pada saat Tan Malaka datang ke Belanda, Harleem diliputi aura kemiskinan yang

sedang jatuh bangun menghadapi depresi ekonomi. Dalam tulisannya Tan Malaka

mengaku mengalami konflik antara jasmani dan keadaan belum lama disana, ia juga sulit

beradaptasi dengan makanan disana yang menurutnya cara pengolahannya sangat buruk.

Ia tinggal bersama keluarga miskin E.A Snijder dengan uang sakunya yang cuma 50

gulden tiap bulan. Selama sekolah Tan dapat mengatasi pelajaran. Ia berbakat dalam ilmu

pasti dan membenci ilmu tentang tumbuh-tumbuhan karena harus menghafal. Tan pandai

bergaul dengan teman-teman dan guru-gurunya walau ada kendala bahasa. Tan aktif

bermain biola bersama orkes dan bermain sepak bola. Tan bergabung dengan klub sepak

bola Vlugheid Wint. Ia terkenal memiliki tendangan yang kencang dan seringbermain

bola tanpa sepatu. Walau dalam kondisi sakit Tan tetap semangat dalam bermain sepak

bola.

1915- Karena kualitas bahan yang buruk, kamar yang tak sehat dan jarang

mengenakan jaket tebal. Tan mulai terserang radang paru-paru, sejak saat ini

kesehatannya tidak pernah dalam kondisi seratus persen. Sejak tanggal 24 April 1915 Tan
12

Malaka pindah ke rumah pasangan Gerrit van Der Mij Jacobijnestraat dengan kondisi

kamar yang lebih baik setelah mendapat pinjaman pendidik 1.550 gulden dari (NIOS)

Dana Pendidikan dan Studi Hindia Belanda. Pondokan di Jacobijnestraat adalah tempat

berseminya pemahaman politik Tan Malaka. Dia sering berdiskusi dengan teman satu

kosnya Herman Wouters seorang pengungsi dari Belgia yang lari dari serangan Jerman

ke negaranya dan Van Der Mij, dari situ Tan mulai mengenal kata-kata baru yang

menjadi subyek misterius : Revolusi. Namun ia tak langsung menjadi partisipan aktif,

pada awalnya ia hanya mengamati , mendengar dan ikut-ikutan membaca De Telegraf

koran langganan milik mij, sebuah surat kabar anti Jerman dan Het Volk media yang

sering dibaca Wouters. Koran-koran kiri yang ia baca dan perang yang berkecamuk

mempengaruhi pemikirannya. Ia pun mulai lapar informasi-informasi politik. Ia juga

membaca buku karya Friedrich Nietszche yang populer pada masa itu seperti Thus Spoke

Zarathustra, Will to Power, dan buku yang mengenalkan dia dengan semboyan liberte,

egalite, fraternite (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan) yaitu The French

Revolution karya Thomas Carlyle. Ia pun merasa berada dalam paham dan semangat

yang lazim dinamai revolusioner.

1916- Tan meninggalkan Haarlem dan pindah ke Bussum dan tinggal bersama

keluarga Koopmans. Kepindahannya ini membuat ia tersadar, dia merasakan perbedaan

gaya hidup yang mencolok antara gaya hidup mewah keluarga Koopmans yang borjuis

dan keluarga Van Der Mij tempat ia tinggal dulu yang proletar.

1917- Terjadi Revolusi Komunis yang meledak di Rusia pada Oktober 1917,

memberi keyakinan pada Tan bahwa dunia sedang bergerak kearah sosialisme. Muncul

berbagai gagasan tentang bagaimana seharusnya bangsa Indonesia dibangun pada diri
13

Tan. Datang Ki Hajar Dewanta yang meminta dirinya menjadi wakil di acara Indische

Vereeniging dalam kongres pemuda Indonesia dan pelajar Indologie di Deventer,

Belanda karena Ki Hajar akan kembali ke Hindia Belanda. Dalam forum inilah ia

menyampaikan gagasan-gagasan yang ia miliki. Lalu Tan pindah ke Goilandschweg,

sebuah kawasan borjuis. Disini Tan mulai putus asa karena tak lulus menjadi pengajar di

Belanda. Padahal ia harus bekerja agar bisa membayar hutangnya pada NIOS. Ia juga

makin aktif mengunjungi rapat-rapat yang sering diadakan Himpounan Hindia.

1919- Tan Malaka memutuskan pulang ke Indonesia. Dengan cita-cita, mengubah

nasib bangsa Indonesia. Ia merasa sudah saatnya ada revolusi di Indonesia agar terlpeas

dari penjajahan dan muali membangun sistem sosialisme. Ia banyak mendapat pelajaran

penting terutama tentang politik di Belanda. kembali ke Indonesia ia menjadi pengajar di

sebuah perkebunan di Deli. Di sinilah ia melihat sebuah ketidakadilan, ketimpangan

sosial antara tuan tanah dan para pekerjanya. Bagi para tuan tanah pendidikan bagi para

kuli pekerja hanyalah buang-buang uang dan juga ada ketakutan bagi mereka apabila para

kuli itu diberi pendidikan akan membuatnya berani membangkang, sementara bagi Tan

Malaka setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Tan Malaka akhirnya memutuskan

untuk mundur sebagai pengajar disana, semangat radikalnya pun muncul. Ia dihadapkan

dengan kecenderungan ajaran marxis yang dipelajarinya dengan kenyataan.

1921- Ia pindah ke Jawa dengan modal surat dari ketua Boedi Oetomo di Medan ia

diterima sepeti saudara oleh Boedi Oetomo Yogya.. Tan Malaka menghadiri kongres

Sarekat Islam (SI), disini ia bertemu dengan tokoh-tokoh seperti HOS Tjokroaminoto,

Agus Salim, Semaun dan lainnya. Disini ia cocok dengan SI Semarang yang menjadi

cikal bakal PKI. Setelah kongres ia ikut dengan Semaun ke Semarang dan sepakat
14

mendirikan sekolah rakyat. Ketika Semaun di buang ke Moskow Tan Malaka ditunjuk

sebagai ketua PKI karena keluasan pengetahuan dan teori yang dimilikinya. SI dan PKI

mulai mengalami perpecahan, namun Tan Malaka berpendapat agar Partai Komunis dan

Sarekat Islam bersatu untuk melawan penjajah. Tan malaka juga aktif memimpin

pergerakan buruh dan mengatur solidaritas yang dilaksanakan VSDP karena inilah ia

dituduh menganggu keseimbangan dan ditangkap pemerintah penjajah Belanda, lalu

dibuang ke Kupang.

Gambar 1. 2 Semaun

1922- Tan Malaka dibuang ke Kupang, lalu pada bulan yang sama ia dbuang ke

Belanda, dan disambut hangat oleh kaum komunis yang ada disana. Tan Malaka

dicalonkan untuk duduk di parlemen sebagai wakil partai komunis Belanda tersebut.

Namun gagal karena umurnya belum mencapai 30 tahun. Tan gagal memperjuangkan

kemerdekaan Indonesia melalui posisinya apabila ia diterima di parlemen. Setelahnya

Tan pun pergi ke Jerman, dan sempat mendaftar menjadi legion asing, namun Jerman

tidak membuka pendaftaran legiun asing. Di Jerman Tan juga sempat menulis tulisan
15

yang menjadi pembantahannya atas tuduhan Belanda yang menangkap dan

membuangnya. Setelah itu ia pergi ke Moskow, Russia untuk menghadiri Kongers

Komintern (komunis internasional) sebagai wakil dari Indonesia. Ia mendapat

kesempatan pidato selama lima menit. Ia pun menyampaikan gagasanya bahwa penting

bagi komunis untuk bekarja sama dengan Islam dalam melawan imperialisme. Dalam

kongres ini bertemu dengan tokoh-tokoh komunis lain seperto Ho Chin Minh dan Lenin.

Setelah kongres ia meminta komintern menyekolahkan dia namun ditolak. Namun ia

ditugaskan untuk membentuk biro serikat pekerja timur merah Red Eastern Labour

Union di Canton,china oleh komintern. Sebelumnya di Russia ia sempat menulis buku

berjudul Indonesia, ejo mesto na proboezdajoestsjemsja Vostoke atau Indonesia dan

Tempatnya di Timur yang Sedang Bangkit.

Gambar 1.3 Tan Malaka Muda

1923- Tan Malaka pergi ke Tiongkok (Cina) sebagai wakil Komintern, disana ia

berjumpa dengan tokoh komunis cina Sun Yat Sen yang menurutnya adalah pengalaman

yang istimewa. Tan menjadi Ketua Organisi Buruh Lalu Lintas Biro Kanton. Tugas
16

pertamanya adalah menerbitkan majalah, ia pun memipn majalah The Dawn. Di kota ini

juga Tan menulis Naar de Republiek Indonesia. Buku pertama yang menggagas sebuah

Negara merdeka bernama Republik Indonesia. Di Kanton penyakit paru-parunya mula

kambuh karena suhu yang dingin. Setelah beberapa kali berobat ia pun disarankan

untukpergi ke daerah yang cuacanya hangat.

1924 Tan Malaka mengajukan permohonan untuk minta izin pulang ke Indonesia

kepada gubernur Jenderal Belanda Dick Fock, namun ditolak. Akhirnya ia pergi ke

Filipina dengan nama samara Elias Fuentes, tak sampai dua tahun dia ditangkap polisi

Filipina yang berada dalam kekuasaan intel Amerika, Belanda dan Inggris.

1926- Ia mendirikan PARI (Partai Republik Indonesia) di Bangkok, setelah

sebelumnya tidak mendukung gagasan PKI yang akan melakukan pemberontakan di

Indonesia. Karena hal inilah ia dan PKI mulai pecah. Ia juga menulis salah satu karyanya

Massa Actie yang ditujukan pada komunis di tanah air tentang tata cara revolusi, namun

sayangnya terlambat. Kelak 30 tahun kemudian ketidak setujuannya ini membuat ia

dianggap sebagai pengkhianat partai, disamakan atau dikatakan sebagai Trotskys

(pengikut Leon Trotsky, lawan politik Stalin) oleh D.N Aidit ketua PKI pada saat itu.

1927- Ia pun kembali ke tiongkok. Kali ini ia ke kota Amoy

1932- Pecah perang antara Jepang dan Cina ia pindah ke Hong Kong menyamar

sebagai Ong Song Lee. Di Kowloon ia dikira sebagai Dawood buron dari singaura, ia

bersilat minang melawan polisi Hong Kong yang memakai jurus kungfu. Ia menang,

namun muncul Gurkha. Ia pun menyerah di tangan mereka. Setelah dipenjara di Hong

Kong ia diputuskan akan dibuang ke shanghai. Namun Tan berhasil mengecoh polisi

yang mengawalnya dan berhasil meloloskan diri di Pelabuhan Amoy. Disana penyakit
17

paru-parunya kambuh namun Sinse Choa tabib lokal disana berhasil menyembuhkannya

dengan ramuan tradisional.

1937- Tan Malaka pergi meninggalkan Tiongkok ketika Jepang menyerang, dengan

nama samara Tan Min Siong, ia pergi menuju Rangoon, Burma. Dari Burma ia menuju

Singapura dengan nama samara Tan Ho Seng.

1942- ketika Jepang menyerbu singapura ia kembali ke Medan dengan nama Legas

Hussein, dan kembali ke Padang disanalah ia bertemu dengan Tan Malaka palsu buatan

Jepang untuk memancing munculnya tokoh-tokoh radikalis.

1942-1943 Tan Malaka pergi ke Desa Rawajati, Kalibata, Jakarta. Disini ia menulis

karyanya yang cukup penting dan dikatakat karya terbesar MADILOG (Materialisme,

Dialektika, dan Logika). Yang meruapakan buah pikir dari pengembaraannya. Inti dari

Madilog adalah penglihatan masa depan Indonesia yang merdeka dan sosialis, serta

merupakan upaya untuk merombak system berpikir bangsa Indonesia dari pola pokir

yang penuh dengan mistik kepada satu cara berpikir yang rasional. Dalam menulis

Madilog ini ia selalu berdiskusi dengan pemuda, dia banyak bercerita tentang

kesengsaraan penduduk di bawah penguasaan Jepang. Karena kativitasnya inilah ia

pernah digeledah, namun karena tak ditemukan bukti yang memberatkannya pejabat yang

menggeledahnya (Aisten Wedana Pasar Minggu) meminta maaf kepadanya. Ia tak tahu

bahwa Tan menyembunyikan kertas-kertasnya di kandang ayam dan disamarkan sebagai

kaki meja.

1943- Tan Malaka pergi ke Bayah, Banten dengan nama samaran Ilyas Hussein ia

bekerja disana setelah melamar ke kantor sosial. Tan Malaka membutuhkan penghasilan
18

sekaligus tempat bersembunyi. Tan dikenal sebagai kerani yang baik hati, sering

membelikan makanan pada para pekerja romusha dari upahnya sendiri. Ia pun

mengusulkan tentang peningkatan kesejahteraan romusha.

1944- Soekarno dan Hatta berkunjung ke Bayah. Tan menjadi anggota panitia

penyambutan tamu. Soekarno memberikan pidato yang berisi bahwa Jepang akan

memberikan kemerdekaan kepada Imdonesia setelah mengalahkan sekutu. Ketika

moderator membuka sesi tanya jawab. Tan mengajukan pertanyaan, apakah tidak lebih

tepat kemerdekaan Indonesialah kelak yang menjamin kemenaangan terakhir?. Soekarno

menjawaba bahwa Indonesia harus menghormati jasa Jepang menyingkirkan tentara

Belanda, namun Tan membantah menurutnya rakyat akan berjuangdengan semangat yang

lebih besar membela kemeredekaan yang ada daripada yang dijanjikan. Tan melihat

Soekarno jengkel.

1945- Tan datang ke Jakarta dari Bayah dengan memperkenalkan diri sebagai Ilyas

Hussein. Ia bertemu dengan para pemuda seperti Sukarni, Chaerul Saleh, B.M Diah. Ia

menyampaikan gagasannya tentang kemerdekaan dan proklamasi yang membuat Sukarni

terpukau. Sukarni pun yakin bahwa proklamasi harus segera diumumkan. Setelah dari

sana Tan kembali ke Banten untuk menggerakan para pemuda Banten. Setelahnya ia

kembali lagi ke Jakarta, namun ia gagal menemui tokoh-tokoh pemuda. Ia tidak tahu

bahwa tokoh-tokoh pemuda akan menculik Soekarno-Hatta ke rengas dengklok. Ketika

Proklamasi Tan Malaka tidak mengetahuinya, in sungguh ironis karena Tan lah yang

menggagas konsep republik Indonesia. Setelah proklamasi para pemuda masih sulit untuk

ditemui Tan, akhirnya Tan menuju rumah Ahmad Soebardjo. Soebardjo terkejut karena

mengira Tan telah mati, mereka pernah bertemu di Belanda pada tahun 1919. Tan
19

dikenalkan oleh Soebardjo dengan tokoh-tokoh seperti Iwa Koesoema Soemantri, Gatot

Taroenimihardjo, Boentaran Martoatmojo, dan Nishijima Shigetada, asisten Laksamana

Maeda. Nishijima terheran-heran dengan pemikiran Tan tentang revolusi, ia pun

menjabat erat tangan Tan ketika Soebardjo mengenalkannya. Pemerintah yang tidak

bekerja membuat para pemuda terus bergerak, sebagian dari pemuda mengusulkan untuk

diadakannya demonstrasi. Sukarni menyatakan ini saat yang tepat untuk melaksanakan

Massa Actie, mengutip buku Tan yang menjadi pegangan para pemuda. Tan lalu

mengusulkan agar propaganda dilakukan lewat semboyan-semboyan. Sejak saat itu

Soekarno mendengar kemunculan Tan Malaka, akhirnya mereka bertemu dua kali pada

awal September 1945. Pertemuan itu menjadi rahim lahirnya testamen politik apabila

Soekarno-Hatta ditangkap kepemimpinan agar diteruskan oleh Tan Malaka. Namun

Hatta tidak setuju, dengan jalan tengah bahwa ahli waris revolusi harus diberikan kepada

empat orang yang mewakili empat kutub. Tan Malaka aliran kiri, Sjahrir aliran kiri

tengah, Wongsonegoro sebagai wakil kalangan kanan, serta Soekiman dari wakil

kelompok Islam. Tan pun memegang naskah testamen dan naskah proklamasi, dan

melakukan perjalana keliling Jawa selain untuk memperkenalkan diri pada rakyat juga

untuk mengukur seberapa besar pengaruhnya. Ketika Tan Malaka melakukan perjalanan

ini ia menyaksikan perlawan perjuangan rakyar yang meluap-luap terhadap tentara

Inggris dengan gagah berani. Tan heran dengan keputusan pemerintah yang tetap

memilih jalan diplomasi dan tidak mendukung perjuangan rakyat.

1946- Pada Bulan Januari 1946 Tan membangun persatuan perjuangan di

Purwokerto sebagai upaya menyerang politik diplomasi yang dilaksanakan pemerintah.

Rapat kongres ini dihadiri oleh pemimpin pusat partai sosialis, partai komunis Indonesia,
20

Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Buruh Indonesia. Hizbullah,

Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi, dan Persatuan

Wanita Indonenisa, Panglima Besar Jenderal Soedirman juga hadir disini. Dari sini

melahirkan tujuh pasal program minimum yaitu :

1. Merdeka 100%

2. Membentuk Pemerintahan Rakyat

3. Menyita Perkebunan Musuh

4. Menyita Pabrik Musuh

5. Membentuk Tentara Rakyat

6. Melucuti Tentara Jepang

7. Mengurus tawanan bangsa Eropa

Karena oposisi terhadap pemerintah ini Tan ditangkap dan dipenjarakan di sejumlah

tempat tanpa diadili. Ia berpindah-pindah dari wirogunan, Yogyakarta, Madiun,

Ponorogo, Tawangmangu, dan Magelang. Pada saat ini pula ia menulis otobiografinya

Dari Penjara ke Penjara. Pertemuan Purwokerto ini diakui memberikan sumbangan

besar pikiran Tan pada kongres ini dan pada buku GERPOLEK menurut A.H Nasution

mneyuburkan ide perang rakyat semesta yang membuat rakyat berhasil melawan Agresi

Milter Belanda sebanyak dua kali, terlpeas dari pandangan politik ia berkata Tan Malaka

harus dicatat sebagai tokoh ilmu militer Indonesia.


21

Gambar 1.4. Tan Malaka Sedang Membaca

1948- Tan Malaka bebas dan bertemu dengan Jenderal Soedirman. di Yogyakarta,

Tan mengatakan akan bergerilya ke Jawa Timur sekitar November 1948 melawan

Belanda. Soedirman lalu memberinya surat pengantar dan satu regu pengawal. Surat dari

Soedirman itu diserahkan ke Panglima Divis Jawa Timur Jenderal Sungkono. Oleh

Sungkono, Tan dianjurkan bergerak ke Kepanjen, Malang Selatan, namun ia memutuskan

pergi ke Kediri. Pada tahun ini pula Tan Malaka dan Sukarni mendirikan Partai MURBA.

1949- Pada tanggal 21 Februari 1949 Tan Malaka ditembak mati oleh TNI di Kediri

ketika sedang bergerilya, menurut penelitian Harry A. Poeze. Sebelumnya, kematian Tan

Malaka menjadi kontroversi, beberapa pendapat menyampaikan bahwa PKI berada di

belakang kejadian ini, adapula pendapat yang menyatakan bahwa kematiannya

diakibatkan karena perintah yang tak jelas. Pada saat itu muncul radiogram bahwa Tan

Malaka disebutkan melakukan aktivitas pergerakan yang berbahaya sehingga harus

dihentikan dan bila ada perlawanan bisa digunakan hukum militer.

1963- Tan Malaka diangkat sebagai pahlawan nasional pada 28 Maret 1963 oleh

presiden Soekarno. Melalui keputusan Presiden No. 53 Tahun 1963


22

1966- Pada masa Orde Baru nama Tan Malaka dihapuskan dari buku-buku sejarah

walaupun gelar pahlawannya tidak dicabut.

2009- Makam yang diduga sebagai kuburan Tan Malaka ditemukan di Kediri.

2.3.2 Karya atau Buah Pemikiran Tan Malaka

Beberapa karya atau buah pemikiran Tan Malaka dan keterangannya yang berhasil

didapat penulis.

1. Sovyet atau Parlemen (1921)

Berisi uraian tentang sitem pemerintahan parlemen yang ada pada saat itu hanya akan

menjadi alat dari penjajah yang memerintah.

2. SI Semarang dan Onderwijs (1921)

Ditulis ketia Tan merumuskan tujuan pendidikan dari sekolah SI. Yang berisikan

pokok-pokok ajaran yang akan diajarkan di sekolahnya

3. Toendoek Kepada Kekoeasaan, Tetapi Tidak Kepada Kebenaran (1922)

Ditulis di Berlin, tentang pembelaannya ketika ditangkap di Bandung dan dibuang ke

Kupang dan ke Belanda oleh pemerintah penjajah karena dituduh mengganggu

ketertiban.
23

4. Goetji Wasiat Kaoem Militer (1924)

Ditulis di Saigon ditulis dengan nama Sumendap dan Daniel.menurt Poeze mungkin

ditulis oleh Tan Malaka

5. Indonesia, ejo mesto na proboezdajoestsjemsja Vostoke / Indonesia dan Tempatnya

di Timur yang Sedang Bangkit (1924)

Ditulis dan diterbitkan di Moskow, berisi tentang thesis bagi keadaan sosial dan

ekonomi serta tuntuan berorganisasi yang mengambangkan strategi dan taktik untuk

diterapkan di Indonesia.

6. Naar de Republik Indonesia / Menuju Republik Indonesia (1925)

Ditulis dan diterbitkan di Canton dan Manila yang disamarkan sebagai Tokyo untuk

mengelabui intel yang mengejarnya. Berisi tentang uraiannya akan kondisi dunia

pertentangan kapitalis dan komunis yang menurutnya akan dimenangkan oleh komunis.

Dan tentang situasi di Indonesia yang sedang dijajah dengan sewenag-wenang oleh

Belanda. Pada cetakan yang kedua Tan Malaka menambahakn satu bab tentang Majelis

Permusyawaratan Nasional yang mandiri dengan ada atau tidak adanya persetujuan dari

penjajah. Bung Karno muda yang pada kala itu memimpin Klub Debat Bandung sering

membaca buku ini. Melalui buku ini Muhammad Yamin mengatakan Tan sebagai Bapak

Republik seperi halnya George Washington di Amerika.

7. Semangat Moeda (1926)

Ditulis di Manila
24

8. Massa Actie (1926)

Ditulis di Singapura tahun 1926, rencananya untuk mencegah rencana Prambanan

yang dilaksanakan oleh PKI. Namun buku ini terlambat cetak, berisi tentang pedoman-

pedoman revolusi, buku ini menjadi pegangan bagi para pemuda kaum nasionalis.

Kalimat Lindungi bendera itu dengan bangkaimu, nyawamu dan tulangmu. Iulah tempat

yang selayaknya bagimu, seorang putra tanah Indonesia tempat darahmu tertumpah,

menjadi inspirasi bagi W.R Supratman dalam menciptakan lagu Indonesia Raya.

9. Manifesto Pari (1927)

Berisi tentang perlunya membentuk partai PARI untu kepentingan Indonesia

10. Materialisme-Dialektika-Logika/MADILOG (1942-1943)

Karya terbesar Tan Malaka, diniatkan sebagai upaya untuk merombak system

berpikir bangsa Indonesia dari pola berpikir yang penuh dengan mistik kepada satu cara

berpikir yang rasional.

11. ASIA bergabung (gabungan ASLIA) (1943)

Hanya selesai separuh menurut Harry A. Poeze.

12. Poitik (1945)


25

Berisi tentang percakapan antara Godam (simbolisasi kaum buruh), Pacul (Petani)

Toke (Pedagang) Den Mas (Ningrat) dan Mr.Apal (Ningrat).

13. Rencana Ekonomi (1945)

Berisi simbolisasi yang sama dengan politik, mengurai tentang rencan ekonomi.

14. Moeslihat (1945)

Berisi tentang simbolisasi yang sama dengan politik dan ekonomi, mengurai taktik

dalam perjuangan membawa Indonesia kearah kemerdekaan.

15. Manifesto PARI (Manifesto Jakarta) (1945)

Berisi tentang penolakan pendirian Republik Indonesia yang kapitalis dan

membatalkan semua upaya dari luar negeri untuk menjajah kembali Indonesia.

16. Thesis (1946)

Berisi tentang ajarannya mengenai pembentukan negara sosialistis. Uraina tentang

perjuangan mencapai kemerdekaan 100 persen.

17. Dari Pendjara ke Pendjara (1946-1947)

Otobiografi Tan Malaka yang ditulisnya semasa di penjara.

18. Koehandel di Kaliung (1948)


26

Berisi tentang penolakan terhadap perjuangan diplomasi yang dilakukan pemerintah

pada saat itu.

19. Surat Kepada Partai Rakyat (1948)

Ditulis sebagai sambutan tertulis partai rakayat yang memperhatikan dan

memperjuangkan rakyat MURBA.

20. Proklamasi 17-8-1945, isi dan Pelaksanaanya

Berisi tentang penolakan perundingan yang dilakukan Indonesia saat itu dan

persiapan perang kemerdekaan dalam menghadapi agresi militer Belanda.

21. Uraian Mendadak

Berisi tentang reorganisasi partai dan uraian untuk tetap mempertahankan Republik

Proklamasi 17 Agustus 1945

22. GERPOLEK (Gerilya Politik Ekonomi) (1948)

Berisi tentang ajarannya dalam melakukan gerilya politik maupun ekonomi. Uraina

cara bergerilya dalam poltik dengan strategi militer, maupun dengan penguatan ekonomi

dengan merebut seluruh kekuasaan milik asing. Keduanya menjadi satu dan saling

menguatkan.
27

2.3.3 Pandangan politik Tan Malaka

Safrizal Rambe dalam bukunya Pemikiran Politik Tan Malaka, Kajian terhadap

perjuangan Sang Kiri Nasionalis menjabarkan bahwa Tan Malaka adalah seorang

revolusioner, radikal dan seorang kiri yang nasionalis. Dia tidak pernah terlihat

menginginkan perjuangan kelas yang mengambi posisi penting dalam pemikiran

Marxisme yang diterpakan secara mentah-mentah di Indonesia. Ia tidak memperlakukan

Marxisme sebagai dogma yang kaku. Dalam Tradisi politik, kiri diartikan sebagai

kelompok paling ekstrim yang anti kemapanan, anti status quo, anti penindasan dan

cenderung radikal dalam gerak-gerakannya berupaya mengubah struktur masyarakat

secara fundamental, dan kanan diidentikan dengan orang-orang yang konservatif,

reaksioner, berusaha mempertahankan kondisi sekarang dengan acuan masa lalu. Dalam

masa perjuangan di Indonesia posisi politik kiri berarti anti penindasan, dan anti

imperialisme, dan dalam konteks Indonesia, sebenarnya nasionalisme itu kiri, namun

belakangan kiri diidentikan dengan pengikut Marx. Walaupun sebenarnya kiri tidak harus

didominasi oleh kelompok Marxis, sikap kiri ini juga bisa lahir dari Agama, yang juga

bersifat membawa kebebasan dari ketertindasan. Istilah kiri dan kanan bermula dari

pengaturan tempat duduk dalam parlemen revolusi Prancis 1789. Tempat duduk yang

berbentuk tapal kuda menempatkan posisi para tiap-tiap golongan, sebelah kiri para

penentang raja, dan kanan para pendukung raja. Dalam hal ini Safrizal Rambe

menjelaskaan tokoh-tokoh kiri di Indonesia antara lain Bung Karno, Tan Malaka, Bung

Hatta, Sjahrir, Tjokroaminoto, Agus salim, Natsir dan lain-lain. Safrizal Rambe juga

menuturkan bahwa aspek nasionalis dari Tan Malaka selama ini kurang diekspose atau

dieksplorasi.
28

2.3.4 Perlakuan Pemerintah terhadap Tan Malaka dan hal-hal yang ke-kiri-an

Pada 28 Maret 1963 melalui Kepres No. 53 Tahun 1963 Tan Malaka diangkat

menjadi Pahlawan Nasional oleh Soekarno melalui ketetapan pemerintah. Namun,

pemerintah Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun di Indonesia dengan segala

kekuasaannya, sangat anti terhadap hal-hal yang berbau kekirian. Salah satunya dengan

mengeluarkan Ketetapan MPRS Nomor XXV Tahun 1966 Mengenai Pelarangan

Penyebaran ajaran Komunisme-Marxisme/Leninisme, serta pernyaataan PKI sebagai

organsiasi terlarang. Dengan keputusan ketetapan ini dengan berbagai macam

propaganda lainnya yang menggambarkan bahwa komunis adalah orang kejam yang

tidak beradab berhasil membuat ketakutan di masyrakat akan hal-hal yang ke kirian,

serta membuat para tokoh-tokoh seperti Tan Malaka, Pramoedya Ananta Toer dan tokoh-

tokoh lainnya yang identik dengan pandangan yang ke-kiri-an seakan hilang dari

sejarah Indonesia. Hal ini juga diakui Harry A. Poeze seorang peneliti Tan Malaka, ia

mengatakan nama Tan Malaka dicoret dari sejarah sama sekali. Tan Malaka sendiri pada

masa orde baru kerap kali dihubungkan dengan PKI walaupun dalam perjalanan

hidupnya Tan Malaka sendiri akhirnya berseberangan dengan PKI. Buku-buku Tan

Malaka sangat sulit untuk didapatkan di masa orde baru, dan diskusi-diskusi yang

membahas tentang dirinya dilakukan secara diam-diam. Pada era reformasi, barulah

buku-buku Tan Malaka mulai dapat ditemukan, dan diskusi-diskusi tentang dirinya dapat

lebih terbuka, Pakar Sejarah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aswi Warman

Adam juga mengatakan bahwa nama Tan Malaka harus di rehabilitasi. Walaupun begitu

opera Tan Malaka yang pernah dipentaskan di teater Salihara, sempat dilarang tayang di
29

stasiun TV swasta Kediri. Di masa pemerintahan Gus Dur di era reformasi sempat

tercetus ide untuk menghapuskan ketetapan MPRS Nomor XXV Tahun 1966, namun hal

ini menimbulkan kontroversi di masyarakat karena banyak yang menolak terutama dari

kalangan ormas-ormas Islam, yang pada akhirnya pencabutan ini dibatalkan.

2.3.5 Animasi Dokumenter

Film animasi dokumenter pertama kali dikenalkan oleh Windsor Mckay dalam film

The Sinking of Lusitania (1918) dimana ia menggunakan animasi untuk menampilkan

peristiwa tenggelamnya kapal RMS Lusitania karena terkena serangan torpedo. Dimana

tidak ada rekaman nyata dari kejadian ini. Contoh lain dari film Animasi Dokumenter

adalah Abductees (2005) karya Paul Vester, film ini menampilkan wawancara dengan

beberapa orang yang mengaku pernah diculik oleh makhluk luar angkasa, dari

wawancara tersebut pengalam mereka ditampilkan kembali dalam bentuk animasi. Selain

itu ada juga Waltz With Bashir (2008) yang masuk dalam nominasi Academy Awards

sebagai Best Foreign Languages Film menceritakan tentang perang Libanon di tahun

1982 dibuat dalam bentuk animasi sepenuhnya. Dari hal tersebut, kita dapat melihat

penggunaan animasi dalam mewujudkan suatu kejadian yang tidak mungkin

diwujudukan lagi atau suatu kejadian yang tidak pernah terekam atau terdokumentasikan

ke dalam sebuah film, selain itu yang menjadi kekuataan animasi adalah fungsinya untuk

menghibur walaupun tema yang diangkat ke dalam film animasi dokumenter tersebut

adalah tema yang berat, dengan animasi juga dapat memudahkan penyampaina data-data

atau informasi penting yang harus disampaikan dalam sebuah dokumenter. Dalam
30

konteks tugas akhir ini, penulis menggunakan animasi untuk menggambarkan kembali

beberapa hal yang pernah terjadi dengan menggunakan animasi sebagai media untuk

menyampaikan tema yang diangkat ke dalam sebuah film. Karena dengan media film

animasi dokumenter permasalahan yang diangkat penulis bisa lebih menarik dan lebih

mudah untuk dipaparkan dalam penyampaiannya.

2.4 Target Audiens

2.4.1 Target Primer

Berusia sekitar 17-25 tahun, laki-laki atau perempuan, tinggal di Jakarta atau kota

besar lainnya, memiliki pengetahuan dan pendidikan minimal SMA atau Perguruan

Tinggi, memiliki ketertarikan di bidang sejarah, ilmu pengetahuan, film, animasi, komik.

Tingkat kemampuan ekonomi menengah hingga atas.

2.5 Analisa Kasus

2.5.1 Faktor Pendukung dan Penghambat

2.5.1.1 Faktor Pendukung

1. Masih jarangnya serial animasi di Indonesia yang mengangkat cerita dari tokoh

sejarah atau pahlawan.

2. Animasi kini banyak diminati masyarakat sehingga membuat film animasi dapat

menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk masyarakat Indonesia.


31

3. Menjadi salah satu pilihan tontonan alternatif sebagai hiburan sekaligus membuka

wawasan tentang sejarah, terutama tentang kisah hidup Tan Malaka yang sebelumnya

tidak banyak diungkap.

4. Medium Animasi dapat merekonstruksi kembali kejadian-kejadian sejarah yang

pernah terjadi.

2.5.1.2 Faktor Penghambat :

1. Masih banyak masyarakat yang kurang tertarik untuk mengetahui sejarah atau kisah

para pahlawan bangsa.

2. Tema yang akan diangkat masih dianggap beberapa pihak sebagai tema yang sensitif.

3. Sejarah tentang Tan Malaka memiliki berbagai macam versi.

4. Karena keterbatasan waktu sehingga tidak semua detail perjalanan hidup Tan Malaka

dapat disampaikan.

2.5.1.3 Analisa Biografi Tan Malaka dan Penetepan-penetapannnya

Melihat dari sumber-sumber yang menjadi dasar penulis dalam membuat

dokumenter animasi ini. Maka akan dibuat dokumenter Animasi Biografi Tan Malaka

yang meliputi profil-pribadinya, organisasi/institusi yang pernah diikutinya, prestasi dan

kontribusinya, karya-karya pentingnya, serta tokoh-tokoh penting yang berkaitan

dengannya. Dimana hal-hal tersebut berhubungan dengan sisi nasionalisme perjuangan

Tan Malaka terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai