Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tembaga

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia

melebur pada 1038oC. Karena potensial elektrode standarnya positif, (+0,34V

untuk pasangan Cu/Cu2+), tembaga tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat

encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut sedikit. Asam nitrat

yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga:

3Cu (s) + 8HNO3 (aq) 3Cu2+ (aq) + 6NO3- (aq) + 2NO (g) + 4H2O (aq)

Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga :

Cu (s) + 2H2SO4 (aq) Cu2+ (aq) + SO42- (aq) + SO2 (g) + 2H2O (aq)

Tembaga mudah pula larut dalam air raja :

3Cu (s) + 6HCl (aq) + 2HNO3 (aq) 3Cu2+ (aq) + 6Cl- (aq) + 2NO (g) +

4H2O (aq)

Tembaga tidak larut dalam air atau uap air dan asam-asam encer seperti

HCl encer dan H2SO4 encer, tetapi asam klorida pekat dan mendidih melarutkan

logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh

terbentuknya ion kompleks CuCl2(aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan

bergeser ke arah produk.

2Cu (s) + 2H+ (aq) 2Cu+ (aq) + H2 (g)

2Cu+ (aq) + 4Cl- (aq) 2CuCl2- (aq) (Emel Seran, 2010:3)


Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga(I) diturunkan

dari senyawa tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah, dan mengandung

ion tembaga(I), Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam

tembaga(I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak(I).

Senyawa tembaga(I) mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga(II), yang

dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga(II)

umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan

air. Warna ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat(II) [Cu(H2O)4]2+

saja. Garam-garam tembaga(II) anhidrat, seperti tembaga(II) sulfat anhidrat

CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion

kompleks tetraakuo (Vogel, 1990:229).

B. Seng

Seng adalah logam yang putih kebiruan, logam ini cukup mudah ditempa

dan liat pada 110 150oC. Seng melebur pada 410oC dan mendidih pada 906oC.

Logamnya yang murni, melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali,

adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga, yang

dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini,

mempercepat reaksi. Ini menjelaskan larutnya seng-seng komersial. Seng tersebut

dengan mudah larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer dengan

mengeluarkan hidrogen :

Zn (s) + 2H+ (aq) Zn2+ (aq) + H2 (g)


Pelarutan akan terjadi dalam asam nitrat yang encer sekali dan tak ada gas

yang dilepaskan :

4Zn (s) + 10H+ (aq) + NO3- (aq) 4Zn2+ (aq) + NH4+ (aq) + 3H2O (aq)

Dengan bertambah pekatnya konsentrasi asam nitrat, akan terbentuk

dinitrogen oksida (N2O), nitrogen oksida (NO) :

4Zn (s) + 10H+ (aq) + 2NO3- (aq) 4Zn2+ (aq) + N2O (g) + 5H2O (aq)

3Zn (s) + 8HNO3 (aq) 3Zn2+ (aq) + 2NO (g) + 6NO3- (aq) + 4H2O (aq)

Dengan asam sulfat pekat, panas, dilepaskan belerang dioksida :

Zn (s) + 2H2SO4 (aq) Zn2+ (aq) + SO2 (g) + SO42- (aq) + 2H2O (aq)

Seng membentuk hanya satu seri garam, garam-garam ini mengandung

kation seng(II), yang diturunkan dari seng oksida, ZnO (Vogel, 1990:289).

C. Lumpur Limbah Industri Pelapisan Logam

Pelapisan logam merupakan pengendapan satu lapisan logam tipis pada

suatu permukaan logam yang biasanya dilakukan secara elektrolitik (Clifton

Potter dkk, 1994:41). Pengerjaan pelapisan logam pada dasarnya terbagi atas tiga

proses yaitu perlakuan awal, proses pelapisan dan proses pengolahan akhir hasil

pelapisan logam.

Proses pelapisan logam terdiri atas pencucian, pembersihan, pelapisan,

pembilasan dan pengeringan. Air yang berasal dari proses pencucian logam,

pembersihan dan pembilasan menjadi air limbah karena mengandung logam-

logam terlarut dan senyawa-senyawa berbahaya lainnya, (Mario Hendro dan Ratih

Sulastiningrum, 2009:2).
Pengolahan limbah cair industri pelapisan logam yang mengandung

berbagai jenis ion-ion logam berat dapat dilakukan dengan proses kimia-fisik

(reduksi & presipitasi), proses ini dilakukan dalam 3 tahapan proses yaitu proses

reduksi, proses presipitasi (pembentukan partikel hidroksida) dan proses

pengendapan (pemisahan partikel hidroksida) (Ketut Sumada, 2006:27).

Lumpur yang dihasilkan oleh pengolahan limbah cair merupakan sumber

utama limbah padat dalam pabrik pelapisan logam. Lumpur limbah industri

pelapisan logam masih mengandung air yang cukup tinggi dan mengandung

logam berat seperti Cu dan Zn (Abdul Rahman dan Subari, 1998:39). Lumpur

harus dihilangkan airnya, kemudian disimpan pada tempat tertutup sampai dapat

ditemukan tempat penimbunan tanah yang aman dan dapat mencegah penyebaran

logam karena kebocoran, (Clifton Potter dkk, 1994:45).

D. Destruksi

Dalam analisis kimia terutama untuk mineral, tanah, atau makanan,

diperlukan destruksi contoh agar komponen-komponen yang akan dianalisis

terlepas dari matriks (senyawa-senyawa lain). Biasanya reaksi destruksi dilakukan

dengan asam seperti asam sulfat pekat, asam nitrat, asam klorida tanpa atau

ditambah peroksida seperti persulfat, perklorat, hidrogen peroksida, dan

sebagainya. Selain itu, biasanya reaksi juga harus dipanaskan untuk

mempermudah proses destruksi (Adam Wiryawan, 2011:3). Destruksi ada dua

macam, yaitu destruksi basah dan destruksi kering. Destruksi basah adalah

perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran,


kemudian dioksidasi menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat

digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat, asam klorida dan asam

sulfat, (Susila K, 2012:4). Dalam destruksi basah ini suhu relatif rendah untuk

menghindari penguapan dari unsur yang akan dianalisis dan biasanya untuk

penentuan unsur runut (trace element) dan logam-logam yang beracun. Namun,

destruksi basah memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan

destruksi kering. Asam-asam yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Asam nitrat

Asam nitrat murni merupakan asam yang korosif yang tidak berwarna dan

dapat menyebabkan luka bakar dengan berat jenis 1.522 kg/m. Asam nitrat

merupakan oksidator kuat, namun apabila konsentrasinya dibawah 2M bukan

merupakan oksidator yang kuat. Titik didih asam nitrat pada 830C, pada saat

mendidih dalam suhu kamar maka asam nitrat akan terurai sebagian dengan

pembentukan nitrogen dioksida sesudah reaksi:

4HNO3 (aq) 2H2O (aq) + 4NO2 (aq) + O2 (g) (72 C)

Konsentrasi asam nitrat meningkat karena dipengaruhi oleh dekomposisi

termal maupun cahaya. Sebagai sebuah oksidator yang kuat, asam nitrat bereaksi

dengan hebat dengan sebagian besar bahan-bahan organik dan reaksinya dapat

bersifat eksplosif. Produk akhirnya bisa bervariasi tergantung pada konsentrasi

asam, suhu, serta reduktor. Reaksi dapat terjadi dengan semua logam kecuali deret

logam mulia dan aloi tertentu. Karakteristik ini membuat asam nitrat menjadi agen

yang umumnya digunakan dalam uji asam. Sebagai kaidah yang umum, reaksi
oksidasi utamanya terjadi dengan asam pekat, dan terbentuk nitrogen dioksida

(NO2).

Cu (s) + 4H+ (aq) + 2NO3- (aq) Cu+2 (aq) + 2NO2 (aq) + 2H2O (aq)

Sifat-sifat asam cenderung mendominasi pada asam nitrat encer, diikuti

dengan pembentukan nitrogen oksida (NO) yang lebih diutamakan.

3Cu (s) + 8HNO3 (aq) 3Cu(NO3)2 (aq) + 2NO (g) + 4H2O (aq)

3Zn (s) + 8HNO3 (aq) 3Zn(NO3)2 (aq) + 2NO (g) + 4H2O (aq)

2. Asam klorida

Asam klorida adalah asam kuat dan merupakan larutan akuatik dari

gas hidrogen klorida (HCl). Asam klorida memiliki titik didih -850C, dengan bau

yang tajam pada suhu 250C dan sangat larut dengan air dan sangat korosif

sehingga harus ada penanganan yang tepat. Hidrogen klorida (HCl) dapat

berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali sehingga disebut asam monoprotik.

H+ akan bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+ :

HCl (aq) + H2O (aq) H3O+ (aq) + Cl (aq)

Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang

mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti

HCl, nilai Ka cukup besar. Asam klorida juga sulit mengalami reaksi redoks dan

merupakan reagen pengasam yang sangat baik karena pada konsentrasi menengah

cukup stabil untuk disimpan dan konsentrasinya tetap stabil. Pada konsentrasi

pekat asam klorida dapat melarutkan banyak jenis logam dan menghasilkan logam

klorida dan gas hidrogen.


3. Asam sulfat

Asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut

dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk

disimpan. Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Reaksi

hidrasi asam sulfat sangat eksotermik. Selalu tambahkan asam ke

dalam air daripada air ke dalam asam. Air memiliki massa jenis yang lebih rendah

daripada asam sulfat dan cenderung mengapung di atasnya, sehingga apabila air

ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, ia akan dapat mendidih dan bereaksi

dengan keras.

Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk

mempercepat terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan

pengoksidasi yang kuat. Meskipun demikian waktu yang diperlukan untuk

mendestruksi masih cukup lama.

Reaksi asam sulfat pekat panas dengan tembaga :

Cu (s) + 2H2SO4 (aq) CuSO4 (aq) + SO2 (g) + 2H2O (aq) (vogel,

1990:229)

Reaksi asam sulfat pekat, panas, dengan seng melepaskan belerang dioksida :

Zn (s) + 2H2SO4 (aq) Zn2+ (aq) + SO2 (g) + SO42- (aq) + 2H2O (aq)

(Vogel, 1990:290)

E. Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom merupakan metode analisis untuk

menentukan unsur-unsur dalam suatu bahan dengan kepekaan, ketelitian, dan


selektifitas tinggi. Spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya

oleh atom-atom. Atom-atom menyerap cahaya dengan panjang gelombang

tertentu tergantung pada sifat unsur-unsurnya. Absorpsi cahaya oleh tembaga

terjadi pada panjang gelombang 324,8 nm dan seng pada panjang gelombang

213,9 nm. Pada panjang gelombang tersebut cahaya memiliki cukup energi untuk

mengubah tingkat elektronik suatu atom yang menyerap cahaya tersebut

(Khopkar, 1990:275).

Alat yang digunakan pada metode ini adalah spektrofotometer serapan

atom. Komponen-komponen spektrofotometer serapan atom (SSA) terdiri dari

sumber cahaya, nyala, monokromator, detektor, dan alat pencatat. Pada penelitian

ini alat yang digunakan adalah Spektrofotometer Serapan Atom merk Hitachi

Z2000 dengan kondisi analisis yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Kondisi SSA Hitachi Z2000 untuk analisis Cu dan Zn.

No Kondisi Analisis Cu Zn
1 Wavelength (nm) 324.8 213.9
2 Slit Width (nm) 1.3 1.3
3 Time Constant (s) 1.0 1.0
4 Lamp Current (mA) 7.5 5.0
5 PMT Voltage (V) 243 333
6 Flame Type Air-C2H2 Air-C2H2
7 Fuel Flow (L/min) 2.0 1.8
8 Oxd. Pressure (kPa) 160 160
9 Oxd. Flow (L/min) 15.0 15.0
10 Burner Height (mm) 7.5 7.5
11 Delay Time (s) 5 5
12 Measurement Time (s) 5.0 5.0
13 Order Linear Linear
14 Range (ppm) 0 2.5 0 - 2.0

Larutan sampel yang mengandung ion logam dilewatkan melalui nyala

udara-asetilen sehingga terjadi penguapan dan sebagian tereduksi menjadi atom.


Lampu katoda yang sangat kuat mengeluarkan energi pada panjang gelombang

tertentu dan akan diserap oleh atom-atom logam yang sedang di analisis. Jumlah

energi cahaya yang diserap atom logam pada panjang gelombang tertentu ini

sebanding dengan jumlah zat yang diuapkan pada saat dilewatkan melalui nyala

api udara-asetilen. Setiap unsur logam membutuhkan lampu katoda yang berbeda.

Keseluruhan prosedur ini sangat sensitif dan selektif karena setiap unsur

membutuhkan panjang gelombang yang sangat pasti.(Tinsley, 1979).

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yang mendukung penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Felys Ratna Dewi (2005), yaitu pengaruh jenis

asam pendestruksi terhadap kadar logam berat timbal (Pb) dan tembaga (Cu)

dalam ikan. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa penentuan kadar Pb

dan Cu dalam sampel dilakukan dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom pada

panjang gelombang 283,3 untuk Pb dan 324,7 nm untuk Cu. Hasil yang diperoleh

untuk analisis kadar logam Pb dan Cu dengan HCI 37%, HNO3 65% dan H2SO4

98% berturut-turut sebagai berikut : 4,5.10-4%, 1,03.10-3%, 1.10-4% dan 8,52.10-


3
%, 3,33.10-4%, 6,7.10-5%. Berdasar hasil penelitian diperoleh bahwa asam yang

optimum untuk analisis Pb adalah HNO3 65%, sedangkan untuk Cu adalah HC1

37%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Agung Abadi Kiswandono dan Nasrulloh

(2008), yaitu analisis kadar logam seng dan tembaga dalam daging dan hati ayam

petelur berbulu coklat secara spektrofotometri serapan atom. Sampel daging dan
hati ayam didestruksi dengan asam klorida pekat. Berdasarkan penelitian tersebut

diketahui bahwa kandungan logam Cu terkecil terdapat pada daging yaitu 0,477

ppm dan kandungan terbesar terdapat pada hati yaitu 0,720 ppm, sedangkan

kandungan logam Zn terkecil terdapat pada daging yaitu 9,701 ppm dan

kandungan terbesar terdapat pada hati yaitu 14,272 ppm dan masih berada di

bawah batas ambang maksimum yang diperbolehkan.

G. Kerangka Berpikir

Industri yang mengolah limbah cairnya sendiri dapat menghasilkan limbah

padat yang umumnya berbentuk endapan. Endapan ini biasanya bersifat racun,

sehingga pengumpulan dan pembuangannya perlu mendapat perhatian yang

khusus. Salah satu sumber utama limbah padat suatu industri adalah limbah padat

hasil pengolahan limbah cair. Limbah padat hasil pengolahan limbah cair (lumpur

atau sludge) masih banyak mengandung logam-logam antara lain nikel, krom,

tembaga, seng. Logam-logam tersebut sangat berbahaya bagi lingkungan hidup.

Sampai saat ini sludge belum dimanfaatkan dan masih menjadi masalah bagi

industri pelapisan logam, tidak hanya karena kandungan logam-logam yang tinggi

tetapi juga kuantitas sludge cukup besar.

Kandungan logam tembaga dan seng dalam lumpur limbah industri

pelapisan logam dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri serapan atom.

Untuk mengetahui keberadaan dan kadar Cu total dan Zn total dalam lumpur

limbah industri pelapisan logam terlebih dahulu dilakukan destruksi dengan cara

menambahkan pereaksi asam. Asam-asam yang digunakan adalah HNO3 65%,


HCl 37%, dan H2SO4 95%-97%. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan

jenis asam yang berbeda untuk menganalisis kadar Cu total dan Zn total dalam

lumpur limbah industri pelapisan logam. Untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan/pengaruh jenis asam pendestruksi terhadap kadar logam Cu total dan

Zn total dalam lumpur limbah industri pelapisan logam maka dilakukan uji anova

satu arah.

Anda mungkin juga menyukai