Anda di halaman 1dari 43

SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1
Lingkup Kegiatan

1.1 Uraian Kegiatan


Kegiatan ini meliputi Pembangunan Mesjid Darul Muminin.
1.1.1. Jenis Konstruksi
a. Pondasi : Pondasi Telapak (Foot Plate)
b. Sloof, Kolom dan Balok : Beton Bertulang
c. Lantai : Plat Beton
d. Dinding : Pasangan Bata
e. Penutup Atap : Plat Beton
1.1.2. Lokasi Kegiatan
Jl. H. M. Amin Desa Manurung Pagatan.
1.1.3. Uraian Pekerjaan
Untuk periode ini, jenis pekerjaan meliputi :
a. Pekerjaan Pendahuluan :
- Perizinan pembangunan
- Pekerjaan pembersihan
- Pekerjaan pengukuran + pasang bowplank
b. Pekerjaan Tanah
- Galian tanah pondasi
- Pancangan mini pile 20 x 20 cm
- Urugan tanah
- Urugan pasir bawah pondasi
- Urugan pasir bawah lantai
- Pemadatan tanah
c. Pekerjaan Pondasi dan Beton
- Cor lantai kerja camp. 1 : 2 : 3
- Pondasi Telapak (Foot Plate)
- Sloof, Kolom, Balok dan Plat Lantai
- Tangga
d. Pekerjaan Dinding
- Pasangan 1 bata pengunci urugan
- Dinding 1/2 bata
- Plesteran dinding, tebal 15 mm Camp. 1 : 4
- Acian dinding
e. Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela
- Pintu
- Jendela
- Glass Block
f. Pekerjaan Kunci dan Alat Penggantung
- Kunci tanam 2 Slaag
- Engsel pintu
- Grendel pintu
- Engsel jendela
- Grendel jendela
- Kait angin
- Pegangan jendela
- Pegangan pintu
g. Pekerjaan Cat-catan
- Pekerjaan cat kilap
- Pekerjaan cat tembok
- Waterproofing atap dag
h. Pekerjaan Instalasi Listrik
- Biaya pemindahan listrik
i. Pekerjaan Lain-Lain
- Pasangan besi steanless pagar & tangga
- Pasangan batu alam dinding
- Pasangan kubah
- Pengadaan dan pemasangan penangkal petir
- Pekerjaan ornamen
Pasal 2
Pekerjaan Pendahuluan

2.1. Perizinan pembangunan


Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan mengurus Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) ke Instansi yang berwenang dan berkoordinasi dengan Dinas Tata
Kota untuk menentukan dan memastikan tentang batas sepadan bangunan.

2.2. Pembersihan Lokasi


Kontraktor berkewajiban membersihakn lokasi rencana pekerjaan dari sisa-sisa
puing bongkaran maupun bahan material lainnya yang mengganggu pelaksanaan
pekerjaan.

2.3. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank


2.2.1. Pembuatan dan pemasangan bowplank harus kokoh dan tidak akan
terganggu oleh cuaca maupun aktivitas kegiatan, Bowplank dibuat dari
papan lebar 20 cm dan tebal 2 cm dengan tiang atau tonggak balok kayu 6
x 8 cm, tinggi bowplang disesuaikan dengan kondisi lapangan, permukaan
atas rata dan datar (waterpas).
2.2.2. Kontraktor diwajibkan menyiapkan bahan dan peralatan pengukuran dan
pemasangan bowplank ini.
2.2.3. Posisi dan letak bangunan harus sesuai Gambar Rencana dan tidak ada
bagian yang menyimpang dari posisi dan poros bangunan. Toleransi
penyimpangan max 10 mm pada arah x dan y.
2.2.4. Sebelum melakukan pengukuran dan pematokan, kontraktor harus
memberitahukan kepada Direksi dan Konsultan Pengawas, minimal 1x24
jam sebelum pekerjaan dimulai.

2.4. Lain-lain
2.4.1. Kontraktor berkewajiban menyediakan peralatan dan perlengkapan
keselamatan, keamanan dan kesepakatan kerja untuk setiap personil yang
terlibat dalam kegiatan pekerjaan, termasuk menyediakan kotak obat
( Kotak P3K) yang berisi obat-obatan dan perlengkapan guna pertolongan
pertama pada kesepakatan kerja.
Perlengkapan tersebut harus memenuhi persyaratan P3K yang telah
ditentukan dan harus selalu dijaga dan dilengkapi setiap saat selama
periode pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
2.4.2. Jika dilingkungan kegiatan belum tersedia fasilitas sanitasi (IMCK), maka
Kontraktor bertanggung jawab menyediakan fasilitas sanitasi tersebut
dilingkungan kegiatan bagi seluruh personil yang terlibat.
2.4.3. Kontraktor bertanggung jawab dalam menyediakan air bersih dan listrik
yang cukup untuk pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 3
Pekerjaan Tanah

3.1. Pekerjaan Galian


3.1.1. Galian tanah untuk pondasi dan galian lainnya harus dilakukan menurut
ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan elevasi seperti yang tercantum di
dalam gambar rencana.
3.1.2. Akar pohon - pohon yang terdapat dibagian pondasi harus dibongkar dan
dibuang, begitu juga bila terdapat bahan atau benda lain yang akan
mengganggu pekerjaan pondasi.
3.1.3. Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus diurug kembali dengan
material yang disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas sehingga
mencapai kerataan yang ditetapkan dan urugan harus dipadatkan secara
mekanis.
3.1.4. Kontraktor harus menjaga agar lubang lubang galian pondasi tersebut
bebas dari longsoranlongsoran tanah dikiri dan kanannya (bila perlu
dilindungi oleh konstruksi penahan tanah ) dan bebas dari genangan air
(bila perlu dipompa) sehingga pekerjaan pondasi dapat dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
3.1.5. Tanah sisa galian yang tidak dipakai harus diangkut dan dibuang terutama
ke tempat yang telah disiapkan atas petunjuk Direksi/Konsultan
Pengawas/Manajemen Konstruksi.
3.1.6. Toleransi yang dapat diterima untuk penggalian adalah kurang lebih 10
mm terhadap kerataan yang ditentukan.
3.1.7. Pekerjaan galian mencakup galian pondasi Foot plate, sloof, dan lainlain
sesuai tercantum dalam gambar rencana.
3.1.8. Kontraktor wajib mempelajari semua gambar Struktur yang berhubungan
dengan pekerjaan-pekerjaan di bawah permukaan tanah.
3.1.9. Elevasi galian pada pondasi dan sarana-sarana lain seperti tercantum
dalam gambar.
3.2. Pancangan mini pile 20 x 20 cm
3.2.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan tiang beton sesuai dengan gambar rencana, dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari Direksi/Konsultan
Pengawas dalam uraian syarat-syarat pelaksanaan.
3.1.2. Keahlian dan pertukangan
1) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan
pemancangan beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
disyaratkan, temasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaiannya.
2) Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang
yang berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya.
3) Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang
sebanding dengan standar yang umum berlaku.
4) Apabila Konsultan Pengawas memandang perlu, kontraktor dapat
meminta nasihat-nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Konsultan
Konstruksi atas beban kontraktor.
3.1.3. Kualitas tiang
Tiang pancang mengunakan type mini pile kotak 20 cm x 20 cm
3.1.4. Spesifikasi teknis pemancangan
1) Bahan
Beton yang dipakai untuk pembuatan tiang beton cetak harus
mempunyai mutu beton minimal K-350 (beton Readymix)
2) Alat Pancang
Hydraulic jack 120 ton
Peralatan pendukung hydraulic jack
3) Daya Pikul Tiang
Didapat dari penunjukan meter (gauge) yang terpasang pada alat
hydraulic jack yang digunakan.
Pemancangan dihentikan bila daya dukung yang diingnkan sudah
tercapai
4) Toleransi Posisional dan Kemiringan Tiang
Toleransi untuk ketepatan titik tiang tidak lebih dari 8,00 cm dari
letak titik pada awal pemancangan, dan jarak antara dua buah
tiang pancang tidak bertambah/berkurang lebih dari 15,00 cm
dari yang seharusnya.
Toleransi kemiringan untuk tiang yang seharusnya vertikal adalah
tidak lebih miring dari 1 : 75.
Kontraktor harus menjamin bahwa tiang beton cetak yang baru
dibuat tidak mengganggu atau merusak tiang-tiang yang dibuat
sebelumnya.
Jika ada gangguan dalam pelaksanaan tiang beton cetak yang
diluar kemampuan kontraktor untuk mengatasinya, maka
kontraktor dapat menambah satu atau lebih tiang beton cetak,
dan sebelum pelaksanaan harus minta persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
Pemasangan poer dan tie beam dapat dilaksanakan setelah
semua tiang mini terpasang baik dan setelah disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
5) Penyambungan Tiang
Tiang beton cetak disambung dengan mengelas plat baja pada kedua
tiang yang akan disambung dengan full buttweld.
Sebelum pengelasan dilakukan potongan tiang yang akan disambung
distel hingga satu garis dengan tiang yang telah terpancang di dalam
tanah. Setelah pengelasan selesai dilaksanakan, sambungan tersebut
diberi lapisan aspal dan pemancangan tiang dilanjutkan.
6) Pemancangan
Setiap saat pada saat pemancangan, tiang pancang harus
disanggah dengan baik sehingga tidak berubah dari posisi yang
telah ditentukan serta tidak terjadi kemungkinan tekuk.
Penyanggahan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan kerusakan pada tiang tekan.
Alat pancang yang akan dipergunakan harus mempunyai
kapasitas dan efisiensi, sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan dan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas sebelum digunakan. Manometer
pengukur tekanan harus ada sertifikat kalibrasi yang masih
berlaku dari pihak yang berwenang.
Panjang tiang pancang yang akan ditekankan harus mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas, sesuai dengan keadaan tanah
setempat.
Setiap tiang pancang harus dipancang terus menerus sampai
penetrasi atau kedalaman yang disyaratkan tercapai. Kecuali
Konsultan Pengawas menyetujui bahwa penghentian
pemancangan terjadi karena hal-hal yang diluar kekuasaan
pemborong.
Pemborong harus membuat catatan pemancangan (tiap
pemasukan 500 mm kecuali sisa 2000 mm terakhir harus dibaca
tiap 250 mm ) atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
Bila terjadi karakteristik pemancangan yang berbeda dengan
karakteristik yang diharapkan berdasarkan hasil penyelidikan
tanah maupun penekanan-penekanan sebelumnya, pemborong
harus segera memberitahukan Konsultan Pengawas untuk
meminta petunjuknya.
Urut-urutan pemancangan harus diatur sedemikian rupa sehingga
pengaruh yang jelek dari "heave" dan desakan tanah kesamping
dapat dibatasi sekecil mungkin. Urut-urutan penekanan ini harus
dikonsultasikan dan disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Pengawas.
Bila terjadi heave, Pemborong harus melakukan penekanan
ulang pada semua tiang yang terjadi heave.
Toleransi posisi horizontal pondasi tiang pada Level Poer tidak
boleh melebihi 75 mm dalam segala arah.
Toleransi posisi vertikal pondasi tiang tidak boleh melebihi
kemiringan 1:75
7) Pemotongan Kepala Tiang Tekan
Bila pemancangan telah mencapai kapasitas tiang atau kedalaman
yang disyaratkan, maka kepala tiang tekan harus dikupas sampai
dengan level yang ditentukan dalam gambar pelaksanaan.
Panjang tulangan yang terkupas harus sesuai dengan panjang
yang disyaratkan dalam gambar pelaksanaan.
Pemborong harus melakukan segala usaha agar pemotongan
tiang tekan ini tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan
tersebut.
Setiap tiang tekan yang retak atau cacat harus dibongkar dan
diper-baiki dengan beton dengan mutu yang sama dengan mutu
beton yang disyaratkan untuk tiang tekan.
8) Penolakan Tiang
Tiang yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak
memenuhi spesifikasi ini akan ditolak. Pemborong wajib membuat
tiang pengganti tanpa biaya tambahan.
Segera setalah pekerjaan selesai, Pemborong harus membuat As
built drawing dari letak dan kedalaman tiang pancang mini pile.
3.3. Pekerjaan Urugan tanah dan pasir
3.2.1. Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk bahan urugan.
Urugan kembali tanah hasil galian.
3.2.2. Bahan hasil galian pondasi galian dapat dipergunakan, apabila memenuhi
syarat sebagai bahan urugan.
3.2.3. Jenis bahan urugan biasa adalah tanah berbutir atau sirtu yang disetujui
pengawas. Bahan Urugan pasir adalah menggunakan pasir yang telah
disetujui oleh Direksi Keet/Konsultan Pengawas harus bersih dari humus
dan tumbuh tumbuhan, serta bahan lain yang mengganggu.
3.2.4. Penimbunan harus dilakukan lapis perlapis (maksimum 30 cm) sambil
disiram dengan air dan dipadatkan dengan alat pemadat roller vibrator
atau stamper.
3.2.5 Urugan pasir bisa diperuntukan urugan pada galian pondasi urugan
penggalian lantai dan urugan lainnya yang diperlukan.
3.2.6. Urugan pasir diperuntukkan pada urugan bawah pondasi, dibawah lantai
kerja dan urugan lainnya yang diperlukan.
3.2.7. Elevasi ketinggian level urugan sesuai yang ditunjuk dalam gambar
rencana. Semua pekerjaan urugan harus dipadatkan sesuai syarat-syarat
pemadatan.

3.4. Pemadatan Urugan


3.4.1. Pemadatan urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maximum
30 cm, nilai kepadatan sekurang-kurangnya mencapai 90 % dari optimum
dry density.
3.4.2. Pemadatan dapat dilakukan dengan mesin gilas dan stamper. Bagian-
bagian yang dianggap dapat merusak saluran atau pekerjaan-pekerjaan
lain sesuai petunjuk Konsultan Pengawas, tidak diizinkan memakai mesin
gilas.
3.4.3. Pemadatan pada pondasi dimana dasar pondasi harus diurug dulu maka
syarat pengurugan seperti diatas harus dipenuhi dengan kepadatan 95 %
dari optimum dry density.
Pasal 4
Pekerjaan Pondasi dan Beton

4.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi penyediaan seluruh material, tenaga dan peralatan yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan beton yang antara lain meliputi
pekerjaan pondasi (foot plate), sloof, kolom, balok, plat lantai / atap, dinding dan
lain lain bagian pekerjaan beton baik struktur maupun non struktur sesuai
dengan gambar dan syarat syarat yang tercantum dalam dokumen ini.

4.2. Persyaratan Bahan


4.2.1. Semen
(1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
Portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA
dan IV. Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat
menghasilkan gelembung udara, maka gelembung udara yang
dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
(2) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika di dalam satu
proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa
harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan
merk semen yang digunakan.

4.2.2. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, basa, gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus
memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 Air yang diketahui dapat
diminum dapat digunakan. Jika timbul keraguan atas mutu air yang
diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka
harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan
pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling.
Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan air
tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar
dengan air suling pada periode perawatan yang sama.
4.2.3. Agregat
(1) Ketentuan Agradasi Agregat
(a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi
tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang
disyaratkan.
(b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran
agregat terbesar tidak lebih dari jarak bersih minimum antara
baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-
celah lainnya di mana beton harus dicor.
(2) Sifat-sifat Agregat
(a) Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh
dari pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan
pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir sungai.
(b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan
oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat
lainnya bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan
prosedur yang berhubungan.

4.2.4. Bahan Tambah


Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja
beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk
halus sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.
(1) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses
pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan
standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991.
Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya
sebagai berikut :
(a) Tipe A - bahan pengurang kadar air
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan
pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio
dalam campuran sesuai dengan workability yang diinginkan, atau
untuk meningkatkan workability ada angka water-cement rasio
yang telah ditetapkan.
(b) Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan
Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta
semen, sehingga akan memperlambat pengerasan dari beton.
Bahan tambah jenis ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran
terlalu panas, dimana waktu pengikatan pasta semen dalam
keadaan normal menjadi sangat pendek dikarenakan suhu yang
tinggi.
(c) Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan
Tipe C berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta
semen, yang akan mempercepat pengerasan dari beton sehingga
mempercepat kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik
pembuatan beton precast (dimana perlu pelepasan bekisting
secepatnya), atau pekerjaan perbaikan yang sangat penting.
(d) Tipe D - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
memperlambat waktu pengikatan
Bahan tambah ini untuk menambah workability, dimana beton
mempunyai kekuatan tinggi dapat dibuat workabel tanpa
mengurangi density, ketahanan dan kekuatannya. Perlambatan
waktu pengikatan sangat berguna untuk waktu pengangkutan
adukan beton yang lama ke tempat pengecoran, pengecoran dalam
kondisai yang sangat panas dan menghindari cold joint.
(e) Tipe E - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
mempercepat waktu pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability dan memberikan
kekuatan awal yang tinggi, atau memberikan kekuatan awal yang
lebih tinggi pada workability yang sama. Bahan tambah ini
digunakan pada precast karena memungkinkan pelepasan bekisting
lebih awal dan dipakai untuk pekerjaan perbaikan dimana kekuatan
awal sangat diperlukan.
(f) Tipe F - bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi
atau superplasticizer.
Tipe F atau Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi
air dalam campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda
dengan Tipe A, D atau E. Penggunaan bahan ini digunakan
membuat beton alir (flow concrete) untuk menjangkau tempat
yang tak terjangkau oleh pengetar dan beton pompa (pumping
concrete) pada jenis bangunan yang rumit.
(g) Tipe G - campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka
tinggi atau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu
pengikatan.
Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F dan Tipe B,
tetapi slump loss-nya lebih kecil bila dibandingkan dengan beton
yang menggunakan superplasticizer.
(2) Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash,
Pozzolan, silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton.
Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar spesifikasi
yang ditentukan dalam SNI 03-2460-1991.
4.2.5. Baja Tulangan
1) Untuk baja tulangan dengan diameter lebih kecil atau sama dengan 12
mm digunakan baja mutu U 24 ( polos ), sedangkan untuk baja
tulangan dengan diameter lebih besar dari pada 12 mm digunakan baja
mutu U 39 (ulir), kecuali bila ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Untuk membuktikan jaminan dari mutu baja tulangan, harus
dilampirkan sertifikat dari pabrik maupun supplier untuk setiap
pengiriman/penerimaan baja tulangan, Jika dipandang perlu atas
permintaan Direksi/Konsultan Pengawas, Kontraktor diharuskan
mengadakan pengujian mutu besi beton di laboratorium benda uji
yang disetujui / ditunjuk oleh Pengawas.
3) Baja Tulangan harus bebas dari debu, minyak, karat dan kotoran lain
yang mengganggu perletakan tulangan dengan beton.
4) Besi beton harus disimpan secara terpisah menurut kelompok
ukurannya dan diletakkan diatas lantai beton atau balok balok kayu
untuk menghindari kontak dengan tanah, air dan zat zat lain yang
bersifat merusak besi. Penimbunan baja tulangan di udara terbuka
untuk jangka waktu lama tidak diperbolehkan.
5) Kawat pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter
minimum 1 mm, telah dipijarkan dan tidak tersepuh seng.

4.3. Persyaratan Kerja


4.3.1. Pengajuan Kesiapan Kerja
(1) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi
seluruh sifat bahan sesuai dengan Pasal ini.
(2) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-
masing mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum pekerjaan
pengecoran beton dimulai.
(3) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil
pengujian pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi
Pekerjaan sehingga data tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.
(4) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 3 hari,
7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran.
(5) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan
terinci untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan perancah dimulai.
(6) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis
mengenai rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap
jenis beton untuk mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam
sebelum tanggal pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai dengan
metode pengecoran, kapasitas peralatan yang digunakan, tanggung
jawab personil dan jadwal pelaksanaannya.

4.3.2. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan


(1) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat
yang terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai
kayu dengan ketinggian tidak kurang dari 30 cm dari permukaan tanah
serta ditutup dengan lembaran plastik (polyethylene) selama
penyimpanan dan tidak lebih dari 3 bulan sejak disimpan dalam tempat
penyimpanan di lokasi pekerjaan. Semen tidak boleh ditumpuk
melebihi melebihi 8 sak ke arah atas.
(2) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat
penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar
matahari dan hujan sepanjang waktu pengecoran.
(3) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis
agregat atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.

4.3.3. Kondisi Tempat Kerja


Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari
secara langsung. Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan
pengecoran jika:
- Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam.
- Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.

4.3.4. Pencampuran dan Penakaran


(1) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan sesuai dengan
SNI 03-2834-2000.
(2) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan
dengan rancangan campuran serta bahan yang diusulkan sesuai
dengan SNI 03-2834-2000, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan,
yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana yang
akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
(3) Permukaan Tampak
(1) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat
bersih dan tidak keropos.
(2) Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat.
(3) Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan
setiap beton yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga
kedalaman tertentu dan diganti atau diperbaiki dengan cara seperti
yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan atas biaya Penyedia Jasa.

4.3.6. Blockout
(1) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagianbagian bangunan
dari pekerjaan besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan
dibuat, dikasarkan, dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk
paling sedikit 4 jam. Sesudah permukaan demikian disetujui Direksi
Pekerjaan, maka pekerjaan logam dan lainnya seperti tersebut diatas,
dapat dilaksanakan. Penyedia Jasa dapat memasang tulangan (jika
diperlukan) dan adukan beton dengan 500 kg semen atau lebih per
meter kubik, atau beton dari tipe yang sama.
(2) Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhatihati,
harus bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan
beton lama dan semua pekerjaan besinya.

4.4. Pelaksanaan Pekerjaan


4.4.1. Pekerjaan Beton
1) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
(1) Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan
diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar
untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton
yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan dalam dari Spesifikasi ini.
(2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi
atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga
dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika
diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan
mudah dan aman.
(3) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan
beton harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh
dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam
air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus
dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup
kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan
atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
(4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan
dan benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa
atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
(5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka
bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar
sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
(6) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang
disiapkan untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan
acuan, baja tulangan atau pengecoran beton. Penyedia Jasa
dapat diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi
kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya
dukung tanah di bawah pondasi.
(7) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak
memenuhi ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat
diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman
pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat
yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan
tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
(8) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya.
Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran sebelum tenda
terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan
lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau
muka air tanah dengan penanganan seperlunya.
b) Cetakan Beton
(1) Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat
dibuat dari kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat
sesuai dengan ukuranukuran yang ada di dalam gambar.
(2) Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan
berat sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban
konstruksi, angin dan tekanan lainnya dengan tidak berubah
bentuk.
(3) Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap,
gambar cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan, sebelum
memulai pekerjaan, walaupun demikian penyerahan tersebut
kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui, tidak mengurangi
tanggung jawab Kontraktor bagi keberhasilannya.
(4) Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton
harus bebas dari sampah, paku, aluralur, belahan, atau cacat
cacat lainnya. Mengisi celahcelah sambungan cetakan beton
harus berhatihati dan dilaksanakan sedemikian rupa agar
sanggup mengembang dibawah pengaruh kelembaban beton
tanpa menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celahcelah
harus diisi secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen.
Bagaimanapun penggunaan kertas dengan tegas dilarang.
(5) Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan,
pembuangan air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat
dibuat sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah ditutup
sebelum pengecoran dimulai.
(6) Sebelum pengecoran beton semua bautbaut harus dipasang
pada posisinya, semua yang diperlukan dan alatalat lain untuk
menutup lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak
diperbolehkan membuat lubang didalam beton tanpa
persetujuan Direksi Pekerjaan.
(7) Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak
diijinkan dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.
(8) Lubangbekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton
setelah cetakan dibongkar.
(9) Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan
ujungnya tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton
yang terbentuk. Semua permukaan cetakan yang menempel
dengan beton harus dilumasi dengan oli untuk memastikan
bahwa cetakan dapat dibuka dengan mudah.
(10) Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan
dipasang dan harus berhatihati mencegah pelumas jangan
sampai mengenai besi tulangan. Sebelum pengecoran dan
pembesian semua celahcelah cetakan yang telah diisi dengan
dempul harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila cetakan beton
dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa oleh
Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan mengecor bila cetakan
belum disetujui Direksi Pekerjaan.
(11) Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi
Pekerjaan sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat) jam
sebelum cetakan siap untuk diperiksa.

c) Pencampuran Beton
(1) Perbandingan Campuran
i. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik,
air dan bahan additive bila diperlukan, dicampurkan
bersama sama dan digunakan untuk menghasilkan
kekuatan yang diharapkan.
ii. Pada pekerjaan ini semua struktur menggunakan K-225,
kecuali untuk yang struktur menggunakan K-125.
iii. Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan
umur 28 hari dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat
mengikuti tabel di bawah ini :
Tabel 1 Klasifikasi Beton berdasarkan Besarnya Tekanan

Nilai
Kuat Kuat Ukuran Perkiraan
faktor
tekan tekan agregat kebutuhan
Tipe Campuran Beton air semen
umur 7 umur 28 maksimum semen
maksimum
hari hari ( mm ) (kg/m)
(%)
(kg/cm) (kg/cm)

fc = 22,5 MPa (K-225) 147 225 40 (20) 50 330 (350)


fc = 10 MPa (K-125) 82 125 40 57 250

Tabel 2 Klasifikasi Jenis Beton

Tipe Uraian

AR Beton bertulang untuk melapis permukaan lantai bendung, mercu


dan tembok bendung
A Beton, pipa beton pra cetak, tiang beton pra cetak dan sebagainya
B Beton bertulang untuk bangunan lainnya dan lining beton
C Beton tumbuk
D Beton tumbuk untuk lantai kerja dan pengisi

iv. Proporsi campuran untuk masingmasing klas beton diatas,


berdasarkan hasilhasil test percobaan campuran
(jab mix) yang dikerjakan Penyedia Jasa.
v. Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu
untuk mendapatkan kepadatan maksimum dari beton,
kemudahan pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan
faktor air semen yang sekecil mungkin dengan persetujuan
Direksi tidak ada tambahan biaya atas perubahan tersebut.
vi. Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Direksi,
dalam batas yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air
semen pada beton dengan kekentalan yang benar. Tidak
diperkenankan penambahan air untuk mengatasi
mengerasnya beton sebelum ditempatkan. Keseragaman
kekentalan beton pada setiap adukan adalah perlu. Slump
dari pada adukan beton harus mengikuti tabel di bawah ini,
setelah beton diendapkan.
Tabel 3 Nilai Slump Beton

Tipe Campuran Tipe Konstruksi Besaran Nilai Slump

K-225 Plat, dinding, balok dan kolom 12,5 5,0

(2) Penakaran
i. Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang
disetujui Direksi Pekerjaan dan harus memelihara serta
mengoperasikan peralatan seperti yang diperlukan agar
secara tepat mengontrol dan menentukan jumlah dari
masingmasing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.
ii. Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1
(satu) hingga 5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara
keseluruhan dengan mencampurkan agregat, semen, bahan
additive (bila perlu), dan air menjadi suatu campuran yang
merata tanpa pemisahanpemisahan. Juga mampu
mengimbangi perubahanperubahan kadar air dari agregat,
serta merubah berat materialmaterial yang ikut tercakup.
iii. Jumlah masingmasing bahan yang membentuk beton
tersebut dapat ditentukan dengan timbangan kecuali
jumlah air yang diukur dengan takaran. Meskipun demikian
material beton dapat juga diukur secara volume, bilamana
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
iv. Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang
standar dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek
operasi dan tiap tiap skala pengukuran pengaduk
tersebut, serta melakukan pengujian periodik terhadap
perubahan nilai pengukuran dalam pekerjaan-pekerjaan
adukan.

(3) Mesin Pengaduk Beton


i. Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang
berpenakar dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah
menit, kecuali sejumlah air yang diperlukan sudah ada
dalam alat pengaduk tersebut.
ii. Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat
waktu pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran
adukan yang volumenya lebih besar dari 0,75 m3 harus
ditambah seperempat menit pada setiap penambahan 0,5
m3.
iii. Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang
melebihi kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi
kecepatan yang dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat
tersebut dapat menghasilkan beton dengan kekentalan dan
warna yang merata secara menerus dan disetujui Direksi
Pekerjaan.
iv. Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan
sebelum melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama
setelah pembersihan, tidak boleh digunakan dalam
pekerjaan. Blades penumbuk yang ada dalam alat
pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi 2 cm.

(4) Truk Pencampur


i. Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur.
Drumdrum yang ada pada truk pencampur harus berputar
dengan kecepatan yang dianjurkan oleh Pabrik.
ii. Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit
setelah bahanbahan pencampur tersebut berada di dalam
pencampur, setelah itu beton dapat diangkut menuju
tempat pekerjaan dan satu jam setelah penambahan air
pengecoran harus selesai.
iii. Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang
cepat mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1
jam, sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

(5) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia


i. Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan
kecuali jika situasi tidak memungkinkan untuk
menggunakan mesin pencampur setelah mendapat
persetujuan Direksi Pekerjaan.
ii. Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan
tangan, sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan
ditempatkan. Harus dilakukan dibak pengaduk yang bersih
dan kedap air. Jika bak dibuat dari kayu, maka selasela
kayu harus ditutup agar tidak ada kehilangan air dari
adukan.
iii. Semua agregat dan semen harus diadukaduk dalam
keadaan kering sekurangkurangnya 3 kali. Kemudian air
ditambahkan berangsur-angsur dipuncak adukan,
selanjutnya agregat kembali diaduk dalam keadaan basah,
sekurangkurangnya 3 (tiga) kali sebelum adukan diangkat
ketempat pengecoran

2) Pengecoran
a) Pelaksanaan Pengecoran
i. Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran
beton, atau meneruskan pengecoran beton jika pengecoran
beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final setting).
Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi
Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, tulangan dan
mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis
dari Direksi Pekerjaan.
ii. Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah
diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika
Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan
operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
iii. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus
dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang
tidak meninggalkan bekas.
iv. Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga
penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa
adanya pemisahan butiran.
v. Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu,
berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat
menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar
dari lapisan bawah dengan alat penggetar (vibrator).
vi. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi
tulangan dan bagian bagian yang ditanam, cetakan dan
perancah belum diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan
secara tertulis.
vii. Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai
terjadi pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar
cetakan cukup rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut
beton setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan yang
dibutuhkan oleh beton diatasnya.
viii.Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih
dari yang ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera
dibuang. Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60
menit telah keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan
lain oleh Direksi.
ix. Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika
ditentukan atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul
selama pengecoran harus segera dibuang. Beton jangan dicor
diatas beton lain yang baru saja dicor selama lebih dari 30
menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan
ditentukan kemudian.
x. Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan
harus ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal
maupun horizontal, dengan permukaan dibuat kasar atau
bergerigi untuk menahan gesekan dan membentuk ikatan
sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan oleh
Direksi Pekerjaan.
xi. Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat
kasar atau disambungkan untuk menyingkap agregat.
Permukaan beton harus tetap lembab dan dilindungi dengan
mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm.
xii. Beton harus dicor pada posisi dan urutan urutan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi
Pekerjaan. Beton yang dicor ditempatkan langsung pada
cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari pemisahan
butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian
bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan lapisan yang
tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
xiii.Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan
ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Direksi
Pekerjaan.
xiv.Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan
kereta dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh
Direksi Pekerjaan untuk menjatuhkan ketempat penampungan
sementara dan kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum
dicorkan.
xv. Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan
sebelumnya atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus
dikerjakan secara menerus sampai dengan selesai. Bila perlu
Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk mencapai target
tersebut.
b) Pemadatan
i. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam
atau dari luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai
penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar
tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton
dari satu titik ke titik lain di dalam acuan.
ii. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan
semua sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar
terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan
gelembung udara terisi.
iii. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi
pada hasil pemadatan yang diperlukan.
iv. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat
efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata.
v. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk
memadatkan beton didalam acuan harus vertikal sedemikian
hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman 10 cm
dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan
kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat
penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka,
alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm.
Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15
detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
vi. Jumlah minimum alat penggetar mekanis
vii. Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus
digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar
dari 7,5 cm.
viii.Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai
sebelum terjadi waktu ikat awal (initial setting).

3) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)


a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk
setiap jenis bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan
pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sambungan pelaksanaan tidak
boleh ditempatkan pada pertemuan elemenelemen bangunan
kecuali ditentukan demikian.
b) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua
sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu
memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan
gaya geser minimum.
c) Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus
melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat
bangunan tetap monolit.
d) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan
ke dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara
dasar pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan pengecoran pelat
yang terletak di atas permukaan dengan cara manual, sambungan
konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat
mempunyai luas maksimum 40 m2.
e) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan
tambahan jika pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan
akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian
pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat
digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara
pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
g) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan
tidak diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air
terendah atau 75 cm diatas muka air tertinggi kecuali ditentukan
lain dalam Gambar Kerja.

4) Pekerjaan Pondasi Beton


a) Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus
membersihkan semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan
tanah, reruntuhan, plastik, sisa kertas dan genangan air yang ada
sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan.
b) Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang
dicor bersih dari genangan air.
c) Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Direksi
Pekerjaan memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi
tersebut.
d) Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan
persiapannya disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Ketebalan lapisan
lantai kerja beton harus dibuat sesuai dengan gambar atau atas
petunjuk Direksi Pekerjaan.
e) Jika tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, sebelum
melakukan pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus
disiram air semen setelah bersih.
f) Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan
dan dibuat bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan
semen ditempatkan diatasnya.
g) Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen
pasir yang sama dengan perbandingan semen pasir yang digunakan
untuk beton.
h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja
beton atau proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.

5) Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding,
kolom yang tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam
setelah pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan.
Acuan yang ditopang oleh perancah dibawah pelat, balok,
gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar hingga
pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 %
dari kekuatan rancangan beton.
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan
untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok
pengarah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos
harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah
pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada
keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
- Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan
segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat
atau logam yang telah digunakan untuk memegang acuan, dan
acuan yang melewati badan beton, harus dibuang atau
dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan
beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang
disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
- Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera
setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan
penambalan atas kekurang sempurnaan minor yang tidak akan
mempengaruhi bangunan atau fungsi lain dari pekerjaan
beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang
kecil dan lekukan dengan adukan semen.
- Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar
akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian
yang utuh (sound), membentuk permukaan yang tegak lurus
terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air
dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan
pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan
adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan
dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus
dibuat dan didiamkan sekira 30 menit sebelum dipakai agar
dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak
susut (non shrinkage cement).
c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan
akhir berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan :
- Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus
digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk
serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran
beton dan harus diselesaikan secara manual sampai rata
dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan
melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton
mulai mengeras.
- Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau
yang masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda
yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit
adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari
semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi
yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan
harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan,
ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta
diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari
penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
i. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan
gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan
kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan
untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada
semen dan pengerasan beton.
ii. Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton
mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air.
Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh
dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan
atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada
permukaan yang dirawat.
iii. Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-
sambungan dan pengeringan beton.
iv. Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis
aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras
(sebelum terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh
lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21
hari.
v. Perawatan/pembasahan tersebut tersebut dapat dilakukan
dengan menutup permukaan beton memakai karung goni
yang dibasahi secara teratur selama masa perawatan beton.

(2) Perawatan dengan Cara Lain


i. Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan
beton segera sesudah air meningggalkan permukaan
(kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya
dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun maka
harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup
kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka
harus dilakukan pelapisan ulang lagi.
ii. Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan
beton dengan bahan lembaran kedap air yang bertujuan
mencegah kehilangan kelembaban ari permukaan beton.
Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini
dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak
terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada
kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama periode
perawatan berlangsung.

4.6. Pengendalian Mutu


4.6.1. Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila
diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-
bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan
bahan pada Pekerjaan Beton, Bekisting dan Waterstop.
4.6.2. Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang
mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai
dengan persyaratan kerja.
4.6.3. Perencanaan Campuran
1) Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a) Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan
(misalnya dinyatakan dengan nilai slump) seperti yang diusulkan
tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi
Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya secara
terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus
sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa
membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air,
dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan
diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.
b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi
kuat tekan yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian
sesuai dengan SNI 03-1974-1990, SNI 03-4810-1998, SNI 03-2493-
1991, SNI 03-2458-1991.
c) Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di
bawah kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari
hasil yang rendah tersebut diketahui dengan pasti dan diambil
tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
berikutnya memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi. Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi
ketentuan yang disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan
yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki
sebagaimana disyaratkan di atas. Kekuatan beton dianggap lebih
kecil dari yang disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian benda
uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari
kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh dari rumus yang
diuraikan.
d) Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau
memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan
perbaikan dalam meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil
pengujian kuat tekan beton umur 3 hari. Dalam keadaan demikian,
Penyedia Jasa harus segera menghentikan pengecoran beton yang
diragukan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian
kuat tekan beton umur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan
tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan
menelaah kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat
segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan
dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton.
Tindakan tersebut tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian
kuat tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila Penyedia Jasa dan
Direksi Pekerjaan sepakat dengan perbaikan tersebut.
2) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula
dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan
perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun
kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio
air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan
untuk meningkatkan sifat
kelecakan hanya diijinkan bila telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar
semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan
dengan syarat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan
tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru
tidak boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan
tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan
atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa.
d) Bahan Tambahan (admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa
harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan
takaran bahan tambahan yang akan digunakan untuk tujuan
tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian
campuran di laboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan
ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila akan digunakan
bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus, sebagian besar
berupa mineral yang bersifat cementious seperti abu terbang (fly
ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron furnace slag),
yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan utama
beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan
yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada
Gambar Rencana dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal
penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton, maka bahan
tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan
tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja
beton segar (fresh concrete). Penggunaan bahan tambahan ini
dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
i. Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa
menambah air;
ii. Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa
mengurangi kelecakan;
iii. Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan
beton;
iv. Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan
beton;
v. Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
vi. Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
vii. Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit
pengembangan volume beton (ekspansi);
viii. Mengurangi terjadinya bleeding;
ix. Mengurangi terjadinya segregasi.

Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan


tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-
keperluan sebagai berikut:
i. Meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung)
ii. Meningkatkan kekuatan pada beton muda
iii. Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses
pengerasan beton, terutama untuk beton dengan kekuatan
awal yang tinggi.
iv. Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di
laut
v. Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
vi. Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas
beton)
vii. Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat
viii.Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
ix. Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan
x. Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu
dilakukan secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai
manual penggunaannya, serta dengan proses pengadukan yang
baik, agar pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa
dicapai secara merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini
perlu dimengerti bahwa dosis yang berlebih akan dapat
mengakibatkan menurunnya kinerja beton, atau dalam hal yang
lebih parah, dapat menimbulkan kerusakan pada beton.
3) Pelaksanaan Pencampuran
a) Penakaran Agregat
i. Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat,
untuk mutu beton fc < 20 MPa diijinkan ditakar menurut
volume sesuai SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian
sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan
satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
ii. Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering
permukaan (SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut
tidak dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai
dengan kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan
kondisi agregat yang jenuh kering permukaan dapat dilakukan
dengan cara menyemprot tumpukan agregat dengan air secara
berkala paling sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk
menjamin kondisi jenuh kering permukaan.
iii. Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang
masih berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk
keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan
agregat pada perangkat ready mix.
b) Pencampuran
i. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara
mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat
menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.
ii. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai
dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan
jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.
iii. Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut,
pertama masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat
sehingga mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya
masukkan seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur
dengan agregat secara merata. Terakhir masukkan sisa air
untuk menyempurnakan campuran.
iv. Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air
dimasukkan ke dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air
yang diperlukan harus sudah dimasukkan sekira seperempat
waktu pencampuran tercapai. Waktu pencampuran untuk
mesin berkapasitas m3 atau kurang harus sekira 1,5 menit;
untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik
untuk tiap penambahan 0,5 m3.
v. Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara
manual dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat
pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara
manual harus dibatasi hanya pada beton non-bangunan.

4) Pengujian Campuran
a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada
setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus
dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya. Nilai slump pada setiap campuran tidak
boleh berada diluar rentang nilai slump ( 2 cm) yang disyaratkan.
b) Pengujian Kuat Tekan
i. Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah
benda uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan
jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan
untuk setiap jenis komponen bangunan yang dicor terpisah
pada tiap hari pengecoran.
ii. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa
harus menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai
dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak
bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan benda
uji silinder yang akan dirawat di laboratorium.
iii. Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen bangunan yang dicor secara
terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.
iv. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari
pencampuran secara manual, setiap 10 meter kubik beton
harus dibuat 1 set benda uji dan untuk setiap komponen
bangunan yang dicor terpisah minimal diambil 3 set benda uji.
v. Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil
produksi ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set
untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji.
vi. Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat
tekan beton umur 28 hari.
vii. Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda
uji dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set
tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang
digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah
benda uji yang berdekatan nilainya.
viii.Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc
karakteristik dari benda uji lebih besar atau sama dengan fc
rencana. fc karakteristik dihitung dengan rumus sebagai berikut
:
fc= fcm k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari
hasil uji tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada
jumlah hasil kuat tekan dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah
hasil kuat tekan benda uji lebih besar atau sama dengan dari
30)

dimana,
fc = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
ix. Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di
bawah 0,85 fc.
x. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi,
maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari
hasil uji kuat tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk
memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari bangunan tidak
membahayakan.
xi. Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan
bahwa kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka
diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada daerah yang
diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam
hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti
pada daerah yang tidak membahayakan bangunan untuk setiap
hasil uji tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah
seperti disebutkan di atas.
xii. Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata
kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang
dari 0,85 fc, dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang
mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc. Dalam hal ini,
perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor
inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan
kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan),
perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan
kuat tekan beton yang dihasilkan.
c) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa dapat melaksanakan pengujian tambahan bila
diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau
pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
i. Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact
Echo, Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji
lainnya (hasil pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar
penerimaan);
ii. Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang
dipertanyakan;
iii. Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
iv. Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan.

5) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


i. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria
toleransi yang disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan
akhir yang memenuhi ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-
sifat campuran yang disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan antara lain
ii. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang
belum dikerjakan;
iii. Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;
iv. Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau
menyeluruh pada bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan
khusus.
v. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton
atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi
Pekerjaan dapat meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian
tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu
pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil
dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
vi. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus
mengajukan detail rencana perbaikan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai pekerjaan.

4.7. Pengukuran dan Pembayaran


4.7.1. Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada
pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa
dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang
tertanam seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit)
atau lubang sulingan (weephole).
4.7.2. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian
akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya
untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut
telah dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
4.7.3. Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
i. Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk
pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan
semula telah memenuhi ketentuan.
ii. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap
peningkatan kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga
tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan
pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang
disyaratkan untuk pekerjaan beton.
4.7.4. Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk
seluruh penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar
dalam Mata Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan,
acuan, perancah untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan
perawatan beton, dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim
untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang diuraikan
dalam Bagian ini.
SKEMA PENGERJAAN BETON BERTULANG

Bekisting

Inspeksi 1

Pasang Tulangan

Inspeksi 2

Persiapan Alat Pengecoran

Persiapan beton site mixed

Inspeksi 2

Pengecoran

Quality Control

Curing

Pembukaan Bekisting

Inspeksi 4 dengan
disertai cheklist

Pembersihan
Pasal 5

Pekerjaan Dinding

5.1. Lingkup Pekerjaan


Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan pasangan dan plesteran seperti yang tencantum dalam spesifikasi dan
gambar.
5.2. Persyaratan Bahan
1) Semen
Semen harus memenuhi persyaratan sebagaimana pada Pekerjaan Beton.
2) Pasir
Pasir harus memenuhi persyaratan sebagaimana pada Pekerjaan Beton.
3) Air
Air harus memenuhi persyaratan sebagaimana pada Pekerjaan Beton.
4) Batu bata
Batu bata harus batu biasa dari tanah liat melalui proses pembakaran, dapat
digunakan produksi lokal dengan ukuran nominal 6 x 12 x 24 cm dan ukuran
diusahakan tidak jauh menyimpang. Bata yang dipakai harus bata kualitas
nomor satu, tanpa cacat atau mengandung kotoran.
5.3. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Pekerjaan Pasangan Bata
a) Adukan harus diaduk dengan mesin pengadukan seperti yang
dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
b) Sebelum dipasang, batu bata tersebut harus dibasahi dengan air. Bata yang
lebarnya kurang tidak boleh dipergunakan.
c) Benda-benda yang tertanam seperti besi tulangan, baut-baut, angkur
sparing-sparing dan barang-barang yang diperlukan untuk pekerjaan lain
dipasang ditempat yang telah ditentukan.
d) Sebelum diplester pasangan batu bata harus dibasahi terlebih dahulu.
2) Pekerjaan Plesteran
a) Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat
atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, hingga campuran telah
berwarna rata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran
dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus
sedemikian sehingga menghasilkan aduk dengan konsistensi (kekentalan)
yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70% dari berat semen yang
digunakan.
b) Adukan dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk
penggunaan langsung. Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air
dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kembali
setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.
c) Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan
harus dibuang.
d) Plesteran semen portland dijaga agar permukaan yang baru diplester tetap
basah selama 48 jam. Basahilah secukupnya tiap-tiap plesteran, bila
plesteran tersebut mulai mengeras untuk mencegah retak-retak.
Lindungilah plesteran dari penguapan yang berlebihan selama udara panas
dan kering. Penyiraman juga harus dilakukan pada hari libur.
e) Semua pekerjaan harus dilakukan oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.
Permukaan plesteran harus rata, sudut-sudutnya harus baik tanpa cacat.
f) Tutup bagian-bagian yang masih terdapat pekerjaan lain dengan kantong
atau penutup lain.

Pasal 6

Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela

6.1. Lingkup Pekerjaan


Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan baik yang kasar maupun yang halus seperti yang tercantum dalam
gambar dan spesifikasi.
6.2. Syarat-Syarat :
1) Pekerjaan harus sesuai kecuali ditentukan lain dalam gambar. Pengukuran,
pekerjaan ini harus diukur setempat dilapangan dengan teliti. Laporkan bila
terdapat perbedaan-perbedaan antara ukuran gambar dan dilapangan.
2) Semua kayu harus yang bermutu baik.
6.3. Bahan-Bahan :
1) Penyerahan dan penyimpanan
Bahan-bahan harus disimpan di bawah atap dengan ventilasi baik dan kering.
Lindungi bahan-bahan dari air dan kelembaban selama pengiriman dan di
lapangan.
2) Semua kayu-kayu yang tersembunyi letaknya sebelum dipasang harus dimeni
dahulu. Bahan meni kayu seperti yang tercantum dalam Pasal pengecatan.
6.4. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Periksa pekerjaan yang berhubungan dan permukaan setempat, sebelum
dilanjutkan dengan pekerjaan kayu.
2) Tidak ada penambahan biaya untuk setiap perbaikan, perombakan,
penggantian pekerjaan kayu yang disebabkan kurang baiknya pekerjaan.
3) Semua pekerjaan ini harus dikerjakan serapi mungkin.
4) Semua kayu yang dipakai tidak boleh bekas dan dimeni/residu terlebih dahulu
sebelum diperiksa oleh Konsultan Pengawas.
5) Tiap kusen kayu yang berhubungan dengan dinding diberi jangkar angkur 3
(tiga) buah untuk kusen pintu dan 2 (dua) buah untuk kusen jendela.

Pasal 7

Pekerjaan Kunci dan Alat Penggantung

7.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan kunci dan penggantung dipasang pada semua daun pintu dan jendela,
selanjutnya pada jendela dipasang grendel dan hak angin.
7.2. Persyaratan Bahan
1) Kunci pintu dipasang kunci 2 slaag (dua kali putar) atau yang setaraf.
2) Engsel pintu dan jendela dari kuningan berkualitas baik ukuran 4 dan 3.
3) Grendel, tarikan jendela dan kait angin berkualitas baik.
7.3. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Setiap daun pintu dipasang kunci tanam 2 (dua) slaag, yan berkualitas baik.
2) Engsel untuk pintu dipasang 3 (tiga) buah dan jendela 2 buah. Pemasangan
dilakukan dengan mur khusus untuk pintu, tidak dibenarkan melengketkan
engsel ke pintu dan ke kozen dengan menggunakan paku.
3) Grendel dan kait angin dipasang dua buah untuk setiap daun jendela.
Pasangan harus rapi dan dapat bekerja dengan baik.
Pasal 8

Pekerjaan Cat-catan

8.1. Lingkup Pekerjaan


Meliputi semua pekerjaan, peralatan bahan-bahan sehubungan dengan
pengecatan sesuai dengan spesifikasi.
8.2. Syarat-Syarat :
Cat dinding harus diaduk dengan baik sebelum digunakan. Permukaan dinding
harus dibersihkan dan bebas dari debu, minyak dan bahan-bahan yang tidak
dapat mengikat dengan cat.
8.3. Bahan-Bahan :
1) Untuk bagian luar pekerjaan harus memakai cat khusus yang tahan terhadap
cuaca.
2) Cat harus dalam bungkus asli dan utuh. Pada label tersebut ada keterangan-
keterangan tentang nama pabrik, warna, susunan kimia dan aturan pakai.
8.4. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Dinding dan plafond dicat dengan cat tembok, dengan minimal dua kali
pengecatan sampai permukaannya betul-betul rata dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
2) Daun pintu, jendela dan kusen dicat dengan cat kilap/cat minyak, yang
sebelumnya di meni dan dicat dasar Pengecatan dilakukan minimal dua kali
sampai permukaannya betul-betul rata dan disetujui.
3) Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan hasil pekerjaan dan
mengerjakan pengecatan sedemikian rupa sehingga hasilnya baik dan
sempurna. Tidak diperkenankan mengecat bila keadaan permukaan yang akan
di cat masih kotor dan pekerjaan yang berhubungan belum selesai.

Pasal 9

Pekerjaan Lain-Lain

9.1. Lingkup Pekerjaan


Meliputi pekerjaan pasangan besi steanless pagar & tangga, pasangan batu alam
dinding, pasangan kubah utama enamel, pasangan kubah kecil enamel, pasangan
kubah menara enamel, pengadaan dan pemasangan penangkal petir, pekerjaan
ornamen.
9.2. Bahan-Bahan :
Semua jenis material yang dipakai harus disetujui oleh Direksi/Pengawas
Lapangan dan sesuai dengan petunjuk gambar rencana.
9.3. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Pekerjaan pasangan besi steanless pagar & tangga, pasangan batu alam
dinding, pasangan kubah dan pemasangan penangkal petir harus sesuai
dengan yang ada digambar rencana atau petunjuk dari Direksi/Pengawas
Lapangan.
2) Ornamen dan motif harus mengikuti seperti yang ada di gambar rencana.
Ukiran harus dikerjakan oleh tenaga ahli dibidangnya dan mampu membaca
gambar rencana dan menuangkannya dalam ukiran. Ukiran timbul ini dicat
dan warna harus disesuaikan dengan warna pada gambar rencana atau
petunjuk dari Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal 10

Penutup

10.1. Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan
yang belum sempurna dan harus diperbaiki, semua item pekerjaan harus ditata
rapi dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari lokasi
pekerjaan.
10.2. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan
dari ketentuan rencana dan gambar menjadi tanggungan pelaksana, untuk itu
pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.
10.3. Selama masa pemeliharaan, kontraktor wajib merawat, mengamankan
memperbaiki segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan ke II
dilaksanakan, pekerjaan benar-benar telah sempurna.
10.4. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari bangunan ini, tetapi tidak
diuraikan atau dimuat dalam RKS, harus tetap dikerjakan dan diselesaikan oleh
Kontraktor, untuk penyelesaian yang lengkap dan sempurna menurut
pertimbangan Direksi Teknik.
10.5 Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan
kemudian dalam rapat penjelasan (Aanwijzing).

Anda mungkin juga menyukai