Anda di halaman 1dari 6

Vol.13.No.1.Th.

2006 Angka Peroksida Telur


Omega

Angka Peroksida Telur Omega Selama Proses Pengolahan

Dini Hardini*
* Jurusan Pertanian, Sekolah Tinggi Teknologi Pertanian, Jl. Cipto 144A Lawang Malang.
The Peroxide Value Of Omega Eggs Durg The Proccesing

ABSTRACT

Background : The double bound in unsaturated fatty acid has good influence to human health, but on the other hand
it easily to oxidize. The fat oxidization can be tested by predictive or quantitative.
Methods :The reseach aimed to detect peroxide value of fresh omega egg and after cooking treatments. The material
omega egg contain SAFA, MUFA and PUFA are 21,0, 46,1 dan 32,9%, respetively with ideal omega 3 : 6 ratio (1 : 5)
was a product research previously. The cooking treatment was frying at 170 C , for 3(fried = GM) and 1 (half fried
= GSM) using deep fryer, frying witout oil at 70 C for 10 (fried = TM), and 6 (half fried = TSM) using Teflon pan,
and boiling at 100 C for 10 (boiled = RM) and 4 (half boiled = RSM) using pan with thermoregulator, and a fresh
omega egg as a control. The cooking treatment did 3 times, each use 3 eggs. The peroxide value of treatments egg
detected by feri tiosianat method using benzene-methanol at spektrofotometer (Adnan, 1980).
Result : The result showed that the egg peroxide value of fried treatment were lower than half fried. The same result
also for the other cooking treatments. The lowest peroxide value are RM egg, followed by TM and GM. The peroxide
value order of half cooked were RSM, TSM and GSM with the highest value (10.8 meq/kg fat). The peroxide value
oil frying oil before and after frying treatments was increase (12,240 Vs 5,475 meq/kg).

Key words : Peroxide, omega, frehs eggs processing

ABSTRAK

Latar Belakang : Kandungan asam lemak rantai panjang dengan jumlah ikatan rangkap tidak jenuh ganda banyak
memiliki dua sisi yang berlawanan. Satu sisi berfungsi baik pada kesehatan. Sisi lain dengan adanya ikatan tidak
jenuh ganda ini menyebabkan lemak tersebut mudah teroksidasi. Oksidasi awal suatu produk berlemak dapat dilihat
dari angka peroksidanya. Uji oksidasi lemak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu uji prediktif dan kuantitatif
sebagai indikator tingkat oksidasi lemak pada makanan ataupun ingrediennya, salah satu contohnya adalah angka
peroksida.
Metode : Penelitian ini untuk mengetahui angka peroksida pada telur omega segar dan yang telah mengalami
perlakuan pengolahan. Telur omega materi penelitian mengandung SAFA, MUFA, dan PUFA masing-masing 21,0,
46,1 dan 32,9% dengan ratio omega-3 : omega 6 ideal yaitu 1 : 5 merupakan hasil penelitian tahap sebelumnya.
Perlakuan pengolahan dalam penelitian ini adalah digoreng dengan minyak sawit suhu 170 C selama 3 menit
(matang = GM), dan 1 menit (setengah matang = GSM) menggunakan deep fryer, digoreng tanpa minyak suhu 70 C
selama 10 menit (matang) = TM, dan 6 menit (setengah matang) = TSM dengan menggunakan Teflon, dan direbus
suhu 100 C selama 10 menit (matang = RM) dan 4 menit (setengah matang = RSM) menggunakan panci yang
dilengkapi pengatur suhu. Sebagai pembanding telur omega mentah (kontrol = K). Pengolahan dilakukan 3 kali pada
waktu yang berbeda, masing-masing 3 butir untuk tiap perlakuan. Selain pada telur perlakuan olahan, pengukuran
angka peroksida juga dilakukan pada minyak sebelum (MS) dan setelah (MB) dipakai menggoreng menggunakan
metode feri tiosianat dengan benzene-metanol dengan alat Sperktrofotometer (Adnan, 1980).
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan angka peroksida telur olahan matang lebih rendah dibanding telur diolah
setengah matang, untuk semua bentuk olahan. Angka peroksida terendah diperoleh pada telur RM, kemudian TM dan
GM. Urutan nilai peroksida pada telur olahan setengah matang sama dengan telur olahan matang yaitu RSM, TSM
dan GSM dengan nilai tertinggi (10,8 meq/kg lemak). Angka peroksida minyak bekas menggoreng lebih tinggi
dibandingkan sebelum digunakan (12,240 Vs 5,475 meq/kg)

Kata kunci : peroxide, omega, telur segar, prosesing

PENDAHULUAN Tingginya kesadaran masyarakat terhadap


pangan fungsional memiliki indikasi bahwa pada

57
Hardini,
Jurnal Protein

saat ini konsumen tidak hanya melihat nilai gizi enzim.


-gizi pangan suatu komoditas tertentu tetapi juga Uji oksidasi lemak dapat dikelompokkan
akibat yang ditimbulkan terhadap kesehatan tubuh. menjadi dua yaitu uji prediktif dan kuantitatif
Makanan fungsional adalah suatu makanan sebagai indikator tingkat oksidasi lemak pada
yang mengandung komponen bioaktif yang telah makanan ataupun ingrediennya, salah satu
dibuktikan secara ilmiah mempunyai fungsi untuk contohnya adalah angka peroksida (Raharjo, S.
mencegah penyakit tertentu terutama pada tingkat 2004).
awal. Upaya yang dilakukan hanya untuk
Dengan demikian makanan fungsional menekan angka peroksida pada batas minimum,
mempunyai posisi di antara makanan konvensional misalnya pengolahan tidak menggunakan panas
dan obat (Astuti, M., 1999). tinggi, waktu pengolahan cepat dan penyimpanan
Telur yang mengandung omega-3 produk/hasil olahan pada suhu tertentu
Polyunsaturated Fatty Acids (PUFA) merupakan (Stadelman, WJ and O. Cotterill, 2000).
salah satu pangan fungsional, karena selain Masyarakat pada umumnya mengkonsumsi telur
memiliki nilai gizi tinggi bahkan sempurna jika dengan berbagai bentuk olahan yaitu: goreng,
dilihat dari lengkapnya kandungan asam amino, rebus maupun mentah yang hanya di ambil kuning
tingginya kandungan asam lemak esensial dan telurnya saja untuk campuran madu, jamu, dll.
mudahnya nutrien yang terkandung dalam telur Penggorengan telur juga dapat dilakukan
dapat diserap oleh tubuh. Fungsi lain dari telur menggunakan media minyak dengan menggunakan
beromega-3 tersebut adalah dapat menurunkan penggorengan atau wajan maupun tanpa minyak
resiko penyakit jantung, menghambat kanker dengan menggunakan alat penggorengan teflon.
prostat dan payudara, mencerdaskan otak dan Kondisi hasil olahan bisa matang maupun setengah
memberikan kerja optimal pada penglihatan matang.
(Lewis, N.M, S. Seburg and N.L. Flanagan, Harapan konsumen akan perbaikan kualitas
2000). makanan yang telah terolah terus meningkat.
Kandungan omega-3 terutama Mereka menghendaki makanan olahan yang benar-
eicosapentaenoic acid (EPA) dan benar tidak membahayakan kesehatan, mempunyai
docosahexaenoic acid (DHA) serta omega-6 pada nilai gizi yang tinggi, tahan lama disimpan dan
telur memiliki rantai karbon panjang (> 12 atom mempunyai cita rasa yang sesuai (Adnan, 2000).
karbon) dengan ikatan rangkap tidak jenuh Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gandanya yang tinggi. Misalnya EPA memiliki angka peroksida pada telur omega segar dan
jumlah atom karbon sebanyak 20 buah dengan perubahannya setelah mengalami perlakuan
ikatan rangkapnya 5 buah yang termasuk pengolahan. Telur omega materi penelitian
kelompok omega-3, sehingga sering ditulis dengan mengandung SAFA, MUFA, dan PUFA masing-
simbol kimia C20:5, 3 sedangkan DHA, C22:6, masing 21,0, 46,1 dan 32,9% dengan ratio omega-
3. 3 : omega 6 ideal yaitu 1 : 5 merupakan hasil
Kandungan asam lemak rantai panjang penelitian tahap sebelumnya.
dengan jumlah ikatan rangkap tidak jenuh ganda
banyak memiliki dua sisi yang berlawanan. Satu MATERI DAN METODE PENELITIAN
sisi berfungsi baik pada kesehatan karena tidak
menimbulkan tingginya kolesterol jahat (Low Telur omega yang mengandung Saturated
Dencity Lipoprotein = VDL) bahkan dapat Fatty Acids (SAFA) 21,0%, Mono Unsaturated
menurunkan, sedangkan kandungan kolesterol baik Fatty Acids (MUFA) 46,1% dan PUFA 32,9%
(High Dencity Lipoprotein = HDL) dapat dengan perbandingan kandungan omega-3 dan
meningkat (Murray dkk. 2003). Sisi lain dengan omega 6 ideal yaitu 1 : 5 masing-masing sebanyak
adanya ikatan tidak jenuh ganda ini menyebabkan 3 butir untuk tiap perlakuan, diolah menjadi telur
lemak tersebut mudah teroksidasi. Oksidasi awal siap konsumsi yaitu digoreng menggunakan
suatu produk berlemak dapat dilihat dari angka minyak pada suhu 170C selama 3 menit (goreng
peroksidanya (Ketaren, S., 2000). matang = GM), dan 1 menit (goreng setengah
Proses oksidasi tentu saja tidak dapat matang = GSM) menggunakan alat deep fryer,
dihindari sepenuhnya, karena pangan yang digoreng tanpa minyak dengan suhu 70 C selama
mengandung lemak kemungkinan besar akan 10 menit (matang) = TM, dan 6 menit (setengah
mengalami proses oksidasi. Penyebab oksidasi matang) = TSM dengan menggunakan teflon.
dapat karena pemanasan, cahaya, dan hasil kerja Serta direbus pada suhu 100 C selama 10 menit

58
Vol.13.No.1.Th.2006 Angka Peroksida Telur
Omega

(rebus matang = RM) dan 4 menit (rebus setengah HASIL DAN PEMBAHASAN
matang = RSM) menggunakan panci yang
dilengkapi pengatur suhu. Sebagai pembanding Hasil pengamatan secara umum, angka
telur omega mentah sebagai kontrol = K. peroksida telur yang diolah matang lebih rendah
Pengolahan dilakukan 3 kali pada waktu yang dibanding telur diolah setengah matang, untuk
berbeda, dan tiap menggoreng menggunakan semua bentuk olahan. Nilai peroksida terendah
minyak baru. Minyak yang digunakan untuk diperoleh pada telur RM, kemudian TM dan GM.
menggoreng adalah minyak kelapa sawit yang Urutan nilai peroksida pada telur olahan setengah
kandungan omega-9 nya cukup tinggi. matang sama dengan telur olahan matang yaitu
Selain pada telur, pengujian angka RSM, TSM dan GSM dengan nilai tertinggi (10,8
peroksida juga dilakukan pada minyak sebelum meq/kg lemak). Hal ini karena kandungan air yang
(minyak segar = MS) dan setelah dipakai masih cukup tinggi pada telur olahan setengah
menggoreng (minyak bekas = MB). matang sehingga oksidasi terjadi tidak saja karena
Pengujian peroksida menggunakan metode adanya pengaruh suhu tetapi juga adanya media
feri tiosianat dengan benzene-metanol, dalam air. Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis
Adnan, 1980. Metode ini mengukur kadar menjadi gliserol dan asam lemak, hidrolisis sangat
peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada menurunkan mutu produk berlemak, perubahan
tahap awal reaksi oksidasi lemak. Pengukuran warna menjadi coklat, pada minyak dapat
dapat juga dilakukan dengan metode titrasi menurunkan angka smoke point, dan lebih banyak
menggunakan larutan iod dan dinyatakan sebagai menyerap minyak (Winarno, F.G., 2004).
miliequivalen (meq) peroksida per kg lemak Hasil pengujian angka peroksida pada telur
(Raharjo, 2004). terdapat pada Tabel 1 dan minyak pada Tabel 2 di
bawah ini:

Tabel 1. Kandungan Peroksida Telur Olahan


Pengamatan K GM GSM TM TSM RM RSM
Peroksida
(miliekuivalen/kg 9,1 cd 7,7 bc 10,8 d 6,0 ab 9,8 d 4,6 a 9,5 cd
lemak)
a, b,
, Superskrip pada rerata yang berbeda pada setiap baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P< 0,05) dan sangat nyata (P<0,01), ns = non signifikan

Set Kontras Peroksida Telur Olahan


No.
Kontras Antar Perlakuan Keterangan:
Kontras
1 K vs GM, GSM,TM,TSM,RM,RSM **
2 GM vs GSM **
3 TM vs TSM **
4 RM vs RSM **
5 GM, GSM vs TM, TSM **
6 GM, GSM vs RM, RSM **
7 TM, TSM vs RM, RSM ns
8 GSM, TSM, vs GM, TM, RM **
RSM
Perbedaan kontras yang nyata * (P<0,05) dan sangat nyata ** (P<0,01) ns = non signifikan

Uji kontras antar perlakuan menunjukkan hasil perlakuan goreng menggunakan media minyak,
yang sangat nyata (p<0,01) kecuali antara karena minyak adalah lemak yang cair pada
perlakuan goreng dengan teflon dan rebus baik temperatur ruangan dan rentan oksidasi karena
matang maupun setengah matang berbeda tidak terkandung ikatan rangkap tidak jenuh ganda
nyata (non signifikan), hal ini berbeda dengan terutama oleat di dalamnya.

Tabel 2. Kandungan Peroksida Minyak yang digunakan


Pengamatan MS MB

59
Hardini,
Jurnal Protein

Peroksida (miliekuivalen/kg lemak) 5,475a 12,240 b


a, b,
, Superskrip pada rerata yang berbeda pada setiap baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P< 0,05) dan sangat nyata (P<0,01), ns = non
signifikan

Kerusakan akibat oksidasi bahan pangan berlemak lemak tidak jenuh akan rusak dengan
terdiri dari dua tahap yaitu tahap pertama bertambahnya umur dan hasil dari akibat
disebabkan oleh reaksi lemak dengan oksigen yang kerusakan tersebut sebagian besar dapat menguap
disusul dengan tahap kedua yang merupakan (Ketaren, S., 2000). Di samping itu terbentuknya
kelanjutan tahap pertama baik oksidasi maupun persenyawaan peroksida, dapat membantu proses
non oksidasi. Lemak atau minyak umumnya terdiri oksidasi sejumlah kecil asam lemak jenuh dan juga
dari persenyawaan gliserida komplek yang oksigen bebas di bawah pengaruh sinar ultra-violet
komponen utamanya terdiri dari gliserol yang atau katalis logam pada suhu tinggi dapat secara
berikatan dengan asam lemak jenuh dan tidak langsung mengoksidasi asam lemak jenuh. Skema
jenuh. Pada kondisi normal, asam lemak jenuh pengaruh proses oksidasi terhadap komponen
bersifat stabil di udara. Sebagian besar asam dalam lemak terdapat pada gambar 1 di bawah ini
Ga

Lemak tidak jenuh + Oksigen

Lipo peroksida, aldehida, asam keto Oksidasi berantai


hidroksi, epoksi, polimer Menyebabkan

Off odour/flavor, destruksi asam lemak Destruksi konstituen aroma, flavor dan
esensial, browning dengan protein, vitamin
kemungkinan menimbulkan keracunan

mbar 1. Pengaruh proses oksidasi terhadap komponen dalam lemak

Pada telur tanpa di olah (kontrol) angka cemaran bakteri) atau katalis yang bersifat asam
peroksidanya juga tinggi, karena selain kadar air dan produk yang dihasilkan berupa asam lemak
yang cukup tinggi juga adanya proses auto bebas dari hasil hidrolisis trigliserida menjadi
oksidasi yang terus berlangsung selama belum digliserida dan monogliserida (Raharjo, S., 2004).
dikonsumsi. Pada bahan makanan mentah atau Telur matang baik digoreng dengan minyak,
segar sangat besar kemungkinannya keberadaan tanpa minyak dan direbus angka peroksidanya
komponen lemak saling berdekatan atau lebih rendah karena lebih stabil, komponen lemak
bercampur dengan air dalam jangka waktu yang yang ada dalam telur sudah terikat dengan minyak
relatif lama. Kedekatan secara fisik ini atau air sebagai media pengolahan (Stadelman, WJ
memungkinkan terjadinya reaksi antara air dan and O. Cotterill, 2000)
lemak bila ada katalis yang sesuai dengan suhu Proses pembentukan peroksida terdapat pada
yang meningkat, biasanya ensim lipase (dari Gambar 2 di bawah ini:

R-CH=CH-R1 + O = O R-CH CH R1 R CH-CH- R1



O O-O
peroksida
O
moloksida

60
Vol.13.No.1.Th.2006 Angka Peroksida Telur
Omega

R CH + CH - R1

O O
Gambar 2. Reaksi pembentukan peroksida

Minyak yang telah dipakai menggoreng dilakukan pengolahan matang /setengah matang,
(MB) angka peroksidanya lebih tinggi karena yang perlu diperhatikan adalah angka perioksida
sudah terjadi proses oksidasi akibat pemanasan, pada pengolah dengan penggorengan.
adanya air yang terlarut dan penambahan oksidasi
dari lemak telur. Air bisa sedikit terlarut dalam DAFTAR PUSTAKA
minyak. Pada kisaran suhu proses pengolahan
makanan yang wajar maka jumlah air yang terlarut Adnan, 2000. Lipids Properties and Stability of
dalam minyak berkisar antara 0,1 0,5%. Partially Defatted Peanuts. Ph.D Thesis,
Penelitian telah menunjukkan bahwa pada kadar University of Illinois at Urbana, Champaign.
air 0,1% pada minyak tinggi laurat ternyata
mampu menghasilkan asam laurat bebas sebanyak Adnan, M., 2001. Tuntutan Pemanfaatan Ilmu
1,1% (Raharjo, S., 2004). dan Teknologi Pangan Dewasa ini. Naskah Pidato
Secara keseluruhan semua perlakuan Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu
penelitian di atas masih dikatakan aman untuk Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian.
dikonsumsi baik telur mentah maupun olahan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
karena angka peroksida maksimum 10,8 meq/kg
lemak dan angka ini jauh dibawah batas ambang Astuti, M., 1999. Makanan Fungsional,
minimum angka peroksida yang dapat Manfaat dan Prospeknya Bagi Kesehatan dan
membahayakan kesehatan yaitu 100 meq/kg Industri Pangan. Naskah Pidato Pengukuhan
(Ketaren, S., 2000). Namun demikian perlu Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Pangan dan Gizi.
adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah
pembentukan senyawa lain, karena angka Mada. Yogyakarta.
peroksida yang rendah bisa disebabkan laju
pembentukan peroksida baru lebih kecil Ketaren, S., 2000. Minyak dan Lemak Pangan.
dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi UI Press, Jakarta.
senyawa lain.7
KESIMPULAN DAN SARAN Lewis, N.M, S. Seburg and N.L. Flanagan, 2000.
Enriched Eggs a Source of N-3 Polyunsaturated
Kesimpulan Fatty Acids for Humans. Poultry Science 79:971.
Angka peroksida telur yang diolah matang
lebih rendah dibanding telur diolah setengah Murray. R.K., K.G. Daryl, A.M. Peter and W.R.
matang, untuk semua bentuk olahan. Nilai Victor, 2003. Harpers Biochemistry. Penerbit
peroksida terendah diperoleh pada telur RM, Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
kemudian TM dan GM. Urutan nilai peroksida
pada telur olahan setengah matang sama dengan Raharjo, S., 2004. Kerusakan Oksidatif Pada
telur olahan matang yaitu RSM, TSM dan GSM Makanan. Pusat Studi Pangan dan Gizi,
dengan nilai tertinggi (10,8 meq/kg lemak). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Minyak bekas dipakai menggoreng (MB) angka
peroksidanya lebih tinggi karena terjadi proses Stadelman, WJ and O. Cotterill, 2000. Egg
oksidasi akibat pemanasan, adanya air yang Science and Technology. Fourt Edition. Food
terlarut dan penambahan hasil oksidasi dari lemak Products Press. An Imprint of The Haworth Press,
telur. Inc. New York. London

Saran Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi.


Dalam menkonsumsi teluir omega 3, dapat Gramedia. Jakarta

61
Hardini,
Jurnal Protein

62

Anda mungkin juga menyukai