Angka Peroksida Telur Omega Selama Proses Pengolahan: Dini Hardini
Angka Peroksida Telur Omega Selama Proses Pengolahan: Dini Hardini
Dini Hardini*
* Jurusan Pertanian, Sekolah Tinggi Teknologi Pertanian, Jl. Cipto 144A Lawang Malang.
The Peroxide Value Of Omega Eggs Durg The Proccesing
ABSTRACT
Background : The double bound in unsaturated fatty acid has good influence to human health, but on the other hand
it easily to oxidize. The fat oxidization can be tested by predictive or quantitative.
Methods :The reseach aimed to detect peroxide value of fresh omega egg and after cooking treatments. The material
omega egg contain SAFA, MUFA and PUFA are 21,0, 46,1 dan 32,9%, respetively with ideal omega 3 : 6 ratio (1 : 5)
was a product research previously. The cooking treatment was frying at 170 C , for 3(fried = GM) and 1 (half fried
= GSM) using deep fryer, frying witout oil at 70 C for 10 (fried = TM), and 6 (half fried = TSM) using Teflon pan,
and boiling at 100 C for 10 (boiled = RM) and 4 (half boiled = RSM) using pan with thermoregulator, and a fresh
omega egg as a control. The cooking treatment did 3 times, each use 3 eggs. The peroxide value of treatments egg
detected by feri tiosianat method using benzene-methanol at spektrofotometer (Adnan, 1980).
Result : The result showed that the egg peroxide value of fried treatment were lower than half fried. The same result
also for the other cooking treatments. The lowest peroxide value are RM egg, followed by TM and GM. The peroxide
value order of half cooked were RSM, TSM and GSM with the highest value (10.8 meq/kg fat). The peroxide value
oil frying oil before and after frying treatments was increase (12,240 Vs 5,475 meq/kg).
ABSTRAK
Latar Belakang : Kandungan asam lemak rantai panjang dengan jumlah ikatan rangkap tidak jenuh ganda banyak
memiliki dua sisi yang berlawanan. Satu sisi berfungsi baik pada kesehatan. Sisi lain dengan adanya ikatan tidak
jenuh ganda ini menyebabkan lemak tersebut mudah teroksidasi. Oksidasi awal suatu produk berlemak dapat dilihat
dari angka peroksidanya. Uji oksidasi lemak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu uji prediktif dan kuantitatif
sebagai indikator tingkat oksidasi lemak pada makanan ataupun ingrediennya, salah satu contohnya adalah angka
peroksida.
Metode : Penelitian ini untuk mengetahui angka peroksida pada telur omega segar dan yang telah mengalami
perlakuan pengolahan. Telur omega materi penelitian mengandung SAFA, MUFA, dan PUFA masing-masing 21,0,
46,1 dan 32,9% dengan ratio omega-3 : omega 6 ideal yaitu 1 : 5 merupakan hasil penelitian tahap sebelumnya.
Perlakuan pengolahan dalam penelitian ini adalah digoreng dengan minyak sawit suhu 170 C selama 3 menit
(matang = GM), dan 1 menit (setengah matang = GSM) menggunakan deep fryer, digoreng tanpa minyak suhu 70 C
selama 10 menit (matang) = TM, dan 6 menit (setengah matang) = TSM dengan menggunakan Teflon, dan direbus
suhu 100 C selama 10 menit (matang = RM) dan 4 menit (setengah matang = RSM) menggunakan panci yang
dilengkapi pengatur suhu. Sebagai pembanding telur omega mentah (kontrol = K). Pengolahan dilakukan 3 kali pada
waktu yang berbeda, masing-masing 3 butir untuk tiap perlakuan. Selain pada telur perlakuan olahan, pengukuran
angka peroksida juga dilakukan pada minyak sebelum (MS) dan setelah (MB) dipakai menggoreng menggunakan
metode feri tiosianat dengan benzene-metanol dengan alat Sperktrofotometer (Adnan, 1980).
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan angka peroksida telur olahan matang lebih rendah dibanding telur diolah
setengah matang, untuk semua bentuk olahan. Angka peroksida terendah diperoleh pada telur RM, kemudian TM dan
GM. Urutan nilai peroksida pada telur olahan setengah matang sama dengan telur olahan matang yaitu RSM, TSM
dan GSM dengan nilai tertinggi (10,8 meq/kg lemak). Angka peroksida minyak bekas menggoreng lebih tinggi
dibandingkan sebelum digunakan (12,240 Vs 5,475 meq/kg)
57
Hardini,
Jurnal Protein
58
Vol.13.No.1.Th.2006 Angka Peroksida Telur
Omega
(rebus matang = RM) dan 4 menit (rebus setengah HASIL DAN PEMBAHASAN
matang = RSM) menggunakan panci yang
dilengkapi pengatur suhu. Sebagai pembanding Hasil pengamatan secara umum, angka
telur omega mentah sebagai kontrol = K. peroksida telur yang diolah matang lebih rendah
Pengolahan dilakukan 3 kali pada waktu yang dibanding telur diolah setengah matang, untuk
berbeda, dan tiap menggoreng menggunakan semua bentuk olahan. Nilai peroksida terendah
minyak baru. Minyak yang digunakan untuk diperoleh pada telur RM, kemudian TM dan GM.
menggoreng adalah minyak kelapa sawit yang Urutan nilai peroksida pada telur olahan setengah
kandungan omega-9 nya cukup tinggi. matang sama dengan telur olahan matang yaitu
Selain pada telur, pengujian angka RSM, TSM dan GSM dengan nilai tertinggi (10,8
peroksida juga dilakukan pada minyak sebelum meq/kg lemak). Hal ini karena kandungan air yang
(minyak segar = MS) dan setelah dipakai masih cukup tinggi pada telur olahan setengah
menggoreng (minyak bekas = MB). matang sehingga oksidasi terjadi tidak saja karena
Pengujian peroksida menggunakan metode adanya pengaruh suhu tetapi juga adanya media
feri tiosianat dengan benzene-metanol, dalam air. Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis
Adnan, 1980. Metode ini mengukur kadar menjadi gliserol dan asam lemak, hidrolisis sangat
peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada menurunkan mutu produk berlemak, perubahan
tahap awal reaksi oksidasi lemak. Pengukuran warna menjadi coklat, pada minyak dapat
dapat juga dilakukan dengan metode titrasi menurunkan angka smoke point, dan lebih banyak
menggunakan larutan iod dan dinyatakan sebagai menyerap minyak (Winarno, F.G., 2004).
miliequivalen (meq) peroksida per kg lemak Hasil pengujian angka peroksida pada telur
(Raharjo, 2004). terdapat pada Tabel 1 dan minyak pada Tabel 2 di
bawah ini:
Uji kontras antar perlakuan menunjukkan hasil perlakuan goreng menggunakan media minyak,
yang sangat nyata (p<0,01) kecuali antara karena minyak adalah lemak yang cair pada
perlakuan goreng dengan teflon dan rebus baik temperatur ruangan dan rentan oksidasi karena
matang maupun setengah matang berbeda tidak terkandung ikatan rangkap tidak jenuh ganda
nyata (non signifikan), hal ini berbeda dengan terutama oleat di dalamnya.
59
Hardini,
Jurnal Protein
Kerusakan akibat oksidasi bahan pangan berlemak lemak tidak jenuh akan rusak dengan
terdiri dari dua tahap yaitu tahap pertama bertambahnya umur dan hasil dari akibat
disebabkan oleh reaksi lemak dengan oksigen yang kerusakan tersebut sebagian besar dapat menguap
disusul dengan tahap kedua yang merupakan (Ketaren, S., 2000). Di samping itu terbentuknya
kelanjutan tahap pertama baik oksidasi maupun persenyawaan peroksida, dapat membantu proses
non oksidasi. Lemak atau minyak umumnya terdiri oksidasi sejumlah kecil asam lemak jenuh dan juga
dari persenyawaan gliserida komplek yang oksigen bebas di bawah pengaruh sinar ultra-violet
komponen utamanya terdiri dari gliserol yang atau katalis logam pada suhu tinggi dapat secara
berikatan dengan asam lemak jenuh dan tidak langsung mengoksidasi asam lemak jenuh. Skema
jenuh. Pada kondisi normal, asam lemak jenuh pengaruh proses oksidasi terhadap komponen
bersifat stabil di udara. Sebagian besar asam dalam lemak terdapat pada gambar 1 di bawah ini
Ga
Off odour/flavor, destruksi asam lemak Destruksi konstituen aroma, flavor dan
esensial, browning dengan protein, vitamin
kemungkinan menimbulkan keracunan
Pada telur tanpa di olah (kontrol) angka cemaran bakteri) atau katalis yang bersifat asam
peroksidanya juga tinggi, karena selain kadar air dan produk yang dihasilkan berupa asam lemak
yang cukup tinggi juga adanya proses auto bebas dari hasil hidrolisis trigliserida menjadi
oksidasi yang terus berlangsung selama belum digliserida dan monogliserida (Raharjo, S., 2004).
dikonsumsi. Pada bahan makanan mentah atau Telur matang baik digoreng dengan minyak,
segar sangat besar kemungkinannya keberadaan tanpa minyak dan direbus angka peroksidanya
komponen lemak saling berdekatan atau lebih rendah karena lebih stabil, komponen lemak
bercampur dengan air dalam jangka waktu yang yang ada dalam telur sudah terikat dengan minyak
relatif lama. Kedekatan secara fisik ini atau air sebagai media pengolahan (Stadelman, WJ
memungkinkan terjadinya reaksi antara air dan and O. Cotterill, 2000)
lemak bila ada katalis yang sesuai dengan suhu Proses pembentukan peroksida terdapat pada
yang meningkat, biasanya ensim lipase (dari Gambar 2 di bawah ini:
60
Vol.13.No.1.Th.2006 Angka Peroksida Telur
Omega
R CH + CH - R1
O O
Gambar 2. Reaksi pembentukan peroksida
Minyak yang telah dipakai menggoreng dilakukan pengolahan matang /setengah matang,
(MB) angka peroksidanya lebih tinggi karena yang perlu diperhatikan adalah angka perioksida
sudah terjadi proses oksidasi akibat pemanasan, pada pengolah dengan penggorengan.
adanya air yang terlarut dan penambahan oksidasi
dari lemak telur. Air bisa sedikit terlarut dalam DAFTAR PUSTAKA
minyak. Pada kisaran suhu proses pengolahan
makanan yang wajar maka jumlah air yang terlarut Adnan, 2000. Lipids Properties and Stability of
dalam minyak berkisar antara 0,1 0,5%. Partially Defatted Peanuts. Ph.D Thesis,
Penelitian telah menunjukkan bahwa pada kadar University of Illinois at Urbana, Champaign.
air 0,1% pada minyak tinggi laurat ternyata
mampu menghasilkan asam laurat bebas sebanyak Adnan, M., 2001. Tuntutan Pemanfaatan Ilmu
1,1% (Raharjo, S., 2004). dan Teknologi Pangan Dewasa ini. Naskah Pidato
Secara keseluruhan semua perlakuan Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu
penelitian di atas masih dikatakan aman untuk Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian.
dikonsumsi baik telur mentah maupun olahan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
karena angka peroksida maksimum 10,8 meq/kg
lemak dan angka ini jauh dibawah batas ambang Astuti, M., 1999. Makanan Fungsional,
minimum angka peroksida yang dapat Manfaat dan Prospeknya Bagi Kesehatan dan
membahayakan kesehatan yaitu 100 meq/kg Industri Pangan. Naskah Pidato Pengukuhan
(Ketaren, S., 2000). Namun demikian perlu Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Pangan dan Gizi.
adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah
pembentukan senyawa lain, karena angka Mada. Yogyakarta.
peroksida yang rendah bisa disebabkan laju
pembentukan peroksida baru lebih kecil Ketaren, S., 2000. Minyak dan Lemak Pangan.
dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi UI Press, Jakarta.
senyawa lain.7
KESIMPULAN DAN SARAN Lewis, N.M, S. Seburg and N.L. Flanagan, 2000.
Enriched Eggs a Source of N-3 Polyunsaturated
Kesimpulan Fatty Acids for Humans. Poultry Science 79:971.
Angka peroksida telur yang diolah matang
lebih rendah dibanding telur diolah setengah Murray. R.K., K.G. Daryl, A.M. Peter and W.R.
matang, untuk semua bentuk olahan. Nilai Victor, 2003. Harpers Biochemistry. Penerbit
peroksida terendah diperoleh pada telur RM, Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
kemudian TM dan GM. Urutan nilai peroksida
pada telur olahan setengah matang sama dengan Raharjo, S., 2004. Kerusakan Oksidatif Pada
telur olahan matang yaitu RSM, TSM dan GSM Makanan. Pusat Studi Pangan dan Gizi,
dengan nilai tertinggi (10,8 meq/kg lemak). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Minyak bekas dipakai menggoreng (MB) angka
peroksidanya lebih tinggi karena terjadi proses Stadelman, WJ and O. Cotterill, 2000. Egg
oksidasi akibat pemanasan, adanya air yang Science and Technology. Fourt Edition. Food
terlarut dan penambahan hasil oksidasi dari lemak Products Press. An Imprint of The Haworth Press,
telur. Inc. New York. London
61
Hardini,
Jurnal Protein
62