PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus
membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu
kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan
interaksi sesama manusia. Kebutuhan sosial yang dimaksud
adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari
orang lain, penghargaaan orang lain, serta pernyataan
diri. Interaksi yang dilakukan tidak selamanya memberikan
hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain.
Untuk mengatasi gangguan interaksi pada klien jiwa,
therapi aktivitas kelompok sering diperlukan dalam
praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan
keterampilan therapeutik. Therapi aktivitas kelompok
merupakan bagian dari therapi modalitas yang berupaya
meningkatkan psikotherapi dengan sejumlah klien dalam
waktu yang bersamaan.
Ada dua tujuan umum dari terapi aktivitas kelompok
ini yaitu tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif.
Tujuan terapeutik meliputi : 1) Menggunakan kegiatan
untuk memfasilitasi interaksi, 2) Mendorong sosialisasi
dengan lingkungan (hubungan dengan luar diri klien),
3)Meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, 4)
Memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif, 5)
Meningkatkan rasa dimiliki, 6) Meningkatkan rasa percaya
diri, 7)Belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah,
Sedangkan tujuan rehabilitatif meliputi 1) Meningkatkan
kemampuan untuk ekpresi diri, 2) Meningkatkan kemampuan
empati, 3) Meningkatkan keterampilan sosial, 4)
Meningkatkan pola penyelesaian masalah.
Beberapa aspek dari klien yang harus diperhatikan
dalam penjaringan klien yang akan diberikan aktivitas
kelompok adalah :
1.Aspek emosi
Gelisah, curiga, merasa tidak berguna, tidak
dicintai, tidak dihargai, tidak diperhatikan, merasa
disisihkan, merasa terpencil, klien merasakan takut
dan cemas, menyendiri, menghindar dari orang lain
2.Aspek intelektual
Klien tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan,
jika ditanya klien menjawab seperlunya, jawaban klien
sesuai dengan pertanyaan perawat
3.Aspek sosial
Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat, klien mengatakan bersedia mengikuti
therapi aktivitas, klien mau berinteraksi minimal
dengan satu perawat lain ke satu klien lain
Therapi aktivitas kelompok sosialisasi dan
stimulasi persepsi merupakan sebagian dari terapi
aktifitas kelompok yang bisa dilaksanakan dalam praktek
keperawatan jiwa. Terapi ini diharapkan dapat memacu
klien untuk melakukan hubungan interpersonal yang adekuat
dan mengidentifikasi secara benar stimulus persepsi
eksternal.
B. TUJUAN:
1. Tujuan Umum:
Klien mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar
anggota kelompok dan memotivasi proses pikir dan afektif
2. Tujuan Khusus:
a. Klien mampu berespon terhadap klien lain
dengan mendengarkan klien lain yang sedang
berbicara.
b. Klien mampu memberikan tanggapan pada
pertanyaan yang diajukan.
c. Klien mampu menterjemahkan perintah sesuai
dengan permainan.
d. Klien mampu mengikuti aturan main yang telah
ditetapkan.
e. Klien mampu memilih topic (cara mengendalikan
marah, ) yang dibicarakan.
f. Klien mampu mengemukakan pendapat mengenai
therapi aktivitas kelompok yang dilakukan.
C. Manfaat
a. Meningkatkan kemampuan interaksi antara klien-
perawat
b. Sebagai evaluasi keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KONSEP KELOMPOK
Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan
dengan interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial
yang dijalin. Dilain pihak individu juga tidak dapat lepas
dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat
berpengaruh terhadap kelompok yang terbentuk akibat situasi
tersebut. Dalam hubungan dengan kelompok akan diuraikan
berikut ini.
1. Pengertian Kelompok
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang
merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang
intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y
Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang
yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin
berpendapat the essence of a group is not the
similarity or dissimilarity of its members but their
interdependence . Sedangkan H.Smith menguraikan bahwa
kelompok adlah suatu unit yang terdapat beberapa
individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan
kesatuannya melalui cara dan dasar kesatuan persepsi.
Interaksi antar angggota kelompok dapat menimbulkan
kerja ama apabila masing-masing anggota kelompok :
a. Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam
kelompok tersebut
b. Adanya saling menghormati diantara anggota-
anggotanya
c. Adanya saling menghargai pendapat anggota lain
d. Adanya saling keterbukaan, toleransi dan
kejujuran di antara anggota kelompok
2. Kelompok dan Pengukurannya
Indivudu sebagai insan yang berbudaya menyandang
fungsi ganda, yaitu sebagai makhluk individu (biologis)
dan sebagai makhluk sosial (social beings). Sebagai
makhluk individu, ia sesring diliput oleh kecenderungan-
kecenderungan (keinginan-keinginan). Sebagai mkhluk
sosial, ia cenderung berkelompok dua orang atau lebih
yang mempunyai obyek perhatian yang sama, saling
pengaruh-mempengaruhi, memupuk kepercayaan dan loyalitas
serta berpartisipasi dalam kegiatan yang sama untuk
memenuhi kebutuhannya. Ia menagadakan interaksi dengan
individu lainya. Mereka mengembangkan ieolodi kelompok
yang mengatur dan mengarahkan sikap dan tindakannya,
saling pengaruh mempengaruhi alam memenuhi keputusannya.
Konsep tentang kelompok mengandung interprestasi yang
berlainan. Sherif dan Burgoon (1978) memberikan batasan
kelompok sebagai suatu unit sosial dan organisme hidup
yang menyerupai individu. Kelompok adalah unit sosial
yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai
huvungan saling tergantung satu sama lain sesuai dengan
status dan peranannya.
Secara tertulis atau tidak, mereka telah
mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota
kelompoknya.
3. Kelompok Sebagai Organisme Hidup
Kelompok sebagai organisme hidup senantiasa memacu
dirinya mencapai tujuan kelompoknya. Kelompok memiliki
karakteristik seperti individu. Dalam kelompok sering
terjadi frustasi, agresi, kemunduran, diintegrasi,
kekacauan, dan lain-lain. Seperti halnya individu,
kelompok mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dalam
mengkoordinasi aktivitas anggota, kelompok tidak jarang
menemukan sejumlah hambatan dan kesulitan, karena arah
dan tujuan kelompok tidak jelas. Suatu kelompok yang
sedang dalam proses on becoming acapkali terjadi
benturanbenturan (conflik). Cara berfikir dan bertindak
telah matang atau dewasa. Anggota-anggotanya ingin bebas
dan independent. Kelompok yang matang yaitu mampu
menciptakan keterpaduan yang sehat dalam kelompok,
mengetahui apa yang ingin di perbuat dalam kelompoknya,
bertanggungjawab atas memecahkan masalahnya secara
objektif, mengadakan pembagian tugas yang sesuai dengan
kemampuan anggotanya, menyusun dan membuat langkah-
langkah kegiatan sesuai dengan situasi yang berkembang,
dan perhatiannya mengutamakan groups concerns dari
pada personal concerns
4. Jenis-Jenis Kelompok
Dalam memahami jenis-jenis kelompok, dapat dilihat
dari segi struktur, fungsi dan interaksi serta dari segi
frekuensi interaksinya. Berdasarkan struktur, kelompok
dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu kelompok formal
dan kelompok in formal (Rogers,1960). Ciri dari kelompok
formal adalah dibentuk melalui prosedur resmi, berstatus
resmi dan didukung dengan peraturan-peraturan tertulis,
struktur dan norma-norma kelompok dirumuskan secara
tegas, tujuannya dijabarkan secara tertulis, interaksi
antar anggota kelompok lebih bersifat resmi, bukan
kekeluargaan.Sedangkan kelompok informal adalah
sebaliknya, yang dicirikan dengan, pembentukan tidak
perlu memlalui prosedur resmi, anggotanya mempunyai
ikatan emosional yang yang kuat, dirumuskan secara tegas
dan interaksi para anggota lebih bersifat kekeluargaan.
Berdasarkan atas fungsinya, kelompok dapat dibagi
dua jenis yaitu kelompok tugas dan kelompok sosial
(Soedijanto, 1980). Kelompok tugas adalah kelompok yang
fungsi utamanya untuk melaksanakan dan menyelesaikan
tugas-tugas tertentu. Sedangkan kelompok sosial adalah
kelompok yang fungsi utamanya untuk mencapai
kesejahteraan soaial dan menghasilkan keputusan bagi
anggotanya. Timbul kelompok sosial ini didasarkan atas
rasa senang dan kesukarelaan.
Berdasarkan atas pola interaksi, kelompok dapat
dibedakan atas tiga jenis, yaitu kelompok interaksi,
kelompok koaksi dan kelompok kounteraksi (Soedijanto,
1980). Menurut Cooley dilihat dari frekuensinya,
kelompok dapat digolongkan atas dua jenis yaitu kelompok
primer dan kelompok sekunder.
5. Aspek-Aspek Dinamika dalam Kelompok
Memahami dinamika suatu kelompok berarti memahami
kekuatan-kekuatan yang timbul dari berbagai sisi yang
terjadi di dalam kelompok. Lewin (1951), Cartwright
(1968) dan Schen (1969) mengatakan bahwa kekuatan-
kekuatan kelompok tersebut meliputi :
a. Tujuan Kelompok
Tujuan Kelompok merupakan alah satu aspek dinamika.
Tujuan kelompok merupakan gambaran tentang sesuatu
hasil yang diharapkan tercapai oleh kelompok. Proses
untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan berbagai
usaha meskipun masih sering terlambat, karena
kebutuhan dan tujuan setiap anggota berlainan satu
sama lain, kebutuhan dan tujuan yang terucapkan
sering berbeda dengan yang terasa dan tujuan yang
diharapkan tidak selamanya sama
B. PENGERTIAN NARKOBA
1. Pengertian NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika,
psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, meliputi zat
alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan
perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan
ketergantungan (BNN, 2004).
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau
fungsi beberapa bagian tubuh orang yang mengonsumsinya.
Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya,
dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang
dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).
2. JenisJenis NAPZA
NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika,
psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Tiap jenis
dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan
sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang
sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran
(penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang
sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari
cengkraman-nya.
Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009,
jenis narkotika dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu
narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
1) Narkotika golongan I adalah : narkotika yang
paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi.
Golongan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau
ilmu pengetahuan. Contohnya ganja, heroin, kokain,
morfin, opium, dan lain-lain.
2) Narkotika golongan II adalah : narkotika yang
memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah petidin
dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-
lain.
3) Narkotika golongan III adalah : narkotika yang
memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
kodein dan turunannya.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan
narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang memiliki
khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika
adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati
gangguan jiwa (psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997,
psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan,
yaitu :
1) Golongan I adalah : psikotropika dengan daya
adiktif yang sangat kuat, belum diketahui
manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti
khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD,
dan STP.
2) Golongan II adalah : psikotropika dengan daya
adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
3) Golongan III adalah : psikotropika dengan daya
adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contohnya adalah lumibal,
buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
4) Golongan IV adalah : psikotropika yang
memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam, dan
lain-lain.
c. Bahan Adiktif Lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain
narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan
ketergantungan. Contohnya :
1) Rokok
2) Kelompok alkohol dan minuman lain yang
memabukkan dan menimbulkan ketagihan.
3) Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu,
penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bila
dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan.
Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat lain yang
memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga tergolong
NAPZA (Partodiharjo, 2008).
3. Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang
bersifat patologis, paling sedikit telah berlangsung
satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan dalam
pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA banyak
dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya
menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi
karena efeknya enak bagi pemakai, maka NAPZA kemudian
dipakai secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan
tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan
NAPZA secara tetap ini menyebabkan pengguna merasa
ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan
kerusakan fisik ( Sumiati, 2009).
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009
Ketergantungan adalah kondisi yang ditandai oleh
dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-
menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan
efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi
dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala
fisik dan psikis yang khas.
Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2,
yaitu (Sumiati, 2009):
a. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang
mengurangi atau menghentikan penggunaan NAPZA tertentu
yang biasa ia gunakan, ia akan mengalami gejala putus
zat. Selain ditandai dengan gejala putus zat,
ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya
toleransi.
b. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila
berhenti menggunakan NAPZA tertentu, seseorang akan
mengalami kerinduan yang sangat kuat untuk menggunakan
NAPZA tersebut walaupun ia tidak mengalami gejala
fisik.
4. Tahapan Pemakaian NAPZA
Ada beberapa tahapan pemakaian NAPZA yaitu sebagai
berikut :
a. Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental)
Karena pengaruh kelompok sebaya sangat besar,
remaja ingin tahu atau coba-coba. Biasanya mencoba
mengisap rokok, ganja, atau minum-minuman beralkohol.
Jarang yang langsung mencoba memakai putaw atau minum
pil ekstasi.
b. Tahap pemakaian sosial
Tahap pemakaian NAPZA untuk pergaulan (saat berkumpul
atau pada acara tertentu), ingin diakui/diterima
kelompoknya. Mula-mula NAPZA diperoleh secara gratis
atau dibeli dengan murah. Ia belum secara aktif
mencari NAPZA.
c. Tahap pemakaian situasional
Tahap pemakaian karena situasi tertentu,
misalnya kesepian atau stres. Pemakaian NAPZA sebagai
cara mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai
berusaha memperoleh NAPZA secara aktif.
d. Tahap habituasi (kebiasaan)
Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap
pemakaian teratur (sering), disebut juga
penyalahgunaan NAPZA, terjadi perubahan pada faal
tubuh dan gaya hidup. Teman lama berganti dengan teman
pecandu. Ia menjadi sensitif, mudah tersinggung,
pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi, sebab
narkoba mulai menjadi bagian dari kehidupannya. Minat
dan cita-citanya semula hilang. Ia sering membolos dan
prestasi sekolahnya merosot. Ia lebih suka menyendiri
daripada berkumpul bersama keluarga.
e. Tahap ketergantungan
Ia berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan
berbagai cara. Berbohong, menipu, atau mencuri menjadi
kebiasaannya. Ia sudah tidak dapat mengendalikan
penggunaannya. NAPZA telah menjadi pusat kehidupannya.
Hubungan dengan keluarga dan teman-teman rusak.
Pada ketergantungan, tubuh memerlukan sejumlah
takaran zat yang dipakai, agar ia dapat berfungsi
normal. Selama pasokan NAPZA cukup, ia tampak sehat,
meskipun sebenarnya sakit. Akan tetapi, jika
pemakaiannya dikurangi atau dihentikan, timbul gejala
sakit. Hal ini disebut gejala putus zat (sakaw).
Gejalanya bergantung pada jenis zat yang digunakan.
Orang pun mencoba mencampur berbagai jenis NAPZA
agar dapat merasakan pengaruh zat yang diinginkan,
dengan risiko meningkatnya kerusakan organ-organ
tubuh.
Gejala lain ketergantungan adalah toleransi,
suatu keadaan di mana jumlah NAPZA yang dikonsumsi
tidak lagi cukup untuk menghasilkan pengaruh yang sama
seperti yang dialami sebelumnya. Oleh karena itu,
jumlah yang diperlukan meningkat. Jika jumlah NAPZA
yang dipakai berlebihan (overdosis), dapat terjadi
kematian (Harlina, 2008).
b. Pengorganisasian
Jenis TAK Sesi Leader Co Leader Fasilitator Observer operator
Sosialisas 1
i menarik
diri
c. Persiapan lingkungan
Ventilasi baik
Penerangan cukup
Suasanan tenang
Pengaturan posisi tempat duduk
c. Fasilitator
Tugas
Ikut serta dalam kegiatan kelompok
Memberikan stimulasi dan motivator pada
anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya
therapy
d. Observer
Tugas
Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat
pada format yang tersedia)
Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari
mulai persiapan, proses, hingga penutupan.
D.Setting
O
K
K
K
K
F
F
K
K
K
Co
L
Keterangan :
L : Leader
opr
Co : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
K : Klien
Opr : operator
Petunjuk
Klien duduk melingkar bersama perawat
BAB III
PROSES PELAKSANAAN TAKS
4. Alat/media :
a. Tape recorder
b. Kaset
c. kursi
Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Kontrak :
- Waktu : 20 menit
- Tempat : Ruang NAPZA, RSJ Dr. Radjiman
Widiodiningrat
- Topik : apa itu narkoba.
3. Tujuan aktivitas : klien dapat menyebutkan cara
mengendalikan emosi atau marahnya secara baik dan
benar.
4. Aturan main :
a. Setiap peserta harus mengikuti permainan dari
awal sampai dengan akhir
b. Bila ingin ke kamar kecil harus seijin
pemimpin TAK.
Fase Kerja
1. Hidupkan kaset pada tape recorder
2. Semua pasien dan perawat ikut menari bersama
3. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok harus
merubut kursi yang telah disiapkan oleh perawat dan
bagi anggota kelompok yang tidak memdapatkan kursi
harus menyebutkan : salam, nama lengkap, nama panggilan
yang disenangi, asal, dan hobi.
4. Kemudian Minta klien menyebutkan tentang apa itu
narkoba menurut meraka secara benar .
5. Ulangi lagi kegiatan diatas sampai semua anggota
mendapat giliran
6. Beri pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan
memberi tepuk tangan.
Fase Terminasi
1. Evaluasi :
a. Leader TAK mengeksplorasikan perasaan anggota
kelompok setelah memperkenalkan diri. Contoh :
Bagaimana perasaannya setelah mengikuti kegiatan hari
ini?
b. Leader TAK memberikan umpan balik positif pada
anggota kelompok
c. Leader TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
mengenalkan diri pada orang lain dalam kehidupan sehari
harinya.
5. Mendengarkan
penjelasan
Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Kontrak :
- Waktu : 20 menit
- Tempat : Ruang NAPZA, RSJ Dr. Radjiman
Widiodiningrat
3. Topik : apa saja tanda- tanda dari marah
4. Tujuan aktivitas : klien dapat mengtahui apa saja
tanda-tanda dari pecandu narkoba
5. Aturan main :
a. Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal
sampai dengan akhir
b. Bila ingin ke kamar kecil harus seijin pemimpin
TAK.
Fase Kerja
1. Hidupkan kaset pada tape recorder
2. Semua pasien dan perawat ikut menari bersama
3. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok harus
merubut kursi yang telah disiapkan oleh perawat dan
bagi anggota kelompok yang tidak memdapatkan kursi
harus menyebutkan : salam, nama lengkap, nama panggilan
yang disenangi, asal, dan hobi.
4. Kemudian Minta klien menyebutkan tentang tanda
tanda dari pencadu narkoba menurut meraka secara benar
.
5. Ulangi lagi kegiatan diatas sampai semua anggota
mendapat giliran
6. Beri pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan
memberi tepuk tangan.
Fase Terminasi
1. Evaluasi :
a.Leader TAK mengeksplorasikan perasaan anggota
kelompok setelah memperkenalkan diri. Contoh :
Bagaimana perasaannya setelah mengikuti kegiatan
hari ini?
b.Leader TAK memberikan umpan balik positif pada
anggota kelompok
c.Leader TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
mengenalkan diri pada orang lain dalam kehidupan
sehari harinya.
2. Kontrak yang akan datang :
- Waktu : 20 Menit
- Tempat : Ruang NAPZA, RSJ Dr. Radjiman
Widiodiningrat
- Topik/kegiatan : mengetahui tanda-tanda dari marah
4. Hasil yang diharapkan :
75 % anggota kelompok mampu :
a.Anggota kelompok mampu mengikuti jalannya Proses
TAK dengan baik .
b.Mengenal tanda-tanda dari marah yang benar dari
anggota kelompok yang lain.
Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Kontrak :
- Waktu : 20 menit
- Tempat : Ruang NAPZA, RSJ Dr. Radjiman
Widiodiningrat
- Topik : bagaiman cara menghindarkan diri dari
narkoba
1. Tujuan aktivitas :
Klien dapat menyampaikan dan membicarakan topik tertentu :
a. Memilih topik yang ingin dibicarakan
b. Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan
c. Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
2. Aturan main :
a. Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal
sampai dengan akhir
b. Bila ingin ke kamar kecil harus seijin pemimpin
TAK.
Fase Kerja
1. Hidupkan kaset pada tape recorder
2. Semua pasien dan perawat ikut menari bersama
3. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok harus
merubut kursi yang telah disiapkan oleh perawat dan
bagi anggota kelompok yang tidak memdapatkan kursi
harus menyebutkan : salam, nama lengkap, nama panggilan
yang disenangi, asal, dan hobi.
4. Kemudian Minta klien menyebutkan tentang bagimana
cara melepaskan diri dari narkoba menurut meraka secara
benar .
5. Ulangi lagi kegiatan diatas sampai semua anggota
mendapat giliran
6. Beri pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan
memberi tepuk tangan.
Fase Terminasi
1. Evaluasi :
a. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota
kelompok setelah memperkenalkan diri. Contoh : Bagaimana
perasaannya setelah mengikuti kegiatan hari ini?
b. Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada
anggota kelompok
c. Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
bercakap cakap tentang topik tertentu dengan orang lain
dalam kehidupan sehari harinya.
2. Hasil yang diharapkan :
75 % anggota kelompok mampu :
a. Memilih topik yang akan dibicarakan
b. Memberi pendapat atas topik yang dipilih.
Lampiran 4.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) :
SOSIALISASI (Fase 4)
d. Observer :
Fase Orientasi
3. Salam terapeutik
4. Kontrak :
- Waktu : 20 menit
- Tempat : Ruang NAPZA, RSJ Dr. Radjiman
Widiodiningrat
- Topik : apa saja dampak buruk dari pemakian
narkoba
3. Tujuan aktivitas :
Klien dapat menyampaikan dan membicarakan topik tertentu :
a. Memilih topik yang ingin dibicarakan
b. Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan
c. Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
4. Aturan main :
a. Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal
sampai dengan akhir
b. Bila ingin ke kamar kecil harus seijin pemimpin
TAK.
Fase Kerja
1. Hidupkan kaset pada tape recorder
2. Semua pasien dan perawat ikut menari
bersama
3. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok harus
merubut kursi yang telah disiapkan oleh perawat dan bagi
anggota kelompok yang tidak memdapatkan kursi harus
menyebutkan : salam, nama lengkap, nama panggilan yang
disenangi, asal, dan hobi.
4. Kemudian Minta klien menyebutkan tentang bagimana
cara melepaskan diri dari narkoba menurut meraka secara
benar
5. Ulangi lagi kegiatan diatas sampai semua anggota
mendapat giliran
6. Beri pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan
memberi tepuk tangan.
Fase Terminasi
3. Evaluasi :
a. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota
kelompok setelah memperkenalkan diri. Contoh :
Bagaimana perasaannya setelah mengikuti kegiatan hari
ini?
b. Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada
anggota kelompok
c. Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
bercakap cakap tentang topik tertentu dengan orang
lain dalam kehidupan sehari harinya.
4. Hasil yang diharapkan :
75 % anggota kelompok mampu :
c. Memilih topik yang akan dibicarakan
d. Memberi pendapat atas topik yang dipilih.
Lampiran 5.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) :
NARKOBA (Fase 5)
1. Tim Terapis
a. Leader :
b. Co-leader :
c. Fasilitator:
d. Observer :
Fase Orientasi
3. Salam terapeutik
4. Kontrak :
- Waktu : 20 menit
- Tempat : Ruang NAPZA, RSJ Dr. Radjiman
Widiodiningrat
- Topik : apa saja dampak buruk dari pemakian
narkoba
5. Tujuan aktivitas :
Klien dapat menyampaikan dan membicarakan topik tertentu :
a. Memilih topik yang ingin dibicarakan
b. Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan
c. Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
6. Aturan main :
a. Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal
sampai dengan akhir
b. Bila ingin ke kamar kecil harus seijin pemimpin
TAK.
Fase Kerja
1. Hidupkan kaset pada tape recorder
2. Semua pasien dan perawat ikut menari
bersama
3. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok harus
merubut kursi yang telah disiapkan oleh perawat dan bagi
anggota kelompok yang tidak memdapatkan kursi harus
menyebutkan : salam, nama lengkap, nama panggilan yang
disenangi, asal, dan hobi.
4. Kemudian Minta klien menyebutkan tentang pengalaman
buruk saat sebagai pecandu narkoba.
5. Ulangi lagi kegiatan diatas sampai semua anggota
mendapat giliran
7. Beri pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan
memberi tepuk tangan.
Fase Terminasi
5. Evaluasi :
d. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota
kelompok setelah memperkenalkan diri. Contoh :
Bagaimana perasaannya setelah mengikuti kegiatan hari
ini?
e. Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada
anggota kelompok
f. Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
bercakap cakap tentang topik tertentu dengan orang
lain dalam kehidupan sehari harinya.
6. Hasil yang diharapkan :
75 % anggota kelompok mampu :
e. Memilih topik yang akan dibicarakan
f. Memberi pendapat atas topik yang dipilih.
BAB IV
A. Evaluasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom
nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan
mempraktikkan dua kegiatan ibadah saat TAK. Beri tanda
jika klien mampu dan beri tanda jika klien tidak
mampu.
B. Dokumentasi