Anda di halaman 1dari 29

PERUBAHAN FISIK PADA KALA I IV

TUGAS KELOMPOK

Memenuhi tugas matakuliah Maternitas

yang dibina oleh Ibu Dra. Goretti Maria Sindarti, M. Kes

Oleh Kelompok 2

1. Putri Nurmalitasari (1401460002)

2. Ayu Ani Oktavianingsih (1401460022)

3. Angraini Eka Putri (1401460039)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN MALANG

SEPTEMBER 2015

TAHAPAN PERSALINAN

0
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:

1. KALA I (PEMBUKAAN)

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10


cm (pembukaan lengkap) proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase
laten (8 jam) dimana sservik membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam)
dimana servik membuka dari 3-10 cm. kontraksi lebih kuat dan sering
terjadi selama vase aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang
bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala satu untuk
primigrsvida brlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8
jam. Berdasarkan kurve rietman, diperhitungkan primigravida 1 cm per
jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan
tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

2. KALA II (PENGELUARAN BAYI)

Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap


sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan
meneran akan mendorong bayi higga lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin
sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

3. KALA III (PELEPASAN PLASENTA)

Kala III adalah waktu untuk plepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah
kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus
berhenti sekitar 5-10 menit dengan lahirnya bayi dan proses retraksi
uterus, maka plasenta lepas dari lapian Nitabusch. Lepasnya plasenta
sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda0tanda sebagai
berikut:

1
1. Uterus menjadi bentuk bundar.

2. Uterus terdorong keatas, karna plasenta dilepas kesegmen bawah


Rahim.

3. Tali pusat bertambah panjang.

4. Terjadi perdarahan.

5. Melahirkan plasenta dengan mendorong ringan secara crede pada


fundus uterus.

4. KALA IV (OBSERVASI)

Mulai dari lahirnya plasenta 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan observasi
terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam
pertama, observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Tingkat kedaran pasien.

2. Pemeriksaan tanda tanda vital: tekana darah, nadi, dan pernafasan.

3. Kontraksi uterus.

4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika


jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

GAMBAR PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA KALA I - IV

2
PERUBAHAN FISIK PADA KALA I, II, III, DAN IV

A. Perubahan Fisiologis Kala I

3
1) Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari miometrium berkontraksi
dan berelaksasi seperti otot pada umumnya. Pada saat otot retraksi ,
ia tidak akan kembali ke ukuran semula tapi berubah ke ukuran
yang lebih pendek secara progresif.
Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses kontraksi,
relaksasi, dan retraksi maka kavum uterus lama kelamaan menjadi
semakin mengecil. Proses ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan janin turun ke pelviks.
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar sampai ke
bawah abdomen dengan dominasi tarikan ke arah fundus (fundal
dominan). Kontraksi uterus berakhir dengan masa yang terpanjang
dan sangat kuat pada fundus.

2) Serviks

4
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan
berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis
dan membuka.
Gambaran prosesnya adalah sebagai berikut :

1. Penipisan serviks (effacement)


Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan serviks.
Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks mengalami perubahan
bentuk menjadi lebih tipis. Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang
bersifat fundal dominan sehingga seolah - olah serviks tertarik ke atas dan
lama - kelamaan menjadi tipis. Batas antara segmen atas dan bawah rahim
(retraction ring) mengikuti arah tarikan ke atas sehingga seolah - olah batas ini
letaknya bergeser ke atas.
Panjang serviks pada akhir kehamilan normal berubah-ubah (dari
beberapa mm 3 cm). Dengan dimulainya persalinan, panjang serviks
berkurang secara teratur sampai menjadi sangat pendek (hanya beberapa mm).
Serviks yang sangat tipis ini deisebut dengan menipis penuh.
2. Dilatasi

5
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah serviks dalam
kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah pembukaan. Serviks
membuka disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas secara terus - menerus
saat uterus berkontraksi.

Dilatasi dan diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan


intravagina.Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini terbagi
dalam 2 fase, yaitu :
1. Fase Laten
Berlangsung selama kurang lebih 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai diameter 3 cm.
2. Fase Aktif
Dibagi dalam 3 fase.
a. Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm kini
menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi. Pembukaan melambat kembali, dalam 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm). Pembukaan
lengkap berarti bibir serviks dalam keadaan tak teraba dan
diameter lubang serviks adalah 10 cm.

6
Fase di atas dijumpai pada primigravida. Pada multigravida tahapannya
sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala I selesai apabila
pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida berlangsung kira-kira 13
jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih
dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri
eksternum membuka. Namun pada multigravida, ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang
sama.

3. Lendir darah
Pendataran dan dilatasi serviks melonggarkan membran dari daerah
internal os dengan sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir bebas dari
sumbatan atau operculum. Terbebasnya lendir dari sumbatan ini
menyebabkan terbentuknya tonjolan selaput ketuban yang teraba saat
dilakukan pemeriksaan intravagina. Pengeluaran lendir dan darah ini disebut
dengan sebagai show atau bloody show yang mengindikasikan telah
dimulainya proses persalinan.

4. Ketuban

7
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau
sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan
sudah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan 5 cm, disebut
ketuban pecah dini (KPD).

5. Tekanan darah
a. Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan
sistol rata-rata 15 - 20 mmHg dan diastole rata-rata 5 10 mmHg.
b. Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah kembali
ke tingkat sebelum persalinan. Untuk memastikan tekanan darah yang
sebenarnya, pastikan untuk melakukan cek tekanan darah selama
interval kontraksi.
c. Dengan mengubah posisi pasien dari telentang ke posisi miring kiri,
perubahan tekanan darah selama persalinan dapat dihindari.
d. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan
tekanan darah.
e. Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir, pertimbangkan
kemungkinan bahwa rasa takutnya menyebabkan peningkatan tekanan
darah (bukan pre-eklampsi). Cek parameter lain untuk menyingkirkan
kemungkinan pre-eklampsi. Berikan perawatan dan obat-obat
penunjang yang dapat merelaksasi pasien sebelum menegakkan
diagnosis akhir, jika pre-eklampsi tidak terbukti.

8
6. Metabolisme
a. Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob
meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama diakibatkan
oleh kecemasan dan aktivitas otot rangka.
b. Peningkatan aktivitas metabolisme terlihat dari peningkatan suhu tubuh,
denyut nadi, pernapasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.

7. Suhu tubuh
a. Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera
setelah melahirkan.
b. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 1 C dianggap normal, nilai
tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan
c. Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan, namun
bila persalinan berlangsung lebih lama peningkatan suhu tubuh dapat
mengindikasi dehidrasi, sehingga parameter lain harus di cek. Begitu pula
pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat mengindikasikan
infeksi dan tidak dapat dianggap normal pada keadaan ini.

8. Detak jantung
a. Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama
fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang
lebih rendah daripada frekuensi diantara kontraksi, dan peningkatan
selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim di antara
kontraksi
b. Penurunan yang mencolok selama puncak kontaksi uterus tidak terjadi jika
wanita berada pada posisi miring, bukan terlentang.
c. Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi selama persalinan.

9
d. Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka diperlukan
pengecekan parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan proses
infeksi.

9. Pernapasan
a. Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama
persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme.
Meskipun sulit untuk memperoleh temuan yang akurat mengenai frekuensi
pernapasan, karena sangat dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut,
dan penggunaan teknik pernapasan.
b. Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat
menyebabkan alkalosis. Amati pernapasan pasien dan bantu ia
mengendalikannya untuk menghindari hiperventilasi berkelanjutan, yang
ditandai oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing.

10. Perubahan renal (berkaitan dengan ginjal)


a. Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan
karena peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan
kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerolus dan aliran plasma ginjal.
Poliuri menjadi kurang jelas pada posisi telentang karena posisi ini
membuat aliran urine berkurang selama kehamilan.
b. Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap dua jam) untuk mengetahui
adanya distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi
persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan mencegah
penurunan bagian presentasi janin dan trauma pada kandung kemih akibat
penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotonia kandung kemih
dan retensi urine selama periode pasca persalinan.
c. Sedikit proteinuria (+1), umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah
jumlah ibu bersalin. Lebih sering terjadi pada primipara, pasien yang
mengalami anemia, atau yang persalinannya lama.
d. Proteinuria yang nilainya +2 atau lebih adalah data yang abnormal. Hal ini
mengindikasikan pre-eklampsi.

10
11. Gastrointestinal
a. Motilitas dan absorpsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang.
Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam
lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat
sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak
dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan di lambung
tetap seperti biasa. Makanan yang dimakan selama periode menjelang
persalinan atau fase prodormal atau fase laten persalinan cenderung akan
tetap berada di dalam lambung selama persalinan.
b. Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan selama masa
transisi. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk tidak makan dalam
porsi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika
keinginan timbul guna mempertahankan energi dan hidrasi.
c. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang menandai akhir
fase pertama persalinan. Pemberian obat-obatan oral tidak efektif selama
persalinan. Perubahan saluran cerna kemungkinan timbul sebagai respon
terhadap salah satu kombinasi antara faktor-faktor seperti kontaksi
uterus, nyeri, rasa takut, khawatir, obat atau komplikasi.

12. Hematologi
a. Hemoglobin meningkat rata-rata 1.2 mg% selama persalinan dan kembali
ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca persalinan jika
tidak ada kehilangan darah yang abnormal.
b. Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang pasien tidak anemia. Tes darah
yang menunjukkan kadar darah berada dalam batas normal membuat kita
terkecoh sehingga mengabaikan resiko peningkatan resiko pada pasien
anemia selama masa persalinan
c. Selama persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat
peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan
resiko perdarahan pasca persalinan pada pasien normal.
d. Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala I sebesar
kurang lebih 5 ribu /ul hingga jumlah rata-rata 15 ribu/ul pada saat

11
pembukaan lengkap, tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini.
Peningkatan hitung sel darah putih tidak selalu mengindikasikan proses
infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila jumlahnya jauh di atas nilai ini,
cek parameter lain untuk mengetahui adanya proses infeksi.
e. Gula darah menurun selama proses persalinan yang lama dan sulit. Hal
ini kemungkinan besar terjadi akibat peningkatan aktivitas otot uterus
dan rangka. Penggunaan uji laboratorium untuk menapis (menyaring)
seorang pasien terhadap kemungkinan diabetes selama masa persalinan
akan menghasilkan data yang tidak akurat dan tidak dapat dipercaya.

B. Perubahan Fisiologis Kala II

Pada kala II, kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan lebih cepat yaitu
setiap 2 menit sekali dengan durasi > 40 detik, dan intensitas semakin lama
semakin kuat. Karena biasanya pada tahap ini kepala janin sudah masuk
dalam ruang panggul, maka pada his dirasakan adanya tekanan pada otot -
otot dasar panggul yang secara refleks menimbulkan rasa ingin meneran.
Pasien merasakan adanya tekanan pada rektum dan merasa seperti ingin
BAB.

1. Uterus
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya
berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal
dominan, yaitu kontraksi di dominasi oleh otot fundus yang menarik
otot bawah rahim ke atas sehingga akan menyebabkan pembukaan
serviks dan dorongan janin secara alami.

2. Serviks
Pada kala II, serviks sudah menipis dan dilatasi maksimal. Saat
dilakukan pemeriksaan dalam, porsio sudah tak teraba dengan
pembukaan 10 cm.
3. Pergeseran organ dasar panggul

12
Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan menyebabkan
pasien ingin meneran, serta diikuti dengan perineum yang menonjol
dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan
tak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva saat ada his.

4. Ekspulsi janin
Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin sudah tidak
masuk di luar his. Dengan his serta kekuatan meneran maksimal,
kepala janin dengan suboksiput di bawah simfisis, kemudian dahi,
muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan angota tubuh bayi. Pada
primigravida, kala II berlangsung kira kira satu setengah jam
sedangkan pada multigravida setengah jam.

Gambar Proses Ekspulsi Janin

5. Tekanan darah
Tekanan darah darah meningkat lagi 15 25 mmHg selama kala II
persalinan. Upaya meneran juga akan memengaruhi tekanan darah,
dan meningkat kemudian menurun kemudian akhirnya kembali lagi
sedikit di atas normal. Rata-rata normal peningkatan tekanan darah
selama kala II adalah 10 mmHg.

6. Metabolisme
Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II persalinan.
Upaya meneran pasien menambah aktivitas otot-otot rangka sehingga
meningkatkan metabolisme.

13
7. Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran. Secara
keseluruhan frekuensi nadi meningkat selama kala II disertai takikardi
yang nyata ketika mencapai puncak menjelang kelahiran bayi.

8. Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan dan
segera setelahnya peningkatan suhu normal adalah 0,5 - 1 C.

9. Pernapasan
Pernapasan sama seperti pada kala I persalinan.

10. Perubahan gastrointestinal


Penurunan motilitas lambung dan absorpsi yang hebat berlanjut
sampai pada kala II. Biasanya mual dan muntah pada saat transisi
akan mereda selama kala II persalinan, tetapi bisa terus ada pada
beberapa pasien. Bila terjadi muntah, normalnya hanya sesekali.
Muntah yang konstan dan menetap selama persalinan merupakan hal
yang abnormal dan mungkin merupakan indikasi dari komplikasi
obstetrik, seperti ruptur uterus atau toksemia.

11. Perubahan ginjal


Perubahan pada organ ini sama seperti pada kala I persalinan.

12. Perubahan hematologi


Perubahan pada sistem hematologi sama dengan pada kala I
persalinan.

14
C. Perubahan Fisiologi Pada Kala III Pelepasan Plasenta
a. Mekanisme Pelepasan Plasenta
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak berada di dalam
uterus, konraksi uterus akan terus berlangsung dan ukuran rongganya
akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran in akan menyebabkan
pengurangan dalam ukuran situs penyambung plasenta. Oleh karena itu
situs sambungan tersebut menjadi lebih kecil, plasenta menjaddi lebih
tebal dan mengerut serta memisahkan diri dari dinding uterus.
Permulaan proses pemisahan diri dari dinding uterus atau
pelepasan plasenta.
1. Menurut Duncan.
Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir(marginal) disertai dengan
adanya tanda darah yang keluar dari vagina apabila plasenta mulai
terlepas.
2. Menurut Schultz
Plasenta lepas mulai dari bagian tengah (sentral) degan tanda
adanya pemanjangan tali pusat yang terlihat di vagina.
3. Terjadi serempak atau kombinasi dari keduanya.
Sebagai dari pembuluh- pembluh darah yang kecil akan robek
saat plasenta terlepas situs plasenta akan berada terus sampai uterus
seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, seluruh dinding uterus
akan berkontraksi dan menekan seluruh pembuluh darah yang akhirnya
akan menghentikan perdarahan dari situs plasenta tersebut.

15
Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga bagian
plasenta lahir seluruhnya. Oleh karena itu, kelahiran yang cepat dari
plasenta segera setelah ia terlapas dari dinding uterus merupakan tujuan
dari penatalakasanaan kebidanan dari kala III yang kompeten.

b. Tanda- tanda Klinis Pelepasan Plasenta


1. Semburan darah.
Semburan darah ini disebabkan karena penyumbatan retroplasenter
pecah saat plasenta lepas.
2. Pemanjangan tali pusat
Hal ini disebabkan karena plasenta turun ke segmen uters yang lebih
bawah atau rongga vagina .
3. Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular(bulat)
Perubahan bentuk ini di sebabkan oleh kontraksi uterus.
4. Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus naik di dalam abdomen.
Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa sesaat setelah plasenta lepas TFU
akan naik hal ini di sebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen
uterus yang lebih bawah.

16
D. Perubahan Fisisologi Pada Kala IV
1. Tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan, Tekanan darah, nadi, dan
pernafasan akan berangsur kembali normal. Suhu pasien biasanya akan
megalami sedikit peningkatan, tapi masih dibawah 38C, hal ini
disebabkan oleh kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan
baik, maka suhu akan berangsur normal kembali setelah dua jam.

2. Gemetar
Kadang dijumpai pasien pascapersalinan mengalami gemetar, hal ini
normal sepanjang suhu kurang dari 38C dan tidak di jumpai tanda-
tanda infeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan
sejumlah energi selama melahirkan da merupakan respon fisiologis
terhadap penurunan volume intraabdominal serta pergeseran
hematologi.

3. Sistem Gastrointestinal
Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien meras mual
samapai muntah, atasi hal ini denga posisi tubuh yang memungkinkan
dapat mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum ke saluran
pernapasan dengan setengah duduk atau duduk di tempat tidur
perasaan haus pasti dirasaka pasien, oleh karena itu hidrasi sangat
penting diberikan untuk mencegah dehidrasi.

4. Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam keadaan
hipotonik akibat adanya alostksis, sehingga sering di jumpai kandung
kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini
disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih uretra selama
persalinan. Kondisi ini dapat di ringankan dengan selalu
mengusahakan kandung kemih kosong selama persalinan untuk

17
mencegah trauma. Setelah melahirkan, kandungkemih sebaiknya tetap
kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan terjadi atoni Uterus
yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan perdarahan dan nyeri.

5. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung
aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan
pembuluh darah uterus. Penarikan kembali estrogen menyebabkan
diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma
kembali ke proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
kelahiran bayi. Selama masa ini pasien banyak sekali mengeluarkan
urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan
yang melekat, dengan meningkatkannya vaskular pada jaringan
tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa
persalinan. Pada persalinan pervagina kehilangan darah sekitar 200-
500ml sedangkan pada persalinan SC pengeluaranya dua kali lipa.
Perubahan terdiri dari volume darah dan kanker hematokrit.

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah


pasien relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban
pada jantung dan akan menimbulkan dekompensasio kordi pada pasien
dengan vitum kardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan adanya hemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti kondisi awal.

6. Serviks
Perubahan perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir,
bentuk serviks agak menganga seperti corong bentuk ini disebabkan
oleh korput uterus yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks
tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus
dan serviks berbentuk semacam cincin.

18
Serviks berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh
darah. Konsistensi lunak,kadang- kadang terdapat laserasi atau
perlukaan kecil. Karena robekan kecil terjadi selama berdilatasi, maka
servik tidak akan kembali lagi kekeadaan sebelum hamil. Muara
serviks yang berdilatasi sampai 10cm sewaktu persalinan akan
menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir tangan bisa
masuk kedalam rongga rahim, setelah 2 jam hanya dapat dimasuki 2
atau 3 jari.

7. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju pada hari
ke 5 pasca melahirkan, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur disbanding keadaan
sebelumnya.

8. Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah prosedur tersebut dua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidah
hamil dan rugai dalam vagina seara berangsur-angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.

9. Pengeluaran Asi
Dengan menurunya hormone estrogen, progesteron, dan human
placenta lactogen hormone setelah plasenta lahir, prolaktin dapat
berfungsi membentuk asi dan mengeluarkanya kedalam alveoli bahkan
sampai duktus kelenjar asi. Isapan langsun pada putting susu ibu
menyebabkan refleks yang dapat mengeluarkan oksitoksin dari
hipofisis sehingga mioepitel yang terdapat di sekitar alveoli dan ductus

19
kelenjar asi berkontraksi dan mengeluarkan asi kedalam sinus yang
disebut (let down) .

10. Manfaat Pemberian Asi dalam kala IV


Isapan langsung pada putting susu ibu menyebabkan refleks yang
dapat mengeluarkan oksitoksin dari hipofisis, sehingga ini akan
menambah kekuatan kontraksi uterus.

11. Evaluasi Uterus


a) Konsistensi
Tindakan pertama yang dilakukan bidan setelah plasenta lahir
adalah melakukan evaluasi konsistensi uterus sambil melakukan
masase untuk mempertahankan kontraksinya. Pada saat yang sama,
derajat penurunan serviks dan uterus ke dalam vagina dapat dikaji.
Kebanyakan pada uterus sehat dapat melakukan kontraksi sendiri.
b) Atonia
Apabila bidan menetapkan bahwa uterus yang berelaksasi
merupakan indikasi akan adanya atonia, maka segera lakukan
pengkajian dan penatalaksanaan yang tepat. Kegagalan mengatasi
atonia dapat menyebabkan kematian ibu. Saat pengkajian, faktor-
faktor yang perlu untuk dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1. Konsistensi uterus: uterus harus berkontraksi efektif, teraba
padat, dank eras.
2. Hal yang perlu diperhatikan terhadap kemungkinan
terjadinya relaksasi uterus.

20
a. Riwayat atonia pada persalinan sebelumnya.
b. Status pasien sebagai grande multipara.
c. Distensi berlebihan pada uterus misalnya pada
kehamilan kembar, polihidramnion, atau
makrosomia.
d. Induksi persalinan.
e. Persalinan prepisipatus.
f. Persalinan memanjang.
3. Kelengkapan plasenta dan membrane saat inspeksi,
misalnya bukti kemungkinkan tertingginya fragmen
plasenta atau selaput ketuban di dalam uterus.
4. Status kandung kemih
5. Ketersediaan orang kedua untuk memantau konsistensi
uterus dan aliran lokia, serta membantu untuk melakukan
masase uterus.
6. Kemampuan pasangan ibu- bayi untuk mealui proses
pemberian asi.

KARAKTERISTIK PERSALINAN KALA 1-4

a) Persalinan kala I-fase pematangan atau pematangan pembukaan serviks


karakteristik yang terjadi pada kala I persalinan, antara lain:
1. Dimulai pada waktu seviks membuka karena his: kontraksi uterus
yang teratur, makin lama makin kuat, makin sering, makin terasa
nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak
daripada darah haid.
2. Berakhir pada pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa
dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput
ketuban biasanya pecah spontan pad saat akhir kala I.
3. Lama tergantung paritas ibu.
4. Proses pembukaan serviks, terdiri atas:
a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3cm, berlangsung
sekitar 8 jam.
b. Fase aktif: pembukaan dari 3cm sampai lengkap (+10cm),
berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas:

21
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam) pembukaan 3cm sampai
4cm
2. Fase dilatasi maksimal (sekittar 2 jam), pembukaan
4cm sampai 9cm
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9cm
sampai lengkap (+10cm).

5. His:

a. Frekuensi his: 1 kali per 10 menit pada awal persalinan dan 2-3
kali per 10 menit pada akhir kala I
b. Lamanya his: kurang lebih satu menit.

6. Nyeri, berasal dari regangan serviks yang membuka dan terjadi bila
tekanan uterin melebihi 20 mmHg.

7. Darah/lendir, keluar dari pergeseran selaput ketuban dengan


dinding uterus pada waktu pembukaan serviks.

8. Peristiwa penting pada persalinan kala I:

a. Keluar lendir/ darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat


mukus (mucous plug) yang selama ehamilan menumpuk di
kanalis servikalis, akibat terbukanya vascular kapiler serviks,
dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding
dalam uterus.
b. Ostium uteri internum dan ekternum terbuka sehingga serviks
menipis dan mendatar.
c. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan
menyebutkan ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran
cairan katuban pembukaan 5 cm).

9. Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada


primigrafida berbeda dengan pada multipara:

A. Pada primigrafida terjadi penipisan serviks terlebih dahulu


sebelum terjadi pembukaan- pada multipara serviks telah
lunak akibat persalinan sebelumnya sehingga lamgsung terjadi
proses penipisan dan pembukaan.

22
B. Pada primigrafida, kostium internum membuka lebih dahulu
daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak
berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah-pada multipara,
ostium internum dan eksternum membuka bersamaan
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar).

C. Periode kala 1 pada primigrafida llebih lama (+20jam)


dibandingkan multipara (+14jam) karena pematangan dan
pelunakan pada fase laten pasien primigrafida memerlukan
waktu lebih lama.

b) Persalinan kala II: fase pengeluaran bayi

Karakteristik yang terjadi pada kala II persalinan antra lain:

1. Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap.

2. Berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap.

3. His menjadi kuat, lebih sering, labih lama, sangat kuat.

4. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spotan pada awal kala ii.

5. Peristiwa penting pada persalinan kala II:

a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal: kepala)


turun sampai dasar panggul.

b. Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengejan yang makin


kuat.

c. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid


fisiologik).

d. Kepala dilahirkan lebihh dulu, dengan suboksiput dibawah


simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion).
Selanjutya dilahirkan badan dan anggita badan.

23
e. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum
untuk memperbesar jalan lahir (episiotomy).

6. Lama kala 2 pada primigrafida +i,5 jam, multipara +0,5jam.

7. Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak


belakang kepala:

a. Kepala masuk pimtu atas panggul: sumbu kepala janin


dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus)
atau miring/ membentuk sudut dengan pintu atas panggul
(ansiklitismus anterior/posterior).

b. Kepala turun kedalam rongga panggul, akibat:

1) Tekanan langsung dari his dari daerah fundus kearah


daerah bokong

2) Tekanan dari cairan amnion

3) Kontraksi otot dinding perut dan diafragma


(mengejan)

4) Badan janin terjadi ekstensi dan menegang.

c. Fleksi: kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi


kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak
kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus
(belakang kepala)

d. Rotasi inerna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunya


kepala, putaran ubun-ubun kecil kearah depan (kebawah
simfisis pubis) membawa kepala melewati distansia
interspinaru dengan diameter biparietalis.

e. Ekstensi: setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi


setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian
posterior. Lahir berturut-turut: oksiput, bregma, dahi,
hidung, mulut, dagu.

24
f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar
kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk
pintu atas pamggul dengan posisi anteroposterior sampai
dibawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan
bahu belakang.

g. Ekspulsi : setelah baru lahir, bagian tubuh lainnya akan


dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,
abdomen) dan lengan, pinggul/trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.

h. Persalinan kala II juga dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Diketahui dengan periksa dalam, dimana serviks


membuka lengkap.

2) Tanda-tanda klinik:

a. Nyeri his sangat hebat.

b. Pasien merasa ingin mengejan.

c. Darah lendir bertamabah banyak

d. Selaput ketuban pecah.

e. Perasaan mau buang air besar.

f. Hemoroid fisiologik mulai tampak

3) Mengejan: karena penurunan kepala yang menekan


rectum, maka tekanan intraabdominal makin
bertamabah, sehingga memperkuat kontraksi yang
membantu pengeluaran janin.

4) Perineum yang menggembung:

a. Terjadi pada waktu kepala janin mencapai


introitus vagina.

25
b. Bertambah gembung pada setiap kontraksi
uterus.

c. Dapat mengakibatkan robekan perineum,


kecuali dilakukan episitomi

5) Munculnya kepala janin diantar labia minora


(crowning)

6) Kala II berakhir dengan lahirnya janin.

c) Persalinan kala III: fase pengeluaran plasenta

Karakteristik yang terjadi pada kala III persalinan, antara lain:

1. Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap.

2. Berakhir dengan lahirnya plasenta.

3. Kelahiran plasenta: lepasnya plasenta dari insersi pada dinding


uterus, serta pengeluaran plasenta dari cavum uteri.

4. Lepasnya plasenta dari insersinya: mungkin dari sentral (schultze)


ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi/ marginal
(Matthews Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin
juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta juga dapat
terjadi akibat dari retraksi otot-otot uterus setelah lahirnya janin
yang akan menekan pembuluh-pembulh darah ibu, dimana
kontaksi berlangsung terus-menerus.

5. Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta didinding


uterus adlah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah
lepas dan berdarah.

6. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus


setinggi sekitar/ diatas pusat.

26
7. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. (jika lepasnya
plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio atau
abrubtioplasentae- menandakan keadaan gawat darurat obstetric).

8. Tanda lepasnya plasenta, yakni: tali pusat menjulur keluar atau


kalau ditark tidak ada tahanan. Segumpal darah keluar dari vagina.

3) Kala IV: observasi pasca persalinan

Karakteristik yang terjadi pada kala IV persalinan, antara lain:

a) Ditetapkan selama 2 jam sejak lahirnya plasenta sampai dengan satu jam
postpartum.

b) Bertujuan untuk:

1. Observasi ibu terhadap keadaan umum.

2. Observasi perdarahan.

3. Observasi hubungan kasih sayang orangtua dan bayi (bonding


attachment) dan menyusui.

c) Tujuh 7) pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4:

1. Kontraksi uterus harus baik.

2. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain.

3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.

4. Kandung kencing harus kosong.

5. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma.

6. Resume keadaan umum bayi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, A., Nugraheny, E. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.


Jakarta: Salemba Medika.

Sumarah,dkk. 2008. .Perawatan Ibu Bersalin(Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Bersalin), Fitramaya.Yogyakarta.
Maryunani A. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan Jakarta: Trans Info
Media.
Prawirohardjo, Sarwono, (2009).Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka.Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai