Interpretasi :
Cor : CTR < 50 %
Pulmo : tidak tampak peningkatan corakan bronkovaskuler
Kesimpulan : jantung dan paru dalam batas normal
5. Diagnosis klinis
WDX : Obstructive Jaundice et causa Batu Common Bile Duct (CBD) dan
Cholelithiasis.
DDX : Acute pancreatitis dengan obstruksi bilier
6. Penatalaksanaan
Pra Operasi
Infus Ringer Laktat : Dextrose 5% -> 1:1
Vitamin K 3x1 gr IV
Seftriakson 2x1 gr IV
Sedia Packed red cell 500cc
Diet non lemak
Operasi
Explorasi batu pada common bile duct dan dilakukan
cholecystectomy
Post Operasi
Infus RL:D5 -> 2:1
Injeksi ceftriaxon 2x1 gr IV
Injeksi Kalnex 3x500 mg IV
Injeksi ranitidine 2x1 amp IV
Injeksi Ketorolac 3x1 amp IV
Rawat Jalan
Cefadroxil 3x500 mg P.O.
Asam Mefenamat 3x500 mg P.O.
Ranitidine 2x1 tab P.O.
Vipalbumin 3x1 caps P.O.
7. Laporan dan temuan operasi (16 Juni 2015)
1. Asepsis-Antisepsis pada lokasi operasi
2. Insisi Kocher subcostal kanan
3. Buka peritoneum, tampak ada perlekatan omentum terhadap
vesica felea, dilakukan pembebasan perlekatan
4. Identifikasi Segitiga calot/Cystohepatic triangle, identifikasi
arteri sistika kemudian dilakukan ligasi.
5. Identifikasi duktus sistikus, dilakukan ligasi.
6. Vesica felea diangkat dari liver bed
7. Identifikasi Common Bile Duct, buka CBD. Dilakukan
explorasi CBD.
8. Didapatkan batu multipel pada CBD dengan ukuran sekitar 0.3
cm
9. Irigasi saluran empedu dengan NaCl
10. Dilakukan evaluasi saluran empedu dengan cholangiografi
intraoperatif: tidak terdapat filling defect, kontras masuk ke
duodenum
11. Dilakukan pemasangan T-Tube pada Common Bile Duct.
12. Dipasang subhepatic drain dengan NGT no 18 F
13. Kontrol perdarahan
14. Penutupan luka operasi.
15. Operasi selesai
8. Follow Up
17 Juni 2015
o S : Nyeri pada daerah operasi
o O: KU baik, TD 118/68, nadi 88. HB 8,9. Drain T-Tube 100cc
o A: post op explorasi common bile duct, cholecystectomy
o P:aff NGT, coba minum air gula,infus RL:D5 -> 2:1, transfusi
PRC 1 pack, inj ceftriaxon 2x1 amp, inj ranitidine 2x1 amp,
injeksi kalnex 3x1 amp, inj ketorolac 3x1 amp
18 Juni 2015
o S:Flatus (+)
o O:KU baik, kesadaran CM, status lokalis abdomen :flat, supel,
drain T-Tube 400 cc, BU (+) normal
o A:Batu CBD
o P:inj ceftriaxon 2x1 amp, inj ranitidine 2x1 amp,inj ketorolac
3x1 amp, inj kalnex 3x1 amp, mobilisasi jalan
19 Juni 2015
o S: (-)
o O: KU Baik, kesadaran CM. Status lokalis abdomen: Flat,
supel, drain t tube 200 cc, BU (+) N
o A:Post operasi explorasi batu CBD cholecystectomy
o P:diet bubur + putih telur 3-6 butir, infus RL:D5 -> 1:1, inj
ceftriaxon 2x1 amp IV, Ranitidine 2x1 tab PO, Ponstal (asam
mefenamat) 3x500 mg tab PO, vit C 2x1 tab PO. Aff kateter
urine, aff subhepatic drain. T Tube dipertahankan. Mobilisasi
jalan
20 Juni 2015
o S: (-)
o O:KU baik, kesadaran CM, skala nyeri luka post op : VAS 4.
Abdomen flat, supel
o A:Post op explorasi Batu CBD, cholecystectomy
o P:Rawat jalan. Pemberian obat PO Cefadroxil 3x500 mg, Asam
mefenamat 3x500 mg, Ranitidine 2x1 tab, Vipalbumin 3x1
caps.
Tinjauan Pustaka
9. Anatomi
Kandung empedu terletak di bagian bawah hepar pada perbatasan antara lobus
kanan dan kiri hepar. Berbentuk seperti pir dengan panjang 7.5-12 cm dan
kapasitas normal 25-30 ml. Kandung empedu dibagi secara anatomis menjadi
Fundus, Body, dan Leher yang berakhir di infundibulum. Duktus sistikus
berukuran 3 cm dan diameter lumen 1-3 mm. Common bile duct berukuran
panjang 7,5 cm dan terbentuk dari pertemuan Common hepatic duct dan
duktus sistikus. CBD terbagi menjadi 4 bagian yaitu Supraduodenal,
Retroduodenal, Infraduodenal dan Intraduodenal. Kandung empedu
diperdarahi oleh Arteri sistika yang merupakan cabang dari Arteri hepatika
komunal.
Triangle of Calot, dibatasi oleh
duktus sistikus pada bagian inferior, pada medial dibatasi oleh arteri hepatika
komunal, dan arteri sistika pada bagian superior
10. Fisiologi
11. Patofisiologi
15. Diagnosis
Diagnosis batu empedu dapat ditegakkan dengan gejala klinis yang
khas dan murphy sign positif. Pada hadil lab didapatkan peningkatan
leukosit, Bilirubin direct maupun indirect serta peningkatan fungsi hati.
Didapatkan temuan batu pada pemeriksaan penunjang USG serta pada
ERCP.
16. Tatalaksana
i. Tatalaksana batu asimptomatis
Pembedahan tidak disarankan untuk pasien dengan batu empedu yang
tidak terdapat gejala klinis karena risiko dilakukan intervensi lebih
tinggi dibandingkan dengan risiko simptomatis.
Kolesistektomi dapat dilberikan pada pasien dengan indikasi
Batu berukuran diameter lebih dari 2 cm
Kandung empedu non fungsional atau kalsifikasi dan risiko
tinggi terkena carsinoma kandung empedu
Pasien dengan cedera medula spinalis yang berhubungan
dengan abdomen
Pasien dengan faktor risiko dan mengalami penyakit :
o Sirosis
o Hipertensi portal
o Anak anak
o Diabetes dengan gejala klinis minimal
18. Referensi
1. Heuman DM, Moore EL, Vlahcevic ZR. Pathogenesis and dissolution
of gallstones. Zakim D, Boyer TD, eds. Hepatology: A Textbook of
Liver Disease. 3rd ed. Philadelphia, Pa: WB Saunders; 1996. 1996:
376-417.
2. Halldestam I, Kullman E, Borch K. Incidence of and potential risk
factors for gallstone disease in a general population sample. Br J Surg.
2009 Nov. 96(11):1315-22.
3. Gilani SN, Bass G, Leader F, Walsh TN. Collins' sign: validation of a
clinical sign in cholelithiasis. Ir J Med Sci. 2009 Aug 14
4. Portincasa P, Moschetta A, Palasciano G. Cholesterol gallstone disease.
Lancet. 2006 Jul 15. 368(9531):230-9.
5. Brumicardi FC, Andersen DK, Biliar TR, Dunn DL, Hunter JG,
Matthews JB et al. Schwartz's Principles of Surgery, 10th ed. New
York: Mcgraw-Hill; 2015.
6. University of Michigan Medical School. Clinical Cases : Cholelithiasis
(Gallstones).
http://www.med.umich.edu/lrc/coursepages/m1/anatomy2010/html/clin
icalcases/cholelithiasis/cholelithiasis.html (accessed 25 June 2015).
7. Heuman DM, Allen J, Mihas AA, Katz J. Gallstones (Cholelithiasis).
http://emedicine.medscape.com/article/175667-overview (accessed 25
June 2015).
8. Williams NS, Bulstrode CJK, O'Conell PR. Bailey & Love's Short
Practice of Surgery, 26th ed. London: CRC Press; 2013.