Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Magister Kedokteran Keluarga

Vol 1, No 1, 2013 (hal 38-48)


http://jurnal.pasca.uns.ac.id
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI KADER KESEHATAN
DENGAN AKTIVITASNYA DALAM PENGENDALIAN KASUS TUBERKULOSIS
DI KABUPATEN BULELENG

I Made Kusuma Wijaya 1


Bhisma Murti 2
Putu Suriyasa 3

1
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana UNS
2
Dosen Pembimbing I Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana UNS
3
Dosen Pembimbing II Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana UNS

ABSTRAK

Keberadaan kader kesehatan di masyarakat dalam pengendalian kasus


tuberkulosis sangat strategis. Di kabupaten Buleleng aktivitas kader
kesehatan ini dalam pengendalian kasus tuberkulosis masih sangat rendah.
Aktivitas kader tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap
dan motivasi. Penelitian dilakukan pada kader kesehatan di Kabupaten
Buleleng. Penelitian ini menggunakan desain studi analitik observasional
dengan pendekatan cross-sectional. Randomisasi dilakukan untuk mendapat-
kan sampel penelitian. Variabel penelitian diukur menggunakan kuesioner
dan analisis hubungan antar variabel menggunakan analisis multivariat
dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara variabel
pengetahuan dengan aktivitas kader kesehatan (OR=18.44; CI 95%=1,89-
179,91; p=0,012), antara sikap dengan aktivitas kader kesehatan(OR=8.08; CI
95%=1,60-40,71; p=0,011), dan antara motivasi dengan aktivitas kader
kesehatan (OR=15.01; CI 95%=1,59-141,65; p=0,018). Dapat disimpulkan
bahwa: 1) Terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara
pengetahuan, sikap, dan motivasi dengan aktivitas kader kesehatan; 2)
Kader kesehatan dengan pengetahuan tinggi memiliki kemungkinan untuk
aktif 18 kali lebih besar dari pada pengetahuan rendah; 3) Kader kesehatan
dengan sikap baik memiliki kemungkinan untuk aktif 8 kali lebih besar dari
pada sikap kurang; 4) Kader kesehatan dengan motivasi tinggi memiliki
kemungkinan untuk aktif 15 kali lebih besar dari pada motivasi rendah

Kata kunci: pengetahuan, sikap, motivasi, kader kesehatan

PENDAHULUAN masalah terutama di negara-negara ber-


Penyakit tuberkulosis (TB) sampai saat ini kembang termasuk Indonesia. Menurut
masih menjadi masalah kesehatan World Health Organization (WHO),
masyarakat di dunia, dimana diperkira- Indonesia merupakan negara dengan
kan terdapat 9 juta penduduk dunia kasus TB terbesar ketiga di dunia, setelah
terserang penyakit TB dengan kematian 3 Cina dan India. WHO memperkirakan di
juta jiwa. Penyakit TB ini menjadi Indonesia setiap tahunnya terjadi
38
purniatidsk@yahoo.com
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga
Vol 1, No 1, 2013 (hal 38-48)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
539.000 kasus baru TB (semua tipe) sektor kesehatan yaitu rumah sakit dan
sedangkan TB Paru sebesar 236.029 puskesmas juga melibatkan lintas sektor
kasus dengan kematian karena TB sekitar yaitu pemerintah daerah baik desa,
250 orang per hari (WHO 2009). kecamatan maupun kabupaten dan juga
Propinsi Bali yang merupakan salah PPTI yang ikut membantu untuk mem-
satu propinsi di Indonesia juga masih bina kader dalam pelaksanaan program
mengalami masalah dalam penanggulang- TB Paru seperti penyebarluasan informasi
an penyakit tuberkulosis. Berdasarkan tentang TB Paru di masyarakat, aktif
hasil riskesdas Provinsi Bali tahun 2007 mencari dan memotivasi tersangka TB
untuk kejadian TB, dari sembilan Paru ke puskesmas/sarana pelayanan
kabupaten/kota yang ada di Bali, kesehatan lainnya, dan berbagai kegiatan
prevalensi penyakit TB tertinggi di kader lainya (Depkes RI 2007).
Kabupaten Buleleng. Jadi penyakit Menurut direktorat bina peran serta
tuberkulosis di Kabupaten Buleleng masyarakat Depkes RI kader adalah
masih menjadi masalah yang perlu men- warga masyarakat setempat yang dipilih
dapat perhatian, hal ini ditambah lagi dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat
dengan semakin meningkatnya kasus bekerja secara sukarela. Kader merupa-
HIV/AIDS yang diderita oleh masyarakat kan kunci keberhasilan program pe-
Buleleng. Dari data terakhir didapatkan ningkatan pengetahuan dan keterampilan
Buleleng menempati urutan ke dua dalam bidang kesehatan dalam masyarakat.
jumlah penderita HIV/AIDS setelah kota Keberadaan kader di masyarakat dalam
Denpasar. Kota Denpasar menempati pengendalian kasus TB paru sangat
urutan teratas dengan penderita 1.117 strategis karena kader dapat berperan
kasus, menyusul Buleleng 443 kasus dan sebagai penyuluh, membantu menemu-
Badung 434 kasus (Depkes RI 2008). kan tersangka penderita secara dini, me-
Di Kabupaten Buleleng seperti juga rujuk penderita dan sekaligus pengawas
halnya dengan berbagai daerah di menelan obat bagi penderita TB paru
Indonesia, kegiatan penanggulangan secara langsung (Trisnawati 2008).
Tuberkulosis juga dengan menggunakan Banyak sekali faktor yang mem-
strategi DOTS (Directly Observed pengaruhi aktivitas kader tersebut dalam
Treatment Shortcourse Chemotherapy). pengendalian kasus tuberkulosis.
Dimana pada strategi ini difokuskan pada Menurut teori Lawrence Green (1980)
menemukan dan menyembuhkan pasien bahwa faktor perilaku ditentukan atau
sehingga akan dapat mencegah penularan dibentuk dari tiga faktor, yaitu:
penyakit ini. Dalam kegiatan tersebut a) Faktor-faktor predisposisi(predisposing
akan melibatkan berbagai sektor baik faktor) yaitu faktor-faktor yang mem-

39
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga
Vol 1, No 1, 2013 (hal 38-48)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
permudah atau mempredisposisi ter- terarah dalam meningkatkan aktivitas
jadinya perilaku seseorang. kader kesehatan.
b) Faktor-faktor pendukung (enabling
faktor) adalah faktor-faktor yang METODE PENELITIAN
memungkinkan atau yang mem- Penelitian ini merupakan penelitian
fasilitasi perilaku atau tindakan. analitik observasional dengan pendekat-
c) Faktor-faktor pendorong atau faktor an potong lintang (cross-sectional).
penguat (reinforcing faktor) adalah Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
faktor mendorong atau memperkuat Buleleng, Bali yang dilaksanakan pada
terjadinya perilaku. bulan Januari 2012 sampai dengan bulan
Berdasarkan hasil wawancara penulis Juli 2012.
dengan petugas di beberapa puskesmas Populasi sumber pada penelitian ini
yang ada di Kabupaten Buleleng dapat adalah seluruh kader kesehatan yang ada
diketahui bahwa dari sejumlah kader di Kabupaten Buleleng, Bali sebanyak 120
kesehatan yang ada di Kabupaten orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
Buleleng sebagian besar tidak melaksana- kader kesehatan di Kabupaten Buleleng
kan tugas/ aktivitasnya secara maksimal. yang berdasarkan perhitungan terpilih
Hal tersebut tentu saja akan dapat meng- sebanyak 60 sampel (Murti, 2010). Teknik
ganggu pelaksanaan program pe- pengambilan sampel yang digunakan
nanggulangan tuberkulosis di Kabupaten adalah simple random sampling. Adapun
Buleleng. Beberapa penelitian me- kerangka penelitiannya adalah sebagai
nunjukan bahwa faktor pengetahuan, berikut:
sikap dan motivasi kader berhubungan
dengan aktivitas kader dalam
pengendalian kasus TB.
Dari uraian diatas maka perlu untuk
diteliti adakah hubungan antara
pengetahuan, sikap, dan motivasi dengan
aktivitas kader kesehatan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan
antara pengetahuan, sikap, dan motivasi
kader kesehatan dengan aktivitasnya
dalam pengendalian kasus tuberkulosis
di kabupaten Buleleng. Dengan diketahui-
Teknik analisis data yang digunakan
nya faktor yang paling berperan, dapat
adalah dengan metode regresi logistik
dilakukan intervensi yang lebih tepat dan

40
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga
Vol 1, No 1, 2013 (hal 38-48)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
ganda yang bertujuan untuk menguji Tabel 1 Distribusi Responden Berdasar- kan

apakah variabel pengetahuan, sikap, dan Pengetahuan


Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
motivasi kader berhubungan dengan Tinggi 40 66,70
Rendah 20 33,30
aktivitas kader kesehatan dalam upaya Jumlah 60 100
Sumber: Dp. Juli 2012
pengendalian kasus TB Paru. Adapun
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa
model analisis yang digunakan adalah
dari total responden sebanyak 60
model analisa regresi logistik ganda
responden, responden yang memiliki
dengan persamaan sebagai berikut
pengetahuan tinggi adalah sebanyak 40
Ln p/ (1 p) = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
responden (66,70%), sedangkan
Keterangan :
responden yang memiliki pengetahuan
p: probabilitas kader untuk aktif me-
rendah adalah sebanyak 20 responden
laksanakan tugas dalam upaya
(33,30%).
pengendalian TB Paru
1 p: probabilitas kader untuk tidak aktif
b. Sikap Responden
melaksanakan tugas dalam upaya
Sikap Responden dikelompokkan men-
pengendalian TB Paru
jadi 2 kategori, yaitu sikap baik dan sikap
a: Konstanta
kurang.
b1 b3: Koefisien Regresi
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasar- kan
X1: Pengetahuan kader (0. Kurang;1. Baik)
Sikap
X2: Sikap kader (0. Kurang; 1. Baik)
Sikap Frekuensi Persentase (%)
X3: Motivasi kader (0. Rendah; 1. Tinggi) Baik 33 55
Kurang 27 45
Hubungan faktor-faktor ditunjukan Jumlah 60 100
Sumber: Dp. Juli 2012
dengan OR = exp (b)
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa
OR=1: Tidak ada hubungan antara
dari total responden sebanyak 60
variabel independent dengan variabel
responden, responden yang memiliki
dependen
sikap baik adalah sebanyak 33 responden
OR > 1: Ada hubungan positif
(55%), sedangkan responden yang
1/~ < OR <1:Ada hubungan negatif
memiliki sikap kurang adalah sebanyak
27 responden (45%).
HASIL PENELITIAN
c. Motivasi Responden
Deskripsi Data Penelitian
Motivasi Responden dikelompokkan men-
a. Pengetahuan Responden
jadi 2 kategori, yaitu motivasi rendah dan
Pengetahuan Responden di kelompokkan
motivasi tinggi.
menjadi 2 kategori, yaitu pengetahuan
rendah dan pengetahuan tinggi.

41
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga
Vol 1, No 1, 2013 (hal 38-48)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Dari tabel 4. diatas dapat diketahui
Motivasi bahwa berdasarkan hasil uji dengan
Motivasi Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 35 58,30 regresi logistik ganda didapatkan hal
Rendah 25 41,70
Jumlah 60 100 sebagai berikut:
Sumber: Dp. Juli 2012
Terdapat hubungan yang secara
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa
statistik signifikan antara pengetahuan
dari total responden sebanyak 60
dengan aktivitas kader kesehatan,
responden, responden yang memiliki
dimana pengetahuan tinggi memiliki
motivasi rendah adalah sebanyak 25
kemungkinan untuk aktif dalam
responden (41,70%), sedangkan
pengendalian kasus tuberkulosis 18 kali
responden yang memiliki motivasi tinggi
lebih besar dari pada pengetahuan
sebanyak 35 responden (58,30%).
rendah. Hubungan tersebut secara
statistik signifikan (OR=18.44; CI 95%=
Analisis Multivariat
1,89-179,91; p= 0,012).
Pengujian hipotesis untuk mencari ke-
Terdapat hubungan yang secara
kuatan hubungan antara pengetahuan,
statistik signifikan antara sikap dengan
sikap, dan motivasi kader kesehatan
aktivitas kader kesehatan, dimana sikap
dengan aktivitasnya dalam pengendalian
baik memiliki kemungkinan untuk aktif
kasus tuberkulosis di Kabupaten Buleleng
dalam pengendalian kasus tuberkulosis 8
menggunakan analisis regresi logistik
kali lebih besar dari pada sikap kurang.
ganda. Analisis menggunakan SPSS
Hubungan tersebut secara statistik
version 16.0. Hasil analisis menggunakan
signifikan (OR= 8.08; CI 95%= 1,60-40,71;
regresi logistik ganda ditunjukan pada
p= 0,011).
tabel dibawah ini:
Terdapat hubungan yang secara
statistik signifikan antara motivasi
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda
dengan aktivitas kader kesehatan,
Tentang Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap,
dimana motivasi tinggi memiliki
dan Motivasi Kader Kesehatan dengan
Aktivitasnya Dalam Pengendalian Kasus kemungkinan untuk aktif dalam
Tuberkulosis. pengendalian kasus tuberkulosis 15 kali
Variabel
Independen
Odd
Ratio
P Confidence
Interval 95 %
lebih besar dari pada motivasi rendah.
(OR)
Batas Batas Hubungan tersebut secara statistik
Bawah Atas
Pengetahuan 18.44 0.012 1.89 179.91 signifikan (OR= 15.01; CI 95%= 1,59-
Sikap 8.08 0.011 1.60 40.71
Motivasi 15.01 0.018 1.59 141.65 141,65; p= 0,018).
N Observasi 60
Log likelihood 43.795
Nagelkerke R2 50.9%

42
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga
Vol 1, No 1, 2013 (hal 38-48)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
PEMBAHASAN melalui mata dan telinga. Pengetahuan
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis atau kognitif merupakan domain yang
bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan sangat penting untuk terbentuknya
motivasi kader kesehatan memiliki tindakan seseorang. Karena itu dari
hubungan yang secara statistik signifikan pengalaman dan penelitian ternyata
dengan aktivitasnya dalam pengendalian perilaku yang didasari oleh pengetahuan
kasus tuberkulosis di kabupaten akan lebih langgeng daripada perilaku
Buleleng. Berdasarkan hasil tersebut, yang tidak didasari oleh pengetahuan
maka selanjutnya akan dibahas sebagai (Notoatmojo, 2005).
berikut: Pengetahuan kader kesehatan me-
1) Hubungan Pengetahuan Kader Ke- rupakan domain yang sangat penting
sehatan dengan Aktivitasnya Dalam sebagai dasar kader kesehatan dalam
Pengendalian Kasus Tuberkulosis. melakukan aktivitasnya dalam
Dalam penelitian ini setelah dilakukan uji pengendalian kasus tuberkulosis. Hal ini
dengan regresi logistik ganda didapatkan sejalan dengan Teori Green (2000) yang
bahwa terdapat hubungan yang secara menyatakan bahwa faktor-faktor yang
statistik signifikan antara pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang salah
dengan aktivitas kader kesehatan, satunya adalah pengetahuan dari orang
dimana pengetahuan tinggi memiliki tersebut.
kemungkinan untuk aktif dalam Menurut Nugroho (2008) tentang
pengendalian kasus tuberkulosis 18 kali hubungan antara pengetahuan dan
lebih besar dari pada pengetahuan motivasi kader posyandu dengan
rendah. Hubungan tersebut secara keaktifan kader posyandu di desa dukuh
statistik signifikan (OR=18.44; CI tengah kecamatan ketanggungan
95%=1,89-179,91; p=0,012). Temuan pada kabupaten Brebes, diperoleh hasil ada
penelitian ini sesuai dengan tinjauan hubungan antara pengetahuan dengan
teoritik. Pengetahuan yang dimiliki oleh keaktifan kader posyandu (p value: 0,000
kader kesehatan menentukan aktivitas- dan r: 0,784). Hal tersebut juga didukung
nya dalam pengendalian kasus oleh penelitian Wahyudi (2010) yang me-
tuberkulosis. nemukan bahwa pengetahuan kader me-
Pengetahuan (knowledge) merupakan rupakan salah satu faktor yang ber-
hasil tahu dan ini terjadi setelah orang hubungan dengan penemuan suspek
melakukan penginderaan terhadap suatu tuberkulosis paru di puskesmas
objek tertentu. Penginderaan terjadi Sanankulon. Menurut Saputro (2009)
melalui panca indera manusia. Sebagian tentang hubungan antara pengetahuan
besar pengetahuan manusia diperoleh dan sikap kader kesehatan dengan

43
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga
Vol 1, No 1, 2013 (hal 38-48)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
praktek penemuan suspect penderita TB nyata menunjukkan konotasi adanya
paru di Puskesmas Plupuh I Kabupaten kesesuaian reaksi terhadap stimulus
Sragen Propinsi Jawa Tengah, diperoleh tertentu. Sikap belum merupakan suatu
hasil terdapat hubungan antara tindakan atau aktifitas, akan tetapi
pengetahuan dan sikap kader kesehatan merupakan predisposisi tindakan atau
tentang TB paru dengan penemuan perilaku (Notoatmodjo 2005).
penderita TB paru di wilayah Puskesmas Sikap kader kesehatan merupakan
Plupuh I Kecamatan Plupuh Kabupaten domain yang sangat penting sebagai
Sragen Jawa Tengah. dasar kader kesehatan dalam melakukan
aktivitasnya dalam pengendalian kasus
2) Hubungan Sikap Kader Kesehatan tuberkulosis. Hal ini sejalan dengan Teori
dengan Aktivitasnya dalam Green (2000) yang menyatakan bahwa
Pengendalian Kasus Tuberkulosis. faktor-faktor yang mempengaruhi
Dalam penelitian ini setelah dilakukan uji perilaku seseorang salah satunya adalah
dengan regresi logistik ganda didapatkan sikap dari orang tersebut. Hasil penelitian
bahwa terdapat hubungan yang secara lain yang juga sejalan dengan penelitian
statistik signifikan antara sikap dengan tersebut antara lain dari hasil penelitian
aktivitas kader kesehatan, dimana sikap Wahyudi (2010) didapatkan hubungan
baik memiliki kemungkinan untuk aktif yang positif dan signifikan antara sikap
dalam pengendalian kasus tuberkulosis 8 kader dengan penemuan suspek
kali lebih besar dari pada sikap kurang. tuberkulosis paru di puskesmas
Hubungan tersebut secara statistik Sanankulon, baik secara simultan
signifikan (OR=8.08; CI 95%=1,60-40,71; maupun parsial. Hal tersebut juga di-
p=0,011). Temuan pada penelitian ini dukung penelitian Saputro (2009) yang
sesuai dengan tinjauan teoritik. Sikap diperoleh hasil terdapat hubungan antara
yang dimiliki oleh kader kesehatan sikap kader kesehatan tentang TB paru
menentukan aktivitasnya dalam dengan penemuan penderita TB paru di
pengendalian kasus tuberkulosis. wilayah Puskesmas Plupuh I Kecamatan
Sikap adalah merupakan reaksi atau Plupuh Kabupaten Sragen Jawa Tengah.
respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek. Dari 3) Hubungan Motivasi Kader Kesehatan
berbagai batasan tentang sikap dapat dengan Aktivitasnya dalam
disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu Pengendalian Kasus Tuberkulosis.
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya Dalam penelitian ini setelah dilakukan uji
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari dengan regresi logistik ganda didapatkan
perilaku yang tertutup. Sikap secara bahwa terdapat hubungan yang secara

44
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga
Vol 1, No 1, 2013 (hal 38-48)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
statistik signifikan antara motivasi Green (2000) yang menyatakan bahwa
dengan aktivitas kader kesehatan, faktor-faktor yang mempengaruhi
dimana motivasi tinggi memiliki perilaku seseorang salah satunya adalah
kemungkinan untuk aktif dalam motivasi dari orang tersebut. Hasil
pengendalian kasus tuberkulosis 15 kali penelitian lain yang sejalan antara lain
lebih besar dari pada motivasi rendah. penelitian Wahyudi (2010) yang diperoleh
Hubungan tersebut secara statistik hasil yaitu terdapat hubungan yang
signifikan (OR=15.01; CI 95%=1,59- positif dan signifikan antara motivasi
141,65; p=0,018). Temuan pada peneliti- kader dengan penemuan suspek
an ini sesuai dengan tinjauan teoritik. tuberkulosis paru di puskesmas
Motivasi yang dimiliki oleh kader Sanankulon, baik secara simultan
kesehatan menentukan aktivitasnya maupun parsial. Hal tersebut juga di-
dalam pengendalian kasus tuberkulosis. dukung dari hasil penelitian Sudarsono
Istilah motivasi berasal dari bahasa (2010) dimana diperoleh hasil bahwa ada
latin yaitu movere yang artinya meng- hubungan sikap dan motivasi dengan
gerakan, sedangkan dalam bahasa inggris kinerja kader posyandu. Sikap dan
dikenal dengan istilah motivation yang Motivasi memberikan pengaruh pada
berarti dorongan. Proses terjadinya kinerja sebesar 97,1% sedangkan 2,9%
motivasi yaitu suatu kebutuhan adalah sisanya dipengaruhi oleh faktor diluar
keadaan internal yang menyebabkan sikap dan motivasi. Dan menurut
hasil-hasil tertentu tampak menarik, penelitian Nugroho (2008) diperoleh hasil
dimana suatu kebutuhan yang terpuas- ada hubungan antara motivasi dengan
kan akan menciptakan tegangan yang keaktifan kader posyandu (p value: 0,001
merangsang dorongan-dorongan didalam dan r: 0,585).
individu tersebut. Dorongan ini me-
nimbulkan suatu perilaku pencarian KESIMPULAN
untuk menemukan tujuan-tujuan Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan
tertentu, dimana jika tujuan tersebut antara lain bahwa terdapat hubungan
tercapai, akan dapat memenuhi kebutuh- yang secara statistik signifikan antara
an yang ada dan mendorong ke arah pengetahuan, sikap, dan motivasi kader
pengurangan tegangan. kesehatan dengan aktivitasnya dalam
Motivasi kader kesehatan merupakan pengendalian kasus tuberkulosis di
domain yang sangat penting sebagai kabupaten Buleleng.
dasar kader kesehatan dalam melakukan 1. Kader kesehatan dengan pengetahuan
aktivitasnya dalam pengendalian kasus tinggi memiliki kemungkinan untuk
tuberkulosis. Hal ini sejalan dengan Teori aktif dalam pengendalian kasus

45
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga
Vol 1, No 1, 2013 (hal 38-48)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
tuberkulosis 18 kali lebih besar dari kepada kader kesehatan sehingga akan
pada pengetahuan rendah (OR=18.44; dapat meningkatkan aktivitas kader.
CI 95%= 1,89-179,91; p= 0,012). 3. Untuk Peneliti Selanjutnya. Untuk
2. Kader kesehatan dengan sikap baik mendapatkan hasil yang obyektif dan
memiliki kemungkinan untuk aktif menyeluruh hendaknya peneliti
dalam pengendalian kasus selanjutnya mengadakan penelitian
tuberkulosis 8 kali lebih besar dari terhadap faktor-faktor lainnya yang
pada sikap kurang (OR= 8.08; CI 95%= dapat mempengaruhi aktivitas kader
1,60-40,71; p= 0,011). kesehatan dalam pengendalian kasus
3. Kader kesehatan dengan motivasi tuberkulosis dan memperbanyak
tinggi memiliki kemungkinan untuk jumlah sampel dari kader kesehatan.
aktif dalam pengendalian kasus
tuberkulosis 15 kali lebih besar dari DAFTAR PUSTAKA
Awusi RYE, Saleh YD & Hadiwijoyo D.
pada motivasi rendah (OR= 15.01; CI
2009. Faktor-faktor yang mem-
95%= 1,59-141,65; p= 0,018). pengaruhi penemuan penderita TB
paru di kota Palu Provinsi Sulawesi
Tengah. Berita Kedokteran
SARAN Masyarakat. 25 (2): 59-68
Azwar S. 2010. Tes prestasi. Edisi 2,
1. Untuk Pemerintah Daerah. Dengan
cetakan pertama. Jakarta: Pustaka
memperhatikan hasil penelitian maka Pelajar
_______ 2011. Sikap manusia: Teori dan
pemerintah daerah diharapkan ikut
pengukurannya. Edisi ke-2, cetakan
membantu dalam meningkatkan xv. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Basri C, Bergstrm K, Walton W, SuryaA,
pengetahuan kader kesehatan dengan
Voskens J and Metha F. 2009.
memberikan pelatihan kader secara Sustainable scaling up of good
quality health worker education for
berkelanjutan untuk meningkatkan
tuberculosis control in Indonesia: a
pengetahuan mereka sehingga akan case study. Human Resources for
Health, 7(85) doi:10.1186/ 1478-
dapat meningkatkan aktivitasnya
4491-7-85
dalam pengendalian kasus Chandra D. 2008. Gambaran faktor-
faktor yang berkaitan dengan
tuberkulosis di kabupaten Buleleng.
penemuan kasus tersangka
2. Untuk Petugas Kesehatan. Dengan tuberkulosis yang baru di Kelurahan
Krian, Kecamatan Krian, Kabupaten
memperhatikan hasil penelitian, maka
Sidoarjo.
petugas kesehatan terutama yang ada Chatarina UW. 2007. Upaya pencapaian
target BTA positif pada suspek TBC
di puskesmas untuk ikut membantu
di Kabupaten Timor Tengah Selatan,
meningkatkan pengetahuan kader Provinsi NTT. Jurnal Administrasi
Kebijakan Kesehatan. 5(1): 57-60.
melalui diskusi-diskusi di lapangan
Depkes RI. 2007. Pedoman nasional
ataupun melakukan pembinaan penanggulangan tuberkulosis, edisi
2 cetakan pertama. Jakarta

46
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga
Vol 1, No 1, 2013 (hal 38-48)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
_________ 2008. Laporan riskesdas 2007 Health, 6(20) doi:10.1186/1478-
Provinsi Bali. Badan Penelitian Dan 4491-6-20.
Pengembangan Kesehatan. Jakarta Nugroho HA, Nurdiana D. 2008. Hubung-
_________ 2010a. Tuberculosis Indonesian an antara pengetahuan dan
fact. Jakarta motivasi kader posyandu dengan
_________ 2010. Situasi Epidemiologi TB keaktifan kader posyandu di desa
Indonesia. Subdit TB Depkes RI dukuh tengah kecamatan
I. GOPALAN SS, MOHANTY S, DAS A. 2012. ketanggungan kabupaten brebes.
ASSESSING COMMUNITY HEALTH Jurnal Keperawatan. 2(1): 1-8
WORKERS PERFORMANCE MOTIVATION: A Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan
MIXED-METHODS APPROACH ON INDIA'S perilaku kesehatan. Jakarta:
ACCREDITED SOCIAL HEALTH ACTIVISTS Rhineka Cipta
(ASHA) PROGRAMME. BMJ OPEN, ___________ 2005. Metodologi Penelitian
2(1557) DOI:10.1136/BMJOPEN-2012- Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
001557 PPTI. 2008. Kontribusi PPTI dalam
Kemenkes RI. 2011. Strategi nasional program penanggulangan TB.
pengendalian TB di Indonesia 2010- Jakarta: Pengurus Pusat PPTI
2014. Kementrian Kesehatan RI Rahaju B. 2005. Kader masyarakat.
Direktorat Jendral Pengendalian Jakarta: Depkes RI
Penyakit dan Penyehatan Rahman SM, Ali NA, Jennings L, Habibur
Lingkungan M, Seraji R, Mannan I, Mahmud AB,
Lubis E.H. 2010. Pengaruh karakteristik Bari S, Hossain D, Das K, Abdullah,
kader posyandu terhadap ke- Baqui H, Arifeen SE and Winch PJ.
mampuan dalam penemuan dini 2010. Factors affecting recruitment
kasus tersangka tuberkulosis di and retention of community health
wilayah kerja Puskesmas Mandala workers in a newborn care
Kecamatan Medan Tembung. intervention in Bangladesh. Human
Metropolitan. 2008. TBC-HIV/AIDS di Bali Resources for Health, 8(12)
mengkhawatirkan. http://metro Ridwan H. 2008. Analisis statistik
politan.inilah.com/read/detail/6221 parametrik dengan SPSS. Jakarta:
8/tbc-hivaids-di-bali Elexmedia Komputindo.
mengkhawatirkan diunduh 11 Riyanto A. 2012. Penerapan analisis
November 2011 multivariat dalam penelitian
Muchtar A. 2006. Farmakologi obat kesehatan. Yogyakarta: Nuha
antituberkulosis (OAT) sekunder. Medika
Jurnal Tuberkulosis Indonesia. 3(2): Saputro M.N. 2009. Hubungan pengetahu-
23-29. an dan sikap kader kesehatan
Murti B. 2010. Desain dan ukuran sampel dengan praktek penemuan suspect
untuk penelitian kuantitatif dan penderita TB paru di Puskesmas
kualitatif di bidang kesehatan. Plupuh 1 Kabupaten Sragen Propinsi
Gadjah Mada University Press. Edisi Jawa Tengah
ke-2 Sudarsono. 2010. Hubungan sikap dan
Nepal AK, Shiyalap K,Sermsri motivasi kader dengan kinerja
S,Keiwkarnka B. 2012. Compliance kader posyandu di wilayah kerja
with DOTS among tuberculosis Puskesmas Talun Kabupaten Blitar.
patients under community based Program Pasca Sarjana UNS Solo
DOTS strategy in Palpa District, Sudaryanto A. Pratiwi A. 2005. Studi
Nepal. Int J Infect Microbiol. 1(1):14- fenomenologic pengetahuan dan
19. sikap penderita TBC dan keluarga-
Niyi, Awofeso, Schelokova I and Dalhatu nya di wilayah Kecamatan
A. 2008. Training of front-line Kartasura. Jurnal Kemas. 1(1): 14-
health workers for tuberculosis 21.
control: Lessons from Nigeria and
Kyrgyzstan. Human Resources for
47
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga
Vol 1, No 1, 2013 (hal 38-48)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Sugiyono. 2011. Metode penelitian
kuantitatif kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Trisnawati G. 2008. Pelatihan peningkat-
an kemampuan kader dalam
penanganan tuberkulosis (TBC) di
wilayah kerja Puskesmas Gemolong
II Sragen. Jurnal Warta. 11(2): 150-
158.
Thu A, Ohnmar, Win H, Nyunt MT, Lwin
T. 2012. Knowledge, attitudes and
practice concerning tuberculosis in
a growing industrialised area in
Myanmar. INT J TUBERC LUNG DIS,
16(3): 330335.
Uno HB. 2011. Teori motivasi &
pengukurannya. Analisis di bidang
pendidikan. Bumi Aksara.
Wahyudi E. 2010. Hubungan pengetahu-
an sikap dan motivasi kader dengan
penemuan suspek tuberculosis paru
di Puskesmas Sanankulon
WHO. 2009. Global tuberculosis control
epidemiology, strategy, financing.
World Health Organization
Wongsokusumo B. 2010. Media
komunikasi dan informasi
perkumpulan pemberantasan
tuberkulosis. Jakarta: PPTI.
Zulkifli. Posyandu dan kader kesehatan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
repository.usu.ac.id/bitstream/1234
56789/ 3753/1/fkm zulkifli1 pdf.
Diunduh tanggal 12 Januari 2012

48

Anda mungkin juga menyukai