Biokimia
Biokimia
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan umum:
Tujuan khusus:
1
1.3 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada tiga sistem utama yang mengatur konsentrasi H+ dalam cairan tubuh
untuk mencegah acidosis atau alkalosis:
3
Seseorang dapat merubah konsentrasi CO2 dalam cairan tubuh dengan
mempercepat atau memperlambat kecepatan pernafasan (RR). Di lain pihak ginjal
mampu meningkatkan atau merendahkan konsentrasi HCO3 dalam cairan tubuh.
Dengan kedua cara regulasi ini, pH dapat disesuaikan dengan keadaan normal.
Pengaturan keseimbangan untuk mengatasi asidosis dan alkalosis melalui
sistem kontrol bekerja sebagai berikut:
2.2 Peranan sistem buffer, paru dan ginjal dalam keseimbangan asam
basa
4
o Buffer sistem ini sangat penting dalam cairan tubulus ginjal dan
intraseluler, tetapi pada cairan ekstraseluler konsentrasinya lebih
rendah daripada Bicarbonat Buffer.
c. Buffer Protein merupakan sistem yang terkuat dalam tubuh
o Protein terdiri dari bermacam asam amino yang mempunyai asam
bebas (COOH) yang dapat berdisosiasi menjadi COO- dan H+
o Mempunyai NH3OH yang dapat terdisosiasi mejadi NH3+ dan OH-
o OH- dapat bereaksi dengan H+ membentuk H2O
5
balik dari 1 sampai 3. Artinya bila konsentrasi H+ tiba-tiba meningkat melalui
penambahan asam kedalam cairan ekstrasel dan Ph turun dari 7,4 menjadi 7,0
sistem pernapasan dapat mengembalikan pH menjadi sekitar 7,2 sampai 7,3.
Respon ini terjadi dalam waktu 3 samapi 12 menit.
6
Keseluruhan mekanisme eksresi urin asam atau basa oleh ginjal adalah
sebagi berikut, sejumlah besar HCO3- difiltrasi secara terus menerus kedalam
tubuls dan bila HCO3- ini dieksresikan kedalam urin, keadaan ini menghilangkan
basa dari darah. Sejumlah besar H+ juga disekresikan kedalam kedalam sel
tubulus oleh sel epitel tubulus, sehingga menghilangkan asam dari darah. Bila
lebih banyak H+ yang yang disekresikan daripada HCO3 yang difiltrasi, akan
terjadi kehilangan asam dari cairan ekstrasel, sebaliknya, bila lebih bnayak HCO3
yang disekresikan, akan terjadi kehilangan basa.
1. Sekresi ion H+
2. Reabsorbsi HCO3- yang difiltrasi
3. Produksi HCO3- baru
7
Produksi asam-asam tertentu mengharuskan ginjal membuang ion H dan
menyimpan ion HCO3-
a. Penyangga Karbonat
H2CO3(aq)HCO3(aq)+H+(aq)
b. Penyangga hemoglobin
HHB + O2 ( g ) HBO2- + H +
8
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi
ion H+, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O2
bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat mengikat H+ dan
membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H+ yang dilepaskan pada peruraian
H2CO3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO2 yang terlarut dalam air saat
metabolisme.
c. Penyangga Fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam
mengatur pH darahPenyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4.
Penyangga di luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan
penyangga urin.
1. acidosis metabolik
Istilah asidosis metabolik merujuk pada semua tipe asidosis selain asidosis yang
disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Asidosis metabolik dapat
disebabkan oleh beberapa penyebab umum:
9
Jenis asidosis ini disebabkan oleh gangguan sekresi H+ atau reabsorbsi
HCO3- oleh ginjal atau keduanya. Kelainan ini biasanya mencakup
dua tipe yaitu:
Gangguan reabsorbsi HCO3- oleh tubulus ginjal yang
menyebabkan hilangnya HCO3 dalam urin
Ketidakmampuan mekanisme sekresi H+ oleh tubulus
ginjal untuk menimbulkan keasaman urin yang normal,
menyebabkan sekresi urin yang alkali.
Pada keadaan ini, dieksresikan asam yang dapat dititrasi dan NH4+
dalam jumlah banyak yang tidak adekuat. Sehingga terdapat
penggumpakan asam dalam cairan tubuh. Beberapa penyebab asidosis
tubulus ginjal termasuk gagal ginjal kronik, insufisiensi sekresi aldosteron
(addison) dan beberapa gangguan herediter dan gangguan didapat yang
mengganggu fungsi tubulus seperti sondrom fanconi
2. Diare
Diare berat merupakan penyebab asidosis metabolik yang paling
sering. Penyebab asidosis ini adalah hilangnya sejumlah natrium
bikarbonat kedalam feses. Seksresi gastrointestinal normal
mengandung sejumlah besar bikarbonat, dan diare menyebabkan
hilangnya HCO3- ini dari tubuh. Bentuk asidosis metabolik ini
berlansung berat dan dapat menyebabkan kematian terutama pada
anak-anak
3. Muntah
Memuntahkan isi lambung sendiri akan menyebabkan hilangnya
asam dan kecendrungan ke arah alkalosis karena sekresi lambung
bersifat sangat asam. Akan tetapi memuntahkan sejumlah besar isi
dari bagian dari traktus gastrointestinal bagian bawah, yang kadang-
kadang terjadi, menyebabkan hilangnya bikarbonat dan menimbulkan
asidosis metabolik dalam cara yang sama seperti diare menimbulkan
asidosis.
10
4. Diabetes melitus
Diabetes melitus disebabkan oleh tidak adanya sekresi insulin
oelh pancreas (diabetes tipe 1) atau insufisiensi sekresi insulin untuk
mengkompensasi penurunan sensitivitas efek insulin (diabetes tipe 2),
keadaan dengan isnulin yang tidak cukup menghalangi pengguaan
glukosa dalm metabolisme secara normal. Sebaliknya beberapa lemak
dipecah menjadi asam asetoasetat dan asam ini dimetabolisme oleh
jaringan untuk menghasilkan energi menggantikan glukosa. Pada
diabetes melitus yang berat, kadar asetoasetat darah dapat meningkat
sangat tinggi, sehingga menyebabkan asidosis metabolik yang berat.
Dalam usaha untuk mengkompensasi asidosis inin, sejumlah besar
asam disekresikan dalam urin, terkadang sebanyak 500 mmol/hari
11
asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang
bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam
12
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila
terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena.
2. Asidosis respiratorik
Pada asidosis respon kompensasi yang tersedia adalah dapar cairan tubuh
dan ginjal yang membutuhkan waktu beberapa hari untuk mengompensasi
gangguan.
2.5 Perubahan kimia yang terjadi pada alkalosis respiratorik dan metabolik
1. alkalosis respiratorik
13
kompensasi adalah dapar kimiawi cairan tubuh dan kemampuan ginjal untuk
meningkatkan eksresi HCO3-.
2. alkalosis metabolik
Bila terdapat retensi HCO3- yang berlebihan atau hilangnya H+ dari dalam
tubuh, keadaan ini menyebabkan alkalisi metabolik. Alkalosis metabolik tidak
begitu umum seperti asidosis metabolik, tetapi beberapa penyebab alkalosis
metabolik adalah sebagai berikut:
2. Kelebihan aldosteron
Bila sejumlah besar aldosteron disekresikan oleh kelenjer adrenal,
akan terjadi alkalosis metabolik ringan. Aldosteron meningkatkan
reabsorbsi Na+ dalam jumlah banyak dari tubulus distal dan tubulus
koligentes dan pada waktu yang bersamaan meransang sekresi H+ oleh
nsel interkalatus pada tubulus koligentes. Peningkatan sekresi H+ ini
menimbulkan peningkatan eksresi H+ oleh ginjal dan menimbulkan
alkalosis metabolik.
14
ini terutama terjadi pada neonatus yang mengalami obstruksi pilorus
akibat hipertrofi otot sfingter pilorus.
4. Konsumsi obat-obatan
Salah satu penyebab alkalosis metabolik yang umum adalah
konsumsi obat alkali, seperti natrium bikarbonay untuk pengobatan
gastritis atau ilkus peptik.
Diare
Muntah
15
Memuntahkan isi lambung sendiri akan menyebabkan hilangnya
asam dan kecendrungan ke arah alkalosis karena sekresi lambung
bersifat sangat asam. Akan tetapi memuntahkan sejumlah besar isi dari
bagian dari traktus gastrointestinal bagian bawah, yang kadang-kadang
terjadi, menyebabkan hilangnya bikarbonat dan menimbulkan asidosis
metabolik dalam cara yang sama seperti diare menimbulkan asidosis.
Diabetes mellitus
Pada beberapa keadaan, gangguan asam basa tidak disertai oleh respon
kompensasi yang sesuai. Bila keadaan ini terjadi, disebut dengan gangguan asam
basa campuran. Hal ini berarti bahwa ada dua penyebab dasar atau atau lebih
terhadap gangguan asam basa. Sebagai contoh, seorang pasien dengan pH rendah
akan dikelompokkan sebagai asidosis. Bila gangguan diperantarai secara
metabolik, keadaan ini juga akan disertai dengan konsentrasi HCO3- plasma
rendah dan dan setelah kompensasi respiratorik yang sesuai juga disertai dengan
PCO2 yang rendah.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
18