Anda di halaman 1dari 2

PERUBAHAN SIFAT FISIK AIR TERHADAP PENAMBAHAN GARAM

Arizal Achmad Fauzi


Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung, Bandung,
Indonesia
arizal.achmad@students.itb.ac.id

Air memiliki struktur atom yang sangat sederhana. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O dimana satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen. Struktur atom alami air menyebabkan
molekulnya memiliki sifat yang unik antara lain air memiliki panas spesifik tinggi, air memiliki ph netral, molekul air
dalam bentuk cair berada dalam rentang suhu 0o 100o C, air lebih mudah menyerap panas dibandingkan cairan lain
dan molekul air di Bumi memiliki 3 bentuk fisik yaitu padat (es), cair (air) dan gas (uap air).

Air adalah penyusun utama laut. Air laut tersusun dari 97% air dan 3% garam dan trace elements lainnya. Air memiliki
titik didih yang tinggi sehingga air umumnya dijumpai pada fase cair. Pada dasarnya air sangat penting bagi proses
kehidupan terutama bagi manusia itu sendiri. Air sangat penting bagi kehidupan karena memiliki kemampuan
melarutkan hampir semua unsur dalam jumlah yang relatif sedikit. Air juga memliki peranan dalam mengendalikan
penyebaran panas di Bumi. Hal ini menyebabkan seluruh daerah di permukaan bumi memiliki suhu yang relatif baik
dan merata (suhunya tidak ekstrim) sehingga dapat ditempati baik oleh manusia, hewan, dan makhluk hidup lainnya.
Idealnya, sifat-sifat air laut relatif sama denga sifat-sifat air pada umumnya. Namun adanya garam dalam air laut
menyebabkan perubahan sifat-sifat air laut meskipun porsi dari garam dalam air relatif relatif kecil. Salah satu
perubahan sifat air terhadap penambahan garam adalah kapasitas panas menurun jika dibandingkan dengan air ideal.

Adanya ion garam di dalam air menyebabkan molekul-molekul air terikat dan terbentuk hidrat. Garam merupakan
material padat yang atom-atomnya tertikat satu sama lain dengan ikatan ionik hasil dari tarikan elektrostatik antara ion-
ion bermuatan positif (kation) dan ion-ion bermuatan negatif (anion). Oleh sebab itu akan terjadi pelarutan karena
kation-kation dan anion-anion secara elektrostatik menarik molekul-molekul air. Kation-kation menarik kutub oksigen
dari molekul air sedangkan anion-anion menarik kutub hidrogen. Karena dikelilingi oleh molekul-molekul air, ion-ion
terlalu jauh untuk dapat saling menarik satu sama lain. Dengan demikian, ikatan ionik rusak dan ion-ion dikatakan
terlarut atau terhidrasi.

Adanya garam yang relatif banyak dalam air menyebabkan salinitas air akan meningkat. Salinitas merupakan kadar
garam yang terkandung di perairan (air). Salinitas dapat didefinisikan menjadi jumlah total material solid terlarut
dalam 1 kilogram air saat seluruh karbon dikonversi menjadi oksida, seluruh bromin dan iodin digantikan oleh klorin
dan seluruh organik matter sudah teroksidasi (Thurman, 1993). Suhu dan salinitas memiliki hubungan yang
berdekatan. Suhu dan salinitas dibatasi oleh kapasitas panas yang berbeda. Salinitas menyebabkan pemanasan dari air
akan berkurang pada aliran air. Sebagai contoh pada sungai dan muara ditemui suhu yang lebih rendah dari laguna
karena adanya garam dalam campuran airnya sehingga mencegah lebih banyak penguapan karena terhalang oleh
partikel-partikel garam yang tercampur.

Gambar 1. Grafik Perbandingan Suhu dan Salinitas terhadap


Kedalaman

Pada dasarnya air memiliki kapasitas panas yang tinggi sehingga air membutuhkan sejumlah energi panas yang tinggi
untuk menaikkan suhunya. Air menahan perubahan suhu dengan melepas atau menyerap panas lingkungan
disekitarnya. Dengan ditambahnya garam ke dalam air maka akan meningkatkan salinitas air tersebut yang berarti akan
menurunkan suhu dari air. Menurunnya suhu diakibatkan karena kapasitas panas air menurun daripada kapasitas panas
air normal. Kapasitas panas yang kecil menyebabkan tingkat penyimpanan panas dari air kecil pula. Berbagai
perubahan sifat air tersebut menyebabkan titik didih air laut akan meningkat pula seiring dengan peningkatan salinitas.

References :
Bhatt J J. (1978). Oceanography Exploring the Planet Ocean. New York : D. Van Nostrand Company.
Castro P. And Huber M. E. (2000). Marine Biology, 3rd edition. USA : Mc Graw Hill Companies.
Hutabarat S dan Evans S. M. (1986). Pengantar Oseanografi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Anda mungkin juga menyukai