Anda di halaman 1dari 4

UTS 2 2013/2014

1. Foto digital

a. Komponen

b. Keunggulan

c. RLE

Prinsip umum yang digunakan untuk kompresi citra ini adalah mengurangi duplikasi data
dalam citra yang sering terjadi, sehingga memori yang digunakan untuk merepresentasikan
citra menjadi lebih sedikit dari pada representasi citra semula.
2. Image matching

a. Pengertian

Pencocokan citra (image matching) adalah usaha untuk mengidentifikasi dan mengukur derajat
kesamaan/kecocokan objek pada dua atau lebih foto yang bertampalan. image
matching atau automatic stereo matching adalah suatu proses mencari/mengidentifikasi
oasangan suatu titik yang muncul pada dua foto atau lebih. Pada instrumen analog/analitik
image matching dilakukan oleh operator secara manual menggunakan persepsi 3D mata kiri
dan kanan. Pada fotogrametri digital image matching dilakukan secara otomatis dengan
mencocokkan dua citra. Dalam fotogrametri dijital, pencarian titik/obyek yang sama dari
suatu foto di foto(-foto) lainnya dengan menggunakan perangkat lunak komputer disebut
sebagai digital image matching

Kegunaan image matching dalam fotogrametri antara lain :

1. Pada proses Orientasi Dalam dan Relatif saat mencari pasangan titik untukdiamati.

2. Pada proses Triangulasi Udara saat mencari pasangan titik ikat pada semuafoto dimana
titik tersebut muncul.
3. Pembentukan DTM ( Digital Terain Model ), mencari pasangan titik foto untuk posisi titik
DTM

4. Proses pembuatan Orthofoto

5. Digitasi pada layar monitor

b. metode area based matching dengan teknik normalized cross correlation

Metode area-based : melakukan perbandingan secara numeris dari di-gital numbers


dalam subarrays yang kecil/terbatas dari masing-masing citra.
pendekatan ini sangat langsung dan umum digunakan dalam sistem soft-copy.
lower level

c. faktor-faktor penyebab kegagalan

Identifikasi titik sekawan pada fotogrametri dijital dapat dilakukan dengan otomatis
menggunakan metode pencocokan citra (image matching). Problem dalam otomatisasi sistem
fotogrametri dijital adalah sulit untuk mengidentifikasi titik sekawan secara otomatis pada
citra homogen yang bertampalan. Pekerjaan mencocokan titik sekawan dalam fotogrametri
analog membutuhkan seorang operator yang memiliki keahlian khusus untuk mengenali
karakteristik kesamaan citra kiri dan kanan pada pasa
ngan foto stereo. Otomatisasi pencocokan citra fotogrametri dijital diharapkan menjadi solusi
terhadap masalah campur tangan dan kelelahan operator sehingga faktor ketelitian dan
kecepatan dapat ditingkatkan.

Metode pencocokan citrayang banyak dipakai untuk keperluan proses fotogrametri adalah
berbasis area (area-based) dan berbasis unsur (
feature-based). Metode berbasis area menggunakan komposisi nilai derajat keabuan (gray
level) citra sebagai sampel yang akan diuji dalam penelitian. Metode area based matching
digunakan dalam penelitian ini karena merupakan metode yang paling mudah dilakukan dan
memberikan hasil pencocokan yang relatif cepat (Ilham, 2007). Metode ini juga memiliki
akurasi yang cukup tinggi untuk area yang memiliki tekstur baik dan unik, dan pada beberapa
kasus tingkat akurasi dari kecocokan dapat dinyatakan kuantitasnya dalam unit metrik. Area
based matching pada dasarnya membandingkan nilai derajat keabu-abuan (gray level) suatu
bentuk kecil matriks citra dimana pusat matriksnya merupakan lokasi gray value dari titik
yang akan dicocokan.

Sebuah perbandingan statistik dihitung dari angka digital yang diambil dari subarrays sama-ukuran
dalam gambar kiri dan kanan.

Sebuah koefisien korelasi dihitung dengan persamaan berikut, menggunakan nomor digital dari
subarrays A dan B.

Anda mungkin juga menyukai