Anda di halaman 1dari 17

PRESENTASI KASUS

PITIRIASIS VERSIKOLOR

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RST Tk II Soedjono Magelang

Pembimbing :
dr. Susilowati , Sp.KK

Disusun oleh :
Aulia Livia
1620221162

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN


ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
VETERAN JAKARTA
2016

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
Pitiriasis Versikolor

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas


Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RST Tk II Soedjono Magelang

Oleh :

Aulia Livia
1620221162

Magelang, Juli 2017


Telah dibimbing dan disahkan oleh,
Dokter pembimbing

dr. Susilowati, Sp.KK

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi jamur kulit cukup banyak di temukan di Indonesia, yang merupakan negara
tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene juga kurang sempurna. Penyakit jamur
kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang
disebabkan infeksi jamur. Pada umumnya golongan penyakit ini dibagi atas infeksi superfisial,
infeksi kutan, dan infeksi subkutan. Infeksi superfisial yang paling sering ditemukan adalah
pityriasis versikolor. Yang termasuk dengan infeksi kutan adalah dermatofitosis dan kandidosis
kutis. Infeksi subkutan yang kadang-kadang ditemukan adalahsporotrikosis, fikomikosis
subkutan, aktinomikosis, dan kromomikosis. Diantara penyakit jamur superfisial yang sering
dijumpai di Indonesia salah satunyaadalah pityriasis versikolor. Pada penyakit kulit karena
infeksi jamur superfisial, seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung
dengan benda-benda yang sudah terkontaminasioleh jamur atau kontak langsung dengan
penderita. Infeksi jamur yang non dermatofitosis salahsatunya pityriasis versikolor yang
disebabkan oleh jamur malassezia. Penyakit ini sangat menarik oleh karena keluhannya
bergantung pada tingkat ekonomi daripada kehidupan penderita. Bila penderita adalah orang
dengan golongan ekonomi lemah (misalnya: tukang becak, pembanturumah tangga) penyakit ini
tidak dihiraukan. Tetapi pada penderita dengan ekonomi menengahkeatas yang mengutamakan
penampilan maka penyakit ini adalah penyakit yang sangat bermasalah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia
furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit kronis yang ditandai oleh bercak putih sampai
coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di
ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Nama lainnya adalah tinea versikolor
atau panu (Budimulja, 2006).
Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia
furfur dan pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa
peradangan. Pityriasis versikolor ini mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan
lipatan paha (Budimulja, 2006).
Pityriasis versikolor adalah infeksi jamur supervisial yang ditandai dengan adanya
makula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal (Siregar, 2004)
Pityriasis versikolor memiliki nama lain atau biasa disebut dengan tinea versikolor,
kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pityriasis versikolor flava dan panau.

II.2 Epidemiologi
Pityriasis versikolor adalah penyakit universal dan terutama ditemukan di daerah tropis.
Pityriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembaban tinggi.
Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka kejadian pityriasis
versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan
wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada
usia 15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian
sebelum pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan.
Pityriasis versikolor terdistribusi ke seluruh dunia, tetapi pada daerah tropis dan daerah
subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan pada daerah yang lebih
dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien mengunjungi dermatologis. Di Inggris,
insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1% diantara penyakit kulit. Pityriasis versikolor
kebanyakan menyerang orang muda. Grup umur yang terkena 25-30 tahun pada pria dan 20-25
pada wanita.

II.3 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau
Pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat
berubah sesuai dengan lingkungannya, misalnya suhu, media dan kelembaban.
Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium dari Pityrosporum orbiculare
ataupun Pityrosporum ovale. Organisme tersebut merupakan jamur lipofilik yang normalnya
hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu.
Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur memerlukan lemak (lipid) untuk
pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in vitro, asam amino asparagin menstimulasi
pertumbuhan organisme, sedangkan asam amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan)
pembentukan hifa. Pada dua riset yang terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino
meningkat pada kulit pasien yang tidak terkena panu. Jamur ini juga ditemukan di kulit yang
sehat, namun baru akan memberikan gejala bila tumbuh berlebihan. Mallasezia furfur akan
menjadi patogen dengan beberapa faktor predisposisi, yaitu diantaranya adalah, faktor eksogen
dan faktor endogen; faktor endogen dapat disebabkan oleh defisiensi imun, sedangkan faktor
eksogen dapat disebabkan oleh faktor suhu, kelembaban udara dan keringat

II.4 Faktor Predisposisi


Suhu yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, pengobatan dengan
glukokortikoid, dan defisiensi imun. Pemakaian minyak seperti minyak kelapa merupakan
predisposisi terjadinya Pityriasis versikolor pada anak-anak.
Faktor predisposisi lain adalah :
1. Pengangkatan glandula adrenal
2. Penyakit Cushing
3. Kehamilan
4. Malnutrisi
5. Luka bakar
6. Terapi steroid
7. Supresi sistem imun
8. Kontrasepsi oral
9. Suhu Panas
10. Kelembaban

III.5 Manifestasi Klinis


Kelainan kulit pada pityriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di
badan. Kelainan ini terluhat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak terarur sampai
teratur, batas jelas sampai difus.
Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal ringan pada
keluhan pasien. Pasien yang menderita Pityriasisversikolor biasanya mengeluhkan bercak
pigmentasi dengan alasan kosmetik. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau
kemungkinan pengaruh toksik jamur terhadap pembetukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.
Predileksi pityriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila,
inguinal, paha, genitalia. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dengan ukuran lesi
dapat milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai, yaitu :
1. Bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus diatasnya, dan tepi
tidak meninggi.
2. Bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.
Gambar 1. Pityriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi Kaukasia (kiri
atas) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan atas dan bawah).

II.6 Patogenesis

Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya ptyriasis versicolor
ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk
oval. Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Malassezia berubah dari
bentuk blastospore ke bentuk mycelial. Hal ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi. Malassezia
memiliki enzim oksidasi yang dapat merubah asam lemak pada lipid yang terdapat pada
permukaan kulit menjadi asam dikarboksilat. Asam dikarboksilik ini
menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dapat mengakibatkan hipomelanosit.
Tirosinase adalah enzim yang memiliki peranan penting dalam pembentukan melanin.
Malassezia Furfur dapat menginfeksi pada individu yang sehat sebagaimana ia dapat
menginfeksi individu dengan immunocompromised, misalnya pada pasien kanker atau AIDS.

II.7 Penegakan Diagnosis


1. Anamnesis
Penderita biasanya mengeluhkan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat. Penderita
pada umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/macula berwarna putih (hipopigmentasi)
atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal yang akan muncul saat berkeringat
(Radiono, 2001)
2. Pemeriksaan fisik
Kelainan kulit di temukan di badan terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni,
bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Sering didapatkan lesi bentuk
folikular atau lebih besar, atau bentuk nummular yang meluas membentuk plakat. Kadang-
kadang dijumpai bentuk campuran, yaitu folikular dengan nummular, folikular dengan plakat
ataupun folikular atau nummular dengan plakat (Madani A, 2000)
3. Pemeriksaan langsung dengan KOH 20%
Pemeriksaan ini memperlihatkan kelompok sel ragi bulat berdinding tebal dengan
miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang akan lebih mudah dilihat
dengan penambahan zat warna tinta parker blue-black atau biru laktofenol. Gambaran ragi
dan miselium tersebut sering dilukiskan sebagai meat ball and spageti .
Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami
lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alcohol 70%, lalu dikerok dengan skapel
steril dan jatuhnya ditampung dalam lempeng-lempeng steril. Sebagian dari bahan tersebut
diperiksa langsung dengan KOH 20% yang di beri tinta parker biru hitam, dipanaskan
sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya
memang jamur, maka akan terlihat garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan
jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butir yang bersambung
seperti kalung. Pada ptyriasis versicolor hifa tampak pendek-pendek, bercabang, terpotong-
potong, lurus atau bengkok dengan spora yang berkelompok.
4. Pemeriksaan dengan sinar wood
Pemeriksaan dengan sinar wood, dapat memberikan perubahan warna seluruh daerah
lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan
memperlihatkan flouresensi warna kuning keemasan sampai orange.

II.8 Diagnosis banding


Penyakit ini harus dibedakan dengan dermatitis seboroika, eritrasma, sifilis II, achromia
parasitik dari Padro-Castello dan Dominiquez, morbus Hansen, pitiriasis alba, serta vitiligo.

II.9 Pengobatan
Pengobatan pityriasis versicolor dapat diterapi secara topical maupun sistemik. Tingginya
angka kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai 60% pada tahun pertama dan 80%
setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi profilaksis untuk mencegah rekurensi :
1. Pengobatan topical
2. Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang dapat
digunakan ialah :
a. Selenium sulfide 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokan pada
lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi.
b. Salisil spiritus 10 %
c. Turunan azol, misalnya : mikonazol, klotrimazol, isokanazol dan ekonazol dalam bentuk
topical
d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
e. Larutan natrium tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama 2 minggu
3. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik diberikan pada kasus pityriasis versicolor yang luas atau jika pemakaian
obat topical tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah :
a. Ketokonazol, dosis : 200 mg perhari selama 10 hari
b. Flukonazol, dosis : dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu
c. Itraconazol, dosis : 100 mg perhari selama 2 minggu
4. Terapi hipopigmentasi
a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam
b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam
c. Jemur matahari kurang lebih 10 menit antara jam 10.00 15.00

II.9 Prognosis
Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan, bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun
dan konsisten. Pengobatan harus di teruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negative.

BAB III

STATUS PASIEN

III.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. MRA

Umur : 17 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Kelon, Borobudur, Magelang

Agama : Islam

Status : Lajang

No. RM : 115xxx

III.2 ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoaamnesis pada tanggal 18 Juli 2017, pukul 14.02 WIB

Keluhan utama
Muncul bercak putih di wajah dan punggung
Riwayat penyakit sekarang
Bercak putih muncul kurang lebih sudah sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya bercak putih
hanya dirasakan di bagian wajah dan hanya berukuran kecil. Pasien mengatakan, bercak
tersebut semakin lama semakin banyak dan semakin menyebar ke punggung. Pasien tidak
mengeluhkan adanya rasa gatal yang hebat, rasa gatal dirasakan saat pasien beraktivitas
dan banyak berkeringat. Pasien hobi bermain bola.
Riwayat penyakit dahulu
- Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
- Riwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat serupa disangkal
- Riwayat alergi pada keluarga disangkal
Riwayat pengobaatan

Pasien mengeluhkan pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, sudah pernah
diobati dan keluhan hilang

III.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata
- Keadaan umum : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Kompos mentis
- Tanda vital : Tidak dilakuka pemeriksaan
- Head to toe : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status dermatologis
- Lokasi : Wajah dan punggung
- Efloresensi : Makula hipopigmentai dalam berbagai ukuran. Berbatas tegas
dan disertai dengan skuama halus diatasnya
III.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pasien, pemeriksaan penunjang tidak dilakukan

III.5 RESUME

Pasien laki-laki berusia 17 tahun datang dengan keluhan terdapat lesi makula
hipopigmentasi pada bagian wajah dan punggung, dan disertai dengan gatal ringan. Keluhan ini
sudah dirasakan sejak satu tahun yang lalu. Keluhan sudah pernah dirasakan sebelumnya dan
sudah diobati hingga keluhan hilang. Dari pemeriksaan status lokalis didapatkan lesi makula
dengan berbagai ukuran, berbatas tegas dan disertai dengan skuama halus diatasnya pada bagian
wajah dan punggung.

III.6 DIAGNOSIS BANDING

1. Pitiriasis versikolor
2. Pitiriasis alba
3. Morbus Hansen
4. Vitiligo
III.7 DIAGNOSIS

Pitiriasis Versikolor

III.8 PENATALAKSANAAN

Ketokonazol 200 mg selama 10 hari

Sapo viridis sabun

Loratadin 10 mg selama 10 hari

Mikonazol krim

III.9 PROGNOSIS

Dubia ad bonam.

Bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Subjektive
Bercak-bercak putih di bagian wajah dan punggung sejak 1 tahun yang lalu.
Bercak putih bemula hanya pada bagian wajah dan hanya berukuran kecil. Semakin lama,
bercak putih juga muncul di bagian punggung.
Bercak putih atau disebut hipopigmentasi menggambarkan adanya proses
depigmentasi. Dilihat dari efloresensinya masih memungkinkan mengarah ke penyakit
infeksi jamur (pitiriasis versikolor), vitiligo, atau pitiriasis alba. Tempat predileksi di
sekitar wajah dan punggung, juga masih memungkinkan ke arah pitiriasis versikolor,
vitiligo dan pitiriasis alba. Pada pitiriasis alba dengan lokalisasi ekstremitas bawah
biasanya terdapat di tungkai atas, sedangkan pada vitiligo, tempat predileksi tersering
adalah lokalisata (fokalis, segmentalis, mukosa) yaitu dapat timbul dimana saja, tetapi
umumnya di daerah peregangan dan tekanan, misalnya lutut siku, punggung tangan dan
jari-jari, generalisata yaitu pada daerah wajah, aksila, umbilicus, putting susu, sakrum
juga inguinal dan universal yaitu pada daerah lipatan, aksila, dan sekitar orifisium.
Adanya keluhan gatal ringan juga melemahkan vitiligo. Pada vitiligo juga akan
ditemukan adanya faktor genetik atau keluarga dengan keluhan yang sama. Pasien tidak
mengeluhkan adanya lesi eritema yang kemudian menghilang, keadaan ini dapat
melemahkan pitiriasis alba.

B. Objective
Lokalisasi : Wajah dan punggung
Efloresensi : Makula hipopigmentai dalam berbagai ukuran. Berbatas tegas
dan disertai dengan skuama halus diatasnya

Tabel. Diagnosis Banding

Vitiligo Pitiriasis Alba Pitiriasis Pielbadisme


Versikolor
Etiologi Genetik, Belum diketahui Infeksi Diturunkan
autoimun, Malassezia secara
paparan bahan furfur dominan
kimia, neural autosomal,
mungkin
migrasi
melanoblas
Epidemiologi Perempuan > Perempuan = laki- Perempuan = Perempuan =
laki-laki laki, >>anak laki-laki, laki-laki
terutama di
daerah tropis
Faktor Stress emosional, Kulit kering, Defisiensi imun, Genetik
predisposisi gangguan paparan sinar suhu lembab,
autoimun seperti: matahari, keringat,
penyakit tiroid, higienitas buruk, malnutrisi
DM, anemia suhu, kelembaban
pernisiosa,
paparan radiasi
sinar UV
Gejala klinis Asimptomatik Umunya Gatal Asimptomatik
asimptomatik,
tetapi dapat pula
terasa gatal dan
panas
Lokasi Lokalisata (fokal, Ekstremitas dan Badan, ketiak, Dahi, dada
segmental, badan, >> di lipat paha, leher, bagian atas,
mukosa), sekitar mulut, tungkai atas, perut, tungkai
generalisata, dagu, pipi dan muka
universalis dahi
Efloresensi Makula Awalnya makula Makula Makula
hipopigmentasi eritema kemudian hipopigmentasi hipopigmentasi
menjadi makula disertai skuama disertai kulit
hipopigmentasi halus berwarna normal atau
dengan skuama putih sampai hipermelanosis
halus coklat terdapat di
kehitaman dalam daerah
yang
hipomelanosis
Gambar

C. Assessment
Pityriasis versikolor

D. Planning
- Ketokonazol 200 mg selama 10 hari
Merupakan obat antifungi golongan azol. Bekerja dengan cara berinteraksi
dengan enzim P-450 untuk menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol
yang penting untuk membran jamur.
- Sapoverdin sabun
- Loratadin 10 mg selama 10 hari
Loratadine adalah suatu antihistamin trisiklik yang bekerja lama dengan
aktivitas antagonis selektif terhadap reseptor H1 (reseptor histamin 1) perifer
tanpa efek sedasi sentral (efek mengantuk) atau efek antikolinergik. Loratadine
juga memiliki efek lain yaitu mencegah mediatorsitokin dari sel mast jaringan
setelah stimulasi imunologik maupun non-imunologik.
- Mikonazol krim
Merupakan antifungi golongan azol yang memiliki mekanisme kerja sama
dengan obat ketokonazol.

DAFTAR PUSTAKA

Brannon, H. 2004. Tinea Versicolor. Diambil dari www.about.com/Dermatology. diakses tanggal


24 September 2013Budimulja, Unandar. 2006. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
Burkhart, Craig G. and Lorie G. 2010. Tinea Versicolor.
http://emedicine.medscape.com/article/1091575. Diakses tanggal 24 September 2013.

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. ilmu penyakit kulit dan kelamin. 3rd ed. Jakarta : balai penerbit
FKUI: 2013

Hawranek, Thomas. 2002. Cutaneous Mycology. In Fungal Allergy and Pathogenicity. Basel: S.
Karger AG.

Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatricks, The Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.

Madani A. infeksi jamur kulit. In : Harahap M, editor. Ilmu penyakit kulit. Jakarta : hipokrates;
2000

Nasution, M.A. 2005.Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa PandanganDermatologis,


Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU. Medan.

Radiono S. pityriasis versicolor. In :Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL,


Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis : pedoman untuk dokter dan
mahasiswa kedokteran. Jakarta : balai penerbit FK UI; 2001

Siregar. 2004. Saripati Penyakit Kulit, Ed.2 .Jakarta : EGC

Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatricks, The Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.

Anda mungkin juga menyukai