PITIRIASIS VERSIKOLOR
Pembimbing :
dr. Susilowati , Sp.KK
Disusun oleh :
Aulia Livia
1620221162
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Pitiriasis Versikolor
Oleh :
Aulia Livia
1620221162
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi jamur kulit cukup banyak di temukan di Indonesia, yang merupakan negara
tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene juga kurang sempurna. Penyakit jamur
kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang
disebabkan infeksi jamur. Pada umumnya golongan penyakit ini dibagi atas infeksi superfisial,
infeksi kutan, dan infeksi subkutan. Infeksi superfisial yang paling sering ditemukan adalah
pityriasis versikolor. Yang termasuk dengan infeksi kutan adalah dermatofitosis dan kandidosis
kutis. Infeksi subkutan yang kadang-kadang ditemukan adalahsporotrikosis, fikomikosis
subkutan, aktinomikosis, dan kromomikosis. Diantara penyakit jamur superfisial yang sering
dijumpai di Indonesia salah satunyaadalah pityriasis versikolor. Pada penyakit kulit karena
infeksi jamur superfisial, seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung
dengan benda-benda yang sudah terkontaminasioleh jamur atau kontak langsung dengan
penderita. Infeksi jamur yang non dermatofitosis salahsatunya pityriasis versikolor yang
disebabkan oleh jamur malassezia. Penyakit ini sangat menarik oleh karena keluhannya
bergantung pada tingkat ekonomi daripada kehidupan penderita. Bila penderita adalah orang
dengan golongan ekonomi lemah (misalnya: tukang becak, pembanturumah tangga) penyakit ini
tidak dihiraukan. Tetapi pada penderita dengan ekonomi menengahkeatas yang mengutamakan
penampilan maka penyakit ini adalah penyakit yang sangat bermasalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia
furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit kronis yang ditandai oleh bercak putih sampai
coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di
ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Nama lainnya adalah tinea versikolor
atau panu (Budimulja, 2006).
Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia
furfur dan pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa
peradangan. Pityriasis versikolor ini mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan
lipatan paha (Budimulja, 2006).
Pityriasis versikolor adalah infeksi jamur supervisial yang ditandai dengan adanya
makula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal (Siregar, 2004)
Pityriasis versikolor memiliki nama lain atau biasa disebut dengan tinea versikolor,
kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pityriasis versikolor flava dan panau.
II.2 Epidemiologi
Pityriasis versikolor adalah penyakit universal dan terutama ditemukan di daerah tropis.
Pityriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembaban tinggi.
Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka kejadian pityriasis
versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan
wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada
usia 15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian
sebelum pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan.
Pityriasis versikolor terdistribusi ke seluruh dunia, tetapi pada daerah tropis dan daerah
subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan pada daerah yang lebih
dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien mengunjungi dermatologis. Di Inggris,
insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1% diantara penyakit kulit. Pityriasis versikolor
kebanyakan menyerang orang muda. Grup umur yang terkena 25-30 tahun pada pria dan 20-25
pada wanita.
II.3 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau
Pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat
berubah sesuai dengan lingkungannya, misalnya suhu, media dan kelembaban.
Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium dari Pityrosporum orbiculare
ataupun Pityrosporum ovale. Organisme tersebut merupakan jamur lipofilik yang normalnya
hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu.
Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur memerlukan lemak (lipid) untuk
pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in vitro, asam amino asparagin menstimulasi
pertumbuhan organisme, sedangkan asam amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan)
pembentukan hifa. Pada dua riset yang terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino
meningkat pada kulit pasien yang tidak terkena panu. Jamur ini juga ditemukan di kulit yang
sehat, namun baru akan memberikan gejala bila tumbuh berlebihan. Mallasezia furfur akan
menjadi patogen dengan beberapa faktor predisposisi, yaitu diantaranya adalah, faktor eksogen
dan faktor endogen; faktor endogen dapat disebabkan oleh defisiensi imun, sedangkan faktor
eksogen dapat disebabkan oleh faktor suhu, kelembaban udara dan keringat
II.6 Patogenesis
Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya ptyriasis versicolor
ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk
oval. Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Malassezia berubah dari
bentuk blastospore ke bentuk mycelial. Hal ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi. Malassezia
memiliki enzim oksidasi yang dapat merubah asam lemak pada lipid yang terdapat pada
permukaan kulit menjadi asam dikarboksilat. Asam dikarboksilik ini
menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dapat mengakibatkan hipomelanosit.
Tirosinase adalah enzim yang memiliki peranan penting dalam pembentukan melanin.
Malassezia Furfur dapat menginfeksi pada individu yang sehat sebagaimana ia dapat
menginfeksi individu dengan immunocompromised, misalnya pada pasien kanker atau AIDS.
II.9 Pengobatan
Pengobatan pityriasis versicolor dapat diterapi secara topical maupun sistemik. Tingginya
angka kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai 60% pada tahun pertama dan 80%
setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi profilaksis untuk mencegah rekurensi :
1. Pengobatan topical
2. Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang dapat
digunakan ialah :
a. Selenium sulfide 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokan pada
lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi.
b. Salisil spiritus 10 %
c. Turunan azol, misalnya : mikonazol, klotrimazol, isokanazol dan ekonazol dalam bentuk
topical
d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
e. Larutan natrium tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama 2 minggu
3. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik diberikan pada kasus pityriasis versicolor yang luas atau jika pemakaian
obat topical tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah :
a. Ketokonazol, dosis : 200 mg perhari selama 10 hari
b. Flukonazol, dosis : dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu
c. Itraconazol, dosis : 100 mg perhari selama 2 minggu
4. Terapi hipopigmentasi
a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam
b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam
c. Jemur matahari kurang lebih 10 menit antara jam 10.00 15.00
II.9 Prognosis
Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan, bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun
dan konsisten. Pengobatan harus di teruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negative.
BAB III
STATUS PASIEN
Umur : 17 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Status : Lajang
No. RM : 115xxx
III.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoaamnesis pada tanggal 18 Juli 2017, pukul 14.02 WIB
Keluhan utama
Muncul bercak putih di wajah dan punggung
Riwayat penyakit sekarang
Bercak putih muncul kurang lebih sudah sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya bercak putih
hanya dirasakan di bagian wajah dan hanya berukuran kecil. Pasien mengatakan, bercak
tersebut semakin lama semakin banyak dan semakin menyebar ke punggung. Pasien tidak
mengeluhkan adanya rasa gatal yang hebat, rasa gatal dirasakan saat pasien beraktivitas
dan banyak berkeringat. Pasien hobi bermain bola.
Riwayat penyakit dahulu
- Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
- Riwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat serupa disangkal
- Riwayat alergi pada keluarga disangkal
Riwayat pengobaatan
Pasien mengeluhkan pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, sudah pernah
diobati dan keluhan hilang
Status Generalisata
- Keadaan umum : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Kompos mentis
- Tanda vital : Tidak dilakuka pemeriksaan
- Head to toe : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status dermatologis
- Lokasi : Wajah dan punggung
- Efloresensi : Makula hipopigmentai dalam berbagai ukuran. Berbatas tegas
dan disertai dengan skuama halus diatasnya
III.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
III.5 RESUME
Pasien laki-laki berusia 17 tahun datang dengan keluhan terdapat lesi makula
hipopigmentasi pada bagian wajah dan punggung, dan disertai dengan gatal ringan. Keluhan ini
sudah dirasakan sejak satu tahun yang lalu. Keluhan sudah pernah dirasakan sebelumnya dan
sudah diobati hingga keluhan hilang. Dari pemeriksaan status lokalis didapatkan lesi makula
dengan berbagai ukuran, berbatas tegas dan disertai dengan skuama halus diatasnya pada bagian
wajah dan punggung.
1. Pitiriasis versikolor
2. Pitiriasis alba
3. Morbus Hansen
4. Vitiligo
III.7 DIAGNOSIS
Pitiriasis Versikolor
III.8 PENATALAKSANAAN
Mikonazol krim
III.9 PROGNOSIS
Dubia ad bonam.
PEMBAHASAN
A. Subjektive
Bercak-bercak putih di bagian wajah dan punggung sejak 1 tahun yang lalu.
Bercak putih bemula hanya pada bagian wajah dan hanya berukuran kecil. Semakin lama,
bercak putih juga muncul di bagian punggung.
Bercak putih atau disebut hipopigmentasi menggambarkan adanya proses
depigmentasi. Dilihat dari efloresensinya masih memungkinkan mengarah ke penyakit
infeksi jamur (pitiriasis versikolor), vitiligo, atau pitiriasis alba. Tempat predileksi di
sekitar wajah dan punggung, juga masih memungkinkan ke arah pitiriasis versikolor,
vitiligo dan pitiriasis alba. Pada pitiriasis alba dengan lokalisasi ekstremitas bawah
biasanya terdapat di tungkai atas, sedangkan pada vitiligo, tempat predileksi tersering
adalah lokalisata (fokalis, segmentalis, mukosa) yaitu dapat timbul dimana saja, tetapi
umumnya di daerah peregangan dan tekanan, misalnya lutut siku, punggung tangan dan
jari-jari, generalisata yaitu pada daerah wajah, aksila, umbilicus, putting susu, sakrum
juga inguinal dan universal yaitu pada daerah lipatan, aksila, dan sekitar orifisium.
Adanya keluhan gatal ringan juga melemahkan vitiligo. Pada vitiligo juga akan
ditemukan adanya faktor genetik atau keluarga dengan keluhan yang sama. Pasien tidak
mengeluhkan adanya lesi eritema yang kemudian menghilang, keadaan ini dapat
melemahkan pitiriasis alba.
B. Objective
Lokalisasi : Wajah dan punggung
Efloresensi : Makula hipopigmentai dalam berbagai ukuran. Berbatas tegas
dan disertai dengan skuama halus diatasnya
C. Assessment
Pityriasis versikolor
D. Planning
- Ketokonazol 200 mg selama 10 hari
Merupakan obat antifungi golongan azol. Bekerja dengan cara berinteraksi
dengan enzim P-450 untuk menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol
yang penting untuk membran jamur.
- Sapoverdin sabun
- Loratadin 10 mg selama 10 hari
Loratadine adalah suatu antihistamin trisiklik yang bekerja lama dengan
aktivitas antagonis selektif terhadap reseptor H1 (reseptor histamin 1) perifer
tanpa efek sedasi sentral (efek mengantuk) atau efek antikolinergik. Loratadine
juga memiliki efek lain yaitu mencegah mediatorsitokin dari sel mast jaringan
setelah stimulasi imunologik maupun non-imunologik.
- Mikonazol krim
Merupakan antifungi golongan azol yang memiliki mekanisme kerja sama
dengan obat ketokonazol.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. ilmu penyakit kulit dan kelamin. 3rd ed. Jakarta : balai penerbit
FKUI: 2013
Hawranek, Thomas. 2002. Cutaneous Mycology. In Fungal Allergy and Pathogenicity. Basel: S.
Karger AG.
Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatricks, The Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.
Madani A. infeksi jamur kulit. In : Harahap M, editor. Ilmu penyakit kulit. Jakarta : hipokrates;
2000
Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatricks, The Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.